Anda di halaman 1dari 22

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Nana Sudjana (2004) yang dikutip Bara Hidayat
(2006: 8) mendefinisikan prestasi belajar siswa yaitu kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar. Pembelajaran yang telah dilaksanakan pada akhirnya
bertujuan untuk melihat prestasi belajar siswa. prestasi belajar ini
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Prestasi

yang

diperoleh siswa dapat diukur berdasarkan perbedaan perilaku


sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Nana Syaodih (2009:
124-125) menyatakan prestasi belajar merupakan segala perilaku
yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang
berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah yang bersifat kognitif,
afektif dan psikomotor yang sengaja maupun yang tidak disengaja.
Dalam sistem pendidikan rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler

maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi

prestasi belajar dari Benjamin Bloom dalam Nana Sudjana (1989)


yang dikutip oleh Bara Hidayat (2006:9) yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut :
1) Aspek kognitif (pengetahuan/ pemahaman)
Dalam Susilana Rudi (2006) yang dikutip oleh Bara
Hidayat

(2006:9)

untuk

tingkatan 1) pengetahuan

aspek

kognitif,

menyebutkan

2) pemahaman 3) pengertian 4)

aplikasi 5) analisa 6) sintesa, dan 7) evaluasi.


2) Aspek afektif
Prestasi belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti

perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar


dan hubungan sosial. Ranah afektif ini terdiri dari lima aspek
yaitu penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi nilai atau karakteristik nilai.
3) Aspek psikomotor
Prestasi belajar pada aspek psikomotor berkenaan dengan
keterampilan atau
pengalaman

kemampuan bertindak setelah ia menerima

belajar

tertentu.

Terdapat

enam

tingkatan

keterampilan psikomotor yaitu gerak reflek, keterampilan pada


gerakan-gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif
dan interpretatif. Prestasi belajar afektif yang baru tampak dalam
kecendrungan-kecendrungan untuk berprilaku.
Menurut Maehr yang dikutip oleh Nurmala dalam Siti Sontini:
(2006:45) tentang prestasi belajar adalah :
1) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan
menggunakan tes prestasi belajar.
2) Prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan individu itu
sendiri bukan hasil dari perbuatan orang lain.
3) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar
yang telah ditetapkan oleh kelompok
4) Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan
secara sengaja dan disadari.
Inti
merupakan

dari

pendapat

perubahan

Mehr

perilaku

yaitu

bahwa

individu

yang

prestasi
didasari

belajar
dapat

diukur berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan selama proses


belajar mengajar berlangsung.
Bloom (Solihin, 2008:55) membagi prestasi belajar secara
garis besar ke dalam tiga ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar

intelektual yang terdiri dari 6 aspek

yaitu

pengetahuan/ingatan,

pemahaman/aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek


yang pertama disebut juga kognitif tingkat rendah dan

aspek

berikutnya termasuk dalam kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif


berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe prestasi belajar afektif ini
terlihat

pada

perhatiannya
mengahargai

siswa
terhadap

dalam

berbagai

pelajaran,

tingkah

laku

seperti

disiplin, motivasi belajar,

guru dan teman, kebiasaan belajar

dan

hubungan

sosial. Ranah afektif ini terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban/reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi,

nilai /

karakteristik nilai. Ranah psikomotorik berkenaan dengan prestasi


belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Prestasi belajar
psikomotor ini terlihat dalam bentuk keterampilan / skill dan
kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan
psikomotoris yaitu : gerak reflek, keterampilan pada gerakangerakan dasar, kemampuan konseptual. Keharmonisan / ketepatan,
gerakan

keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan dan

interfretatif.
Dari berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari

proses.

Prestasi

belajar

ini

dapat berupa kemampuan

intelektual, sikap maupun keterampilan psikomotor.


b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Nana Sudjana (2000:39) menyatakan bahwa terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, secara garis besar faktorfaktor tersebut, yaitu:
1) Faktor internal (bersumber dari dalam diri sendiri) yaitu: sikap,
minat, bakat, motifasi, motif, kesiapan mental dan faktor lainnya
yang kesemuanya berasal dari dalam diri sendiri.

10

2) Faktor eksternal (berasal dari luar diri sendiri),seperti tempat


belajar,sarana belajar, bahan belajar, personil, kurikulum, metode
pengajaran.
3) Kedua faktor ini sangat dominan dan mempengaruhi terhadap
proses dan prestasi belajar.
M.

Surya

(2004:62)

mengemukakan

tujuh

faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar, ketujuh faktor itu adalah:


1) karakteristik belajar,
2) karakteristik Guru
3) karakteristik kelompok,
4) interaksi pelajar dengan pengajar,
5) karakteristik fasilitas,
6) subject metter
7) dan faktor lingkungan luar.
Menurut Van Dallen (dikutip oleh Lunnenburg, 2011:5-8), ada
enam faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu:
1) Guru,
2) Kurikulum,
3) Lingkungan,
4) Media
5) Siswa
6) Dan metode serta model pembelajaran.
Dari berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan sehingga
sinergitas

antara

faktor-faktor tersebut perlu di bangun menjadi

sebuah sistem yang saling mengisi faktor-faktor

tersebut

dapat

menunjang atau menghambat proses belajar mengajar ataupun


dalam pencapaian prestasi belajar.
2. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi
selama proses belajar mengajar. Kegiatankegiatan yang dimaksud adalah

11

kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan


pendapat, mengerjakan tugastugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan
bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun
dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul
dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas siswa merupakan salah satu faktor penting dalam proses
belajar mengajar, karena aktivitas merupakan pergerakan secara berkala
yang dilakukan siswa. Tanpa aktivitas maka proses pembelajaran tidak
akan efektif dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
Belajar yang berhasil mestilah melalui berbagai macam aktivitas, baik
aktivitas fisik maupun psikis.
Ramayulis (2008:242) mengatakan, Seluruh peranan dan kemauan
dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan
hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti proses pengajaran
(proses perolehan hasil pembelajaran) secara aktif. Guru adalah sumber
daya yang berperan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif untuk
mengarahkan siswa untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan
pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri.
Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan siswa pada aktivitas
yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai
pada tahap yang optimal. Aktivitas belajar siswa dilakukan oleh oleh dua
faktor yaitu psikis dan fisik.
Ramayulis (2008:242) lebih lanjut mengatakan, Pada saat peserta
didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu
sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu
mata uang. Siswa memiliki prinsip aktif di dalam dirinya masing-

12

masing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif


mengendalikan tingkah lakunya.
Hamalik (2009:90) berpendapat bahwa, Pendidikan modern lebih
menitikberatkan pada aktivitas sejati dimana siswa belajar sambil bekerja.
Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sedangkan
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2005:1) yang
menyatakan bahwa, Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir dan lain-lain kemampuan. Hamalik (2009:36) mengatakan,
Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
daripada itu, yakni mengalami.
Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan
para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian
kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya
memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
3. Hakikat Metode Pembelajaran
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata: metha yang berarti
jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai tujuan, sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu
cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pengajaran (Zuhairini dan Abdul Ghofir, 2008: 54.)

13

Menurut Nana Sudjana (2005:76) metode pembelajaran adalah,


Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan

hubungan

dengan

siswa

pada

saat

berlangsungnya

pengajaran. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan,


Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa
dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan

informasi,

ide,

keterampilan,

cara

berpikir,

dan

mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai


pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar
Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari pada proses
pengajaran atau soal bagaimana tekniknya suatu bahan pelajaran diberikan
di Sekolah. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam
mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada
keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan. Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
guru harus mampu memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang
paling efektif dan efisien sesuai dengan kondisi atau situasinya.
4. Metode Small Group Discussion
a. Pengertian Metode Small Group Discussion
Metode berasal dari bahasa Yunani metha yang berarti melewati
atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti
jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pembelajaran adalah bahan pelajaran yang disajikan atau
proses penyajian bahan pelajaran (Ismail, 2008:7).
Metode menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan

14

(KKBI:2005:673). Metode juga diartikan sekumpulan perangkat tata


cara melaksanakan suatu aktifitas yang bertujuan untuk menjadwal
kegiatan tersebut berdasarkan urutan kejadian dan skala prioritas
(Moeslichatun, 2001:43).
Metode merupakan tata cara untuk melaksanakan suatu aktifitas,
sehingga aktifitas tersebut berjalan sesuai dengan tahapan yang
ditentukan, yang pada akhirnya tujuan dapat tercapai. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara
atau jalan yang harus dilalui dalam proses penyajian bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Small Group Discussion adalah proses pembelajaran dengan
melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik
memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan
persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Small Group
Discussion juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan
atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi,
mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah (Ismail, 2008:8789). Small Group Discussion sebagaimana pembelajaran kelompok
lainnya memiliki unsur-unsur yang saling terkait, yakni:
1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence)
Cooperative learning menghendaki adanya ketergantungan
positif saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga
ada interaksi diantara siswa (Lie, 2005:32).
2) Akuntabilitas individual (individual accountability)
Small

Group

Discussion

menuntut

adanya

akuntabilitas

individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota


kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota
anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang
memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional,
akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering

15

dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam Small Group Discussion,


siswa harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masingmasing anggota (Abdurrahman, 2003:122).
3) Tatap muka ( face to face interaction )
Small Group Discussion menuntut semua anggota dalam
kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat
berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman.
Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber
belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru
(Abdurrahman, 2003:122).
4) Keterampilan Sosial (Social Skill)
Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai
ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman,
mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
diasumsikan

tetapi

secara

sengaja

diajarkan

(Abdurrahman,

2003:113).
5) Proses Kelompok (Group Processing)
Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi
sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai
tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang
kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku
mana yang harus diubah atau dipertahankan.
b. Tujuan Metode Small Group
Sebagai metode belajar, belajar kelompok diskusi atau Small
Group Discussion mengandung tujuan yang ingin dikembangkan.
Tujuan diskusi atau Small Group Discussion antara lain :
1) Agar siswa berbincang-bincang untuk memecahkan masalah masalah
sendiri.

16

2) Agar siswa berbincang-bincang mengenai masalah-masalah apa saja


yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan
kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di
lingkungan sekitar mereka dan sebagainya.
3) Agar siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan
maksud saling mengoreksi pemahaman yang mereka atas pelajaran
yang diterimanya, agar masing-masing anggota memperoleh
pemahaman yang lebih baik (Suryobroto, 1999:180).
Sedangkan menurut Ismail (2008:89), tujuan penerapan strategi ini
adalah agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah
terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut A. Surjadi (1983:47-48), tujuan pembelajaran kelompok
adalah untuk menyatakan pendapat dan memperoleh informasi tentang
topik yang menjadi perhatian; belajar dari anggota kelompoknya.
1) Pemimpin
a) Membantu menentukan topik yang menarik perhatian
b) Mendorong anggota kelompok melakukan penelitian mandiri
sebelum diskusi dilaksanakan
c) Mempersiapkan ruangan; kursi ditempatkan di sekeliling meja
hingga para anggota saling berhadapan
d) Mempersiapkan pertanyaan sebelum pertemuan untuk membuka
diskusi
e) Menjelaskan masalah, isu atau topik yang akan didiskusikan
f) Menyarankan/mengajukan tujuan diskusi
g) Menyodorkan outline tentatif untuk diikuti kelompok
h) Mempersilakan kelompok bereaksi kepada outline itu
i) Mempersilakan anggota kelompok mengajukan pendapat tentang
yang didiskusikan itu

17

j) Menjaga agar diskusi itu tetap sesuai dengan outline, kecuali


apabila mayoritas anggota kelompok menunjukkan kehendak
untuk menyimpang dari outline
k) Mengusahakan agar keikutsertaan / partisipasi para anggota
merata atau seimbang
l) Menahan diri untuk tidak berpidato
m)Menyampaikan rangkuman bila diperlukan selama diskusi
berlangsung dab juga pada saat penutupannya
n) Mengusulkan studi lebih lanjut atau tindakan yang perlu
dilakukan
o) Mengevaluasi pengalaman belajar kelompok.
2) Anggota kelompok
a) Membantu menentukan topik untuk didiskusikan
b) Mempelajari bahan yang tepat sebelum diskusi dilaksanakan
c) Membantu merumuskan tujuan dan prosedur diskusi
d) Memikirkan dalam-dalam tentang topik yang akan didiskusikan
e) Mendengarkan dengan baik pendapat anggota lain
f) Menghubungkan pengertian dengan pengalaman sebelumnya
g) Mengembangkan pendapat atas pendapat orang / anggota lain
h) Menerima dan mendorong anggota lain sebagai individu yang
berharga
i) Menolong anggota lain untuk memahami apa yang sedang
dibicarakan
j) Memelihara keikutsertaan yang merata/seimbang bagi setiap
anggota
k) Menyumbangkan

informasi

atau

pendapat

yang

selaras/berhubungan dengan topik


l) Mengidentifikasi gagasan baru dan mengintegrasikannya ke
dalam pikiran
m)Menerangkan bidang perhatian/minat yang penting

18

n) Menentukan

bagaimana

informasi

itu

dimanfaatkan/

dipergunakan atau studi lebih lanjut apa yang perlu dilakukan


o) Membantu mengevaluasi pengalaman belajar kelompok
Metode Small Group Discussion Diskusi mungkin tidak efektif
untuk menyajikan informasi baru dimana peserta didik sudah dengan
sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi tampaknya sangat cocok ketika
guru ingin melakukan hal-hal dibawah ini:
1) Membantu peserta didik belajar berfikir dari sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berpikir.
2) Membantu peserta didik mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi
posisi dirinya atau posisi yang lain
3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk memformulasikan
penerapan suatu prinsip.
4) Membantu peserta didik menyadari akan suatu problem dan
menformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh
dari bacaan atau ceramah.
5) Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya
6) Memperoleh

penerimaan

bagi

informasi

atau

teori

yang

mengkomunteri cerita rakyat atau kepercayaan peserta didik


terdahulu
7) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh
8) Memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan
tercapai (Zaini, 2008:117-118).
Sistem pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu
siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar-mengajar tidak dapat
sepenuhnya berpusat pada siswa (pupil centered instruction) seperti
pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa pada
hakekatnya siswalah yang harus belajar. Dengan demikian, proses
belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan
siswa, misalnya dengan pendekatan inquiry-discovery learning.

19

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sini harus dapat memberikan


pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Guru
perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai
untuk materi yang disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan
dan karakteristik serta gaya belajar siswa. Sebagai konsekuensi
logisnya, guru dituntut harus kaya metodologi mengajar sekaligus
terampil

menerapkannya,

tidak

monoton

dan

variatif

dalam

melaksanakan pembelajaran (Drost, 1999:42).


c. Peran Guru Dalam Metode Small Group
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana
yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar peserta
didik. Maka sikap guru hendaknya:
1) Buka mau mendengarkan pendapat peserta didik.
2) Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau
peserta didik lain berbicara.
3) Menghargai perbedaan pendapat.
4) Mentolelir salah dan mendorong untuk memperbaiki.
5) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
6) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja guru.
7) Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.
8) Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.
9) Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik
sekalipun kurang berkualitas.
10) Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani
menanggung resiko (Sukardi, 2003:12).
Dalam pengajaran yang dimiliki dalam metode Small Group
Discussion, Sudjana, (1996:32-35) menjelaskan bahwa

posisi dan

peran guru harus menempatkan diri sebagai:


1) Pemimpin

belajar,

artinya

merencanakan,

mengorganisasi,

melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik

20

2) Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan


peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal,
menyediakan sumber dan alat belajar, menyediakan waktu belajar
yang cukup, memberi bantuan, menunjukkan jalan keluar
pemecahan

masalah,

menengahi

perdebatan

pendapat

dan

sebagainya.
3) Moderator belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta
didik, guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta didik
dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada di lain, untuk
dijawab dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada
penannya atau kepada kelas untuk dinilai benar salahnya.
4) Motivator belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau
melakukan kegiatan belajar
5) Evaluator artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif,
guru berkewajiban memantau, mengawasi, proses belajar peserta
didik dan hasil belajar yang dicapainya.
d. Langkah-Langkah dalam Metode Small Group
Ismail (2008, 87-88) menjelaskan langkah-langkah penerapan
metode Small Group Discussion diantaranya :
1) Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid)
dengan menunjuk ketua dan sekretaris
2) Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan oleh guru) sesuai
dengan Standar Kompetensi (SK) & Kompetensi dasar (KD).
3) Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal
tersebut
4) Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi
5) Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk
menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas
6) Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru)
e. Kelebihan dan kekurangan metode Small Group Discussion
Tidak

ada

model

pembelajaran

yang

paling

ideal

dan

21

sempurna.

Setiap

model

pembelajaran

mestinya

kelebihan dan kekurangan, begitu juga metode

mempunyai
Small Group

Discussion ini. Kelebihan dan kekurangan itu antara lain sebagai


berikut:
1) Sisi kelebihan
Nasih, (2009:59) menjelaskan tentang sisi kelebihan dari
metode

Small Group Discussion yaitu :

a) Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang.


b) Mendidik peserta didik untuk bersikap toleran, demokratis, kritis
dan berpikir sistematis.
c) Mendidik

peserta

didik

untuk

terampil

dalam

menyampaikan ide, gagasan, argumentasi dan membiasakan diri


untuk berpikir logis.
d) Kesimpulan-kesimpulan

dari

masalah

yang

sedang

didiskusikan dapat secara mudah diingat peserta didik, hal itu


disebabkan karena peserta didik mengikuti alur berpikir diskusi.
e) Memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang etika
bermusyawarah agar nantinya menjadi bekal mereka ketika
hidup di masyarakat
2) Sisi kelemahan
Sedangkan pada sisi kelemahan metode Small

Group

Discussion, Isjoni (2010:36) menjelaskan :


a) Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh peserta didik yang
pandai dan berani, sehingga mengurangi peluang peserta
didik yang lain untuk berpartisipasi.
b) Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang
menyimpang

dan

topik

pembahasan

masalah,

sehingga

pembahasan kadang melebar.


c) Diskusi biasanya lebih banyak menyita waktu, sehingga
tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.
d) Suasana kelas menjadi ramai dan bahkan gaduh, sehingga

22

terkadang mengganggu kelas yang lain.


Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, maka
guru yang ingin menggunakan metode diskusi kelompok ini
sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya dengan rapi dan
sistematis terlebih dahulu. Dalam hal ini peran seorang guru
sebagai encourager yang memberi encouragement (dorongan
semangat dan membesarkan hati sangat diperlukan, terutama oleh
peserta didik yang tergolong kurang pintar berbicara atau pendiam.
Dilihat dari segi kemanfaatannya, metode diskusi sangat ideal
untuk digunakan proses belajar mengajar pada kompetensi dasar
tertentu, akan tetapi ternyata masih banyak guru yang belum
menggunakan metode diskusi, hal itu disebabkan karena: banyak
guru yang belum mengerti tentang metode diskusi, belum
mengetahui manfaat metode diskusi dan memerlukan waktu yang
banyak padahal jam terbatas dan tidak semua topik dapat dijadikan
pokok diskusi.

Selama ini masih banyak kelemahan yang

dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang


dilaksanakan, diantaranya penggunaan metode yang tidak tepat,
sehingga hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik kurang
maksimal. Melihat realita tersebut, maka peneliti mencoba
untuk menerapkan strategi PAIKEM, yaitu metode Small Group
Discussion. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar, sehingga terjadi penguatan

terhadap

materi

pelajaran yang diberikan di sekolah/madrasah.


5. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam

konteks

implementasi

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan, mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi


pelajaran, tetapi juga merupakan proses mengatur lingkungan supaya
siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian, sering diistilahkan
dengan pembelajaran (BP. Putra Bhakti Mandiri, 2008: 152).

23

Pembelajaran dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan. Salah satu


pembelajaran

yang

dilaksanakan

di

SMP adalah

pelaksanaan

pembelajaran bahasa Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran bahasa


Indonesia di SMP, menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis. Pada akhir pendidikan di SMP/MTs, peserta didik diharapkan
telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan 3 buku
nonsastra (BSNP, 2006: 1).
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual serta kematangan emosional dan sosial
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan,

memperhalus

budi

pekerti

serta

meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.


6) Menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2006 : 125)
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) mendengarkan, (2) berbicara,
(3) membaca, (4) menulis. Pada akhir pendidikan di tingkat sekolah
menengah pertama, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya
sembilan buku sastra dan non sastra ( Depdiknas, 2006 : 125)

24

6. Pembelajaran Menulis Poster


Dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
pembelajaran menulis, para siswa juga membutuhkan kemampuan
menggunakan bahasa yang baik, karena dengan bahasa yang baik, maka
karya tulis akan lebih mudah untuk dipahami oleh orang lain. Tulisan yang
baik adalah tulisan dengan bentuk yang singkat akan tetapi mudah untuk
dipahami. Perlu diingat pula bahwa banyak keuntungan yang dapat dipetik
dari pelaksanaan kegiatan menulis tersebut, di antaranya:
1) Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan
potensi diri kita. Kita dapat mengetahui sampai di mana
pengetahuan kita tentang suatu topik. Untuk pengembangan
topik itu terpaksa untuk berpikir, menggali pengetahuan dan
pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar.
2) Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai
gagasan. Kita terpaksa bernalar: menghubung-hubungkan serta
membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita
lakukan jika kita tidak menulis.
3) Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap,
mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik
yang kita tulis. Dengan demikian kegiatan menulis
memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai
fakta-fakta yang berhubungan.
4) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik
serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian,
kita dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih
samar bagi diri kita sendiri.
5) Melalui tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita
sendiri secara objektif.
6) Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah
memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya
secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.
7) Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar
secara aktif. Kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah
masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari
orang lain.
8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita
berpikir serta berbahasa secara tertib (Akhadiah, 1999: 1- 2).
Menulis memang bukan kegiatan yang mudah, banyak persyaratan
yang dipenuhi. Tulisan yang baik memiliki beberapa ciri, di antaranya
bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat,

25

serta memenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu tulisan yang baik harus
bersifat komunukatif (Akhadiah, 1999: 2).
Menurut Tarigan (1994: 23) setiap jenis tulisan mengandung
beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu beraneka ragam, maka bagi
penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori
di bawah ini:
1) Memberitahukan atau mengajar
2) Meyakinkan atau mendesak
3) Menghibur atau menyenangkan
4) Mengutarakan/mengekspresikan persaan dan emosi yang berapi-api.
Berdasarkan penjelasan tujuan menulis di atas, maka dapat
dikatakan bahwa poster merupakan salah satu bentuk tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan atau persuasive purpose. Selain itu, poster juga termasuk
bentuk

tulisan

yang

bertujuan

untuk

memberi

informasi

atau

keterangan/penerangan kepada pembaca bisa juga disebut informative


purpose.
Poster atau plakat adalah surat pengumuman yang dipasang di
tempat umum, seperti pada dinding, pohon, atau papan pengumuman
(Triningsih, 2007: 124). Untuk itu dalam mengolah bahasa poster
diperlukan kemampuan menulis yang tinggi, supaya bahasa yang ada pada
poster dapat dengan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Tulisan pada
dasarnya dibuat untuk dibaca oleh orang lain, begitu juga dengan poster.
Poster dibuat juga untuk dibaca oleh orang lain yang didalamnya bersifat
mengajak ataupun menghimbau.
Menulis poster juga membutuhkan kemampuan menulis dan
menggambar. Dalam poster itu sendiri selain terdapat bahasa tulis juga
terdapat gambar yang dapat mendukung isi tulisan, sehingga ketika
menulis poster pun seorang penulis poster harus bisa memadukan
keduanya. Menurut Anitah (2009: 12) poster merupakan suatu gambar
yang mengombinasikan unsur-unsur visual seperti, garis, gambar, dan

26

kata-kata yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan


pesan secara singkat. Agar lebih efektif, poster seharusnya berwarna dan
menimbulkan daya tarik dengan maksud menjangkau perhatian dan
menghubungkan pesan-pesannya dengan cepat.
Dari uraian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa poster
adalah salah satu bentuk tulisan yang di dalamnya mempunyai tujuan
untuk meyakinkan para pembaca atau bisa disebut sebagai persuasive
purpose. Selain itu, poster juga termasuk informative purpose, yaitu
memberikan informasi atau penerangan. Dan dalam kegiatan menulis
poster membutuhkan ketelitian dari penulis itu sendiri. Dikatakan
demikian, karena di dalam kegiatan itu, penulis harus bisa memadukan
gambar dengan tulisan yang singkat, supaya apa yang mereka tuliskan
dapat dipahami oleh pembaca dengan cepat.
B.Kerangka Berpikir
Dalam

kegiatan

belajar

mengajar,

semakin

tepat

metode yang

digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru dan peserta didik yang pada akhirnya akan
menunjang dan menghantarkan keberhasilan belajar peserta didik dan
keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru. Seorang guru adalah salah
satu faktor pendidikan yang mempunyai peranan penting dan strategis,
sebab gurulah yang paling menentukan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Sehingga guru memang harus mempunyai kompetensi, ketrampilan
dan wawasan yang luas. Metode pembelajaran Small Group Discussion
merupakan alat ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar yakni sebagai alat
perancang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik.
Namun demikian metode dapat dikatakan baik dan tepat manakala pemilihan
dan penerapannya sesuai dengan situasi pembelajaran. Untuk itu pendidik
harus menyiapkan taktik atau strategi yang dapat diterima oleh peserta didik
secara keseluruhan dengan mudah dan tidak membosankan. Dengan kata
lain pembelajaran yang menyenangkan yaitu ada kepuasan peserta didik,
bagaimana peserta didik merasa senang menerima pelajaran untuk mencapai

27

tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami

betapa pentingnya menggunakan metode yang tepat untuk mencapai hasil


belajar yang maksimal, maka penelitian ini ditulis dengan konsep Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
belajar

dengan

untuk

menggunakan

memperbaiki
Small

dan meningkatkan hasil

Group Discussion sebagai model

pembelajaran.
Untuk

mengatasi

permasalahan

tersebut

di

atas

diperlukan

inovasi pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan model-model Small


Group Discussion (Ismail, 2009:87). Dengan metode tersebut diharapkan
peserta didik mempunyai peluang untuk mengoptimalkan kemampuan mereka,
dapat memotivasi diri berperan aktif dalam pembelajaran di kelas dan melatih
untuk belajar mandiri yang akhirnya dapat meningkatkan hasil prestasi belajar
mereka
Dalam bentuk diagram, kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dengan menerapkan metode

Small Group Discussion sebagaimana

dijelaskan di bawah ini.

Kondisi Awal

Tindakan

Pembelajaran
Konvensional

1.Aktivitas siswa dalam


pembelajaran rendah
2.Prestasi belajar siswa
rendah

Penerapan metode

metode Small
Group Discussion

Siklus I

Siklus II

Keadaan Akhir

1.Aktivitas
siswa dalam
pembelajaran meningkat
2.Prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran meningkat

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas


C.Hipotesis Tindakan

28

Dari penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas maka dapat
ditentukan hipotesis dari penelitian ini yaitu pembelajaran
menggunakan metode

dengan

Small Group Discussion dapat meningkatkan proses

pembelajaran, aktivitas dan prestasi belajar peserta didik kelas VIII


SMP............. pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai