Anda di halaman 1dari 20

Indonesia adalah sebuah negeri yang indah dan kaya akan keanekaragaman

adat dan budaya. Salah satu kekayaan Indonesia adalah dibidang Seni Tari.
Hampir seluruh provinsi di Indonesia memiliki ragam seni Tari Tradisional. Taritarian ini telah ada sejak zaman dahulu dan sebagian tetap bertahan dan tak
lekang dimakan waktu. Untuk kita generasi muda sudah seharusnya mengenal
kekayaan tari tradisional Indonesia tersebut. Nah, untuk itu mari kita mengenal
lebih jauh mengenai tari-tarian daerah Indonesia.

1. Pengertian Tari

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan
pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan
penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.
(id.wikipedia.org/wiki/Tari).

Tari adalah gerakan badan (tangan, kaki, kepala dan sebagainya) yang berirama,
biasanya diiringi bunyi-bunyian seperti musik, gamelan dan sebagainya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)

Berikut ini beberapa pengertian tari menurut para ahli :


Menurut Bagong Sudito, tari adalah suatu seni yang berupa gerak ritmis yang
menjadi alat ekspresi manusia.
Menurut Drs. I Gede Ardika, tari adalah sesuatu yang dapat menyatukan banyak
hal hingga semua orang bisa menyesuaikan diri atau menyelaraskan geraknya
menurut caranya masing-masing.
Menurut M. Jazuli, tari adalah gerak-gerak tubuh yang selaras dan seirama
dengan bunyi musik yang dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan
tujuan tertentu.
Menurut S. Humardani, tari adalah ungkapan ekspresif dalam bentuk gerak yang
ritmis dan indah.
Menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia dalsm gerak-gerak yang
indah dan ritmis.
Menurut Soeryodiningrat, tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan
bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari.
Menurut Suadarsa Pringgo Broto, tari adalah ketentuan bentuk-bentuk gerakan
tubuh dan ruang.
Menurut Suryo, tari adalah ekspresi subyektif yang diwujudkan dalam bentuk
obyektif.

Menurut jenisnya, tari dibedakan menjadi 3, yaitu Tari Tradisional, Tari Klasik dan
Tari Kreasi Baru

2. Pengertian Tari Tradisional

Pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang pada dasarnya berkembang
di suatu daerah tertentu yang berpedoman luas dan berpijak pada adaptasi
kebiasaan secara turun temurun yang dipeluk/dianut oleh masyarakat yang
memiliki tari tersebut.

Dari referensi lainnya disebutkan juga mengenai pengertian tari tradisional. Tari
tradisional adalah suatu tarian yang berasal dari masyarakat daerah tersebut
yang sudah turun temurun dan menjadi budaya masyarakat tersebut.

Tari Tradisional juga dibedakan lagi menjadi 3 bagian, yaitu tari klasik, tari
folklasik (tari rakyat) dan Tari Kreasi Baru. Berikut ini penjelasan dari ketiga
macam tari tersebut.

3. Pengertian Tari Klasik

Pengertian tari klasik yaitu merupakan tari tradisional yang lahir di lingkungan
keraton, hidup dan berkembang sejak zaman feodal, dan diturunkan secara
turun temurun di kalangan bangsawan.

Tari klasik ini pada umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain :
Berpedoman pada pakem tertentu (ada standarisasi)
Memiliki nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam
Disajikan dalam penampilan yang serba mewah mulai dari gerak, riasan, hingga
kostum yang dikenakan.

Contoh tari klasik Bedhaya Babar Layar - Gambar : http://budaya-indonesia.org

4. Pengertian Tari Folklasik / Tari Rakyat

Pengertian Tari rakyat yaitu merupakan jenis tari tradisional yang lahir dari
kebudayaan masyarakat lokal, hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan
diturunkan secara turun temurun sampai sekarang.

Tari rakyat atau juga dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya memiliki
beberapa ciri khas yang merupakan kebalikan dari tari klasik, yaitu antara lain
Kental dengan nuansa sosial
Merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat
Memiliki gerak, rias, dan kostum yang sederhana.
5. Tari Kreasi Baru

Pengertian tari kreasi baru yaitu merupakan tari klasik yang diaransemen dan
dikembangkan sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru umumnya diciptakan
oleh para pakar tari
B.Macam-macam tari tradisional di Indonesia
a.Tari Kecak
Tari Kecak adalah kesenian tradisional sejenis seni drama tari yang khas
dari Bali. Tarian tersebut menggambarkan tentang cerita Pewayangan,
khususnya cerita Ramayana yang dipertunjukan dengan seni gerak dan tarian.
Tari Kecak ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat terkenal di
Bali. Selain sebagai warisan budaya, Tari Kecak ini juga menjadi salah satu daya
tarik para wisatawan yang datang ke sana.

Asal Mula Tari Kecak

Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Kecak ini di ciptakan pada tahun 1930
oleh seniman Bali bernama Wayan Limbak dan Walter Spies seorang pelukis dari
Jerman. Tarian ini terinpirasi dari ritual sanghyang dan bagian-bagian cerita
Ramayana. Ritual sanghyang sendiri merupakan tradisi tarian dimana penarinya
berada dalam kondisi tidak sadar dan melakukan komunikasi dengan Tuhan atau
roh para leluhur kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada
masyarakat. Nama Tari Kecak sendiri diambil kata cak..cak..cak yang sering
diteriakan para anggota yang mengelilingi para penari, Sehingga tarian ini
dikenal dengan nama Tari Kecak.

Pertunjukan Tari Kecak

Dalam pertunjukannya, tarian diawali dengan pembakaran dupa, lalu para


rombongan pengiring memasuki panggung sambil mengumandangkan kata
cak..cak.. cak. Kemudian mereka membentuk sebuah barisan melingkar, yang
di tengah-tengahnya digunakan untuk menari. Dalam pertunjukan Tari Kecak ini
penari memerankan lakon-lakon dalam cerita Ramayana, seperti Rama, Shinta,
Rahwana, dan tokoh-tokoh lainnya. Gerakan dalam tarian ini tidak terlalu terpaku
pada pakem, sehingga penari lebih luwes dalam bergerak dan fokus pada jalan
cerita saja. Kadang-kadang ada juga beberapa adegan lucu yang diperagakan
para penarinya. Selain itu beberapa adegan yang atraktif juga ditampilkan

seperti permainan api dan atraksi lainnya. hal inilah yang membuat Tari Kecak
memiliki kesan sakral namun juga menghibur.

Pengiring Tari Kecak

Tari Kecak ini merupakan salah satu kesenian drama tari yang sangat unik.
Berbeda dengan kesenian pada umumnya, dalam pertunjukan Tari Kecak tidak
menggunakan alat musik apapun. Tari Kecak ini hanya diiringi oleh suara
teriakan anggota yang mengelilingi penari dan suara kerincing yang diikatkan di
kaki para penarinya. Untuk anggota pengiring suara tersebut biasanya terdiri
dari 50 orang atau lebih. Dalam anggota pengiring tersebut juga terdiri dari
anggota yang bertugas sebagai, pengatur nada, penembang solo, dan Dalang
yang mengatur jalannya cerita.

Busana Tari Kecak

Dalam pertunjukannya penari menggunakan kostum sesuai dengan lakon yang


diperankannya. Kostum ini hampir sama dengan Wayang Wong, namun dengan
gaya khas Bali. Sedangkan para pengiring biasanya hanya menggunakan celana
hitam dan kain bermotif kotak-kotak berwarna hitam putih. Selain itu beberapa
aksesoris seperti bunga yang diselipkan di salah satu telinga mereka.

Perkembangan Tari Kecak

Selain sebagai warisan budaya, Tari Kecak ini menjadi salah satu daya tarik bagi
para wisatawan yang datang ke sana. Di Bali sendiri hampir semua daerah
memiliki kelompok Tari Kecak sendiri. Dalam perkembangannya, Tari Kecak ini
juga mengalami pengembangan, baik dari segi pertunjukan, jumlah penari,
cerita dan lakon yang diperankan. Hal ini dilakukan sebagai usaha dari para
seniman agar pertunjukan Tari Kecak semakin diminati dan dikenal oleh
masyarakat luas.
b.Tari to tor
Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari
Sumatera Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan,
Toba Samosir dan Samosir.

Ciri khas
Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara
fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya
menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan
yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.

Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara
dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara
khusus yang dinamakan Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang
sabangunan.

Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari hasuhutan (yang


mempunyai hajat akan memintak permintaan kepada penabuh gondang dengan
kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut : "Amang pardoal pargonci" :

"Alualuhon ma jolo tu ompungta Debata Mulajadi Nabolon, na Jumadihon nasa na


adong, na jumadihon manisia dohot sude isi ni portibion."

"Alualuhon ma muse tu sumangot ni ompungta sijolojolo tubu, sumangot ni


ompungta paisada, ompungta paidua, sahat tu papituhon."
'"Alualuhon ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo."
Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan
ritme tertentu dalam beberapa saat. Setelah permintaan/seruan tersebut
dilaksanakan dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor
(menari) mengatur susunan tempat berdirinya untuk memulai menari.

Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti :
Permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang
mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki
yang berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber
berkat bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.

Setiap penari tortor harus memakai ulos dan mempergunakan alat


musik/gondang (Uninguningan).

Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti tangan
si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan
berarti si penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu
perdukunan, atau adu pencak silat (moncak), atau adu tenaga batin dan lainlain.

Tari tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh
leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan
dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.

Konsep gondang masa kini


Dalam hal ini, konsep margondang pada masa sekarang dapat dibagi dalam tiga
bagian besar, yaitu :

Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan merupakan


suatu ungkapan kegembiraan dalam konteks hibuan atau seni pertunjukkan,
misalnya : gondang pembangunan gereja, gondang naposo, gondang
mangompoi jabu (memasuki rumah) dan sebagainya.
Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi dari sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, misalnya : gondang
mamampe marga (pemberian marga), gondang pangoli anak (perkawinan),
gondang saur matua (kematian), kepada orang di luar suku Batak Toba, dan
sebagainya.

Margondang Religi, upacara ini pada saat sekarang hanya dilakukan oleh
organisasi agamaniah yang masih berdasar kepada kepercayaan batak purba.
Misalnya parmalim, parbaringin, parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat dan
religi pada setiap pelaksanaan upacara oleh kelompok ini masih mempunyai
hubungan yang sangat erat karena titik tolak kepercayaan mereka adalah mula
jadi na bolon dan segala kegiatan yang berhubungan dengan adat serta
hukuman dalam kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata aturan yang
dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap sebagai wakil mula jadi
na bolon.

c.Tari Saman
Tari Saman merupakan sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh yang mulai
dikembangkan pada abad ke 14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh
Saman. Tarian ini awalnya hanyalah sebuah permainan rakyat bernama Pok Ane.
Kebudayaan Islam yang masuk ke daerah Gayo pada masa itu berakulturasi
dengan permainan Pok Ane, sehingga nyanyian pengiring permainan Pok Ane
yang awalnya hanya bersifat pelengkap, berubah menjadi nyanyian penuh
makna dan pujian pada Alloh. Kebudayaan Islam juga merubah beberapa
gerakan pada tari saman mulai dari tepukan dan perubahan tempat duduk. Tari
saman di masa Kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid
Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di daerah Gayo, namun pada
perkembangannya ia juga kemudian dimainkan pada acara-acara umum seperti
acara pesta ulang tahun, pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga sekarang.
Sejak 24 November 2011, tari saman telah ditetapkan sebagai salah satu
Warisan Budaya Tak benda asal Indonesia oleh UNESCO dalam sidang keenam
Komite Antar Negara yang dilaksanakan di Bali. Tarian yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Dance of Thousand Hand ini hingga sekarang
masih terus dilestarikan, bukan hanya oleh orang suku Aceh Gayo, melainkan
juga oleh seluruh masyarakat dunia yang mengagumi keunikannya. Penari dan
Gerakan Tari Saman Pada awalnya, tarian saman hanya dimainkan para pria
yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang, 8 sebagai penari dan 2 sebagai
pemberi aba-aba. Namun, pada perkembangannya, menyadari bahwa sebuah
tarian akan menjadi semakin semarak jika dimainkan oleh lebih banyak penari,
maka tari saman pun jadi boleh ditarikan oleh lebih dari 10 penari. Selain itu,
para wanita yang awalnya tidak boleh memainkan tarian ini, juga menjadi
diperkenankan untuk memainkannya. Untuk mengatur kekompakan gerakan
penari, tari saman biasanya akan dipimpin oleh 2 orang syekh. Syekh adalah
pengatur irama gerakan sekaligus pemandu nyanyian atau syair-syair yang
mengiringi tarian ini. Gerakan-gerakan dalam tari saman secara umum terbagi
menjadi beberapa unsur, yaitu gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada,
gerak guncang, gerak kirep, gerak lingang, dan gerak surang-saring. Nama-nama
semua gerakan dalam tari saman ini berasal dari bahasa Gayo. Yang membuat
tari sama begitu unik dan sering menghadirkan decak kagum bagi yang
menyaksikannya adalah karena harmonisasi gerakan dalam tarian ini yang
mengalun cepat bersama syair-syair dan yang mengiringinya. Banyak orang luar
negeri bahkan lebih mengenal tari saman daripada tari kecak atau tari pendet
yang berasal dari bali. Adapun bagi Anda yang penasaran seperti apa keindahan
dan uniknya tari saman ini, silakan saksikan pertunjukannya dalam video di

bawah ini! Paduan Suara dan Lagu Tari Saman Berbeda dengan pertunjukan tari
pada umumnya, pada pertunjukan tari saman yang asli, Anda tidak akan
menemukan iringan irama alat musik apapun. Satu-satunya irama yang
digunakan untuk menyelaraskan gerakan tari ini adalah suara dari para penari
itu sendiri. Mereka akan bertepuk tangan, tepuk dada, paha, dan lantai atau
kadang menyanyikan syair tersendiri untuk menyingkronkan gerakan antara
penari satu dengan penari lainnya. [Baca Juga : Daftar 35 Rumah Adat Indonesia
dari Berbagai Provinsi] Untuk syair dari nyanyian lagu tari saman sendiri
biasanya merupakan sebuah pepatah dan nasihat yang bermakna begitu dalam.
Syair-syair tersebut berisi pesan moril ajaran Islam yang seharusnya diresapi
oleh setiap para pendengarnya. Bagi seorang syekh atau pemandu tari,
menyanyikan lagu tari saman juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Ada 5 aturan atau cara baku yang harus ditaati dalam menyanyikan lagu tari
saman ini. Kelima aturan tersebut antara lain: Rengum ata auman yang diawali
oleh pemandu. Dering yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
Redet atau lagu singkat dengan nada pendek yang dinyanyikan oleh salah satu
penari di bagian tengah. Syekh atau lagu yang dinyanyikan dengan suara
panjang tinggi sebagai tanda perubahan gerakan. Saur atau lagu yang diulangi
bersama oleh semua penari setelah dinyanyikan oleh seorang penari solo. Arti
dan Makna Tari Saman Terlepas dari beragam keunikannya, tari saman bagi
masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini
melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan
dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan dakwah yang
terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri.

Arti dan Makna Tari Saman Terlepas dari beragam keunikannya, tari saman
bagi masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini
melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan
dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan dakwah yang
terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri. Nasehat-nasehat
dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari ini.

d. Asal Usul dan Sejarah Tari Piring


Tari piring dipercaya telah ada sejak sekitar abad ke 12 Masehi, terlahir dari
kebudayaan asli masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Tarian ini dulunya
merupakan tarian persembahan bagi para dewa yang telah mengkaruniakan
hasil panen yang berlimpah selama setahun. Perlu diketahui bahwa sebelum
masuknya Islam, masyarakat Minangkabau mayoritas masih memeluk agama
Hindu, Budha, dan sebagian Animisme. Masuknya Islam ke tanah Sumatera pada
abad ke 14 secara tidak langsung ikut mempengaruhi perkembangan tari piring.
Semenjak ajaran Islam mulai dianut oleh mayoritas masyarakat, peruntukan tari
piring pun berubah. Tari piring bukan lagi ditujukan sebagai tari persembahan
bagi para dewa, melainkan hanya sebagai tontonan bagi masyarakat. Tarian ini
dipertunjukan setiap kali ada acara hajatan sebagai hiburan semata. Dalam
perjalanan sejarahnya, tari piring kontemporer mengalami banyak pembaruan,
mulai dari musik yang mengiringinya, gerakan, koreografi, hingga komposisi
pemain. Adalah Huriman Adam, seorang seniman tanah Minang yang telah
berkontribusi besar pada kepopuleran tari ini di masa kini.
Gerakan Tari Piring Berbagai gerakan dalam Tari Piring adalah perpaduan
yang laras antara seni tari yang indah, gerakan akrobatis, dan gerakan
bermakna magis. Gerakan tarian yang dibawakan secara berkelompok oleh 3-5
personil ini sangat beragam. Gerakan-gerakan tersebut secara keseluruhan
sebetulnya menceritakan tentang tahapan-tahapan kegiatan dalam budidaya
tanaman padi yang menjadi mata pencaharian masyarakat adat Minang tempo
dulu. Sedikitnya ada 20 gerakan tari piring yang harus dibawakan para penari
untuk dapat mempertunjukan tari piring yang sempurna. Keduapuluh gerakan
tersebut antara lain: Gerak pasambahan; gerakan yang dibawakan oleh para
penari pria ini adalah gerakan pembuka tari piring. Gerakan ini memiliki makna
sebagai wujud syukur kepada Allah swt dan bentuk permohonan penari pada
para penonton yang menyaksikan, supaya tidak merusak jalannya pertunjukan.

Gerak singanjuo lalai; gerakan yang dibawakan oleh para penari wanita ini
sangat lemah lembut melambangkan suasana pagi yang sejuk. Gerak
mencangkul; gerakan tari piring yang menceritakan sekumpulan petani yang
tengah mengolah tanah sawahnya. Gerak menyiang; gerakan ini menceritakan
aktivitas para petani saat tengah menyiangi atau membersihkan rerumputan di
sawah mereka. Gerak membuang sampah; gerakan ini menceritakan kegiatan
para petani yang tengah membuang sisa-sisa sampah hasil menyiangi yang ia
lakukan sebelumnya. Gerak menyemai; gerakan ini menceritakan para petani
yang tengah menyemai benih padi yang akan ditanam. Selain keenam gerakan
tersebut, ada 14 gerakan lain yang harus dilakukan oleh para penari. Gerakangerakan tersebut antara lain gerak memagar, gerak mencabut benih, gerak
bertanam, gerak melepas lelah, gerak mengantar juadah, gerak menyabit padi,
gerak mengambil padi, gerak manggampo padi, gerak menganginkan padi,
gerak mengirik padi, gerak menumbuk padi, gotong royong, gerak menampih
padi, dan gerak menginjak pecahan kaca.

Iringan Musik Tari Piring


Keduapuluh gerakan tari piring di atas dilakukan dengan tempo cepat dengan
diiringi iringan musik berirama syahdu yang menggambarkan rasa
kebersamaan, kegembiraan, dan semangat.
e.tari sekapur sirih
Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari
daerah Jambi. Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya
ditarikan oleh para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh
alunan musik pengiring, mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut

dan membawakan cerano sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih


merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Jambi dan
biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang
berkunjung ke sana.

Sejarah Tari Sekapur Sirih

Menurut sejarahnya, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu
seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian
ini diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun 1962. Karena pada saat itu
masih merupakan gerakan dasar, beberapa seniman mulai mengembangkan
tarian ini. Dengan mengkolaborasikan dengan iringan musik dan lagu, sehingga
membuatnya semakin menarik dan semakin populer dikalangan masyarakat.

Fungsi Dan Makna Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih ini difungsikan sebagai tarian selamat datang untuk
menyambut para tamu terhormat yang datang ke sana. Tarian ini dimaknai
sebagai sikap keterbukaan masyarakat dalam menyambut para tamu yang
datang ke sana. Selain itu, Tari Sekapur Sirih juga dimaknai sebagai ungkapan
rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut para tamu
tersebut.

Pertunjukan Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih umumnya ditampilkan oleh para penari wanita, namun ada
juga yang menambahkan penari pria sebagai penari pendukung. Untuk jumlah
penari pada biasanya terdiri dari 9 penari wanita dan 3 penari pria. Para penari
pria ini biasanya berperan sebagai pengawal dan pembawa payung. Sedangkan
penari wanita berperan sebagai penari utamanya.

Gerakan dalam tarian ini didominasi oleh gerakan yang lemah lembut dari para
penari. Gerakan dalam tarian ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya
gerakan melenggang, sembah tinggi, merentang kepak, bersolek, dan gerakan
berputar. Sedangkan untuk pola lantai yang dimainkan biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan dan tempat pementasan.

Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah proses penyambutannya yang
dikemas dalam tarian. Di akhir tarian biasanya para penari akan menyuguhkan
cerano berisi sekapur sirih kepada tamu terhormat dan meminta mereka untuk
mencicipinya. Hal ini dilakukan sebagai symbol atau bukti bahwa para tamu
tersebut menerima sambutan selamat datang dari masyarakat.

Pengiring Tari Sekapur Sirih

Dalam pertunjukan Tari Sekapur Sirih biasanya diiringi oleh alunan musik
tradisional seperti gambus, rebana, biola, gendang, gong, serta kordeon. Musik
tradisional tersebut dimainkan secara apik oleh para pengiring dengan irama
melayu yang khas, sesuai dengan lagu daerah yang dinyanyikan. Selain sebagai
pengiring, alunan musik tersebut biasanya menjadi acuan untuk para penari
dalam melakukan gerakan dan menentukan perubahan geraknya.

Kostum Tari Sekapur Sirih

Kostum yang digunakan para penari dalam Tari Sekapur Sirih ini biasanya adalah
busana tradisional. Busana tersebut biasanya terdiri dari baju kurung dan kain
songket khas Jambi. Pada bagian kepala penari biasanya menggunakan sanggul
lipat pandan, sunting beringin, dan kembang goyang. Sedangkan untuk aksesoris
biasanya terdiri dari teratai, pending, gelang dan selendang yang digunakan
untuk menari.

Perkembangan Tari Sekapur Sirih

Dalam perkembangannya, Tari Sekapur Sirih masih terus dilestarikan dan


dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga sering
ditampilkan dalam setiap pertunjukannya agar telihat menarik, namun tidak
meninggalkan ciri khas serta keasliannya. Tarian ini juga masih sering
ditampilkan dalam acara penyambutan tamu penting di Jambi. Walaupun
sebenarnya di Jambi masih ada beberapa jenis tarian penyambutan lainnya,
namun Tari Sekapur Sirih masih tetap menjadi tarian utama karena nilai-nilai dan
filosofi yang ada didalamnya.
e.tari cakalele

Tari Cakalele adalah tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari
daerah Maluku Utara. Tarian ini umumnya ditarikan oleh para penari pria, namun
ada juga beberapa penari wanita sebagai penari pendukung. Tari Cakalele
merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Maluku Utara dan
sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun hiburan. Selain itu tarian ini
juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya serta promosi pariwisata baik
tingkat daerah, nasional, bahkan internasional.

Sejarah Tari Cakalele

Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Cakalele ini dulunya berasal
dari tradisi masyarakat Maluku Utara. Pada saat itu tarian ini dilakukan sebagai
tarian perang para prajurit sebelum menuju medan perang maupun sepulang
dari medan perang. Selain itu tarian ini juga menjadi sering dijadikan sebagai
bagian dari upacara adat masyarkaat di sana.

Tari calale ini kemudian meluas ke daerah-daerah sekitar, karena pengaruh


kerajaan pada saat itu. Tarian ini kemudian dikenal di daerah lain seperti di
daerah Maluku Tengah dan sebagian wilayah Sulawesi, salah satunya di Sulawesi
Utara. Di kalangan masyarakat Minahasa, Cakalele juga dikenal dan menjadi
bagian dari tarian perang mereka, yaitu Tari Kabasaran.

Fungsi Dan Makna Tari Cakalele

Pada masa sekarang ini, Tari Cakalele tidak lagi difungsikan sebagi tarian perang,
namun lebih sering ditampilkan untuk acara yang bersifat pertunjukan maupun
perayaan adat. Bagi masyarakat di sana, Tari Cakalele dimaknai sebagai wujud
apresiasi dan penghormatan masyarakat terhadap para leluhur atau nenek
moyang mereka. Selain itu tarian ini juga menggambarkan jiwa masyarakat
Maluku yang pemberani dan tangguh, hal tersebut bisa dilihat dari gerakan dan
ekspresi para penari saat menarikan Tari Cakalele ini.

Pertunjukan Tari Cakalele

Tari Cakalele ini biasanya ditarikan secara berkelompok dan dibawakan oleh
penari pria serta penari wanita sebagai penari pendukungnya. Dalam
pertunjukannya penari pria menari menggunakan parang (pedang) dan salawaku
(tameng) sebagai atribut menarinya. Sedangkan penari wanita biasanya
menggunakan lenso (sapu tangan) sebagai atribut menarinya. Selain itu dalam
Tari Cakalele ini, biasanya dipimpin oleh seorang penari yang berperan sebagai
Kapitan (pemimpin tarian) dan seorang yang menggunakan tombak yang
menjadi lawan tandingnya. Dalam pertunjukan Tari Cakalele para penari menari
dengan gerakannya yang khas mengikuti genderang musik pengiring. Gerakan
para penari pria dan penari wanita dalam tarian ini sangat berbeda. Gerakan
penari pria biasanya lebih didominasi oleh gerakan lincah para penari sambil
tangan memainkan parang dan salawaku, serta gerakan kaki berjingkrakjingkrak secara bergantian. Sedangkan gerakan para penari wanita didominasi
oleh gerakan tangan yang diayunkan ke depan secara bergantian serta gerakan
kaki yang dihentakan dengan cepat mengikuti iringan musik pengiring.

Pengiring Dalam Tari Cakalele

Dalam pertunjukan Tari Cakalele biasanya diiringi oleh iringan musik tradisional
seperti tifa, gong, dan bia (kerang yang ditiup). Irama yang dimainkan dalam
mengiringi tarian ini biasanya merupakan irama yang bertempo cepat layaknya
genderang perang pada zaman dahulu, sehingga dapat memicu semangat para
penari dan tak jarang membuat para penonton terbawa suasana tersebut.
Gerakan para penari biasanya disesuaikan dengan musik pengiring ini. Karena
kadang irama yang dimainkan bisa jadi kode saat berganti gerakan atau formasi
para penari.

Kostum Tari Cakalele

Kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Cakalele biasanya menggunakan


kostum khusus. Para penari pria biasanya menggunakan pakaian perang yang
didominasi warna merah dan kuning tua, serta dilengkapi dengan senjata seperti
parang, salawaku, dan tombak. Untuk kostum kapitan biasanya menggunakan
penutup kepala yang dihiasi dengan bulu-bulu ayam. Sedangkan untuk penari
wanita biasanya menggunakan pakaian adat berwarna putih dan kain panjang
pada bagian bawah. Serta menggengam lenso atau sapu tangan sebagai atribut
menarinya.

Perkembangan Tari Cakalele

Dalam perkembangannya, Tari Cakalele hingga kini masih terus dilestarikan dan
dikembangkan oleh masyarakat di sana. Berbagai kreasi dan variasi juga sering
ditambahkan dalam pertunjukannya agar menarik, namun tidak menghilangkan
ciri khas dan keaslian dari tarian tersebut. Tari Cakalele ini juga masih sering
ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu, perayaan adat, dan
acara adat lainnya. Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara
budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya dan promosi pariwisata.
f.tari kipas
Tari Kipas Pakarena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah
Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita dengan
berbusana adat dan menari dengan gerakannya yang khas serta memainkan
kipas sebagai atribut menarinya. Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu
tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan, terutama di daerah
Gowa. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat adat maupun
hiburan, bahkan Tari Kipas Pakarena ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata
di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa.

Sejarah Tari Kipas Pakarena

Menurut sejarahnya, Tari Kipas Pakarena ini merupakan salah satu tarian
peninggalan Kerajaan Gowa di daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa
ini dulunya pernah berjaya di sulawesi bagian selatan sampai berabad-abad.

Sehingga kebudayaan yang ada pada saat itu sangat mempengaruhi corak
budaya masyarakat Gowa saat ini, salah satunya adalah Tari Kipas Pakarena.
Nama Tari Kipas Pakarena ini dambil dari kata karena yang berarti main.
Sehingga tarian ini juga dapat diartikan sebagi tarian yang memainkan kipas.
Tarian ini kemudian diwariska turun temurun hingga menjadi suatu tradisi yang
masih dipertahankan hingga sekarang.

Asal usul dari Tari Kipas Pakarena ini masih belum bisa diketahui secara pasti.
Namun menurut mitos masyarakat disana, tarian ini berawal dari kisah
perpisahan antara penghuni boting langi (khayangan) dan pengguni lino (bumi)
pada zaman dahulu. Konon sebelum mereka berpisah, penghuni boting langi
sempat mengajarkan bagaimana menjalani hidup seperti bercocok tanam,
beternak, dan berburu pada penghuni lino. Ajaran tersebut mereka berikan
melalui gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan tersebut kemudian dipakai
penghuni lino sebagai ritual adat mereka

Fungsi Dan Makna Tari Kipas Pakarena

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Kipas Pakarena ini biasanya ditampilkan
sebagai hiburan maupun bagian dari upacara adat. Bagi masyarakat Gowa,
tarian ini memiliki nilai yang sangat penting dan makna khusus di dalamnya.
Salah satunya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas kebahagiaan yang
mereka dapatkan, hal tersebut mereka ungkapkan lewat setiap gerakan para
penari. Selain itu tarian ini juga menggambarkan ekspresi kelembutan,
kesantunan, kesucian dan penuh kasih dari para wanita, hal tersebut bisa dilihat
dari gerakan para penari yang lemah lembut.

Pertunjukan Tari Kipas Pakarena

Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang
penari wanita. Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengring, mereka
menari dengan gerakan lemah gemulai sambil memainkan kipas lipat di tangan
mereka. Gerakan dalam Tari Kipas Pakarena ini sangat khas dan tentu memiliki
makna tersendiri di dalamnya.

Gerakan dalam Tari Kipas Pakarena sebenarnya dibagi menjadi beberapa bagian,
namun hal tersebut terkadang sulit dibedakan karena pola gerak tarian ini
cenderung mirip. Gerakan dalam tarian ini biasanya didominasi oleh gerakan
tangan memainkan kipas lipat dan tangan satunya yang bergerak lemah lembut.
Selain itu gerakan badan yang mengikuti gerakan tangan dan gerkan kaki yang
melangkah.

Dalam Tari Kipas Pakarena ini juga memiliki beberapa aturan atau pakem di
dalamnya. Salah satunya adalah para penari tidak diperkenankan untuk
membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi. Hal ini
dikarenakan aspek kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian
ini. sehingga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati yang tulus.

Pengiring Tari Kipas Pakarena

Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya diiringi oleh alat musik
tradisional yang sering disebut dengan gondrong rinci. Gondrong rinci ini
merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan seruling. Musik
pengiring ini biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu
pemusik biasanya memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang
dengan cara yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang padu.
Dalam tarian ini walaupun penari menari dengan gerakan yang lemah lembut,
namun irama yang dimainkan musik pengiring bertempo cepat. Hal inilah yang
menjadi salah satu keunikan dari Tari Kipas Pakarena ini.

Kostum Tari Kipas Pakarena

Kostum yang digunakan para penari biasanya merupakan busana adat khas
Gowa. Para penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selampang, dan
kain sarung khas Sulawesi Selatan. Pada bagian kepala, rambut penari biasanya
dikonde dan dihiasi dengan tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari
juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting
yang khas. Selain itu tidak lupa penari juga membawa kipas lipat yang
digunakan untuk menari.

Perkembangan Tari Kipas Pakarena

Walaupun merupakan tarian yang sudah ada sejak lama, Tari Kipas Pakarena
masih terus dipertahankan dan dikembangkan hingga sekarang. Tarian ini masih
sering ditampilkan di berbagai acara baik acara adat maupun acara hiburan.
Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di acara budaya seperti pertunjukan
tari, festival budaya dan promosi wisata. Dalam perkembangannya, berbagai
kreasi dan variasi juga sering ditambahkan dalam pertunjukannya. Hal ini tentu
dilakukan agar terlihat lebih menarik, namun tidak meninggalkan ciri khas dan
pakem yang ada didalamnya.
g.tari payung
Tari payung adalah suatu kesenian tari minangkabau yang menggunakan payung
sebagai attribute tariannya.Tari payung ini di mainkan oleh beberapa penari yang

saling berpasangan antara laki - laki dan perempuan. Gerakan dalam tari
payung menggambarkan tentang kasih sayang sepasang kekasih.

Dalam pertunjukan tari payung biasanya di mainkan oleh 3 4 pasang penari


laki - laki dan perempuan. Payung yang di jadikan attribute tarian ini di bawakan
oleh penari laki laki. Sedangkan attribute yang di gunakan oleh penari
perempuan adalah selendang khas minangkabau. Kostum dalam pertunjukan tari
payung pun adalah busana khas minangkabau yang memiliki arti tersendiri
dalam setiap coraknya.

Dalam pertunjukan tari payung diiringi musik pengiring yang bervariasi. Di mulai
dengan ritme pelan, namun secara dinamis mulai berpacu cepat seiring dengan
gerakan para penari. Tentunya iringan musik tersebut disesuaikan dengan
gerakan para penarinya. Alat musik yang di gunakan dalam pertunjukan tari
payung biasanya adalah alat musik tradisional seperti gong, rebana, akordion,
gendang, dan gamelan khas padang. Nada yang di mainkan dalam musik
pengiring ini sangat kental akan nuansa Melayu. Selain di iringi dengan musik
pengiring, Tari payung juga di iringi dengan alunan lagu melayu yang bercerita
tentang suami istri yang sedang berbulan madu di suatu tempat. Judul lagu
pengiring tersebut adalah Babendi-bendi ke Sungai Tanang.

Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah filosofi yang terkandung didalamnya.
Makna yang terdapat dalam tarian ini adalah perlindungan dan kasih sayang
seorang kekasih dalam membina kehidupan rumah tangga. Payung yang di
bawakan penari laki laki merupakan simbol dari bentuk perlindungan seorang
lelaki sebagai pilar utama dalam membina keluarga. Sedangkan selendang yang
di gunakan penari wanita adalah symbol dari bentuk ikatan cinta suci yang kuat,
penuh akan kesetiaan seorang wanita untuk mendampingi suaminya dalam
membina keluarga. Setiap gerakan dalam tarian tersebut tentunya juga memiliki
makna tersendiri.

Tari payung awalnya merupakan salah satu pelengkap ritual adat masyarakat
minangkabau. Namun seiring perkembangan jaman, tarian ini juga sering di
pertunjukkan pada acara acara lain seperti pesta rakyat, festival budaya,
penyambutan tamu dan lain - lain. Selain di alihkan fungsinya, tarian ini sudah
banyak di modifikasi dari bentuk klasiknya. Dalam pertunjukan tari payung yang
sekarang beberapa gerakan dan kostum yang di gunakan dalam pertunjukan
sudah di modifikasi dengan beberapa sentuhan dari para seniman yang ada di
sana agar lebih menarik. Tetapi walaupun terdapat beberapa perubahan, tari
payung masih tetep menjadi kesenian warisan nenek moyang dan makna yang
terdapat di dalamnya masih tetap ada.

Anda mungkin juga menyukai