PENDAHULUAN
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi prosesproses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses energi tubuh, pembentukan dan eksresi
empedu, metabolisme karbohidrat, protein, dan vitamin, imunologi tubuh, dan zat-zat yang
digunakan untuk koagulasi darah.
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regenerative. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoseluler.
Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular,
dan regenerasi nodularis parenkim hati.
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum
adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan
tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis
kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dapat
dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati.
Berdasarkan dari WHO tahun 2004 sirosis menempati urutan ke delapan belas
penyabab kematian dengan jumlah kematian 800.000 kasus dengan prevalensi 1,3 %. Di
Amerika Serikat pada tahun 2007, sirosis hati menyebabkan 29.165 kematian dengan angka
kematian 9,7 per 100.000 orang. Sedangkan di Eropa sirosis menyebabkan 170.000 kematian
per tahun dengan prevalensi 1,8 %.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI HATI
Hepar (hati) adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2 1,8 kg
atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar
kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolism tubuh dengan fungsi
yang sangat kompleks. Batas atas hati berada sejajar dengan ruang intercostal V kanan
dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri1,2.
Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal
sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem
porta yang mengandung arteri hepatika, vena porta, dan duktus koledokus. Sistem
porta terletak di depan vena kava inferior dan di balik kandung empedu2.
Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh perlekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan kanan. Pada daerah antara ligamentum
falsiform dengan kandung empedu di lobus kanan kadang-kadang dapat ditemukan
lobus kuadratus dan sebuah daerah yang disebut sebagai lobus kaudatus yang
biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan ligamentum venosum pada permukaan
posterior. Macam-macam ligamen2:
1
Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi yang berbeda, berdasarkan aliran
cabang pembuluh darah dan saluran empedu yang dimiliki oleh masing-masing
segmen. Pada dasarnya, garis Cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai
empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah
dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi1.
hati. Hati
dapat dibagi
menjadi 8
segmen
berdasarkan
pada suplai
empedu
Vena
porta
dibentuk
oleh
penyatuan vena mesenterica superior dan vena splenika tepat posterior terhadap caput
pankreas sekitar tinggi vertebra lumbalis kedua. Ia meluas sedikit ke kanan garis
tengah bagi jarak 5,5 8 cm terhadapt porta hepatis. Vena porta mempunyai distribusi
intrahepatik segmental. Vena mesenterica superior dibentuk oleh cabang dari usus
halus, colon, dan caput pankreas serta secara tak tepat dari lambung melalui vena
gastro-epiploica dextra. Vena splenica (5-15 saluran) dimulai pada hilum splenika dan
bersatu diikat cauda pankreas dengan pembuluh darah gastricae breves untuk vena
splenica utama.
Hal ini berlangsung dalam arah transversa dalam corpus dan capur pankreas,
yang terletak di bawah depan arteri. Ia menerima banyak cabang dari capur pancreas
dan vena gastro-epiploica sinistra memasukinya dekat limpa. Vena mesenterica
inferior membawa darah dari bagian kiri colon dan rectum biasanya memasuki
sepertiga medialnya. Tetapi kadang-kadang ia memasuki sambungan vena splenica
dan mesenterica superior.
B. FISIOLOGI HATI
I.
FUNGSI HATI
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Sirkulasi vena porta
yang menyuplai 75% dari suplai asinus memegang peranan penting dalam fisiologis
hati, terutama dalam hal metabolisme karbohidrat, protein, dan asam lemak. Ada
beberapa fungsi hati, yaitu1,3 :
1. Pembentukan dan eksresi empedu
a. Hati mengekskresikan empedu sebanyak 1 liter/hari ke dalam usus
halus
4
untuk
Gambar 4.
Gambaran
sistematik aliran
darah hati
III.
METABOLISME BILIRUBIN
Pembentukan bilirubin berasal dari pemecahan eritrosit yang matang. Eritrosit
dipecah menjadi hem dan globin. Hem dipecah menjadi besi (Fe +) dan produk antara
biliverdin dengan perantara enzim homeoksigenase. Enzim lain, biliverdin reduktase
mengubah biliverdin menjadi bilirubin. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya
bilirubin tak terkonjugasi ini transportnya dalam plasma terikat dengan albumin dan
tidak dapat melalui membrane glomerulus. Proses pengambilan bilirubin oleh hati
tidak diikuti dengan pengambilan albumin. Bilirubin bebas dalam sel hati mengalami
konjugasi dengan asam glukuronik membentuk bilirubin diglukuronida atau bilirubin
konjugasi atau bilirubin direk. Bilirubin konjugasi dikeluarkan dalam kanikulus
bersama bahan lainnya. Didalam usus flora bakteri mendekonjugasi dan mereduksi
bilirubin menjadi sterkobilinogen dan mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja
yang memberi warna coklat. Sebagian diserap dan dikeluarkan kembali ke dalam
empedu, dan dalam jumlah kecil mencapai air seni sebagai urobilinogen3.
C. GANGGUAN HATI
SIROSIS HATI
I.
Definisi
Sirosis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukkan nodulus regeneratif (Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodulnodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal
(Price & Wilson, 2005).
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan
difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam
parenkim hati (Manjoer, 2001).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis
adalah suatu penyakit hati kronis menahun dengan keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif
diikuti dengan proliferasi jaringan ikat yang ditandai dengan proses
8
peradangan, nekrosis sel hati, fibrosis difus, dan pembentukkan nodulnodul regenerasi sel hati yang tidak sempurna (pseudolobulus).
II.
Etiologi
Virus Hepatitis / Pasca Nekrosis5
Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk
tidak teratur, dan terdiri dari nodulus sel hati yang
dipisahkan oleh fibrosis yang padat dan lebar
Gambaran mikroskopik konsisten dengan
gambaran
Alkohol5
Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari
sirosis, terutama didunia barat. Perkembangan sirosis
tergantung pada jumlah dan keseringan konsumsi alkohol.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat merusak sel-sel
hati yang menimbulkan perlemakan pada hati
Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merupakan
penyakit hati yang memiliki ciri serta perjalanan penyakit
seperti penyakit hati alkoholik (Alcoholic Liver Disease)
yang membentuk perlemakan pada hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena NAFLD terjadi pada individuindividu yang tidak mengkonsumsi jumlah-jumlah alkohol
Biliaris
Suatu proses difusi yang nekrosis dan terjadi inflamasi pada
triad portal, yang ditandai dengan :
o Destruksi sel duktus biliaris
o Infiltrasi pada sel-sel inflamasi yang akut dan kronis
o Reaksi fibroblastik lokal
o Stasis biliaris bervariasi
Sirosis kriptogenik5
Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu
sebab yang umum untuk pencangkokan hati. Di-istilahkan
sirosis kriptogenik (cryptogenic cirrhosis) karena bertahuntahun para dokter telah tidak mampu untuk menerangkan
mengapa sebagian dari pasien-pasien mengembangkan
sirosis. Dipercaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan
oleh NASH (nonalcoholic steatohepatitis) yang disebabkan
oleh kegemukan, diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang
tetap bertahan lama. Lemak dalam hati dari pasien-pasien
dengan NASH diperkirakan menghilang dengan timbulnya
sirosis, dan ini telah membuatnya sulit untuk para dokter
membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik
untuk suatu waktu yang lama. Satu petunjuk yang penting
bahwa NASH menjurus pada sirosis kriptogenik adalah
penemuan dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada
hati-hati yang baru dari pasien-pasien yang menjalankan
pencangkokan hati untuk sirosis kriptogenik. Akhirnya,
suatu studi dari Perancis menyarankan bahwa pasien-pasien
dengan NASH mempunyai suatu risiko mengembangkan
sirosis yang serupa seperti pasien-pasien dengan infeksi
10
Kelainan Genetik5
Berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati
yang menjurus pada kerusakkan jaringan dan sirosis.
Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal
(hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada
hemochromatosis,
pasien-pasien
mewarisi
suatu
organ-organ
yang
berbeda
diseluruh
tubuh
Patofisiologi
Sirosis Post Nekrotik / Virus Hepatitis1,5
Sel stelata (Stellate cell) dalam keadaan normal mempunyai
peran dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan
proses degradasi. Pembentukan fibrosis menunjukan perubahan
proses
keseimbangan.
Jika
terpapar
factor
tertentu
yang
berlangsung secara terus menerus (misal : hepatitis virus, bahanbahan hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang
membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus di dalam sel stelata,
dan jaringan hati yang normal akan diganti oleh jaringan ikat.
Hepatitis Virus Yang Kronis adalah suatu kondisi dimana
hepatitis B atau hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun.
Beberapa pasien yang terinfeksi dengan virus hepatitis B dan
terinfeksi dengan virus hepatitis C mengembangkan hepatitis yang
kronis, yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan hati yang
Pada awalnya hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak
hati akan menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi,
nyeri pada abdomen, sedangkan konsentrasi albumin plasma menurun yang
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldesteron yang
berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
Terjadinya hipertensi portal di sebabkan adanya peningkatan tekanan vena porta yang
menetap di atas nilai normal yaitu 6 sampai 12 cmH 2O. Mekanisme primer penyebab
hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati dan
juga terjadi peningkatan aliran arteria splangnikus. Tekanan balik pada sistem portal
menyebabkan splenomegali dan asites.1
Asites merupakan penimbunan cairan encer intra peritoneal yang mengandung
sedikit protein. Faktor yang menyebabkan terjadinya asites adalah peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler usus (hipertensi porta) dan penurunan osmotik koloid
akibat hipoalbuminemia.1,7
Perdarahan pada saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya pada
sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan penyebab dari
sepertinya kematian. Penyebab yang lain perdarahan pada tukak lambung dan
12
Manifestasi Klinis
Stigma Sirosis
Hiperesterogenisme sekunder1 :
Kerusakan hati menghancurkan katabolisme androgen
V.
estrogen naik
o Spider nevi
o Palmar eritema
o Gynecomastia
o Artrofi testis
o Kolateral
Hipertensi portal1 :
o Varises esofagus : melena dan hematemesis
o Asites
o Splenomegali
o Kolateral
o Hemoroid
o Oedem mukosa usus
Ikterus1
Pada kulit dan membrane mukosa akibat bilirubinemia
Bila koonsentrasi bilirubin < 2 3 mg/dl tidak begitu
terlihat
Warna urin gelap seperti air teh
Hepatomegali1
Ukuran hati dapat normal, kecil, atau besar
Bila hati teraba :
o Hati sirotik
o Teraba keras
o Nodular
Stadium Klinik
Stadium Kompensata5
Belum ada gejala klinik yang nyata
13
VI.
Pemeriksaan6
a. Tes Fungsi Hati
o Aminotransferase : AST meningkat dibandingkan ALT
o Alkali fosfatase : meningkat < 2 3x batas normal atas
pada pasien sirosis bilier primer
o Gamma glutamil transpeptidase : GGT meningkat pada
alkoholik kronik
o Bilirubin : kompensata
(meningkat)
o Globulin : meningkat
o Albumin : menurun
o Waktu protrombin :
(normal),
memanjang
dekomoensata
mencerminkan
Komplikasi
Hipertensi portal5
Normal : 5 10 mmHg
Hipertensi Portal : > 15 20 mmHg
Varises esofagus :
o Melena : muntah darah berwarna hitam
o Hematemesis : BAB darah berwarna hitam
o Etiologi :
a. Ruptur varises esofagus
b. Erosif gastritis
c. Ulkus peptikum
d. Malignancy
e. Sindroma Mallory-Weiss
Asistes : Penimbunan cairan bebas secara abnormal di
rongga perut
Peritonitis bakterial spontan5
14
Infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti
infeksi sekunder intra abdominal tanpa gejala namun
VIII. Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa6 :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;
misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan
vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
o Hepatitis B
a. Berdasarkan panduan dari the European
Association for Study of the Liver (EASL,
2012) disebutkan bahwa obat antiviral oral
efektif untuk memperbaiki fungsi hati
b. Obat antiviral dapat ditoleransi pasien
dengan baik tanpa efek samping yang
signifikan
c. Mengingat pertimbangan resistensi maka
antiviral
lini
pertama
direkomendasikan
(Ricofovir
adalah
1x300
mg)
atau
yang
tenofovir
entecavir
transplantasi
hati
Terapi
Tidak perlu pengobatan
15
Asites ringan
mg/hari)
Asites sedang Restriksi garam (80-120 mmol/hari)
Spironolakton dosis bertahap (100-400
berat
mg/hari)
Furosemid dosis bertahap (40-160 mg/hari)
Asites refrakter
Parasentesis dan penggantian volume
Hiponatremi
plasma
Diuretik
TIPS
Kadar natrium serum < 125 mmol/l ;
hentikan obat diuretik
Kadar natrium serum < 120 mmol/l ;
ekspansi volume plasma
Hiper / euvolume : restriksi cairan
Vasopresin V2 receptor antagonists
o Asites
a. Tirah baring
Tidur telentang kaki sedikit diangkat
selama beberapa jam setelah minum obat
diuretika
b. Memperbaiki
efektifitas
diuretika,
pada
simpatis
dan
sistem
renin-
angiotensin-aldosteron menurun
o Diet
a. Diet rendah garam ringan sampai sedang
dapat membantu diuresis
b. Konsumsi garam (NaCl) perhari sebaiknya
dibatasi hingga 40 60 meq/hari
o Diuretika
16
a. Jenis
duretik
spironolakton
yang
diberikan
(100-400
adalah
mg/hari)
dan
sasaran
dipicu
10 mmol/dl)
Hipokalemia / hyperkalemia
17
18
minggu
Asites permagna yang muncul kembali
dalam
waktu
mendapatkan
minggu
retriksi
setelah
garam
dan
diatas
Direkomendasikan
untuk
melakukan
mengalami
rekurensi
asites
atau
bila
tindakan
ensefalopati kronis)
Infeksi aktif
Gagal ginjal progresif
Penyakt kardio-pulmonal berat
o Peritonitis Bakterial Spontan
a. Keadaan yang dialami pasien dengan
peritonitis bacterial spontan :
b. Keluhan local dan atau tanda peritonitis :
nyeri perut, nyeri tekan perut, diare, muntah,
ileus
c. Tanda
inflamasi
hiponatremia,
sistemik
menggigil
(hiper
takikardi,
lekositosis)
d. Pemburukan fungsi hati
e. Ensefalopati hepatikum
f. Syok
g. Gagal ginjal
o Perdarahan saluran cerna
19
peritonitis
quinolone
(ciprofloxacin
atau
ofloxacin)
e. Kemungkinan perbaikan klinis 90% ditandai
dengan penurunan jumlah infeksi < 250 /uL
f. Tidak
direkomendasikan
parasintesis
terapeutik pada saat terjadi infeksi aktif
g. Sekitar 30% pasien dengan peritonitis
bakterial spontan mengalami komplikasi
sindrom
hepato-renal,
sebab
itu
albumin
bersama-sama
antibiotik,
sampai
0,5
gr/kgBB/hari
o Varises esofagus
a. Sebelum dan sesudah berdarah obat
penyekat beta (propranolol)
20
intravena,
antibiotika
amiksilin
atau
aminoglioksida
d. Sindrom hepatorenal : mengatasi perubahan
darah hati, mengatur keseimbangan garam
dan air
e. Transplantasi hati : terapi definitif pada
pasien
sebelum
sirosis
dekompensata,
dilakukan
beberapa kriteria
namun
transplantasi
yang harus
ada
dipenuhi
resipien dahulu
IX.
Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor,
meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain
yang menyertai. Klasifikasi Child-Pugh, juga untuk menilai prognosis
pasien sirosis yang akan menjalani operasi, variabelnya meliputi
konsentrasi bilirubin, albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati juga
status nutrisi1,6.
Klasifikasi ini terdiri dari Child A,B, dan C berturut-turut 100, 80, dan
45%. Penilaian prognosis terbaru adalah Model for End Stage Liver
Disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan
transplantasi hati.
Faktor
Bilirubin
Serum
Albumin
Serum
Protombin
time (PT)
Unit
mol/L
mg/dL
1
< 34
< 2,0
2
34 51
2,0 3,0
3
> 51
>3,0
g/dL
d/dL
> 35
>3,5
30 35
3,0 3,5
< 30
< 3,0
Detik
Memanjan
04
< 1,7
46
1,7 2,3
>6
>2,3
g
INR
Asites
Tidak Mudah
Sukar
ada
dikendalika
dikendalika
Ensefalopa
n
Tidak Minimal
ti hepatic
ada
n
Lanjut
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sirosis hati merupakan stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomi
didapatkan proses fibrosis difus dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis. Etiologi
sirosis hati tersering di Indonesia adalah virus hepatitis. Berdasarkan stadium klinik, sirosis
dibagi menjadi dua stadium, yaitu stadium kompensata dan stadium dekompensata. Sirosis
hati memiliki stigma untuk mengetahui penyebab manifestasi klinis dan komplikasi, yaitu
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V.Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
2. Putz, R dan Reinhard P. 2006. Sobotta. Ed 22. Alih bahasa Y. Joko Suyono. EGC, Jakarta.
Hlm 142-143
3. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta: EGC
4. Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL. Harrisons Manual Of Medicine. Ed 18. USA
: McGraw-Hill. 2013.
6. B Cahyono, JB Suharjo. Tatalaksana Klinis Di Bidang Gastro dan Hepatologi. Sagung Seto.
Jakarta. 2014
23
24