I. Definisi
Didalam sebuah Plant, entah itu LNG Plant, Petrochemical Plant, Fertilizer Plant, Nuclear Plant,
Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di Offshore, semuanya mempunyai dan
membutuhkan Piping.
Piping mempunyai fungsi untuk mengalirkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya. Fluida
yang berada didalamnya bisa berupa gas, air, ataupun vapour yang mempunyai temperature
tertentu.
Karena umumnya material pipa terbuat dari metal, maka sesuai dengan karakteristiknya yaitu
jika diberi temperatur atau dialirkan temperatur didalamnya, maka metal atau pipa tadi akan
mengalami pemuaian, jika fluidanya panas, maupun pengkerutan, jika fluidanya dingin.
Setiap kejadian pemuaian ataupun pengkerutan dari pipa tadi, akan menimbulkan pertambahan
ataupun pengurangan panjang pipa dari ukuran semula, dalam skala horizontal.
Karena kita tahu bahwa pipa tersebut tersambung dari satu alat (equipment) ke equipment lain,
maka perpanjangan ataupun pengurangan tadi, secara otomatis akan membawa pengaruh
terhadap titik dimana pipa tersebut tersambung.
Misalnya, jika pipa tersebut digunakan untuk penyambungan dari sebuah nozzle pompa ke
nozzle Tanki, maka akibat dari pengaruh temperatur fluida didalam pipa, maka pipa akan
memuai atau mengkerut yang pada gilirannya akan menarik atau menekan ke arah nozzle pompa
dan nozzle tanki tersebut.
Akibat pergerakan pipa tadi, maka akan ada gaya yang menekan atau menarik nozzle pompa dan
nozzle tanki tersebut, disamping juga akan menimbulkan gaya balik terhadap pipa tadi.
Pergerakan pipa tersebut atau juga sering disebut behaviour pipa, akibat adanya pengaruh
temperature fluida, perlu dihitung sedemikan sehingga pergerakkan tersebut masih mampu
ditahan dan diterima oleh sang pipa tanpa harus mengalami perpatahan ataupun pecah sesuai
dengan kekuatan material pipa tersebut, sekaligus gaya yang diberikan akibat perpanjangan
ataupun pegkerutan pipa tidak sampai merusak nozzle pompa dan nozzle tanki.
Semua perhitungan tersebutlah yang menjadi tugas utama dari seorang piping stress engineer,
yaitu melakukan pekerjaan apa yang dikenal dengan Piping Stress Analysis.
Dengan kata lain, Seorang Piping Stress Engineer mempunyai tugas untuk menghitung dan
menganalisa suatu system pemipaan dalam sebuah Plant sedemikian rupa sehingga system
piping dan plant secara keseluruhan mampu tetap beroperasi secara aman didalam berbagai
kondisi.
Teori Dasar
Kenapa Harus di lakukan Stress Analysis?
Seperti diketahui bersama bahwa tujuan dilakukannya perhitungan Stress Analysis dari piping
system, secara singkat adalah untuk menjamin (to ensure) bahwa piping system tersebut dapat
beroperasi dengan aman tanpa mengalami kecelakaan.
Dalam kehidupannya, piping yang didalamnya mengalir fluida, baik panas, dingin atau angatangat kuku, akan mengalami pemuaian (expansion) atau pengkerutan (contraction) yang
berakibat timbulnya gaya yang bereaksi pada ujung koneksi (connection), akibat dari
temperature, berat pipa dan fluida itu sendiri serta tentu saja tekanan didalam pipa.
Dengan demikian, sebuah piping system haruslah didisain se-flexible mungkin demi
menghindari pergerakan pipa (movement) akibat thermal expansion atau thermal contraction
yang bisa menyebabkan:
1. Kegagalan pada piping material karena terjadinya tegangan yang berlebihan atau
overstress maupun fatigue.
2. Terjadinya tegangan yang erlebihan pada pipe support atau titik tumpuan.
3. Terjadinya kebocoran pada sambungan flanges maupun di Valves.
4. Terjadi kerusakan material di Nozzle Equipment (Pump, Tank, Pressure Vessel, Heat
Exchanger etc) akibat gaya dan moment yang berlebihan akibat expansion atau
contraction pipa tadi.
5. Resonansi akibat terjadi Vibration.
LOADINGS
Kita mengerti bahwa pipa menerima beban baik akibat berat pipa itu sendiri, berat fluida
didalamnya, akibat tekanan dalam (internal pressure), temperature fluida, angin maupun gempa
bumi atau earthquake.
Setiap beban yang diterima pipa akan ditahan oleh pipa tersebut sesuai dengan kemampuan dia
menahannya, yang tentu saja tergantung dari material pipa yang kita gunakan.
Beban diatas dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Sustained Load: yaitu beban akibat berat pipa, berat fluida, tekanan dalam pipa, tekanan luar,
pengaruh
angin
dan
gempa, serta beban dari salju yang menimpa pipa. Satu hal yang penting disini adalah jika pipa
terkena beban demikian, maka bisa mengakibatkan pipa menjadi pecah dan collaps, jika tidak
dilakukan upaya pencegahan.
2. Thermal Load:beban ini adalah beban yang ditimbulkan akibat ditahannya expansion atau
contraction suatu pipa yang mengalami pemuian ataupun pengkerutan akibat temperatur dari
fluida yang mengalir didalamnya. Penahanan (restriction) yang diberikan dapat berupa Anchors,
atau tersambung ke equipment. Satu hal yang perlu juga diperhatikan adalah bahwa thermal load
ini adalah sifatnya siklus, artinya jika anchor nya dilepas atau fluidanya di hentikan mengalir di
pipa tersebut, maka hilang pula load yang ditimbulkanya.
STRESS CATEGORIES:
Primary Stress
Primary Stress adalah, sesuai namanya, Stress yang paling berbahaya yang diakibatkan oleh
Sustained Load. Kenapa disebut berbahaya, karena jika timbul stress ini, maka efeknya
catasthropic, yaitu rusaknya atau pecahnya pipa karena tidak mampu menahan berat atau beban
yang ditimpakan kepadanya.
Primary Stress adalah direct stress, shear atau bending stresses yang dihasilkan oleh beban yang
menimpa piping. Beban tersebut bisa datang dari pengaruh beban luar pipa seperti longitudinal
dan circumferential stresses due to internal pressure dan bending dan torsional stresses karena
berat pipa itu sendiri, snow, ice, wind atau earthquake. Sebagai tambahan akan ada bending dan
torsional stress akibat dipasang Anchor atau jenis support lainnya yang juga menimpa pipa.
Sehingga pipa diharapkan mampu menahan beban-beban tersebut dengan aman tanpa harus
mengalami pecah atau gagal.
Tapi, jika ini terjadi ketika dilakukan perhitungan stress analysis dengan menggunakan program
komputer, maka pemecahannya gampang sekali, yaitu dengan menempatkan tumpuan atau pipe
support yang tepat pada lokasi yang overstress tadi, atau disekitarnya.
Secondary Stress
Secondary stress adalah stress yang diakibatkan oleh thermal loads. Yaitu akibat temperatur
fluida yang mengalir yang menyebabkan pipa akan mengalami pemuaian atau pengkerutan
(expansion or contraction).
Pipa akan menerima apa yang disebut bending nature yang bekerja pada penampang pipa
(accross wall thickness) dan bervariasi dari negative ke positive dan timbul karena terjadinya
beda defleksi secara radial dari pipe wall.
Secondary Stress bukanlah sebagai penyebab terjadinya kegagalan material secara langsung
akibat beban tunggal. JIka pun terjadi stress yang melewati Yield Strenght, maka efek nya
hanyalah terjadinya local deformation yang berkibat berkurangnya stress pada kondisi operasi.
Hanya sja jika hal ini berlangsung berulang-ulang, cyclic, maka akan timbullah apa yang disebut
local strain range yang berpotensi menjadi penyebab timbunya Fatigue Failure.
ALLOWABLE STRESS
Untuk Primary Stress menggunakan Code Allowable STress pada Operating Temperature
(ASME B31.3 302.3.5 (c)
Karena Failure pada Secondary Stress adalah akibat terjadi gaya berulang pada pipa maka
Allowable STress nya pun haruslah mempertimbangkan faktor siklus (cycles) yang diantisipasi
akan terjadi sepanjang hidup pipa tersebut.
Kegagalan biasanya terjadi pada bagian yang mendapatkan regangan terbesar (highest cyclic
strain).
Allowable Stress untuk Thermal Expansion Stress adalah:
SA = 1.25 Sc + 0.25 Sh
Sc = Allowable Stress pada temperature ambient
Sh = Allowable Stress pada temperature operasi
Allowable Stress ini akan menjadikan system piping akan aman beroperasi dalam siklus 7000
kali tanpa failure.
Jika siklus yang terjadi diharapkan lebih dari 7000 kali dalam umurnya pipa, maka Allowable
Stress-nya akan berkurang dengan menambahkan faktor pada formula diatas.
SA = f(1.25 Sc + 0.25 Sh).ASME B31.3 302.3.5 (1a)
Sc = Allowable Stress pada temperature ambient
Sh = Allowable Stress pada temperature operasi
f= Stress Range Factor, dari figure 302.3.5 ASME B31.3.
Tangki merupakan suatu peralatan di berbagai industri baik yang berisi cairan organik dan non
organik, air maupun berisi gas. Tangki di sini identik dengan tangki yang digunakan untuk
penyimpanan pada tekanan rendah ( < 15 lbf/in2 API 620) maupun tekanan atmosfir.
Bila tangki tersebut mempunyai tekanan maka tangki tersebut didefinisikan pressure vessel. (see
page pressure vessel)
Tangki dapat ditemukan di banyak industri, antara lain :
1. Industri minyak dan gas yang memproduksi dan proses pemurnian,
2. Industri kimia,
tekan dibuat melalui beberapa design code seperti ASME Boiler and Pressure Vessel di Amerika,
Pressure Equipment Directive of the EU (PED), Japanese Industrial Standard (JIS), CSA B51 di
Canada, AS1210 di Australia dan standar internasional lain seperti Lloyds, Germanischer Lloyd,
Det Norske Veritas, Stoomwezen, dll.
Tipe bejana tekan berdasarkan pada pembuatannya:
Trayed columns
Reactor
Packed columns
2. Bentuk bejana
Horizontal
Vertical
3. Penyimpan
Bullets
Spheres
Dari keterangan di atas, kita dapat mendefinisikan sebuah bejana tekan, seperti bejana tekan
vertical, unfired, cylindrical, stainless steel, fixed, welded separator for internal pressure.
Bejana tekan dapat dibagi dalam beberapa bagian:
1. Kulit (Shell) merupakan bagian yang menyelimuti seluruh bagian dari bejana tekan.
Kulit bejana tekan ini meliputi:
2. Head merupakan bagian penutup akhir dari suatu pressure vessel yaitu;
3. Nozzle
Pada umumnya terdiri dari potongan pendek sebuah pipa yang dilas di kulit bejana tekan atau
bagian head dengan sebua flange sebagai penghubung akhir ke pipa dengan menggunakan baut.
Nozzle ini meliputi:
Tipe secara umum:
Integrally reinforced
Built-up construction
Sight glasses
Elliptical manways
Manways
Inspection openings
PSV
Instrument connections
Vents
Drains
Process connections
4. Penyangga
Struktur penyangga bejana tekan memiliki beberapa orientasi, seperti;
Rings
Lug support
Combination (lugs and legs, rings and legs, rings and skirt)
5. Flange
Flanges merupakan bagian penepat yang digunakan untuk menghubungkan flange pada pipa
dengan menggunakan baut secara bersama-sama. Flange ini meliputi:
Tipe secara umum:
Slip on
Lap joint
Blind
Screwed
Plate flanges
Studding outlets
Reverse-type flange
Reducing flange
Socket weld
Flat face
Raised face
Ring joint
6. Gasket
Gasket merupakan kemasan yang terbuat dari material yang dapat berubah bentuk (deformasi),
biasanya usually in the form of a sheet or ring used to make a pressure-tight joint between
stationary parts, include the following:
Flat metal
Spiral wound
Metal jacketed
Corrugated metal
Piping distributors
Baffles
Demisters
Packing
Liquid distributors
Vortex breakers
Bed supports
Coils
Pada dasarnya, bejana tekan ditentukan oleh ketebalan dindingnya. Pertama, hitung
ketebalan dari tekanan design yang ditentukan oleh orang proses (process engineer). Dari
hasil perhitungan yang didapatkan (t required), tentukan ketebalan aktual (t actual) yaitu
ketebalan yang disediakan suplier material yang mendekati di atas ketebalan hasil
perhitungan (t required) tentunya setelah ditambahkan faktor Corrosion Allowance. Dari
ketebalan tersebut dihitung balik untuk mendapatkan MAWP.
Dengan demikian t actual > t required, sehingga MAWP lebih besar dibanding Design Pressure.
Akan tetapi bila t actual = t required, maka MAWP akan sama dengan tekanan disain (Design
Pressure)
Kalkulasi yang digunakan untuk menghitung ketebalan tersebut berdasarkan ASME
Section VIII Div. 1 sebagai berikut:
Sumber: Bednar, H.H., Pressure Vessel design Handbook, Von Nostrand Reinhold,
Co.,1981