2+
Abstract
2+
This research aims to determine the isothermal adsorption of Cu ion by seaweeds
Eucheuma spinosum. It was conducted by using an independent variable namely
2+
concentration. This research used 50 mL of Cu solution which had variance
concentrations such as, 1, 10, 50, 100, and 200 ppm, then contacted with Eucheuma
spinosium in optimum pH about 2 and optimum time about 60. Examining of filtrate
concentration was conducted by using Varian AAS SpectrAA-30, and then the data of
2+
concentration of Cu which were not adsorbed could be obtained. This data was
2+
used for obtaining the mass of Cu ion which was absorbed for each gram of
2+
sample, and then the isothermal adsorption of Cu ion by Eucheuma spinosium.
2+
This research proved that isothermal adsorption of Cu ion by Eucheuma spinosium
was suitable with Freundlich isothermal adsorption, and the Kf value was 6,949 and
the 1/n value was 0,7956.
2+
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dewasa ini
mendorong pembangunan yang pesat di
berbagai bidang kehidupan. Pembangunan
yang pesat tidak hanya berdampak positif
bagi kehidupan, tetapi juga dapat
menimbulkan dampak negatif. Dampak
negatif dapat timbul akibat pembangunan
yang tidak berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang tidak berwawasan
lingkungan dapat menyebabkan rusaknya
lingkungan dan terganggunya ekosistem,
baik ekosistem darat, udara maupun
perairan. Rusaknya lingkungan perairan
salah satunya disebabkan oleh adanya
pencemaran. Pencemaran di perairan
dapat terjadi karena limbah industri maupun
limbah domestik dibuang ke perairan tanpa
diolah terlebih dahulu, atau diolah tetapi
kadar polutannya masih di atas baku mutu
yang ditetapkan. Sesuai Undang-Undang
RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada
pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa
pencemaran lingkungan adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia,
sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.
Salah satu bentuk pencemaran
lingkungan adalah adanya limbah logam
berat pada perairan. Hal ini disebabkan
karena banyak pabrik mengalirkan limbah
cair industrinya langsung ke sungai
ataupun melalui saluran air menuju ke
sungai. Logam-logam yang digolongkan
sebagai logam berat adalah merkuri (Hg),
timbal (Pb), arsen (As), kadmium (Cd),
krom (Cr), tembaga (Cu) dan nikel (Ni)
(Petersen, F, Aldrich, Esau, dan Qi, 2005).
Salah satu logam berat yang mencemari
lingkungan
adalah
logam
tembaga.
Keberadaan ion tembaga (II) dalam
lingkungan
dapat
bersumber
dari
pembuangan air limbah yang berasal dari
industri penyamakan kulit, pelapisan logam,
tekstil, maupun industri cat.
Menurut Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2011,
air limbah yang dapat dialirkan ke
lingkungan maksimal mengandung 1 ppm
ion
tembaga.
Sedangkan
menurut
Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001
32
METODE
Cara Kerja
Penyiapan
Adsorben
Rumput
Laut
Eucheuma spinosum
Rumput Laut Eucheuma spinosum
yang diperoleh dari tempat pembudidayaan
di daerah Nusa Penida dibersihkan dengan
menggunakan aquades agar tidak terdapat
kotoran pada rumput laut. Setelah dibilas,
rumput laut di hancurkan dengan blender
lalu dikeringkan hingga benar-benar
kering.Setelah rumput laut kering, rumput
laut diayak dengan saringan 100 mesh dan
selanjutnya adsorben yang tersaring diayak
dengan menggunakan ayakan 200 mesh,
adsorben yang tidak lolos ayakan 200
meshlah yang digunakan. Setelah di ayak,
rumput laut di keringkan kembali pada suhu
600C dengan oven hingga massa yang
tertimbang konstan.
Penyiapan Larutan Induk, Larutan Kerja,
dan Larutan Standar
Larutan induk dibuat dengan cara
melarutkan 0,3929 gram kristal Tembaga
(II) sulfat (CuSO4.5H2O) dalam aquades
hingga 100 mL. Setelah pembuatan larutan
induk, lalu diencerkan menjadi larutan kerja
hingga konsentrasi 200 ppm, 100 ppm, 50
34
1985).
Data Penelitian
Dalam penentuan isoterm adsorpsi
data yang harus terkumpul berupa data
variasi konsentrasi Cu2+ yang digunakan,
massa Cu2+ yang terserap (mg Cu2+/gram
adsorben), dan harga konsentrasi Cu2+ per
jumlah Cu2+ yang terserap (mg Cu2+/gram
adsorben). Data-data tersebut dimasukkan
dalam kurva yaitu kurva hubungan antara
log konsentrasi Cu2+ pada kesetimbangan
terhadap massa Cu2+ yang terserap (mg
Cu2+/gram adsorben) dan kurva hubungan
antara
konsentrasi
Cu2+
pada
kesetimbangan terhadap harga konsentrasi
Cu2+ saat kesetimbangan per jumlah Cu2+
yang terserap (mg Cu2+/L adsorben).
Analisis Data
Penentuan isoterm adsorpsi Langmuir
dilakukan dengan menganalisis nilai R2
kurva hubungan antara Ce (konsentrasi
Cu2+ saat kesetimbangan) terhadap .
Penentuan isoterm adsorpsi Freundlich
ditentukan dari analisis nilai R2
kurva
hubungan antara log Ce terhadap log
.
2
Kurva yang menunjukkan harga R yang
paling mendekati 1, maka isotermal
adsorpsi Cu2+ oleh adsorben rumput laut
Eucheuma spinosum sesuai dengan kurva
tersebut yang mewakili setiap pola
isotermal adsorpsi.
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
5
10
15
2+
Konsentrasi Larutan Cu
Absorbansi
1
2
5
8
10
0.1
0.202
0.491
0.731
0.901
45
[Cu2+]
setimbang
(ppm)
[Cu2+]
teradsorpsi
(ppm)
[Cu2+]
teradsorpsi
(%)
Qe (mg Cu2+
/gram adsorben
0.962
0.360
0.602
62.6%
0.3128
9.615
0.705
8.910
92.7%
4.6334
48.077
3.780
44.297
92.1%
23.0344
96.154
10.000
86.154
89.6%
44.8
192.308
26.300
166.008
86.3%
86.324
Ca(ppm)
Ce(ppm)
C ads(ppm)
%C
Ads
Qe
(mg/g)
log Ce
log Qe
Ce/Qe
0.962
0.360
0.602
62.6%
0.3128
-0.4437
(0.5047)
1.15
9.615
0.705
8.910
92.7%
4.6334
-0.1518
0.6659
0.15
48.077
3.780
44.297
92.1%
23.0344
0.57749
1.3624
0.16
96.154
10.000
86.154
89.6%
44.8
1.6513
0.22
192.308
26.300
166.008
86.3%
86.324
1.41996
1.9361
0.30
26
2.5
2y = 0.7956x + 0.8419
R = 0.9945
log qe
1.5
0.5
0
-1
log Ce
Ce/qe
1
0.8
0.6
0.4
y = -0.0109x + 0.4853
R = 0.076
0.2
0
0
10
20
30
Ce
Pembahasan
Penyiapan adsorben diawali dengan
memastikan terlebih dahulu rumput laut
yang diperoleh merupakan rumput laut
Eucheuma spinosum. Hal ini dilakukan
dengan cara membandingkan bentuk fisik
rumput laut yang diperoleh dengan awetan
basah yang tersedia. Bentuk fisik rumput
laut yang diperoleh sesuai dengan bentuk
fisik awetan rumput laut Eucheuma
spinosum yaitu memiliki duri-duri yang
banyak dan thallus silindris yang berujung
runcing, sehingga dapat dipastikan rumput
laut tersebut merupakan Eucheuma
spinosum.
Pengeringan
pada
suhu
600C
dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada
komponen-komponen rumput laut yang
berperan dalam adsorpsi seperti protein.
Rumput laut kemudian dihaluskan kembali
dengan mesin penghalus tepung, sehingga
diperoleh rumput laut yang berukuran
sangat kecil (tepung). Rumput laut yang
digunakan sebagai adsorben adalah
rumput laut Eucheuma spinosum yang
berukuran dari 100 mesh hingga 200 mesh.
Ukuran adsorben yang sangat kecil ini
bertujuan untuk memperluas permukaan
adsorben yang dapat berinteraksi dengan
adsorbat, sehingga memperbesar jumlah
adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben.
Data yang diperoleh pada penelitian
dengan variasi konsentrasi larutan dapat
digunakan dalam menentukan pola isoterm
adsorpsi. Data yang diperoleh digunakan
untuk membuat kurva yang terlihat pada
Gambar 2 dan Gambar 3. Diperoleh
persamaan garis pada penentuan isoterm
adsorpsi Freundlich yaitu
y = 0.795x + 0.841
(2)
persamaan garis pada penentuan isotherm
adsorpsi Langmuir yaitu
y = -0.010x + 0.485
(3)
Dari kedua kurva isoterm adsorpsi
yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan
Gambar 3 dapat ditentukan pola adsorpsi
ion Cu2+ oleh rumput laut Eucheuma
spinosum dengan membandingkan nilai
koefisien regresi linier (R2) dari kurva
isoterm adsorpsi tersebut yaitu 0,994 untuk
27
38
94
5
10