Oleh
Mutia Desanti
NIM: 104081002472
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429H
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Mutia Desanti
4. Telepon
: 08568724809 / 92009655
2. SMPN 2 Ciputat
3. SMAN 1 Ciputat
Simulasi
Operasional
Perbankkan,
Fakultas
Ekonomi
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
10. Teman-teman seperjuanganku Nanaaaa, Dina, Tuti, Kania, Titin, Lia, Iin,
Fera, Icha, Finda, Sulis, Lia, Titi, Santi, Ita yang telah mengisi hari-hari
penulis dan penelitian ini tidak ada apa-apanya tanpa kalian yang dengan sabar
mengingatkan saya tentang teori-teori dan statistik.
11. Teman-temanku keluarga besar manajemen B dan keuangan A angkatan 2004
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syahid Jakarta, terimakasih telah
membuat masa kuliah aku menjadi lebih berwarna dan tidak akan mungkin ku
lupakan.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis selama
ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Bab I : PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
12
12
15
A. Modal Kerja
15
B. Profit Margin
30
31
D. Ukuran Perusahaan
32
E. Rentabilitas
34
F. Penelitian Terdahulu
38
G. Kerangka Pemikiran
41
H. Rumusan Hipotesis
43
44
44
45
46
D. Metode Analisis
47
52
55
55
55
63
B. Analisis Deskriptif
64
67
67
a. Uji Normalitas
67
b. Uji Autokorelasi
68
c. Uji Multikolinieritas
69
d. Uji Heterokedastisitas
70
71
3. Pengujian Hipotesis
74
74
76
82
84
A. Kesimpulan
84
B. Implikasi
85
DAFTAR PUSTAKA
87
LAMPIRAN
90
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal.
1.1
4.1
65
4.2
66
4.3
69
4.4
: Pengujian Multikolinearitas
69
4.5
71
4.6
75
4.7
76
4.8
83
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal.
1.1
1.2
2.1
: Kerangka Pemikiran
42
4.1
68
4.2
: Uji Heterokedastisitas
70
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal.
90
: Analisis Deskriptif
91
92
94
97
98
99
100
101
10
102
BAB I
PENDAHULUAN
yang
dalam
kegiatan
operasionalnya
banyak
Tabel 1.1
Pertumbuhan Industri Manufaktur dan Pertumbuhan PDB (dalam %)
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
Pertumbuhan Manufaktur
5,3
6,4
4,6
4,7
7,2
Pertumbuhan PDB
4,7
5,1
5,6
5,2
6,3
Total Assets
2,000
Sales
EBIT
1,500
Working Capital
1,000
500
0
2003
2004
2005
2006
2007
tahun
tingkat
rentabilitas
yang
tinggi.
Tingkat
rentabilitas
menunjang suksesnya
menghitung
tingkat
rentabilitasnya.
Penelitian-penelitian
sebelumnya
Penelitian lainnya dilakukan oleh Suryo Luhur W.A dan Triani Pujiastuti
(2006) mengemukakan bahwa profit margin dan perputaran aktiva lancar
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal kerja. Selain
itu, profit margin ternyata memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap
tingkat rentabilitas modal kerja.
Indri Yuliafitri (2005) mengemukakan tentang pengaruh kecepatan
perputaran modal kerja dan operating assets turnover terhadap tingkat
rentabilitas pada perusahaan yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia
yang diobseravasi selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2001 sampai 2003.
Berdasarkan uji F yang dilakukan terhadap 48 sampel, diperoleh hasil
penelitian adalah secara bersama-sama atau simultan terdapat pengaruh yang
signifikan antara efektivitas modal kerja dan operating assets turnover
terhadap tingkat rentabilitas. Sedangkan pengujian secara parsial atau
individual menemukan bukti bahwa efektivitas modal kerja dan operating
assets turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
rentabilitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Aprilia (2003)
yang menyatakan bahwa perputaran modal kerja dan operating assets turnover
secara individual tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Dari temuan ini
menunjukkan bahwa kedua variabel (perputaran modal kerja dan operating
assets turnover) akan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
rentabilitas apabila keduanya berfungsi secara bersama.
Selanjutnya Tria Siswantini (2006) melakukan penelitian yang membahas
tentang pengaruh pengelolaan modal kerja, khususnya perputaran kas,
Terhadap
Tingkat
Rentabilitas
Pada
Perusahaan
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh variabel working capital turnover, profit margin,
operating assets turnover, dan firm size terhadap tingkat rentabilitas
perusahaan?
2. Dari keempat variabel independen (working capital turnover, profit
margin, operating assets turnover, dan firm size), manakah yang paling
dominan mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan?
atau
referensi
khususnya
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan
operasionalnya sehari-hari. Modal kerja tersebut diharapkan dapat kembali
dalam jangka pendek, biasanya kurang dari satu tahun, sehingga dapat
dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya.
Dengan demikian modal kerja tersebut terus menerus akan berputar selama
perusahaan itu berjalan.
Pengelolaan modal kerja meliputi usaha mendapatkan dan menyediakan
dana yang dibutuhkan serta usaha untuk menggunakan dana tersebut secara
efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan arus pendapatan guna
kelangsungan perusahaan dalam membiayai operasi selanjutnya. Oleh karena
itu, diperlukan manajemen yang baik terhadap pengelolaan modal kerja.
1. Pengertian modal kerja
Definisi modal kerja banyak dijelaskan oleh para ahli ekonomi.
Menurut Weston dan Brigham (1993) dalam Sudana dan Widyaningrum
(2003), mengemukakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan
pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan,
piutang usaha, dan persediaan.
Kemudian menurut Keown (1993) yang dikutip oleh Indri Yuliafitri
(2005), working capital is defined as the firms total investment in current
assets. Net working capital, on the other hand, is the difference between
the firms current assets and its current liabilities. Hal senada
diungkapkan oleh Wild, etc (2004) bahwa working capital is defined as
the excess of current assets over current liabilities.
Weston dan Copeland (2001) menerangkan bahwa modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga,
piutang dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk
membiayai aktiva lancar perusahaan. Jumlah ini disebut modal kerja
bersih (net working capital). Pemahaman senada diungkapkan oleh Alwi
(2003), modal kerja mengandung dua pengertian pokok, yaitu gross
working capital yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar dan net
working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dengan
hutang lancar.
Definisi-definisi di atas menjelaskan net working capital, yaitu
aktiva yang benar-benar dapat digunakan oleh perusahaan tanpa
mengurangi likuiditasnya. Prinsip modal kerja yang dimaksud adalah
selisih aktiva lancar (current assets) di atas hutang lancar (current
liabilities). Secara umum, aktiva lancar terdiri dari: kas atau uang tunai,
surat-surat berharga (marketable securities), piutang (account receivable),
dan persediaan (inventory). Sedangkan hutang lancar terdiri dari: hutanghutang jangka pendek (short-term liabilities), hutang wesel (notes), hutang
usaha, dan hutang-hutang pada bank yang berusia kurang dari satu tahun,
serta hutang jangka panjang (long-term liabilities) yang jatuh tempo.
kuantitatif
untuk
berdasarkan
mencukupi
pada
kebutuhan
kuantitas
yang
perusahaan
dalam
pertambahan
dalam
jumlah
laba
yang
ditahan
akan
pengurangan
jumlah
modal
kerja.
Misalnya
likuiditas yang paling tinggi. Makin tinggi jumlah kas yang dimiliki
suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula likuiditas perusahaan
tersebut. Kendati demikian, jumlah kas yang besar tidak selalu berarti
baik bagi suatu perusahaan.
Menurut Indriyo Sudarmo (1998) yang dikutip oleh Tri
Siswantini (2006) menyatakan bahwa jumlah kas yang harus
diperhatikan dalam posisi keuangan perusahaan yang baik (well
finance) sebaiknya tidak kurang dari 5% sampai dengan 10% dari
jumlah aktiva lancar. Besarnya uang kas yang harus dipertahankan
juga dapat dikaitkan dengan tingkat penjualan. Perbandingan antara
penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat
perputaran kas (cash turnover). Semakin tinggi tingkat perputaran kas
maka akan semakin efisien pula penggunaan kasnya, tetapi cash
turnover (CTO) yang terlalu cepat berputarnya berarti kas yag tersedia
terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan.
b. Perputaran piutang
Dalam menghadapi persaingan usaha antara perusahaan sejenis,
maka umumnya setiap perusahaan melakukan kebijaksanaan transaksi
penjualan secara kredit. Akan tetapi tidak jarang menimbulkan risiko
bagi perusahaan, yaitu apabila terjadi kredit macet. Oleh sebab itu,
pengelolaan piutang usaha perlu dilakukan dan umumnya menyangkut
masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan
biaya
penyimpanan
dan
pemeliharaan,
ada
yang
kesemuanya
dapat
memperkecil
keuntungan
persediaan
yang
efektif
diperlukan
untuk
memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan untuk
kerja
(working
capital
turnover),
yaitu
rasio
yang
B. Profit Margin
Menurut Suryo Luhur W.A. dan Triani Pujiastuti (2006) pengertian profit
margin adalah jumlah dari laba bersih yang dapat dihasilkan dari penjualan
bersih. Dengan kata lain, profit margin adalah perbandingan antara laba
bersih dengan penjualan bersih dan dinyatakan dalam persentase.
Profit margin mengukur persentase dari laba yang diperoleh dari tiap
penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya
semakin tinggi tingkat profit margin semakin baik, dan semakin rendah biaya
relatif dari barang yang dijual.
Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi penjualan ditentukan
oleh 2 faktor, yaitu penjualan bersih dan laba usaha. Besar kecilnya laba
usaha atau net operating income tergantung pada hasil penjualan dan besarnya
buaya usaha. Dengan jumlah biaya usaha tertentu profit margin dapat
diperbesar dengan memperbesar penjualan, atau dengan jumlah penjualan
tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil
biaya usaha. Dengan demikian maka terdapat 2 alternatif dalam usaha untuk
memperbesar profit margin, yaitu:
1. Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan
tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-besarnya, atau dengan kata
lain tambahan penjualan harus lebih besar daripada tambahan biaya usaha.
besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva
relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan
dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007).
Ukuran perusahaan secara tdak langsung menentukan kemampuan suatu
perusahaan dalam mengendalikan dan menghasilkan laba. Ukuran suatu
perusahaan salah satunya dapat dilihat dari aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan, karena aktiva menggambarkan tersedianya sumber daya untuk
kegiatan perusahaan dimana kegiatan tersebut cenderung dilakukan untuk
memperoleh laba. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran suatu perusahaan
secara tidak langsung juga menentukan laba yang diperoleh perusahaan (Susi
Dwimulyani, 2007).
Menurut Agnes Sawir (2004) Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk
sejumlah alasan berbeda. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan
tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.
Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang
terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Kalaupun mereka punya
akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan
kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan
harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan
return lebih tinggi secara signifikan.
bentuk
hutang,
termasuk
penawaran
spesial
yang
lebih
E. Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu (Riyanto, 2001).
Jumlah modal yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan
keuntungan yang semakin meningkat merupakan suatu faktor yang sangat
Sedangkan laba
yang
diperhitungkan dalam
over
investment
dalam
aktiva
yang
digunakan
dalam
F. Penelitian Terdahulu
Vedavinayagam Ganesan (2007) dalam penelitiannya tentang analisa
efisiensi pengelolaan modal kerja pada industri perlengkapan telekomunikasi
selama periode 2001 2006 dengan menggunakan Uji ANOVA pada analisis
regresi, mengemukakan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki
hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri
perlengkapan telekomunikasi di USA.
Kesseven Padachi (2006) melakukan penelitian tentang trend dalam
pengelolaan modal kerja dan implikasinya terhadap perusahaan manufaktur di
Mauritius, Afrika selama periode 1998-2003. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa tingginya tingkat investasi dalam persediaan dan piutang
usaha berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan
manufaktur.
Suryo Luhur W.A. dan Triani Pujiastuti (2006) mengemukakan bahwa
profit margin dan perputaran aktiva lancar memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap rentabilitas modal kerja. Selain itu, profit margin ternyata memiliki
pengaruh yang paling dominan dan signifikan terhadap tingkat rentabilitas
modal kerja.
G. Kerangka Berpikir
Manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek terpenting dari
keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahaan. Dengan adanya modal
kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan karena memungkinkan
untuk beroperasi seefisien mungkin. Berhubungan dengan itu, maka pada
penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh working capital turnover,
profit margin, operating assets turnover, dan firm size terhadap tingkat
rentabilitas perusahaan. Salah satu upaya untuk menganalisa hubungan
tersebut adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan. Dimana dengan
penerapan tersebut, terdapat beberapa hal yang diketahui yaitu apakah
pengelolaan modal kerja sudah efisien atau belum dalam memperoleh laba.
Selain itu juga untuk mengetahui apakah working capital turnover, profit
margin, operating assets turnover, dan firm size mempengaruhi tingkat
rentabilitas bagi perusahaan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu mengetahui apakah ada
pengaruh atau tidak secara parsial (secara individu) variabel independen
terhadap variabel dependen dan uji F dilakukan untuk mengetahui apakah
secara bersama-sama (simultan) ada pengaruh atau tidak antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji multikolinearitas dilakukan untuk
mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara
Profit
Margin
Working capital
turnover
Operating
Assets Turnover
Firm
Size
Rentabilitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yaitu
tahun
2004-2007,
pemerintahan
Susilo
Bambang
penurunan. Hal ini menjadi dasar untuk melihat apakah dalam keadaan
pertumbuhan sektor manufaktur yang sedang menurun, variabel-variabel
independen yang terdiri dari pengelolaan modal kerja, profit margin,
operating assets turnover, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur.
Data yang digunakan adalah data historis keuangan berupa laporan
keuangan semesteran pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
residualnya
(SRESID).
Deteksi
ada
tidaknya
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
terjadi
= Rentabilitas
= Konstanta
X1
X2
= Profit Margin
X3
X4
= Ukuran Perusahaan
bi
= Error
bersama-sama
mempengaruhi
variabel
dependen,
maka
b. Uji Statistik t
Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masingmasing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen digunakan tingkat signifikansi 0,05. jika nilai probability t
lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan),
sedangkan jika nilai probability T lebih kecil dari 0,05 maka terdapat
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen
(koefisien regresi signifikan) (Santoso, 2002:168).
c. Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien
determinasi (Adjusted R-Square). Jika Adjusted R-Square adalah sebesar
1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh
variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan
fluktuasi variabel dependen. Nilai Adjusted R-Square berkisar hampir 1,
berarti
semakin
kuat
kemampuan
variabel
independen
dapat
menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai Adjusted RSquare semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan
(Ghozali, 2001)
c. Profit Margin
Profit margin merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum
bunga dan pajak (EBIT) dengan penjualan dan dinyatakan dalam
persentase. Profit margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Net Operating Income
Profit Margin =
Sales
d. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Besar kecilnya ukuran perusahaan diukur berdasarkan pada rata-rata
total assets perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia mulai tahun
2003 hingga 2007. Menurut Yenny Charlemagne (2005) dalam Asnawi
dan Wijaya (2006), Ukuran perusahaan berdasarkan total assets
dikategorikan menjadi dua kriteria, yaitu:
1) Perusahaan kecil, kriteria: total assets kurang dari 400 Milliar.
2) Perusahaan besar, kriteria: total assets lebih besar dari 400 Milliar.
Variabel ukuran perusahaan berdasarkan besarnya total assets dibentuk
menjadi variable dummy, yaitu: perusahaan kecil dengan nilai dummy 0
dan perusahaan besar dengan nilai dummy 1.
Sales
X
Sales
Net Operating Income
Rentabilitas =
Operating Assets
Operating Assets
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan pada tahun 2002 Bursa Efek Indonesia juga mulai menerapkan sistem
perdagangan jarak jauh yang disebut Remote Trading System (RTS),
sebagai upaya meningkatkan akses pasar, kecepatan, dan frekuensi
perdagangan.
Pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian berubah nama menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur
Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur
Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan
Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan.
Menurut Jogianto (2003) era pasar modal di Indonesia dibagi menjadi
enam periode:
a. Periode Pertama (1912-1942): Periode Zaman Belanda
Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk
di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai Vereniging
voor Effectenhandel yang merupakan cikal bakal pasar modal
pertama di Indonesia. Setelah perang dunia I, pasar modal di Surabaya
mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di
Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. karena masih dalam zaman
penjajahan Belanda dan pasar-pasar modal ini juga didirikan oleh
Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan di sana juga
merupakan saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya yang
tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies.
pada
tanggal 1
pemerintah
berusaha
meningkatkan
aktivitas
komitmen
BEJ
dalam
menjalankan
mekanisme
suatu
lembaga
yang
menyelenggarakan
kliring
dan
laporan
penilai.
yang
Laporan
menerbitkan
penilai
dan
mencakup
pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain
meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain.
g. Pemodal (investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur pasar modal sebagai tempat sekuritassekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur,
wajar, dan efesien dengan maksud untuk melindungi kepentingan
para pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, kliring, dan
lemabaga-lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas
dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan
para professional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada
menteri keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena
kegiatan pendanaan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
yang diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Rentabilitas
280
.002
.401
.07697
.071188
280
.472
130.169
5.57758
11.844882
Profit Margin
280
.004
.216
.07769
.050519
280
.180
2.823
.97522
.534592
Firm Size
280
.68
.468
Valid N (listwise)
280
Variabel profit margin memiliki nilai minimum 0,004 yang terdapat pada
perusahaan Indorama Synthetics Tbk, dan nilai maximum 0,216 pada
perusahaan Lion Metal Works Tbk, dengan nilai rata-rata 0,07769 dan standar
deviasi 0,050519.
Variabel operating assets turnover memiliki nilai minimum 0,180 yang
terdapat pada perusahaan Ultrajaya Milk Industry Tbk, dan nilai maximum
2,823 pada perusahaan Pan Brothers Tbk, dengan nilai rata-rata 0,97522 dan
standar deviasi 0,534592.
Oleh karena variabel ukuran perusahaan merupakan variabel dummy
(kategori), maka tidak perlu dilakukan statistik deskripsi hanya perlu dibuat
table frekuensi. Frekuensi variabel ukuran perusahaan dapat dilihat pada tabel
4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji Frequency Ukuran Perusahaan
Firm Size
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Perusahaan Kecil
32.1
32.1
32.1
Perusahaan Besar
19
67.9
67.9
100.0
Total
28
100.0
100.0
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Data 2003 2007
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
b. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi regresi linear berganda adalah tidak terdapatnya
Autokorelasi. Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan
pengamatan dari waktu ke waktu.
Untuk mendeteksi ada tidaknya Autokorelasi maka dilakukan
pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut
(Santoso, 2007 : 216):
1) Angka Durbin Watson (DW) dibawah -2 berarti ada Autokorelasi
positif.
2) Angka Durbin Watson (DW) diantara -2 sampai +2, berarti tidak
ada Autokorelasi.
Durbin-Watson
Kesimpulan
2.000
Tolerance
VIF
Kesimpulan
.980
1.021
Profit Margin
.998
1.002
.954
1.048
Firm Size
.967
1.034
berada disekitar
angka
nol,
sehingga
dapat
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-.083
.005
-.003
.001
Profit Margin
.960
Beta
Sig.
-15.183
.000
-2.119
.035
.035
.681 27.526
.000
.079
.003
.591 23.348
.000
.015
.004
.102
.000
-.053
4.038
Persamaan:
Y = -0,083 0,003 X1 + 0,960 X2 + 0,079 X3 + 0,015 X4 +
Keterangan:
Y1 = Variabel dependen Rentabilitas
a = Konstanta
= Koefisien regresi dari variabel independen ke i.
i
Perusahaan
yang
membedakan
perusahaan
besar
dan
perusahaan kecil.
= Estimasi Error
Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linier berganda di atas
dapat diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel
independen (working capital turnover, profit margin, operating assets
turnover, dan firm size) dengan variabel dependen (rentabilitas) pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tanda (+) berarti
terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen
dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel
independen (working capital turnover, profit margin, operating assets
turnover, dan firm size) maka semakin meningkat pula nilai variabel
dependen (rentabilitas) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia, begitu juga sebaliknya.
b. Nilai konstanta pada persamaan regresi sebesar -0,083 menunjukkan
bahwa jika variabel dependen lainnya bernilai nol, maka tingkat
rentabilitas mengalami penurunan sebesar 8,3 %.
c. Koefisien regresi untuk variabel working capital turnover (X1) sebesar
-0,003 menunjukkan bahwa jika variabel working capital turnover
(X1) meningkat satu kali perputaran maka tingkat rentabilitas
mengalami penurunan sebesar 0,3 %, dengan ketentuan variabel lain
konstan.
d. Koefisien regresi variabel profit margin (X2) sebesar 0,960
menunjukkan bahwa jika profit margin (X2) meningkat satu persen
maka tingkat rentabilitas mengalami peningkatan sebesar 96%,
dengan ketentuan variabel lain konstan.
e. Koefisien regresi variabel Operating Assets Turnover (X3) sebesar
0,079 menunjukkan bahwa jika variabel Operating Assets Turnover
(X3) meningkat satu kali perputaran maka tingkat rentabilitas
mengalami peningkatan sebesar 7,9 %, dengan ketentuan variabel lain
konstan.
f. Koefisien regresi variabel firm size (X4) sebesar 0,015 menunjukkan
bahwa jika perusahaan tergolong Perusahaan Kecil (dummy = 0) dan
variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai rentabilitas sebesar
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah
ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis
penelitian dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik F dan Uji
Statistik t. Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel
independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen, sedangkan Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
yang terdiri dari working capital turnover, profit margin, operating
assets turnover, dan firm size terhadap variabel independen yaitu
rentabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
secara simultan atau bersama-sama.
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Regresi Simultan (F-Test)
b
ANOVA
Sum of
Model
1
Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
1.176
.294
.238
275
.001
1.414
279
F
340.033
Sig.
.000
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1
Std. Error
(Constant)
-.083
.005
-.003
.001
Profit Margin
.960
Beta
Sig.
-15.183
.000
-.053
-2.119
.035 **
.035
.681
27.526
.000*
.079
.003
.591
23.348
.000 *
.015
.004
.102
4.038
.000 *
rentabilitas
perusahaan
manufaktur,
sedangkan
terhadap
tingkat
profit
margin,
variabel
operating
assets
turnover
sebesar
0,079
4) Firm Size
Nilai koefisien regresi untuk variabel firm size yaitu sebesar
0,015 menunjukkan bahwa variabel firm size memiliki hubungan
positif dengan variable rentabilitas.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa t hitung lebih
besar dari t tabel (t hitung = 27,526 > t tabel = 2,340), berarti
variabel profit margin terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat rentabilitas, hal ini didukung dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih rendah dari tingkat
signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 1%
( = 0,01).
Hasil uji t (t-test) di atas konsisten dengan hasil penelitian
Ganesan (2007) bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki
hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan
industri perlengkapan telekomunikasi. Hasil penelitian ini juga
sependapat dengan hasil penelitian Padachi (2006) bahwa tingginya
investasi dalam pengelolaan modal kerja berhubungan dengan
rendahnya
tingkat
profitabilitas
pada
perusahaan
manufaktur.
penulis lakukan, yaitu adanya pengaruh positif antara firm size dengan
tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Koefisien regresi variabel firm size (variabel dummy) sebesar
0,015 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong perusahaan
kecil (dummy = 0) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka
nilai rentabilitas sebesar -0,083 + (0,015).(DJenis) = -0,083 +
(0,015).(0) = -0,083. Jadi rentabilitas turun sebesar 8,3%. Jika
perusahaan tergolong perusahaan besar (dummy = 1) dan variabel
lain bernilai sama dengan nol, maka nilai rentabilitas sebesar -0,083 +
(0,015).(DJenis) = -0,083 + (0,015).(1) = -0,068. Jadi tingkat
rentabilitas turun sebesar 6,8%.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan yang tergolong besar memiliki pengaruh negatif lebih
kecil terhadap tingkat rentabilitas, yaitu sebesar -6,8% dibandingkan
dengan ukuran perusahaan yang tergolong kecil dimana memiliki
pengaruh negatif lebih besar terhadap tingkat rentabilitas, yaitu sebesar
-8,3%. Oleh karena itu, perusahaan yang tergolong besar memiliki
tingkat rentabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tingkat rentabilitas
yang dihasilkan oleh perusahaan yang tergolong kecil.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil
berarti
kemampuan
variabel-veriabel
independen
dalam
satu
berarti
variasi
variabel-variabel
independen
Model Summary
Model
1
R
.912
R Square
a
Adjusted R
Square
Estimate
.832
.829
.029406
Durbin-Watson
2.000
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai variabel working capital turnover,
profit margin, operating assets turnover, dan firm size serta pengaruhnya
terhadap tingkat rentabilitas perusahaan pada sektor manufaktur selama
periode 2003 hingga 2007, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel profit margin, operating
assets turnover, dan firm size memiliki pengaruh positif dan signifikan
pada level signifikan 1% terhadap tingkat rentabilitas perusahaan
manufaktur, sedangkan variabel pengelolaan modal kerja (working capital
turnover) berpengaruh negatif dan signifikan pada level signifikan 5%
terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profit margin merupakan variabel
yang paling dominan dan signifikan mempengaruhi tingkat rentabilitas
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
3. Hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R2) menunjukkan nilai sebesar
0,829. Hal ini berarti kemampuan variabel independen (working capital
turnover, profit margin, operating assets turnover, dan firm size) dapat
menjelaskan variabel dependen (rentabilitas) sebesar 82,9 %.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan
hasil
penelitian,
penulis
tingkat
rentabilitas
perusahaan
manufaktur.
Hal
ini
selanjutnya
diarahkan
pada
faktor-faktor
lain
yang
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan, Andi Offset,
Yogyakarta, 2003.
Basri, Chatib. Ekspor Manufaktur Indonesia dan Hambatan Sisi Penawaran,
KOMPAS, 31 Maret 2003.
Brealey, Myers, Marcus. Fundamentals Of Corporate Finance, McGraw-Hill,
New York, 2001.
Brealey, Richard A dan Myers, Stewart C. Principles of Corporate Finance :
Fifth Edition, McGraw-Hill, New York, 1996.
Brigham, Eugene dan Houston, Joel. Manajemen Keuangan Jilid I, Erlangga,
Jakarta, 2001.
Copeland dan Wenston, J. Fred. Manajemen Keuangan Jilid I, Binarupa
Aksara, Jakarta, 2001.
Ganesan, Vedavinayagam. An Analysis of Working Capital Management
Efficiency in Telecommunication Equipment Industry, Rivier Academic
Journal, Volume 3, Number 2, Fall 2007.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP
UNDIP, Semarang, 2001.
Gie, Kwik Kian. PDB Tumbuh, Manufaktur Terpuruk, dan Hasil Tambang
Diisap, http://els.bappenas.go.id/, 11 Desember 2007.
Hartono, Jogiyanto. Pasar Efisien Secara Keputusan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2005.
Horne, Wachowicz. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta, 1998.
Husnan, Suad. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Keputusan Jangka
Pendek, BPFE, Yogyakarta, 1998.
Indri, Koesmawan, Amilin. Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja Dan
Operating Assets Turnover Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor
Industri Dasar Dan Kimia Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Ekonomi Vol. XV No. 39 Sep./Okt. 2005.
Keown, Arthur J., Scott Jr., David F., Martin, John D., Petty, William.
Foundation of Finance, Prentice Hall, New Jersey, 1994.
Luhur, Suryo, Triani Pujiastuti. Analisis Perkembangan Rentabilitas Modal Kerja
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Modal Kerja Studi
Kasus Pada PT. Aneka Karya Di Klaten, Buletin Ekonomi No.1 Tahun
Pertama Desember 2006.
Minanda, Evy Flamboyan. PKS Protes Besaran Kenaikan BBM, Tempo
Interaktif, 1 Oktober 2005.
Munawir. Analisis Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2005.
Muttaqin, Hidayatullah. Membedah Latar Belakang Kenaikan BBM, TDL, dan
Telepon: Tinjauan Politik Ekonomi, Jurnal Ekonomi Ideologis
(http://jurnal-ekonomi.org/), 15 September 2003.
Padachi, Kesseven. Trends in Working Capital Management and Its Impact on
Firms Performance: An Analysis of Mauritian Small Manufacturing
Firms, International Review of Business Research Papers Vol.2 No.2,
October 2006.
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar
Yogyakarta, 2001.
Pembelanjaan
Perusahaan,
BPFE,