a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama mempunyai dua
lubang ( kavum nasi ) dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ).
Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung ( konka nasalis )
Pada hidung bagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau
resptor-reseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Fungsi hidung terdiri dari :
terjadi
pengambilan
oksigen
dan
pengeluaran
3. Klasifikasi
Departemen Kesehatan RI membagi diagnosis flu burung pada
manusia menjadi kasus suspek, probable dan kasus konfirmasi.
a. Kasus suspek flu burung adalah seseorang dengan infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) dengan gejala demam (suhu > 38C),
batuk dan atau sakit tenggorokan
dengan
salah
satu
peternakan
yang
keadaan :
1) Seminggu
terakhir
mengunjungi
burung.
b. Kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :
1) Bukti laboratorium terbatas mengarah ke virus influenza A
H5N1, misalnya tes menggunakan antigen H5N1.
2) Dalam waktu singkat, berlanjut menjadi pneumonia / gagal
pernafasan / meninggal.
3) Terbukti tidak ada penyebab lain.
c. Kasus yang sudah pasti atau kasus konfirmasi, yang definisinya
adalah kasus yang :
1) Hasil kultur virus influenza H5N1 (+)
2) Hasil PCR influenza H5 (+)
3) Terjadi peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali.
4. Etiologi
Unggas
yang
terserang
virus
influenza
tiupe A dapat
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
AGD.
Deteksi Antigen.
Pemeriksaan Radiologi.
Petugas
radiologi
telah
Pemeriksaan
akan
koran
dikemas
dimasukkan
kedalam
kotak
pengiriman primer.
Pengambilan pakai jarum Vacutainer.
a. Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup
karet sebanyak 2 ml dari anak-anak dan 5 ml dari orang
dewasa.
b. Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar
darah dalam tabung steril membeku dengan baik.
c. Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus
dilakukan di Badan Litbangkes/ Namru 2 Jakarta, atau
laboratorium yang ada sentrifus.
d. Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tissu atau
kertas koran diremas dimasukkan ke dalam kotak
pengiriman primer.
8. Penatalaksanaan Medik
-
Dengan PCR
Pengobatan
Dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang ada; jika batuk
dapat diberi obat batuk dan jika sesak dapat diberi oksigen atau
bronkodilator. Pasien juga harus mendapat terapi suportif, makanan
yang baik dan bergizi, jika perlu diinfus dan istirahat cukup. Secara
umum daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan. Selain itu dapat
pula diberikan obat anti virus.
Ada 2 jenis yang tersedia : kelompok inhibitors yaitu
amantadine dan rimantadine serta kelompok dari neuraminidase
inhibitors yaitu oseltamivir dan zanimivir. Amantadine dan
rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama selama 3
5 hari, dengan dosis 5 mg/kg bb./ hari, dibagi 2 dosis. Jika berat
badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. Sedangkan
oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali sehari selama 1 minggu. Dosis
harus diturunkan pada orang lanjut usia dan mereka yang mengalami
penurunan fungsi hati atau ginjal.
Pencegahan pada unggas
a. Depopulasi yaitu pemusnahan unggas atau burung yang terinfeksi
flu burung.
b. Vaksinasi unggas yang sehat.
c. Tindakan karantina atau isolasi harus diberlakukan terhadap
peternakan yang tertular.
Pencegahan pada manusia
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang )
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis
bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu
burung.
a. Pneumonia
Pengkajian
a. Lingkungan yang berpengaruh seperti daerah peternakan
unggas dan sekitarnya serta daerah tempat penjualan unggas.
b. Kebiasaan memasak hasil produk unggas ( daging dan telur )
tidak sampai benar-benar matang
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus influenza
tipe A
b. Kerusakan petukaran gas berhubungkan dengan gangguan
suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas, berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi
kental akibat influenza.
d. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake cairan yang tidak adekuat
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya informasi
dan
3.
Rencana Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus influenza
tipe A.
Tujuan
keperawatan.
Sasaran : - TTV dalam batas normal
( Suhu = 36 - 37 C, Nadi = 60 100 x/menit, Respirasi = 12 20
x/menit )
Intervensi :
a. Beri kompres hangat pada dahi.
Rasional : Membantu menurunkan panas dengan cara evaporasi.
b. Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional : Mengetahui peningkatan suhu tubuh. Penurunan
tekanan darah dan nadi menunjukkan hipovolemik. Peningkatan
pernafasan menunjukkan terjadinya hipoksia jaringan.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih ( 1,6 2 liter / 24
jam ).
Rasional : Peningkatan suhu tubuh menyebabkan penguapan
cairan tubuh sehingga perlu diimbangi dengan banyak asupan
cairan.
d. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap
keringat.
Rasional : Mengurangi penguapan tubuh.
e. Berikan lingkungan yang tenang, sirkulasi yang memadai dan
temperatur lingkungan yang sesuai dengan suhu tubuh pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan
mempertahankan suhu tubuh.
f. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian therapy
antipiretik.
Rasional : Antipiretik untuk menurunkan panas. Antibiotik
untuk mengatasi infeksi dan cairan intravena untuk meningkatkan
asupan cairan yang hilang.
g. Jelaskan penyebab peningkatan suhu tubuh.
aksesori,
napas
bibir,
ketidakmampuan
bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan
dan atau kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam
perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan / toleransi
individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer ( terlihat pada kuku )
atau sentral ( terlihat sekitar bibir atau daun telinga ). Keabuabuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
d. Dorong
mengeluarkan
sputum;
penghisapan
bila
diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah
sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas
kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
e. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
ada
Sasaran
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal
mengi, krekels, ronki.
Rasional
dengan
jalan
napas
dan
dapat
tak
frekuensi
pernapasan.
Catat
rasio
inspirasi/ekspirasi.
Rasional
Peninggian
kepala
tempat
tidur
Sasaran
tanda hipovolemia.
b. Kaji daerah kulit, membran mukosa, turgor kulit, mata dan
rasa haus
Rasional
menghindarkan
ketidakseimbangan
cairan
dan
tubuh.
f. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian cairan
intravena.
Rasional
5. Resiko
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
tepat.
b. Jelaskan manfaat bagi pasien terutama saat sakit.
Rasional
: Meningkatkan pengetahuan pasien sebagai
motivasi untuk makan meningkat.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan
hidangkan dalam keadaan hangat.
Rasional
: Mengurangi beban kerja lambung dan
meningkatkan nafsu makan bila dalam keadaan hangat.
d. Libatkan keluarga dalam pemberian makanan porsi kecil tapi
sering.
Rasional
Rasional
pengetahuan
tentang
proses
penyakit
dan
Menunjukkan
pemahaman
tentang
kondisi,
aturan
burung.
Pasien dan keluarga akan memulai perubahan tingkah laku /
Daftar Pustaka
1. http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/06/askep-flu-burung.html
2. www.kompas.com
3. Soejoedono Retno. D dan Ekowati Handharyani. Flu Burung Seri
Agriwawasan. Cetakan: 3. Jakarta : Penebar Swadaya, 2006.
4. Doengoes Marlyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi: 3.
Jakarta : EGC, 2000.
20090751
Fransiskus Rudi
20090763
Jamalluddin
20090766
Veronika Mansunomi
20090788