Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH penyimpanagan perkembangan dan psikologi pada

Anak

Di susun oleh :
Arni Purnama Septia
Norhayati
Risdayanti Rentua

DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA
TP.2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur tuhan yang maha kuasa atas segalah limpahaan, rahmat inayah,taufik dan
hidayahnya hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami smga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepanya dpat lebih baik.
Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan.oleh karena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membanggun untuk
kesempurnaan makalah.

Surabaya, 07 Nov 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN..
A. LATAR BELAKANG...
B. RUMUSAN MASALAH ..
C. TUJUAN
.
BAB II PEMBAHASAN...
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
B. Gangguan perkembangan dan penyimpangan perkembangan ( deviansi )
C. KLASIFIKASI GANGGUAN...
D. PENYEBAB GANGGUAN..
E. PENANGANAN
F. Anak Yang Mengalami Gangguan Psikologis...
BAB III PENUTUP...
A. KESIMPULAN..
B. SARAN..
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,
kesadaran sosial emosional dan intelegensi sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
Orang tua pengasuh dan pendidik perlu mengetahui tahapan perkembangan anak,
apakah perkembangannya berlangsung normal atau ada penyimpangan. Bilamana
pendidik mencurigai anak didiknya mengalami penyimpangan perkembangan atau
terlambat berkembang dibandingkan dengan usianya maka dapat memberitahu orang tua
agar segera memeriksakan anaknya ke fasilitas kesehatan sehingga dapat ditanggulangi
secara dini.
Pada umumnya proses pertumbuhan dan perkembangan anak berlansung teratur,
saling berkaitan dan berkesinambungan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari perkembangan ?
2. Apa saja gangguan perkembangan dan penyimpangan perkembangan ( deviansi )
yang terjadi ?
3. Klasifikasi gangguan apa saja yang terjadi ?
4. Apa saja penyebab gangguan nya ?
5. Dan bagaimana cara penangannya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan itu sendiri
2. Untuk mengetahui gangguan perkembangan dan penyimpangan perkembangan yang
terjadi
3. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan tersebut
4. Untuk mengetahui penyebab gangguan yang terjadi
5. Untuk mengetahui cara penangannnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perkembangan ( Development ) adalah bertambah sempurnya fungsi dari alat tubuh
yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar. Termasuk juga perkembangan
emosional dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Periode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuann berbahasa, kreatifitas,
kesadaran sosial emosional dan intelegensi sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
Penyimpangan perkembangan ( deviansi ) adalah pola tingkah laku yang menyimpang
dari norma norma sistem sosial.

Aspek perkembangan anak

Perkembangan anak dibagi menjadi 4 ( empat ) aspek kemampuan fungsional, yaitu :


1.

Perkembangan motorik halus ( Fine Motor Adaptive )

Aspek yang berhubungan dengan kemempuan anak untuk mengamati sesuatu dan
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot
kecil,memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga
misalnya memasukkan manik-manik kedalam botol, menempel dan menggunting.
2.

Perkembangan motorik kasar ( Gross Motor )

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian
besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga
memerlukan cukup tenaga misalnya berjalan dan berlari.
3. Perkembangan Bahasa ( Language )
Aspek yang brhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara secara spontan. Pada masa bayi kemampuan bahasa
bersifat pasif, sehingga pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui
tangisan dan gerakan semakin bertambahnya usia anak akan menggunakan bahasa aktif
yaitu dengan berbicara.
4. Perkembangan prilaku/kepribadian / tingkah laku sosial ( Personal Sosial )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.

Penyimpangan atau gangguan dalam fase perkembangan masa kanak-kanan


merupakan salah satu penyimpangan yang di cantumkan dalam DSM-IV-TR dalam
bagian yang berjudul gangguan yang biasanya mulai tampak pada masa bayi, kanak
kanak, atau remaja . Juga terdapat dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa) III pada bab ke 9 F80 F89 dengan judul gangguan
perkembangan psikologis.
Gangguan tersebut mencakup berbagai masalah yang sangat luas, mulai dari
masalah perhatian hingga defisit intelektual yang terkadang mengalami kondisi serius
seperti yang terjadi dalam retardasi mental, tidak menghargai hak hak orang lain, dan
terkadang semena mena seperti pada gangguan tingkah laku dan bahasa, serta kesulitan
sosial dan emosional pada gangguan autism. Anak anak umumnya memiliki akses yang
lebih sedikit ke sumber daya sosial, financial, dan psiokologis dalam menghadapi
berbagai masalah itu daripada orang dewasa.
B. Gangguan perkembangan dan penyimpangan perkembangan ( deviansi )
Contoh gangguan perkembangan dan penyimpangan perkembangan antara lain :
1. Anak autis
Merupakan gangguan perkembangan dalam hal komunikasi, interaksi sosial, emosi dan
proses sensoris. Sudah tampak dari tahun tahun pertama terlihat dari ketidakmampuan
anak berhubungan dengan orang lain
2. Anak sukar didik
Merupakan masalah bagi dirinya dan bagi lingkungannya karena sangat tidak tenang,
tingkah laku menyimpang, cara / tindakannya berbahaya dan agresif, sukar diajak
berbicara.
3. Anak dengan gangguan belajar
Penyimpangan dalam proses belajar yang berhubungan dengan kemampuan untuk bahasa
dan berfikir dengan tingkat prestasi dalam bahasa dan berpikir. Anak dengan gangguan
belajar terdiri dari tiga jenis :
a. Disleksia ( dyslexia )
Dikenal sebagai SPLD ( Specific Learning Difficulty ) merupakan kesulitan yang terus
menerus dalam kemampuan membaca dan menulis dari segala tingkat kemampuan dan
tingkat intelektual.

Menurut U.S National Institutes of Health disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang
menghambat anak anak untuk dapat belajar membaca, menulis, mengeja dan kadang
kadang bicara.
1. Jenis jenis disleksia :
a. Trauma Dyslexia , biasanya terjadi setelah adanya cedera atau trauma pada daerah
otak yang mengontrol kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sangat jarang
ditemui pada anak-anak usia sekolah.
b. Primary Dyslexia, jenis ini disebabkan oleh disfungsi, bukan kerusakan, sisi kiri otak
(cerebral cortex). Individu dengan masalah ini jarang mampu membaca di kelas 4 SD,
dan mungkin saja mereka tetap akan mengalami kesulitan hingga usia dewasa.
Disleksia jenis ini biasanya disebabkan oleh turunan melalui gen mereka (hereditary).
Hal ini lebih sering ditemukan pada anak lelaki dibanding anak perempuan.
c. Secondary Dyslexia atau Developmental Dyslexia, disebabkan oleh perkembangan
hormon selama masa perkembangan janin. Disleksia jenis ini akan berkurang dan
membaik dengan sendirinya seiring dengan perkembangan si anak
Selain itu disleksia juga dapat berpengaruh pada beberapa fungsi yang berbeda;
Visual Dyslexia, ditandai dengan kesulitan mengidentifikasi nomer dan huruf (mungkin
terbalik-balik) dan ketidakmampuan untuk menuliskan setiap simbol dengan berurutan.
Auditory Dyslexia melibatkan kemampuan untuk mendengar suara huruf atau kelompok
huruf. Suara dianggap campur aduk dan atau tidak terdengar dengan benar/sempurna.
Disgraphia merupakan kesulitan yang dihadapi anak saat berusaha memegang dan
mengendalikan pensil sehingga tidak mampu menuliskan apapun dengan benar.
b.

Diskalkulia
Kekurangan dalam belajar matematika / hitungan ( kesulitan mengerti dan
mengingat konsep angka dan hubungan angka. Diskalkulia terjadi pada kira kira 3
6% populasi.

c. Dispraksia ( dyspraxia )
Merupakan ketidakmampuan mengatur gerak, sering bermasalah dengan bahasa
lisan dan tulisan. Penyebab dispraksia berhubungan dengan perkembangan neuronal.
Dispraksia berasal dari kata Dys yang artinya tidak mudah atau sulit dan
praxis yang artinya bertindak, melakukan. Nama lain Dispraksia adalah Development
Co-ordination Disorder (DCD), Perceptuo-Motor Dysfunction, dan Motor Learning
Disability. Pada jaman dulu lebih dikenal dengan nama Clumsy Child Syndrome.
Menurut penelitian, gangguan ini kadang diturunkan dalam keluarga dan gejalanya
tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip misalnya disleksia.
1. Gejala-gejala dispraksia diantaranya :

Pada bayi dispraksia sering ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ocehan. Ketika
mulai belajar bicara, huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.
a. Pada anak usia 3 5 tahun (usia pra sekolah)
Aktivitas motorik yang sangat tinggi termasuk mengayun-ayunkan kaki dan menghentakhentakan kaki ketika duduk, bertepuk tangan atau menari.
Tangan mengembang ketika berlari.
Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda tiga atau mainan serupa
Keterampilan motorik halus yang jelek, misal sukar memegang pensil atau menggunakan
gunting.
Kurang melakukan permainan yang imajinatif
Mengalami kesulitan berbahasa yang terus menerus
Respon terbatas pada instruksi lisan apa saja
Terlambat berguling, merangkak, berjalan
Sukar menyesuaikan diri saat beralih ke makanan padat
Sukar melangkah, memanjat, menyusun puzzle, mempelajari ketrampilan baru secara
insting dan lambat mengembangkan kata-kata
Sulit berbicara dengan jelas dan kesulitan menggerakkan mata sehingga lebih suka
menggerakkan kepalanya daripada menggerakkan matanya
2. Pada anak yang lebih besar ( usia sekolah )
Kesulitan dalam berkata-kata maupun mengekspresikan diri
Sebagian anak dispraksia terlalu sensitif terhadap sentuhan
Sukar mengingat instruksi dan menyalin tulisan dari papan tulis
Tidak dapat menangkap konsep seperti : di bawah, di atas, di dalam atau di luar
Mengalami kesukaran dalam memakai baju, menalikan sepatu dan menggunakan garpu
atau pisau
Keseimbangan badan yang buruk, sulit belajar naik sepeda
Kemampuan membaca yang rendah dan buruk dalam menulis

Sebagian anak dispraksia mengalami articulatory dyspraxia yang menyebabkan mereka


mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengeja.
d.

Anak delinkuen
Merupakan perkembangan moral yang terganggu yang dapat terjadi karena sikap
orang tua terlalu keras, terlalu menurut atau terlalu khawatir.
Setelah periode sekolah delikuen meningkat pada pertengahan masa remaja ( melanggar
hukum kriminal ). Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa remaja delinkuen
berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan status sosial. Ciri cirinya antara lain
percaya diri, memberontak, dendam, bermusuhan, curiga, destruktif, impulsif, kurang
kontrol batin. Motif untuk berprilaku nakal antara lain mengikuti ajakan teman, emosi
yang tidak terkontrol, pelarian atau kurang kasih sayang.

C. KLASIFIKASI GANGGUAN
Beberapa gangguan fase perkembangan yang terjadi pada kanak-kanak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Gangguan Perkembangan Pervasif
Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi
sosial, dan komunikasi. Gangguan ini terdiri dari :
Autisme
Adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya
bahwa kejadian kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Dicirikan dengan
gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat
yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya respon terhadap
orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, dan respon yang aneh terhadap lingkungan
seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks,menyangkut komunikasi,
interaksi sosial, dan aktifitas imajinasi dan anak autistic ialah anak yang mempunyai
masalah atau gangguan dalam bidang komunikasi,interaksi sosial,ganguan sensoris,pola
bermain,perilaku,dan emosi (depdiknas,2002).
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memang peranan penting
dalam proses terjadinya autistik. Lahirnya anak autistic juga diduga dapat disebabkan
oleh virus seperti rubella, toxo,herpes, jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan, dan
keracunan makanan pada masa kehamilan yang dapat menghambat pertumbuhan sel otak

yang menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi
pemahaman, komunikasi, dan interaksi (depdiknas,2002).
Reterdasi Mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan fungsi intelektual
secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait
dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri,
aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan
diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan
fungsional pada bidang-bidang dan mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya,
seperti :
1.

Gangguan belajar, ditandai dengan :

- Gangguan menulis : keterbatasan kemampuan menulis sehingga muncul dalam bentuk


kesalahan memgeja, kesulitan membentuk kalimat. Muncul pada usia 7 tahun
-Gangguan membaca : keterbatasan kemampuan dalam mengenali dan memahami
rangakaian kata kata. Biasanya tampak pada usia 7 tahun
-Gangguan matematika : keterbatasan kemampuan anak dalam memahami istilah
matematika.
2.

Gangguan Komunikasi, ditandai dengan :

-Gangguan bahasa ekspresif : keterbatasan dalam menggunakan bahasa verbal


-Gangguan bahasa campuran reseptif atau ekspresif : keterbatasan anak dalam memahami
maupun memproduksi bahasa verbal
-Gangguan fonologis : kesulitan dalam artikulasi suara tanpa adanya kerusakan pada
mekanisme berbicara
-Gagap : ganggauan pada kemampuan berbicara lancer dengan waktu yang tepat

b.

Defisit perhatian dan gangguan perilaku disruptif


ADHD ( Atttention deficit hyperactivity disorder)

Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian yang rendah,(sulit berkonsentrasi)


impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut
DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di sekolah dan di rumah)
dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
Conduct Disorder (CD )
Adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari
aturan yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua tidak mengajarkan
perilaku benar dan salah pada anak. Ciri - cirinya, apabila ia memunculkan perikau anti
sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan
terhadap guru, dan mempermainkan temannya, menunjukkan unsur permusuhan yang
akan merugikan orang lain.
Oppositional defiant disorder ( ODD )
Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi,
kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras,
zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang
lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku.

c.

Kecemasan dan Depresi

Gangguan kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif, gangguan
kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, yang memiliki
gejala seperti pada orang dewasa. Gangguan kecemasan akibat perpisahan adalah
gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang
paling dekat dengannya seperti orang tua, saudara,dll. Gejalanya antara lain berupa
mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah saat mengantisipasi perpisahan.gangguan
kecemasan ini dapat berlanjut hingga depresi.
Depresi pada anak anak dan remaja tidaklah berbeda dengan orang dewasa,
mereka memiliki perasaan tidak berdaya,kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri.
Namun depresi pada anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri
ciri depresi pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak
mau pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan
gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang
berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang lebih serius pada masa dewasa.

d.

Gangguan Eliminisi

Adalah gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat
mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai usia
normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu:
Enuresis
Adalah dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari
kerusakan neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya dangan
mengompol.
Enkopresis
Ketidakmampuan mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik.

D. PENYEBAB GANGGUAN
Belum ada penyebab tunggal pada gangguan perkembangan anak dan remaja.
Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor
lingkungan berkombinasi secara kompleks yang menjadi penyebab gangguan
perkembangan anak dan remaja.

a. Faktor-faktor psikobiologik. Biasanya akibat :


1. Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme,
skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas
atau kecemasan.
2. Struktur otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur
otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia
kanak-kanak, dan ADHD.
3. Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu, kurangnya perawatan
pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat
menyebabkan perkembangan saraf yang abnormal yang berkaitan dengan gangguan
jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada
janin saat dalam kandungan yang sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi
mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
4. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.

b. Dinamika keluarga.
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku menyimpang yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal,
perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan
efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti
depresi, masalah memori, kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina
hubungan (Glod, 1998).
2. Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada anak,
komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak baik
antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua. Sehingga
menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja.

c.

Faktor lingkungan.

Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi penyebab
utama pula, seperti :
1. Kemiskinan. Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang
terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi
pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
2. Tunawisma. Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang
memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian
menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan
perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan
dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
3.
Budaya keluarga. Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya
sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan
masalah psikologik.

E. PENANGANAN
Beberapa terapi atau perawatan gangguan perkembangan anak dan remaja antara
lain:

Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak terdapat pada managed care. Yaitu
dengan cara-cara :
> Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan pranatal
awal, program penanganan dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui
dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk
memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang
mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan.
Metodenya meliputi konseling individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan
kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi
traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
> Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi
bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu
berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan perilaku pada
umumnya digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan metode koping.
> Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga. Penting untuk membantu keluarga
mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang
dapat meningkatkan fungsi dari semua anggota keluarga.

Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.


Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa.
Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan
metode alternatif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap
dirinya sendiri ataupun orang lain.
> Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat
(on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita
penyakit jiwa. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi
kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada
anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang
restriktif meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan,
dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.

1. Farmakoterapi.

Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan


dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang
beragam. Pemberian metode ini berdasarkan :
a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon
klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
b. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat mempengaruhi
hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan
anti depresan trisiklik.

F. Anak Yang Mengalami Gangguan Psikologis


Psikologis adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku sifat bahkan prilaku
kejiwaan pada manusia.
Seorang anak dikatakan mengalami penyimpangan dari segi psikologis dapat
dilihat dari:
1. Lidah anak selalu menjulur ke luar
2. Anak sering kejang apabila sedang lapar
3. Waktu ditinggal anak tidak bergerak
4. Duduk diketinggian anak tidak ada rasa takut
Ciri anak mengalami penyimpangan psikologis:
1. Hiperaktif
2. Menarik diri
3. Agresif yang tidak tersosialisasi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Periode terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita, karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial emosional dan intelegensi sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya.
B. Saran
Diharapkan untuk pembaca dan terutama kepada pembaca agar mendeteksi secara
dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada anak dan kita sebagai orang tua
harus memperhatikan perkembangan anak agar bisa mewaspadainya.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, HI, Sadock BJ. 1997. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jilid 2. Jakarta : Bina Rupa
Aksara

Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. 1993 Cetakan
pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Tom, D. 2003. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta : EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai