1. KEJANG DEMAM
A. DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
B. KLASIFIKASI
a. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam.
C.
d.
(FS+)
Gen
Risiko meningkat 2-3 kali bila saudara kejang
Risiko meningkat 5% bila orang tua menderita kejang demam.
D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Energi pada sel otak didapat dari metabolisme yang membutuhkan glukosa dan oksigen.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh adanya:
sekitarnya.
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan (FK UI,
2007)
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan
neutransmiter dan terjadilah kejang (FK UI, 2007).
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C, sedangkan pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih. Hal ini
menunjukkan bahwa kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita
kejang (FK UI, 2007).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial yang disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh yang makin meningkat disebabkan meningkatnya meningkatnya aktifitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang dengan
durasi yang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis di otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan serangan epilepsi spontan (FK
UI, 2007).
E. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat,
misalnya tonsillitis, otitis media akut, bronkitis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya
terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam biasanya sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetic (FK UI, 2007).
F.
a.
b.
c.
d.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran, suhu tubuh: apakah terdapat demam
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, brudzinski I dan II, kernique, laseque
Pemeriksaan nervus cranial
Tanda peningkatan tekanan intracranial: ubun-ubun besar (UUB) membonjol, papil
edema
e. Tanda infeksi diluar SSP: ISPA, OMA, ISK dan lain-lain
f. Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis (IDAI, 2011)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam atau
kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis, biakan
darah, urin atau feses.
b. Pemeriksaan cairan serebropinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Pungsi lumbal dianjurkan pada:
Bayi usia <12 bulan: sangat dianjurkan
Bayi usia 12-18 bulan: dianjurkan
Bayi usia >18 bulan tidak rutin dilakukan (IDAI, 2011)
H. TATALAKSANA
a. Kejang pada neonatus
tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
Antikejang : Jika suhu tubuh anak >38,5 0 C dapat diberikan diazepam oral
dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0,5
e. Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang
demam adalah:
f. Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Jika seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut, kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama (IDAI,
2011).
J. PRONOSIS
Dengan Penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menimbulkan
kematian.
K. FAKTOR RESIKO TERJADINYA EPILEPSI
a. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
b. Kejang demam kompleks
c. Riwayat epilepsi pad aorang tua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada
kejang (FK UI, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia cetakan kesebelas: 2007
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Penerbit
IDAI: Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Edisi. Penerbit IDAI: Jakarta.
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol. 1. EGC:
Jakarta.