adat dan budaya. Salah satu kekayaan Indonesia adalah dibidang Seni Tari.
Hampir seluruh provinsi di Indonesia memiliki ragam seni Tari Tradisional. Taritarian ini telah ada sejak zaman dahulu dan sebagian tetap bertahan dan tak
lekang dimakan waktu. Untuk kita generasi muda sudah seharusnya mengenal
kekayaan tari tradisional Indonesia tersebut. Nah, untuk itu mari kita mengenal
lebih jauh mengenai tari-tarian daerah Indonesia.
1. Pengertian Tari
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan
pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan
penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.
(id.wikipedia.org/wiki/Tari).
Tari adalah gerakan badan (tangan, kaki, kepala dan sebagainya) yang berirama,
biasanya diiringi bunyi-bunyian seperti musik, gamelan dan sebagainya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)
Menurut jenisnya, tari dibedakan menjadi 3, yaitu Tari Tradisional, Tari Klasik dan
Tari Kreasi Baru
Pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang pada dasarnya berkembang
di suatu daerah tertentu yang berpedoman luas dan berpijak pada adaptasi
kebiasaan secara turun temurun yang dipeluk/dianut oleh masyarakat yang
memiliki tari tersebut.
Dari referensi lainnya disebutkan juga mengenai pengertian tari tradisional. Tari
tradisional adalah suatu tarian yang berasal dari masyarakat daerah tersebut
yang sudah turun temurun dan menjadi budaya masyarakat tersebut.
Tari Tradisional juga dibedakan lagi menjadi 3 bagian, yaitu tari klasik, tari
folklasik (tari rakyat) dan Tari Kreasi Baru. Berikut ini penjelasan dari ketiga
macam tari tersebut.
Pengertian tari klasik yaitu merupakan tari tradisional yang lahir di lingkungan
keraton, hidup dan berkembang sejak zaman feodal, dan diturunkan secara
turun temurun di kalangan bangsawan.
Tari klasik ini pada umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain :
Berpedoman pada pakem tertentu (ada standarisasi)
Memiliki nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam
Disajikan dalam penampilan yang serba mewah mulai dari gerak, riasan, hingga
kostum yang dikenakan.
Pengertian Tari rakyat yaitu merupakan jenis tari tradisional yang lahir dari
kebudayaan masyarakat lokal, hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan
diturunkan secara turun temurun sampai sekarang.
Tari rakyat atau juga dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya memiliki
beberapa ciri khas yang merupakan kebalikan dari tari klasik, yaitu antara lain
Kental dengan nuansa sosial
Merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat
Memiliki gerak, rias, dan kostum yang sederhana.
5. Tari Kreasi Baru
Pengertian tari kreasi baru yaitu merupakan tari klasik yang diaransemen dan
dikembangkan sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru umumnya diciptakan
oleh para pakar tari
B.Macam-macam tari tradisional di Indonesia
a.Tari Kecak
Tari Kecak adalah kesenian tradisional sejenis seni drama tari yang khas
dari Bali. Tarian tersebut menggambarkan tentang cerita Pewayangan,
khususnya cerita Ramayana yang dipertunjukan dengan seni gerak dan tarian.
Tari Kecak ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat terkenal di
Bali. Selain sebagai warisan budaya, Tari Kecak ini juga menjadi salah satu daya
tarik para wisatawan yang datang ke sana.
Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Kecak ini di ciptakan pada tahun 1930
oleh seniman Bali bernama Wayan Limbak dan Walter Spies seorang pelukis dari
Jerman. Tarian ini terinpirasi dari ritual sanghyang dan bagian-bagian cerita
Ramayana. Ritual sanghyang sendiri merupakan tradisi tarian dimana penarinya
berada dalam kondisi tidak sadar dan melakukan komunikasi dengan Tuhan atau
roh para leluhur kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada
masyarakat. Nama Tari Kecak sendiri diambil kata cak..cak..cak yang sering
diteriakan para anggota yang mengelilingi para penari, Sehingga tarian ini
dikenal dengan nama Tari Kecak.
seperti permainan api dan atraksi lainnya. hal inilah yang membuat Tari Kecak
memiliki kesan sakral namun juga menghibur.
Tari Kecak ini merupakan salah satu kesenian drama tari yang sangat unik.
Berbeda dengan kesenian pada umumnya, dalam pertunjukan Tari Kecak tidak
menggunakan alat musik apapun. Tari Kecak ini hanya diiringi oleh suara
teriakan anggota yang mengelilingi penari dan suara kerincing yang diikatkan di
kaki para penarinya. Untuk anggota pengiring suara tersebut biasanya terdiri
dari 50 orang atau lebih. Dalam anggota pengiring tersebut juga terdiri dari
anggota yang bertugas sebagai, pengatur nada, penembang solo, dan Dalang
yang mengatur jalannya cerita.
Selain sebagai warisan budaya, Tari Kecak ini menjadi salah satu daya tarik bagi
para wisatawan yang datang ke sana. Di Bali sendiri hampir semua daerah
memiliki kelompok Tari Kecak sendiri. Dalam perkembangannya, Tari Kecak ini
juga mengalami pengembangan, baik dari segi pertunjukan, jumlah penari,
cerita dan lakon yang diperankan. Hal ini dilakukan sebagai usaha dari para
seniman agar pertunjukan Tari Kecak semakin diminati dan dikenal oleh
masyarakat luas.
b.Tari to tor
Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari
Sumatera Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan,
Toba Samosir dan Samosir.
Ciri khas
Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara
fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya
menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan
yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara
dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara
khusus yang dinamakan Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang
sabangunan.
Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti :
Permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang
mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki
yang berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber
berkat bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.
Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti tangan
si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan
berarti si penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu
perdukunan, atau adu pencak silat (moncak), atau adu tenaga batin dan lainlain.
Tari tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh
leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan
dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.
Margondang Religi, upacara ini pada saat sekarang hanya dilakukan oleh
organisasi agamaniah yang masih berdasar kepada kepercayaan batak purba.
Misalnya parmalim, parbaringin, parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat dan
religi pada setiap pelaksanaan upacara oleh kelompok ini masih mempunyai
hubungan yang sangat erat karena titik tolak kepercayaan mereka adalah mula
jadi na bolon dan segala kegiatan yang berhubungan dengan adat serta
hukuman dalam kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata aturan yang
dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap sebagai wakil mula jadi
na bolon.
c.Tari Saman
Tari Saman merupakan sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh yang mulai
dikembangkan pada abad ke 14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh
Saman. Tarian ini awalnya hanyalah sebuah permainan rakyat bernama Pok Ane.
Kebudayaan Islam yang masuk ke daerah Gayo pada masa itu berakulturasi
dengan permainan Pok Ane, sehingga nyanyian pengiring permainan Pok Ane
yang awalnya hanya bersifat pelengkap, berubah menjadi nyanyian penuh
makna dan pujian pada Alloh. Kebudayaan Islam juga merubah beberapa
gerakan pada tari saman mulai dari tepukan dan perubahan tempat duduk. Tari
saman di masa Kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada acara perayaan Maulid
Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di daerah Gayo, namun pada
perkembangannya ia juga kemudian dimainkan pada acara-acara umum seperti
acara pesta ulang tahun, pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga sekarang.
Sejak 24 November 2011, tari saman telah ditetapkan sebagai salah satu
Warisan Budaya Tak benda asal Indonesia oleh UNESCO dalam sidang keenam
Komite Antar Negara yang dilaksanakan di Bali. Tarian yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Dance of Thousand Hand ini hingga sekarang
masih terus dilestarikan, bukan hanya oleh orang suku Aceh Gayo, melainkan
juga oleh seluruh masyarakat dunia yang mengagumi keunikannya. Penari dan
Gerakan Tari Saman Pada awalnya, tarian saman hanya dimainkan para pria
yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang, 8 sebagai penari dan 2 sebagai
pemberi aba-aba. Namun, pada perkembangannya, menyadari bahwa sebuah
tarian akan menjadi semakin semarak jika dimainkan oleh lebih banyak penari,
maka tari saman pun jadi boleh ditarikan oleh lebih dari 10 penari. Selain itu,
para wanita yang awalnya tidak boleh memainkan tarian ini, juga menjadi
diperkenankan untuk memainkannya. Untuk mengatur kekompakan gerakan
penari, tari saman biasanya akan dipimpin oleh 2 orang syekh. Syekh adalah
pengatur irama gerakan sekaligus pemandu nyanyian atau syair-syair yang
mengiringi tarian ini. Gerakan-gerakan dalam tari saman secara umum terbagi
menjadi beberapa unsur, yaitu gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada,
gerak guncang, gerak kirep, gerak lingang, dan gerak surang-saring. Nama-nama
semua gerakan dalam tari saman ini berasal dari bahasa Gayo. Yang membuat
tari sama begitu unik dan sering menghadirkan decak kagum bagi yang
menyaksikannya adalah karena harmonisasi gerakan dalam tarian ini yang
mengalun cepat bersama syair-syair dan yang mengiringinya. Banyak orang luar
negeri bahkan lebih mengenal tari saman daripada tari kecak atau tari pendet
yang berasal dari bali. Adapun bagi Anda yang penasaran seperti apa keindahan
dan uniknya tari saman ini, silakan saksikan pertunjukannya dalam video di
bawah ini! Paduan Suara dan Lagu Tari Saman Berbeda dengan pertunjukan tari
pada umumnya, pada pertunjukan tari saman yang asli, Anda tidak akan
menemukan iringan irama alat musik apapun. Satu-satunya irama yang
digunakan untuk menyelaraskan gerakan tari ini adalah suara dari para penari
itu sendiri. Mereka akan bertepuk tangan, tepuk dada, paha, dan lantai atau
kadang menyanyikan syair tersendiri untuk menyingkronkan gerakan antara
penari satu dengan penari lainnya. [Baca Juga : Daftar 35 Rumah Adat Indonesia
dari Berbagai Provinsi] Untuk syair dari nyanyian lagu tari saman sendiri
biasanya merupakan sebuah pepatah dan nasihat yang bermakna begitu dalam.
Syair-syair tersebut berisi pesan moril ajaran Islam yang seharusnya diresapi
oleh setiap para pendengarnya. Bagi seorang syekh atau pemandu tari,
menyanyikan lagu tari saman juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Ada 5 aturan atau cara baku yang harus ditaati dalam menyanyikan lagu tari
saman ini. Kelima aturan tersebut antara lain: Rengum ata auman yang diawali
oleh pemandu. Dering yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
Redet atau lagu singkat dengan nada pendek yang dinyanyikan oleh salah satu
penari di bagian tengah. Syekh atau lagu yang dinyanyikan dengan suara
panjang tinggi sebagai tanda perubahan gerakan. Saur atau lagu yang diulangi
bersama oleh semua penari setelah dinyanyikan oleh seorang penari solo. Arti
dan Makna Tari Saman Terlepas dari beragam keunikannya, tari saman bagi
masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini
melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan
dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan dakwah yang
terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri.
Arti dan Makna Tari Saman Terlepas dari beragam keunikannya, tari saman
bagi masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini
melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan
dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius. Pesan dakwah yang
terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri. Nasehat-nasehat
dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari ini.
Gerak singanjuo lalai; gerakan yang dibawakan oleh para penari wanita ini
sangat lemah lembut melambangkan suasana pagi yang sejuk. Gerak
mencangkul; gerakan tari piring yang menceritakan sekumpulan petani yang
tengah mengolah tanah sawahnya. Gerak menyiang; gerakan ini menceritakan
aktivitas para petani saat tengah menyiangi atau membersihkan rerumputan di
sawah mereka. Gerak membuang sampah; gerakan ini menceritakan kegiatan
para petani yang tengah membuang sisa-sisa sampah hasil menyiangi yang ia
lakukan sebelumnya. Gerak menyemai; gerakan ini menceritakan para petani
yang tengah menyemai benih padi yang akan ditanam. Selain keenam gerakan
tersebut, ada 14 gerakan lain yang harus dilakukan oleh para penari. Gerakangerakan tersebut antara lain gerak memagar, gerak mencabut benih, gerak
bertanam, gerak melepas lelah, gerak mengantar juadah, gerak menyabit padi,
gerak mengambil padi, gerak manggampo padi, gerak menganginkan padi,
gerak mengirik padi, gerak menumbuk padi, gotong royong, gerak menampih
padi, dan gerak menginjak pecahan kaca.
Menurut sejarahnya, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu
seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian
ini diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun 1962. Karena pada saat itu
masih merupakan gerakan dasar, beberapa seniman mulai mengembangkan
tarian ini. Dengan mengkolaborasikan dengan iringan musik dan lagu, sehingga
membuatnya semakin menarik dan semakin populer dikalangan masyarakat.
Tari Sekapur Sirih ini difungsikan sebagai tarian selamat datang untuk
menyambut para tamu terhormat yang datang ke sana. Tarian ini dimaknai
sebagai sikap keterbukaan masyarakat dalam menyambut para tamu yang
datang ke sana. Selain itu, Tari Sekapur Sirih juga dimaknai sebagai ungkapan
rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut para tamu
tersebut.
Tari Sekapur Sirih umumnya ditampilkan oleh para penari wanita, namun ada
juga yang menambahkan penari pria sebagai penari pendukung. Untuk jumlah
penari pada biasanya terdiri dari 9 penari wanita dan 3 penari pria. Para penari
pria ini biasanya berperan sebagai pengawal dan pembawa payung. Sedangkan
penari wanita berperan sebagai penari utamanya.
Gerakan dalam tarian ini didominasi oleh gerakan yang lemah lembut dari para
penari. Gerakan dalam tarian ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya
gerakan melenggang, sembah tinggi, merentang kepak, bersolek, dan gerakan
berputar. Sedangkan untuk pola lantai yang dimainkan biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan dan tempat pementasan.
Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah proses penyambutannya yang
dikemas dalam tarian. Di akhir tarian biasanya para penari akan menyuguhkan
cerano berisi sekapur sirih kepada tamu terhormat dan meminta mereka untuk
mencicipinya. Hal ini dilakukan sebagai symbol atau bukti bahwa para tamu
tersebut menerima sambutan selamat datang dari masyarakat.
Dalam pertunjukan Tari Sekapur Sirih biasanya diiringi oleh alunan musik
tradisional seperti gambus, rebana, biola, gendang, gong, serta kordeon. Musik
tradisional tersebut dimainkan secara apik oleh para pengiring dengan irama
melayu yang khas, sesuai dengan lagu daerah yang dinyanyikan. Selain sebagai
pengiring, alunan musik tersebut biasanya menjadi acuan untuk para penari
dalam melakukan gerakan dan menentukan perubahan geraknya.
Kostum yang digunakan para penari dalam Tari Sekapur Sirih ini biasanya adalah
busana tradisional. Busana tersebut biasanya terdiri dari baju kurung dan kain
songket khas Jambi. Pada bagian kepala penari biasanya menggunakan sanggul
lipat pandan, sunting beringin, dan kembang goyang. Sedangkan untuk aksesoris
biasanya terdiri dari teratai, pending, gelang dan selendang yang digunakan
untuk menari.
Tari Cakalele adalah tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari
daerah Maluku Utara. Tarian ini umumnya ditarikan oleh para penari pria, namun
ada juga beberapa penari wanita sebagai penari pendukung. Tari Cakalele
merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Maluku Utara dan
sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun hiburan. Selain itu tarian ini
juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya serta promosi pariwisata baik
tingkat daerah, nasional, bahkan internasional.
Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Cakalele ini dulunya berasal
dari tradisi masyarakat Maluku Utara. Pada saat itu tarian ini dilakukan sebagai
tarian perang para prajurit sebelum menuju medan perang maupun sepulang
dari medan perang. Selain itu tarian ini juga menjadi sering dijadikan sebagai
bagian dari upacara adat masyarkaat di sana.
Pada masa sekarang ini, Tari Cakalele tidak lagi difungsikan sebagi tarian perang,
namun lebih sering ditampilkan untuk acara yang bersifat pertunjukan maupun
perayaan adat. Bagi masyarakat di sana, Tari Cakalele dimaknai sebagai wujud
apresiasi dan penghormatan masyarakat terhadap para leluhur atau nenek
moyang mereka. Selain itu tarian ini juga menggambarkan jiwa masyarakat
Maluku yang pemberani dan tangguh, hal tersebut bisa dilihat dari gerakan dan
ekspresi para penari saat menarikan Tari Cakalele ini.
Tari Cakalele ini biasanya ditarikan secara berkelompok dan dibawakan oleh
penari pria serta penari wanita sebagai penari pendukungnya. Dalam
pertunjukannya penari pria menari menggunakan parang (pedang) dan salawaku
(tameng) sebagai atribut menarinya. Sedangkan penari wanita biasanya
menggunakan lenso (sapu tangan) sebagai atribut menarinya. Selain itu dalam
Tari Cakalele ini, biasanya dipimpin oleh seorang penari yang berperan sebagai
Kapitan (pemimpin tarian) dan seorang yang menggunakan tombak yang
menjadi lawan tandingnya. Dalam pertunjukan Tari Cakalele para penari menari
dengan gerakannya yang khas mengikuti genderang musik pengiring. Gerakan
para penari pria dan penari wanita dalam tarian ini sangat berbeda. Gerakan
penari pria biasanya lebih didominasi oleh gerakan lincah para penari sambil
tangan memainkan parang dan salawaku, serta gerakan kaki berjingkrakjingkrak secara bergantian. Sedangkan gerakan para penari wanita didominasi
oleh gerakan tangan yang diayunkan ke depan secara bergantian serta gerakan
kaki yang dihentakan dengan cepat mengikuti iringan musik pengiring.
Dalam pertunjukan Tari Cakalele biasanya diiringi oleh iringan musik tradisional
seperti tifa, gong, dan bia (kerang yang ditiup). Irama yang dimainkan dalam
mengiringi tarian ini biasanya merupakan irama yang bertempo cepat layaknya
genderang perang pada zaman dahulu, sehingga dapat memicu semangat para
penari dan tak jarang membuat para penonton terbawa suasana tersebut.
Gerakan para penari biasanya disesuaikan dengan musik pengiring ini. Karena
kadang irama yang dimainkan bisa jadi kode saat berganti gerakan atau formasi
para penari.
Dalam perkembangannya, Tari Cakalele hingga kini masih terus dilestarikan dan
dikembangkan oleh masyarakat di sana. Berbagai kreasi dan variasi juga sering
ditambahkan dalam pertunjukannya agar menarik, namun tidak menghilangkan
ciri khas dan keaslian dari tarian tersebut. Tari Cakalele ini juga masih sering
ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu, perayaan adat, dan
acara adat lainnya. Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara
budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya dan promosi pariwisata.
f.tari kipas
Tari Kipas Pakarena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah
Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita dengan
berbusana adat dan menari dengan gerakannya yang khas serta memainkan
kipas sebagai atribut menarinya. Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu
tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan, terutama di daerah
Gowa. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat adat maupun
hiburan, bahkan Tari Kipas Pakarena ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata
di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa.
Menurut sejarahnya, Tari Kipas Pakarena ini merupakan salah satu tarian
peninggalan Kerajaan Gowa di daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa
ini dulunya pernah berjaya di sulawesi bagian selatan sampai berabad-abad.
Sehingga kebudayaan yang ada pada saat itu sangat mempengaruhi corak
budaya masyarakat Gowa saat ini, salah satunya adalah Tari Kipas Pakarena.
Nama Tari Kipas Pakarena ini dambil dari kata karena yang berarti main.
Sehingga tarian ini juga dapat diartikan sebagi tarian yang memainkan kipas.
Tarian ini kemudian diwariska turun temurun hingga menjadi suatu tradisi yang
masih dipertahankan hingga sekarang.
Asal usul dari Tari Kipas Pakarena ini masih belum bisa diketahui secara pasti.
Namun menurut mitos masyarakat disana, tarian ini berawal dari kisah
perpisahan antara penghuni boting langi (khayangan) dan pengguni lino (bumi)
pada zaman dahulu. Konon sebelum mereka berpisah, penghuni boting langi
sempat mengajarkan bagaimana menjalani hidup seperti bercocok tanam,
beternak, dan berburu pada penghuni lino. Ajaran tersebut mereka berikan
melalui gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan tersebut kemudian dipakai
penghuni lino sebagai ritual adat mereka
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Kipas Pakarena ini biasanya ditampilkan
sebagai hiburan maupun bagian dari upacara adat. Bagi masyarakat Gowa,
tarian ini memiliki nilai yang sangat penting dan makna khusus di dalamnya.
Salah satunya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas kebahagiaan yang
mereka dapatkan, hal tersebut mereka ungkapkan lewat setiap gerakan para
penari. Selain itu tarian ini juga menggambarkan ekspresi kelembutan,
kesantunan, kesucian dan penuh kasih dari para wanita, hal tersebut bisa dilihat
dari gerakan para penari yang lemah lembut.
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang
penari wanita. Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengring, mereka
menari dengan gerakan lemah gemulai sambil memainkan kipas lipat di tangan
mereka. Gerakan dalam Tari Kipas Pakarena ini sangat khas dan tentu memiliki
makna tersendiri di dalamnya.
Gerakan dalam Tari Kipas Pakarena sebenarnya dibagi menjadi beberapa bagian,
namun hal tersebut terkadang sulit dibedakan karena pola gerak tarian ini
cenderung mirip. Gerakan dalam tarian ini biasanya didominasi oleh gerakan
tangan memainkan kipas lipat dan tangan satunya yang bergerak lemah lembut.
Selain itu gerakan badan yang mengikuti gerakan tangan dan gerkan kaki yang
melangkah.
Dalam Tari Kipas Pakarena ini juga memiliki beberapa aturan atau pakem di
dalamnya. Salah satunya adalah para penari tidak diperkenankan untuk
membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi. Hal ini
dikarenakan aspek kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian
ini. sehingga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati yang tulus.
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya diiringi oleh alat musik
tradisional yang sering disebut dengan gondrong rinci. Gondrong rinci ini
merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan seruling. Musik
pengiring ini biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu
pemusik biasanya memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang
dengan cara yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang padu.
Dalam tarian ini walaupun penari menari dengan gerakan yang lemah lembut,
namun irama yang dimainkan musik pengiring bertempo cepat. Hal inilah yang
menjadi salah satu keunikan dari Tari Kipas Pakarena ini.
Kostum yang digunakan para penari biasanya merupakan busana adat khas
Gowa. Para penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selampang, dan
kain sarung khas Sulawesi Selatan. Pada bagian kepala, rambut penari biasanya
dikonde dan dihiasi dengan tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari
juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti gelang, kalung dan anting
yang khas. Selain itu tidak lupa penari juga membawa kipas lipat yang
digunakan untuk menari.
Walaupun merupakan tarian yang sudah ada sejak lama, Tari Kipas Pakarena
masih terus dipertahankan dan dikembangkan hingga sekarang. Tarian ini masih
sering ditampilkan di berbagai acara baik acara adat maupun acara hiburan.
Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di acara budaya seperti pertunjukan
tari, festival budaya dan promosi wisata. Dalam perkembangannya, berbagai
kreasi dan variasi juga sering ditambahkan dalam pertunjukannya. Hal ini tentu
dilakukan agar terlihat lebih menarik, namun tidak meninggalkan ciri khas dan
pakem yang ada didalamnya.
g.tari payung
Tari payung adalah suatu kesenian tari minangkabau yang menggunakan payung
sebagai attribute tariannya.Tari payung ini di mainkan oleh beberapa penari yang
saling berpasangan antara laki - laki dan perempuan. Gerakan dalam tari
payung menggambarkan tentang kasih sayang sepasang kekasih.
Dalam pertunjukan tari payung diiringi musik pengiring yang bervariasi. Di mulai
dengan ritme pelan, namun secara dinamis mulai berpacu cepat seiring dengan
gerakan para penari. Tentunya iringan musik tersebut disesuaikan dengan
gerakan para penarinya. Alat musik yang di gunakan dalam pertunjukan tari
payung biasanya adalah alat musik tradisional seperti gong, rebana, akordion,
gendang, dan gamelan khas padang. Nada yang di mainkan dalam musik
pengiring ini sangat kental akan nuansa Melayu. Selain di iringi dengan musik
pengiring, Tari payung juga di iringi dengan alunan lagu melayu yang bercerita
tentang suami istri yang sedang berbulan madu di suatu tempat. Judul lagu
pengiring tersebut adalah Babendi-bendi ke Sungai Tanang.
Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah filosofi yang terkandung didalamnya.
Makna yang terdapat dalam tarian ini adalah perlindungan dan kasih sayang
seorang kekasih dalam membina kehidupan rumah tangga. Payung yang di
bawakan penari laki laki merupakan simbol dari bentuk perlindungan seorang
lelaki sebagai pilar utama dalam membina keluarga. Sedangkan selendang yang
di gunakan penari wanita adalah symbol dari bentuk ikatan cinta suci yang kuat,
penuh akan kesetiaan seorang wanita untuk mendampingi suaminya dalam
membina keluarga. Setiap gerakan dalam tarian tersebut tentunya juga memiliki
makna tersendiri.
Tari payung awalnya merupakan salah satu pelengkap ritual adat masyarakat
minangkabau. Namun seiring perkembangan jaman, tarian ini juga sering di
pertunjukkan pada acara acara lain seperti pesta rakyat, festival budaya,
penyambutan tamu dan lain - lain. Selain di alihkan fungsinya, tarian ini sudah
banyak di modifikasi dari bentuk klasiknya. Dalam pertunjukan tari payung yang
sekarang beberapa gerakan dan kostum yang di gunakan dalam pertunjukan
sudah di modifikasi dengan beberapa sentuhan dari para seniman yang ada di
sana agar lebih menarik. Tetapi walaupun terdapat beberapa perubahan, tari
payung masih tetep menjadi kesenian warisan nenek moyang dan makna yang
terdapat di dalamnya masih tetap ada.