Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya manusia melimpah.
Kualitas sumber daya manusia dapat membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan
beradab. Keadaan tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Memasuki era
globalisasi peran pendidikan sangatlah penting sebagai benteng pertahanan untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan dasar
negara Indonesia yaitu Pancasila. Keadaaan ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak
hanya mengedepankan nilai akademik melainkan juga dapat menumbuhkan dan
meningkatkan karakter bangsa untuk menghadapi dinamika kehidupan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan di Indonesia masih
mengedepankan pencapain dimensi pengetahuan yang diaplikasikan dalam nilai-nilai
akademik dan masih mengesampingkan ketercapain nilai-nilai karakter bangsa. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh (47,2
persen) pelajar perokok Indonesia ternyata sudah dalam status adiksi, atau ketagihan, dan
berdasarkan laporan KPAI bahwa 84% murid di Indonesia yang berusia 12-17 tahun
mengalami kekerasan di sekolah, data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
kelompok survei 2014 menyatakan bahwa jumlah estimasi penyalahgunaan narkoba yang
dilakukan pelajar sebanyak 1284,87 orang. Meskipun pendidikan Indonesia lebih
mengedepankan nilai-nilai akdemik namun pada faktanya pencapaian anak Indonesia
dalam Literasi Sains masih menduduki peringkat yang masih rendah hal ini dapat dilihat
pada tabel 1:
1. NILAI RATA-RATA
3. PISA
2000

4. PISA 2003

5. 393

6. 395

2. LEVEL

7. RENDAH;
8. = BRAZIL (390) & TUNISIA
9385)

Tabel 1: Profil Literasi Sains Siswa Indonesia


Selain tabel di atas, berdasarkan wawancara seorang guru fisika di salah satu sekolah
Tangerang bahwa saat ulangan sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bwah KKM.
Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan Indonesia adalah masih
rendahnya hasil belajar dan karakter siswa. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah proses pembelajaran di kelas.
Keberhasilan proses pembelajaran bergantung pada seorang guru untuk mengemas proses
pembalajaran yang bermakna. Oleh karena itu pemerintah mewajibkan seorang guru
mempunyai kompetensi, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Saat guru
mempunyai empat kompetensi tersebut maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
. Rendahnya nilai akademik dan karakter salah satu yang mempengaruhinya
adalah kurangnya kemampuan guru untuk berkreativitas dalam memodifikasi metode
dalam menyampaikan materi. Terutama dalam mata pelajaran fisika guru cenderung
masih menggunakan metode yang sangat konvensional berupa ceramah, apabila metode
tersebut berlangsung secara rutin saat proses pembelajaran maka peserta didik akan
mengalami kejenuhan. Saat rasa jenuh sudah datang maka jangan harap proses
pembelajaran itu akan bermakna dan mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu,
kami mengajukan metode pembelajaran yang berjudul MECING (Metode Kucingkucingan sebagai Solusi Alternatif Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Karakter
dan Hasil Belajar Siswa SMA. Melalui metode permainan tradsional dapat
menumbuhkan karakter peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan asil penelitian Sumiarti
(2011:13) Stimulasi anak Kerjasama

Menyesuaikan diri

saling berinteraksi

Mengontrol diri

Sikap empati

Menaati aturan

Mengharga

dan yang asik dan menyenangkan Peserta didik membutuhkan proses pembelajaran yang
asik dan menyenangkan. Saat guru dapat mengemas proses pembelajaran seperti itu,
maka permasalahan yang ada akan dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai