KEUANGAN CIMAHI
Abstrak :
Tulisan ini bertujuan untuk
menjelaskan hubungan
antara Penganggaran
Berbasis Kinerja dan
Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah dan terhadap
Efisiensi Operasional pada
Satuan Kerja Pemerintah
Pusat di Wilayah Jawa Barat
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian analisis
deskriptif dan analisis
inferensial dengan regresi
berganda
Keberpengaruhan diuji
dengan menggunakan regresi
linier berganda, sehingga
dapat dijelaskan pengaruh
dari variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas
06 Juni 2012
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.
Dewasa ini bangsa Indonesia telah mengalami transformasi dibidang tatalaksana
keuangan publik. Kebijakan penting yang diambil untuk melakukan alokasi ulang terhadap
berbagai sumber daya, mengurangi beban utang, dan meningkatkan pendapatan negara
mengimplikasikan bahwa kini Indonesia memiliki sumber daya yang cukup besar untuk
dimanfaatkan. Kebijakan desentralisasi yang dimulai sejak 2001 juga memberikan implikasi
bahwa tambahan sumber daya yang diperoleh tersebut tidak akan digunakan oleh
pemerintah pusat saja, melainkan oleh pemerintah daerah dan provinsi.
Daftar Isi
BAB 1
Pendahuluan
BAB 2
Landasan Teori
BAB 3 Metode
Penelitian
Menurut Bank Dunia dalam kajian pengeluaran publik indonesia terdapat tiga
13
Daftar Pustaka
15
peristiwa penting yang perlu diperhatikan dalam transformasi yang luar biasa pada
pengelolaan dan pengalokasian berbagai sumber daya publik di Indonesia yaitu :
1.
1997-1998 Masa krisis ekonomi. Ekonomi lesu, pengeluaran publik turun, hutang
dan subsidi meningkat, sementara itu pengeluaran pembangunan menurun tajam.
2.
3.
2006 Dana sebesar US$15 milyar untuk dialokasikan kembali. Pengurangan subdisi
bahan bakar minyak (BBM) memberikan peluang untuk dialokasikan kembali. Jumlah
hutang menurun sampai di bawah 40 persen dari PDB, pengeluaran agregat
meningkat sampai dengan 20 persen, dan transfer dana ke pemerintah daerah
meningkat menjadi sebesar 32 persen.
Halaman 2
Sumber daya yang meningkat berdasarkan diatas harus dapat dimanfaatkan
dengan baik, namun dengan berjalannya waktu ternyata sumber daya tersebut telah
terfokus menjadi belanja yang mengikat. Terlebih lagi dari sisa belanja negara yang dapat
diolah kembali atau dapat kita sebut sebagai fiscal Space APBN yang terbatas tersebut
pemerintah menjadi lebih sulit dalam mengelola belanja negara tersebut.
Masalah utama penganggaran selama ini karena penekanan diberikan pada kontrol
terhadap input bukan pada pencapaian output dan outcomes, hal ini merupakan
pendekatan penganggaran menggunakan pendekatan tradisional yaitu pengalokasian
menggunakan konsep inkremental dan penyusunan berdasarkan pos belanja bukan
berdasarkan kinerja yang akan dicapai sehingga hal tersebut menimbulkan pengalokasian
sumber daya yang jumlahnya terbatas tidak efisien (Dedi Nordiawan : 2006).
Permasalahan tersebut memerlukan solusi, agar dari sumber daya tersebut dapat tercipta
Efisiensi Operasional (operational efficiency). Efisiensi Operasional (operational efficiency)
menekankan pada efisiensi dari sumber daya yang digunakan oleh pengguna anggaran
Masalah utama
karena penekanan
diberikan pada kontrol
terhadap input bukan
dengan biaya yang sehemat mungkin (mengupayakan unit cost yang minimal),
namun tetap dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
penganggaran
menggunakan
pendekatan tradisional
yaitu pengalokasian
menggunakan konsep
inkremental dan
penyusunan berdasarkan
sering kali dikemukakan oleh berbagai pihak termasuk lembaga internasional adalah (Dedi
Nordiawan : 2006) :
1.
hal tersebut
menimbulkan
pengalokasian sumber
2.
3.
Kurangnya disiplin fiskal, karena total belanja negara tidak disesuaikan dengan
kemampuan penyediaan pembiayaannya, dan perumusan kebijakan fiskal hanya
terfokus pada stabilitas ekonomi makro jangka pendek.
Kelemahan-kelemahan yang diungkapkan diatas sejalan dengan pendapat Bank
Keuangan Negara
Halaman 3
dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of
allocating resources to unlimited demands).
anggaran adalah
sebuah proses yang
dilakukan oleh
organisasi sektor
publik untuk
mengalokasikan
sumber daya yang
dimilikinya ke dalam
kebutuhan-kebutuhan
2.
Pembuatan tujuan.
Tujuan dalam hal ini adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu
tahun atau sering diistilahkan dengan tujuan operasional. Karena tujuan operasional
merupakan turunan dari Visi dan Misi organisasi, maka tujuan operasional
Halaman 4
seharusnya menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki, mengelola
akivitas harian, serta pemberian penghargaan dan hukuman.
3.
Penetapan Aktivitas.
Tahapan selanjutnya adalah menetapkan aktifitas dipilih berdasarkan strategi
organisasi dan tujuan operasional yang telah ditetapkan.
4.
Musgrave, 1984) yaitu fungsi alokasi, fungsi redistribusi, dan fungsi stabilisasi. Fungsi
alokasi adalah mengalokasikan sumber daya yang dimiliki kepada sektor-sektor yang
fungsi utama
(Musgrave &
pendapatan nasional kepada masyarakat lebih adil dan merata dan fungsi stabilisasi
effisiensi
alokasi/allocation
efficiency).
Alokasi
secara
efisiensi
program
dan
pemberian
pelayanan
(efisiensi
operasional/
Keuangan Negara
Halaman 5
operational efficiency)
Konsep Efisiensi Operasional (operational efficiency) menekankan pada efisiensi
dari sumber daya yang digunakan oleh pengguna anggaran dibandingkan dengan output
yang dihasilkan oleh pengguna anggaran tersebut. Penerapan konsep tersebut melalui
pelaksanaan
kegiatan
(service
delivery)
dengan
biaya
yang
sehemat
mungkin
(mengupayakan unit cost yang minimal), namun tetap dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Sasaran perencanaan dan penganggaran berjangka menengah dan berbasis
kinerja didefinisikan oleh Robinson, M., dan Brumby. J. (2005) adalah meningkatnya
efisiensi operasional.
2.1.5.
Hubungan
Penganggaran
Berbasis
Kinerja
(Performance
Based
Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah
merupakan cara
memperhitungkan
konsekuensi putusan
terhadap anggaran
pada tahun berikutnya
Sedangkan Anggaran
Berbasis kinerja adalah
pendekatan
penganggaran yang
mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja
atau output dari
perencanaan alokasi
Kinerja adalah
2.
Halaman 6
Efisiensi Alokasi.
Konsolidasi Fiskal.
Bank dunia dalam Public expenditure management handbook (1998) : Anggaran memiliki
pengaruh pada tiga tingkatan outcome :
1.
2.
3.
sektor-sektor yang
negara-negara Afrika diantaranya Benin, Burkina Faso, Gabon, Ghana, Guinea, Kenya,
dianggap prioritas
Malawi, Mozambique, Namibia, Rwanda, South Africa, Tanzania dan Uganda dengan
mengalami kenaikan
tujuan dari MTEF yaitu untuk mengefektifkan alokasi sumber daya. Di Uganda, terdapat
bukti bahwa MTEF berpengaruh terhadap realokasi sektoral dimana pada sektor-sektor
sebaliknya di negara
Ghana MTEF tidak
memiliki kontribusi
yang dianggap prioritas mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sebaliknya di negara
Ghana MTEF tidak memiliki kontribusi atas efisiensi alokasi pada sektor prioritas di negara
tersebut. Philippe Le Houerou dan Robert Taliercio juga mendapatkan hasil bahwa MTEF
saja belum mampu untuk memaksimalkan efisiensi sumber daya dalam Public
di negara tersebut.
Expenditure Management (PEM) hal tersebut harus diikuti dengan eksekusi dan audit
yang baik.
2.2.2. The Management of Public Expenditures and Its Implications for service
delivery
Matthew Andrews and J. Edgardo Campos (2003) meneliti pelaksanaan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah atau Medium Term Expenditure Framework
(MTEF) di negara Uganda, Afrika Selatan dan Albania, Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF) memiliki potensi
menjanjikan dalam
mendapatkan efisiensi
alokasi
(allocative efficiency)
namun
Di Uganda reformasi
keuangan dimulai sejak tahun 2001, di Albania MTEF diperkenalkan pertama kali tahun
2001 dan di Afrika Selatan MTEF diperkenalkan tahun 1988.
Temuan dalam penelitian ini yang paling penting adalah Kerangka Pengeluaran
Keuangan Negara
Halaman 7
Jangka Menengah atau Mediun Term Expenditure Framework (MTEF) dapat sukses jika
para pembuat keputusan anggaran dapat memaksimalkan pelaksanaan dan pengaruhnya
dalam alokasi anggaran.
Anggaran Terpadu
(Unified Budget),
Kerangka Pengeluaran
Jangka menengah
(KPJM) / Medium
Term Expenditure
maksimal (outcome) dalam Efisiensi Alokasi Anggaran dari sumber daya yang terbatas.
Framework (MTEF)
dan Penganggaran
Dengan ketiga pendekatan tersebut diatas satuan kerja dapat memilih dan memutuskan
Berbasis Kinerja
(Performance Based
tersedia secara efisien yaitu mendapatkan tingkat keluaran (output) maksimal dari
Budgeting)
dimaksudkan untuk
maksimal (outcome)
dalam Efisiensi Alokasi
berikut :
UU 17 tahun 2003 Keuangan
Negara
UU no. 1 tahun 2004
Perbendaharaan Negara &
Peraturan lainnya
Penganggaran
Tradisional
Meningkatkan
Efisiensi
Penganggaran
Tidak tercipta
efisiensi
Kerangka
Pengeluaran Jangka
Menengah
Penganggaran
Berbasis
Kinerja
Halaman 8
variabel Penganggaran
Berbasis Kinerja
(Performance Based
Budgeting), Kerangka
Pengeluaran Jangka
Menengah (Medium
karena penelitian ini mempelajari tentang besarnya pengaruh atau sebab akibat dua atau
Term Expenditure
Framework), dan
lebih variabel. Dalam penelitian ini terdapat variabel dependen (Y) berupa Efisiensi
Efisiensi Operasional
(Operational Efficiency),
pada Satuan Kerja
Pemerintah Pusat.
(X1) dan (X2) yaitu Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) dan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework).
Keuangan Negara
Halaman 9
hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input.
Framework
(MTEF)
(X2),
merupakan
pendekatan
Dimensi
1. Perumusan
Strategi
Indikator
(X1)
2. Perencanaan
strategik
Penganggaran
Berbasis
Kinerja
3. Pembuatan
Program
Bappenas (2009)
4. Penganggaran
(Y)
Efisiensi
Operasional
(Operasional
Efficiency)
Penentuan Visi
Penentuan Misi
Arah dan tujuan satuan kerja
1
2
3
4
5
6
7
Mahmudi (2005),
Deddi Nordiawan
(2006)
No
Kuesioner
1.Menekankan
pada efisiensi
dari sumber
daya yang
digunakan oleh
pengguna
anggaran
dibandingkan
dengan output
yang dihasilkan
2.pelaksanaan
kegiatan
(service
delivery)
dengan biaya
Bappenas (2009)
yang sehemat
mungkin
World Bank (1998)
(mengupayaka
n unit cost yang
minimal),
namun tetap
dapat mencapai
sasaran yang
telah
ditetapkan
10
11
12
13
14
15
16
1.Kerangka
Konseptual.
35-36
(X2)
Kerangka
Pengeluaran
Jangka
Menengah
(KPJM) /
Medium Term
Expenditure
Framework
(MTEF)
2.Lingkungan.
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bappenas (2009)
Salvatore SchiavoCampo Managing
3.Prinsip Kerja
Government
Expenditure (1999)
37-38
4.Tahapan KPJM
Pendekatan Top-Down
Pendekatan Bottom-Up
Kerangka Kerja Anggaran
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Halaman 10
2.
efisiensi dari sumber daya yang digunakan oleh pengguna anggaran dibandingkan
dengan output yang dihasilkan oleh pengguna anggaran tersebut. Penerapan konsep
tersebut melalui pelaksanaan kegiatan (service delivery) dengan biaya yang sehemat
mungkin (mengupayakan unit cost yang minimal), namun tetap dapat mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Sasaran perencanaan dan penganggaran berjangka menengah
dan berbasis kinerja didefinisikan oleh Robinson, M., dan Brumby. J. (2005) adalah
meningkatnya efisiensi operasional.
populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Nawawi (2003)
menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan obyek yang lengkap.
Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Pusat. Penentuan
Penelitian ini
ukuran populasi dan sampel dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Arikunto
menggunakan Area
(1998 ; 107), bahwa untuk menentukan anggota sampel sebagai ancer-ancer, maka
Sampling (Sampling
daerah atau wilayah).
apabila subjek kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi (sensus). Mengacu pada definisi tersebut dan dikarenakan
satuan kerja pemerintah pusat lebih dari seratus maka penelitian ini menggunakan
sampel yaitu yang diteliti adalah satuan kerja pada wilayah Jawa Barat, artinya sampel
Secara rinci populasi dari penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini :
1992:173-174). Wilayah
Jawa Barat terdiri dari 12
KPPN, dari 12 KPPN
tersebut diambil empat
perwakilan sebagai sampel
yaitu KPPN Bogor sebagai
sampel dari wilayah kerja
bagian barat, KPPN
Purwakarta sebagai
sampel dari wilayah kerja
bagian utara, KPPN
Cirebon sebagai sampel
dari wilayah kerja bagian
timur dan KPPN Bandung I
sebagai sampel dari
wilayah Selatan.
Arikunto (2003) mengatakan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau
wakil populasi yang diteliti).
Keuangan Negara
Halaman 11
Sugiono (2004)
memberikan pengertian sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populiasi.
Sukardi (2004:55) mengatakan bahwa untuk penelitian sosial, pendidikan, ekonomi
dan politik berkaitan dengan masyarakat yang mempunyai karakteristik heterogen,
pengambilan sampel
harus
memenuhi syarat
berjumlah 285 dan jumlah KD (Kantor Daerah) 794, sehingga jumlah populasi adalah 1.079
satuan kerja.
Halaman 12
atau 0%.
Keuangan Negara
Halaman 13
Pengaruh
Implementasi
Penganggaran
Berbasis
Kinerja
terhadap
Efisiensi Operasional
Hasil analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Penganggaran
Berbasis Kinerja dengan Efisiensi Operasional pada satuan kerja pemerintah pusat,
diperoleh 0,192.
Kinerja dalam penelitian ini berpengaruh terhadap Efisiensi Operasional pada satuan kerja
pemerintah pusat pada umumnya.
4.2.3. Pengaruh Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) terhadap
Efisiensi Operasional
Hasil analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah dengan efisiensi Operasional pada satuan kerja pemerintah
pusat, diperoleh 0,107, kondisi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah dalam penelitian ini berpengaruh terhadap Efisiensi Operasional pada
satuan kerja pemerintah pusat pada umumnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Philippe Le Houerou dan Robert Taliercio (2002) yang juga mendapatkan
hasil bahwa MTEF saja belum mampu untuk memaksimalkan efisiensi sumber daya dalam
Public Expenditure Management (PEM), jika ingin memaksimalkan efisiensi alokasi anggaran
maka hal tersebut harus diikuti dengan eksekusi dan audit yang baik.
Hasil ini juga sejalan dengan temuan Matthew Andrews and J. Edgardo Campos
(2003) bahwa Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah atau Medium Term Expenditure
Framework (MTEF) dapat sukses jika para pembuat keputusan anggaran dapat
memaksimalkan pelaksanaan dan pengaruhnya dalam alokasi anggaran.
Halaman 14
Bab 5 Penutup
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) / Medium Term Expenditure Framework (MTEF),
Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) terhadap Efisiensi
Operasional (Operational Efficiency). Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
Jadi
Efficiency).
Hal
ini
mengandung
makna
bahwa
Kerangka
Implementasi
(MTEF)
berpengaruh
positif
terhadap
Efisiensi
Operasional
(MTEF),
Penganggaran
Berbasis
Kinerja
(Performance
Based
2.
Keuangan Negara
Halaman 15
5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penulis mengajukan beberapa saran yang
dapat dipertimbangkan, sebagai berikut:
1.
(KPJM)
Medium
Term
Expenditure
Framework
(MTEF)
dan
3.
Daftar Pustaka
Axelrod, D. 1988. Budgeting for Modern Government. St. Martins Press: New York.
Arif Pratista, 2009, Statistik menjadi mudah dengan SPSS 17, PT Gramedia, Jakarta
Adrienne Shall 2008 berdasarkan lesson learned di negara Afrika Selatan.
Brown, J.R. 2003. Performance-Based Budgeting. In Rabin, J. (Ed). Encyclopaedia of Public
Administration and Public Policy. Marcel Dekker: New York.
Barberton C. et al (2002) South Africa in Folscher A. (ed) Budget Transparency and
Participation: Five African Case Studies IDASA, Cape Town.
Burger D. (2004/05) South Africa Yearbook [Online]. Available:
http://www.gcis.gov.za/docs/publications/yearbook/transport.pdf. ( 2005, October 03).
Christensen, P., McElravy, J. and Miranda, R. 2003. What is wrong with budgeting a
framework for evaluating and fixing public sector financial planning process. Government
Finance Review, October, volume 19 No. 5.
Dickey, T. 1992. Budgeting A practical guide for better business planning. Crisp
Publication Inc.London.
Deddi Nordiawan, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Gujarati, Damodar (1995). Basic Econometrics, (3rd edition). New York:Mc-Graw Hill, Inc
Indra Bastian, 2007, Audit Sektor Publik, Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Kajian Pengeluaran Publik, 2007, The World Bank, 1818 H Street N.W. Washington, D.C.
20433, U.S.A.
Mardiasmo, 2005, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta.
Mahmudi, 2010, Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Erlangga.
Robinson M dan Brumby J : 2005, Performance budgeting, Palgrave Macmillan, October
2007
Rosen Harvey S, 2005, Public Finance seventh Edition McGraw-Hill Education (Asia).
BALAI DIKLAT
KEUANGAN CIMAHI
Robinson, M., & Brumby. J. Does Performance Budgeting Work? An Analytical Review of
The Empirical Literature. IMF Working Paper. 2005:210
Salvatore Schiavo Campo and Daniel Tommasi, 1999, Managing Goverment Expenditure :
Asian Development Bank.
Steven Cohen and William Eimicke, 1995, The New Effective Public Manager, Jossey-Bass
Publisher San fransisco.
Sugiyono (2000), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta.
The world bank, maret 2007, Kajian Pengeluaran Publik Indonesia : memaksimalkan
peluang baru, The world bank office Jakarta.
The world bank, 1998, Public Expenditure Management Handbook, The world bank
wahington, D.C.
William N Dunn, 2000 Pengantar Analisis Kebijakan Publik Gadjah Mada University press.
Republik Indonesia. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
Republik Indonesia. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Kajian Akademis Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah terhadap Efisiensi Operasional, Puji Agus dan Rasida, 2011