Anda di halaman 1dari 6

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditi perkebunan terdiri dari beberapa macam, salah satunya adalah komoditi
tanaman karet. Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri,
sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusatpusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena, dikenal
sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang
terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula,
protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan
aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Malcom,P.S. 2001).
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan. Bahan karet ini berasal dari sebuah pohon yaitu Pohon karet. Pohon karet
berasal dari lembah Amazon Brasilia dengan nama ilmiah Hevea brasiliensis. Karet
adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan.
Bahan karet ini berasal dari sebuah pohon yaitu Pohon karet. Pohon karet berasal dari
lembah Amazon Brasilia dengan nama ilmiah Hevea brasiliensis. Karet dibedakan
menjadi dua macam yaitu Karet Alam dan Karet Sintetik. Secara kimiawi karet alam
adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil penggumpalan
makromolekul poliisoprena (C5H8)n. Sedangkan karet sintetis adalah karet yang
terbuat dari bahan baku yang berasal dari minyak batu bara, minyak, gas alam, dan
acetylene. Jenis-jenis karet sintesis yaitu: NBR (Nytrile Butadiene Rubber), CR
(Chloroprene Rubber), IIR (Isobutene Isoprene Rubber).
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30
tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai
15 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi
2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus

pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini
seefisien mungkin.
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat
ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada
awal musim hujan.
Perkebunan karet yang ada di Indonesia baik dari perkebunan rakyat maupun
perkebunan besar yang turut serta menyumbangkan devisa bagi negara. Karet yang
dihasilkan dari perkebunan rakyat umummnya memiliki mutu yang rendah
dikarenakan pengolahan yang diterapkan masih sederhana dan alat yang digunakan
belum memadai. Sifat yang dimiliki karet yaitu elastis yang berhubungan dengan
plastisitas atau viskositas karet. Di Indonesia untuk luas lahan karet yang dimiliki kini
mencapai 2,7-3 juta hektar.
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan
manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang
memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt,
sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun
karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia.
Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku
relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai
bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.
Lateks merupakan getah yang berupa cairan koloid berwarna putih kekuningan
yang keluar dari bagian pohon karet pada saat proses penyadapan. Lateks dari pohon
karet ini terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Pada suatu tempat
pengolahan atau pabrik terdapat beberapa tahapan dalam proses pengolahan lateks.
Tahapan dalam pengolahan lateks tersebut bertujuan agar dapat dihasilkan olahan dari
lateks yang berupa lembaran (sheet) yang memiliki kualitas tinggi. Tahapan tersebut
antara lain penerimaan lateks setelah dilakukannya penyadapan, pengenceran lateks,
pembekuan lateks, penggilingan, pengeringan, pengasapan serta sortasi. Terdapat
tahapan dalam proses penggilingan dimana koagulan yang telah didapatkan dari

lateks tersebut digiling menggunakan mesin manual atau otomatis hingga membentuk
lembaran yang memiliki lebar, panjang dan tebal tertentu serta tahapan selanjutnya
adalah pengeringan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain :
1. Mengetahui cara menghitung KKK Lateks Segar.
2. Mengetahui cara pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet.

BAB 2. RESUME TEKNOLOGI PENGOLAHAN LATEKS

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah


di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getahtanaman karet
(lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk daripenggumpalan
lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet),bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan bakuindustri karet.
Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku
industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban,komponen,
dan sebagainya.
Lateks merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument
biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis, diolah dan
diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat
dan karet remah (Crumb rubber). Lateks berguna bagi tanaman sebagai bahan
pengawet (preservative). Lateks ini merupakan cairan seperti susu yang diperoleh dari
proses penorehan batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel
hidrokarbon yang terkandung di dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat
dan komposisi-komposisi organik serta bukan organic.
Penyadapan merupakan suatu tindakan membuka pembulu lateks agar lateks yang
terdapat dalam kulit batangtanaman karet keluar. Tehnik penyadapan yang baik akan
menghasilkan lateks yang banyak, biaya rendah, dan tidak mengganggu
kesinambungan produksi tanaman.adapun beberapa penentuan matang sadap yaitu:
a. Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang
sadap.
b. Kematangan pohon karet siap sadap yaitu:
Tanaman karet siap disadap umur 5 tahun dengan masa produksi selama

25-35 tahun.
Tanaman karet siap sadap jika lilit batang karet telah mencapai 45 cm di
ketinggian 100 cm dpo (diatas pautan okulasi) atau dari atas tanah.

c. Kebun yang dipelihara dengan baik akan memiliki 60-70% jumlah tanaman
berumur 5-6 tahun yang berlilit batang 45cm.
d. Matang sadap kebun, jumlah tanaman matang sadap sudah mencapai >60%.
Misalkan jarak tanam 6x3 m (555 pohon per hektare), maka pohon matang
sadapnya sudah mencapai 333 poon/ha. Hal ini didasarkan pada produksi
yang dihasilkan secara ekonomis cukup menguntungkan untuk memproduksi

a.
b.
c.

sejumlah pohon tersebut.


Pelaksanaan penyadapan dilakukan dengan memperhatikan aturan berikut:
Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1-1,5 mm dari kambium.
Ketebalan irisan sadap sekitar 1,5-2 mm setiap penyadapan.
Sebaiknya penyadapan dilakukan jam 05.00-07.30 pagi hari, karena pada
waktu tersebut jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks
dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum
pada saat menjelang fajar, dan menurun bila hari semakin siang.

Dalam teknologi pengolahannya lateks dapat dijadikan berbagai macam produk


yang sangat berguna diantaranya karet sheet (RSS), crepe, dan lateks pekat.
A. Lateks Pekat
Lateks pekat (concentrated latex) merupakan bahan baku pembuatan benang
karet. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak
berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Dalam mempoduksi lateks pekat
dapat

ditempuh beberapa

cara,

yakni

secara

pemusingan

(sentrifugasi),

pendadihan (creaming), penguapan dan elektrodekantas.


B. Lateks RSS (Ribbed Smoked Sheet).
Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah adalah produk yang berasal dari
lateks tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara mekanis dan kimiawi
dengan pengeringan menggunakan rumah asap. Prinsip pengolahan jenis karet
ini adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran-lembaran melalui proses
penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan dan sortasi.
Ribbed Smoked Sheet (RSS) diolah secara mekanis dan kimiawi melalui

beberapa

proses

pengolahan

yaitu

penerimaan

lateks

dari

kebun,

pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan dan sortasi.


C. Lateks Crepe
Krep (crepe) adalah produk lain yang dihasilkan dalam pengolahan karet
alam. Bila menggunakan bahan baku lateks, pelaksanaan pungutan lateks atau
penyadapan di kebun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh
krep yang baik kualitasnya (Safitri, 2010). Proses pembutaan krep dengan bahan
baku lateks berlangsung dengan urutan pengolahan yaitu penyaringan,
pencampuran dan pengenceran lateks, pembekuan, penggilingan, pengeringan,
sortasi dan pembungkusan (Setiamidjaja, 1993).
Proses pengolahan lateks di tempat pengolahan, biasanya memiliki urutan kerja
tertentu untuk menghasilkan hasil olah lateks berupa lembaran (sheet). Pengolahan
sheet oleh perkebunan dilaksanakan di pabrik pengolahan dengan menggunakan
peralatan yang lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu,
sheet yang dihasilkan berkualitas tinggi. Standar kualitas yang tinggi tersebut dapat
dicapai karena proses pembuatannya dilaksanakan sesuai dengan persyaratan
pengolahan yang memenuhi standar, meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penerimaan lateks
Pengenceran lateks
Pembekuan lateks
Penggilingan
Pengeringan
Sortasi dan Pembungkusan

Anda mungkin juga menyukai