PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memiliki resiko
tinggi dalam aspek keselamatan kerja dan keselamatan operasi serta berpotensi
mengganggu lingkungan hidup dimana penambangan oleh manusia (pekerja) dengan
bantuan alat mekanis dilakukan terhadap sumberdaya mineral dan batubara yang
tidak dapat dilepaskan dari lingkungan pembentukannya di bumi. Daerah dengan
tatanan geologis tertentu akan menghasilkan sumberdaya serta cadangan mineral dan
batubara yang ekonomis.
Bagi daerah tertentu, kehadiran mineral dan batubara dapat menjadi penopang
atau bahkan tulang punggung pendapatan daerah. Oleh karena itu, pertambangan
memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan di suatu daerah karena umumnya
tambang berlokasi di remote area yang akhirnya dapat membuka akses dan
meningkatkan infrastruktur di sekitar lokasi tersebut.
Adapun penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik pada pengusahaan
mineral dan batubara sebagaimana amanat UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, salah satunya adalah melaksanakan kewajiban
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan serta pengelolaan dan
pemantauan lingkungan pertambangan, yaitu :
a. Ps. 95 (a) mengamanatkan bahwa, pemegang IUP wajib menerapkan kaidah
teknik pertambangan yang baik.
b. Ps. 96. Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP
wajib melaksanakan, antara lain :
1) Ketentuan K3 pertambangan
2) Keselamatan operasi pertambangan
3) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk reklamasi
dan pascatambang
4) Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
Salah satu isu yang senantiasa hadir ketika berbicara industri pertambangan
adalah Air Asam Tambang. Industri Pertambangan memang akan selalu berbenturan
dengan isu lingkungan. Air asam tambang atau biasa juga dikenal sebagai Acid Mine
Drainage (AMD) atau Acid Rock Drainage (ARD) adalah kondisi dimana air di
dalam atau sekitar area pertambangan memiliki kadar keasamanan yang sangat
tinggi, biasanya diindikasikan dengan nilai PH < 5.
Air Asam Tambang dengan ciri tingkat keasaman yang sangat tinggi (PH<5)
adalah pencemaran jangka panjang, dibeberapa kasus Air Asam Tambang bahkan
masih ada ratusan tahun setelah Pit Tambang sumber AAT sudah selesai. Kondisi air
dengan tingkat keasaman tinggi ini tentu tidak baik baik biota air dan untuk konsumsi
masyarakat. Belum lagi karena PH yang rendah, sehingga AAT mudah melarutkan
logam. Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang
wajib melakukan analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air
Asam Tambang ini, terutama mengidentifikasi mana batuan yang mengandung
mineral sulfida mana yang tidak. Dalam industri pertambangan dikenal istilah PAF
untuk lapisan batuan yang terindikasi berpotensi membentuk Asam dan NAF untuk
lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi menyebabkan asam
Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang (AAT) Dampak yang
dapat ditimbulkan akibat air asam tambang adalah terjadinya pencemaran
lingkungan, dimana komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak
tersebut akan berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah, mengganggu
kesehatan masyarakat sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan
tambang.
Derajat keasaman tanah yang telah tercemar akibat air asam tambang ini akan
semakin meningkat, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh karena derajat keasaman
tanahnya terlalu tinggi. Apabila air asam tersebut mencemari air tanah maupun aliran
air sungai dimana masyarakat memanfaatkan air tersebut maka dapat mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar, diantaranya dapat menimbulkan penyakit diare
maupun penyakit lainnya yang berhubungan dengan pencernaan. Sedangkan air asam
tambang juga dapat mempercepat proses pengkaratan pada peralatan tambang,
sehingga perlu penanganan agar pengaruh yang ditimbulkan dari air asam tersebut
tidak merusak peralatan tambang.
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian good mining practice dan air asam tambang?
2. Bagaimana ciri dan aplikasi good mining practice?
3. Proses terjadinya air asam tambang dan pengukuran kualitasnya?
4. Bagaimana cara pengendalian air asam tambang?
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian good mining practice dan air asam tambang.
2. Untuk mengetahui ciri dan aplikasi good mining practice.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya air asam tambang dan pengukuran
kualitasnya.
4. Untuk mengetahui cara pengendalian air asam tambang.
BAB II
ISI
lingkungan
pertambangan,
termasuk
reklamasi
serta
pascatambang;
3) Pengelolaan semua sisa/residu dari kegiatan pertambangan dalam bentuk
padat, cair, atau gas sampai memenuhi baku mutu lingkungan sebelum di
lepas ke media lingkungan;
4) Penerapan prinsip konservasi sumberdaya dan cadangan;
5) Menciptakan nilai tambah bagi pengembangan wilayah dan masyarakat
sekitar;
6) Kepatuhan terhadap hukum dan perundangan yang berlaku;
7) Menggunakan standarisasi keteknikan dan teknologi pertambangan yang
tepat dalam aktivitasnya;
8) Pengembangan potensi dan kesejahteraan masyarakat setempat terutama
dari optimalisasi dan konversi pemanfaatan mineral;
9) Menjamin
keberlanjutan
kegiatan
pembangunan
setelah
periode
6) Penambangan tuntas
Penambangan harus memiliki tingkat perolehan yang tinggi (tambang
sampai tuntas, habis/total mining), sehingga tidak banyak yang terbuang siasia bahkan tidak tertambang.
7) Reklamasi segera
Melakukan kegiatan reklamasi segera terhadap lahan tambang yang
sudah selesai.
8) Pemantauan lingkungan
Melakukan
kegiatan
pemantauan
kualitas
lingkungan
untuk
beberapa
faktor
dalam
kegiatan
pertambangan.
Kegiatan
pertambangan ini dapat berupa tambang terbuka maupun tambang dalam (bawah
tanah). Umumnya keadaan ini terjadi karena sulfur yang terjadi dalam batuan
teroksidasi secara alamiah (pada proses pembukaan tambang). Selanjutnya
dengan kondisi kelembaban lingkungan yang cukup tinggi akan menyebabkan
oksida sulfur tersebut berubah menjadi asam. Kualitas air digunakan sebagai
pembanding dalam usaha pemantauan ketika tambang sedang berjalan.
Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan
tambang, dikenal 2 uji yang berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji
Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan untuk mengidentifikasi mana
unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan asam. Beberapa
Uji contoh Uji Statik adalah :
1)
2)
3)
4)
Paste PH
Total Sulfur
Acid Neutralizing Capacity (ANC)
Net Acid Generating (NAG)
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
laju reaksi pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test.
dan
persamaan
c.
menunjukkan
hidrolisis
ferric
iron
dan
dijumlah
akan
memberikan
hubungan
stokiometri
secara
menyeluruh
2) Secara Biologi Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen selama
oksidasi dapat pula disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh bakteribakteri. Bakteri tersebut mampu untuk mempercepat proses oksidasi dari
mineral-mineral sulfida dan oksidasi besi serta mendapat energi hasil
pelepasan energi dari proses oksidasi. Bakteri ini termasuk dalam subgroup
strick aerobes, genus trobhasillus, species thiobasillus, ferroxidans (kadangkadang dijumpai Ferrobacillus ferroxidans).
Persamaan reaksi terbentuknya air asam tambang berdasarkan
aktivitas biologi sebagai berikut : FeS2 + H2O + 7/2 O2 Fe2+ + 2 SO42Fe2+ + O2 + 5/2 H2O T.Ferroxidans Fe(OH)3 + 2 H+
+ FeS2 + 7/2
tidak berpotensi membentuk asam atau dengan batuan NAF. Mengacu pada
prinsip terbentuknya AAT tadi, fungsi lapisan NAF ini adalah agar tidak
terjadi interaksi batuan PAF dengan oksigen ataupun air.
2) Metode Wet Cover
Metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi
membentuk asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam
kolam. Intinya bagaimana memastikan tidak terjadi interkasi dengan
Oksigen. Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada indutri batubara
biasanya terdapat pada lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor)
atau juga pada pengotor di lapisan batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali
melakukan uji Statik terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-kategorisasi
mana batuan PAF mana NAF.
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
a. Kegiatan eksplorasi untuk mengetahui karakteristik cadangan bahan
tambang dilakukan dengan menggunakan teknologi eksplorasi yang ada,
untuk memastikan cadangan bahan tambang yang tersedia benar-benar
dapat dikelola semaksimal mungkin.
b. Teknik pertambangan yang diterapkan harus benar-bena berpedoman pada
metode penambangan yang efektif, amandan berwawasan lingkungan,
sesuai kaidah yang berlaku. Artinya penambangan harus memiliki tingkat
perolehan yang tinggi (tambang sampai habis-Total mining), sehingga tak
banyak yang terbuang sia-sia bahkan tidak tertambang.
c. Melakukan upaya pengendalian erosi dan sedimentasi, dengan :Membuat
sarana kendali erosi dan sedimentasi sebelumkegiatan pembukaan lahan;
terganggu
sesegera
mungkin,
memperlambatkecepatan
air