Anda di halaman 1dari 4

SOLUBILITY SOLIDS IN LIQUIDS

Ahmad Hadi M. (2315100074), Surya Aji P. (2315100047)


Asisten : Maratul Fauziyah
Laboratorium Kimi Fisika Jurusan Teknik Kimia
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2016

Pendahuluan
A Latar Belakang
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkkwwkwwkwkwkwkw
kwk
B Tujuan
Untuk mengetahui kelarutan zat terlarut pada berbagai temperatur
C Dasar Teori
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Disamping itu terdapat
larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran).
(Voight, 589 : 1994)
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut
pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya,
larutan ini disebut larutan jenuh.
(Effendi, 306: 2003)
Untuk zat padat a yang berada pada kesetimbangan larutan, mengandung a,
potensial kimia a; a, haruslah sama di fase padat dan cair; al = as. Potensial kimia
dari komponen a di larutan ideal adalah
al, eq = alo + RT ln Xa
o
dimana al adalah potensial kimia larutan murni a, dan X adalah kelarutan. Maka
dalam keadaan setimbang dapat ditulis
as = alo + RT ln Xa
(Silbey , 134 : 2005)

Energi Gibbs Reaksi, rG, didefiniskan sebagai kemiringan dari grafik Energi
Gibbs melawan Ekstent Reaksi. Eksten Reaksi adalah banyaknya jumlah zat dan
dinyatakan dalam mol.
r G =

( G
)
P, T

Meskipun biasanya menunjukkan selisih suatu nilai, dalam persamaan ini


menunjukkan turunan, kemiringan dari G terhadap . Hubungan antara dG dengan d

sebagai perubahan yang berhubungan adalah


dG = as dn as + alo dn alo = as d + alo d
Persamaan diatas dapat disusun ulang menjadi
G
= as alo

= (as alo)d

( )

P, T

Maka,

r G = as alo

Sehingga,

G aG a
o
= ln Xa
s RT l
(Atkins, 210 : 2010)

Penurunan dari ln Xa terhadap temperatur (T) menghasilkan


d ( r G /T ) r H f d ln X a
=
=
R dT
dT
RT2
Persamaan diatas menjadi tuntas karena ln Xa dan

r G hanya tergantung pada

temperature, bukan pada tekanan. Persamaan diatas adalah gabungan persamaan vant
Hoff dan persamaan Gibbs-Helmholtz. Persamaan diatas dapat diubah menjadi
H 1
1
ln X a = r f

R T2 T1

(Gurtu, 112 : 2010)


Ketika entalpi positif, padatan akan menyerap panas ketika dalam larutan. Dalam
temperature yang tinggi, lebih banyak panas tersedia, sehingga padatan akan larut. Ketika
entalpi negatif berarti padatan memberikan panasnya ketika mengendap. Pemanasan
larutan pada titik jenuhnya menunjukkan pengaruh temperature suhu terhadap kelarutan.
Ketika padatan murni dicampur dengan pelarut murni pada temperature dan
tekanan tertentu, energi bebas pencampuran adalah

G= HT S
Dimana H adalah perubahan entalpi, T adalah suhu mutlak dan S adalah
perubahan entropi.
(Atkins, 100 : 2006)

Pustaka
Atkins, Peter and De Paula, Julio. 2006. Physical Chemistry 8th Edition. New York : W. H.
Freeman and Company
Atkins, Peter and De Paula, Julio. 2010. Phisycal Chemistry 9th Edition. New York : W. H.
Freeman and Company
Effendi, Idris. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Makassar : Jurusan Farmasi Universitas
Hassanudin
Gurtu, J.N and Khera. 2010. Physical Chemistry Vol. I. Meerut : Pragati Prakashan
Silbey, Robert J.; Alberty, Robert A.; Bawendi, Moungi G. 2005. Physical Chemistry Fourth
Edition. Massachusetts : John Wiley & Sons, Inc
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press

Anda mungkin juga menyukai