Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan organ tubuh
yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia.1,2, Salah
satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah
eritroderma. Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun
insidensi eritroderma semakin meningkat didalam kehidupan sehari-hari dan
masalah yang ditimbulkannya cukup parah.2,3
Insiden eritroderma sangat bervariasi. Penyakit ini dapat mengenai pria
ataupun wanita, namun paling sering mengenai pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 :
1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada
semua usia.1,3,4 Insiden eritoderma kian meningkat selaras dengan peningkatan
kejadian psoriasis karena salah satu kausa yang paling sering adalah psoriasis. Hal
tersebut seiring dengan meningkatnya insiden psoriasis.3,6 Penyakit kulit yang
sedang diderita memegang peranan penting dari eritroderma. Identifikasi psoriasis
mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa
terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.4,5,6
Dahulu eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder.
Primer adalah yang tidak diketahui penyebabnya, dan sekunder adalah yang
disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik. Pendapat sekarang,
semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder.2,3
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Bila eritemanya antara
50-90% dinamakan pre-eritroderma.3,4,5 Pada banyak kasus, eritroderma umumnya
disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau
dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat.
Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak
kelainan kulit.5 Diagnosis yang ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta
penatalaksanaan yang tepat sangat memengaruhi prognosis penderita.1,2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi dan Epidemiologi Eritroderma

Eritroderma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan eritema


mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. 1,2,3
Pada beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama.4,5 Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi. Pada banyak kasus eritroderma umumnya
terdapat kelainan kulit yang ada sebelumnya misalnya psoriasis atau dermatitis
atopik.5,6,7 Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari
setengah kasus dari eritroderma.
Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita, namun paling sering
mengenai pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. 1,3,4 Prevalensi
eritroderma makin bertambah. Prevalensi eritoderma kian meningkat selaras
dengan peningkatan kejadian psoriasis karena salah satu kausa yang paling sering
adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya prevalensi psoriasis. 3,6
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari
setengah kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit
lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus
adalah psoriasis berat.4,5,6
2.2

Etiologi Eritroderma
Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat
sekarang semua eritroderma memiliki penyebab dasarnya, sehingga eritroderma
selalu sekunder.7,8,9 Eritroderma dapat disebabkan oleh 3 hal yang sudah diketahui
hingga saat ini yaitu:
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada anak hingga dewasa muda. Obat yang
dapat menyebabkan eritroderma adalah obat yang mengandung arsenik
organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturate.8,9 Pada beberapa
masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional. Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga
timbul penyakit bervariasi, dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran
klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu

yang masuk ke dalam tubuh, diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang
paling sering menyebabkan alergi.1,4,6
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.
Eritroderma yang disebabkan oleh penyakit kulit lain, merupakan penyebab
eritroderma yang paling banyak ditemukan dan tersering disebabkan oleh
penyakit :
a. Psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma disebabkan oleh 2 hal yaitu oleh
perkembangan penyakit psoriasis itu sendiri maupun akibat pengobatan
psoriasis yang terlalu kuat. Oleh sebab itu perlu dianamnesis dengan jelas
riwayat penyakit psoriasis dan pengobatan yang sudah dilakukan.9,10
b. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik yang dimaksud ialah dermatitis seboroik pada bayi
juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit
Leiner atau eritroderma deskuamativum. Etiologinya belum diketahui pasti
namun diduga disebakan oleh dermatitis seboroika yang meluas. Usia
penderita berkisar 4-20 minggu. Selain itu yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah ptiriasis rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis
atopic dan liken planus.8,9,10
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal hingga
keganasan dapat memberikan kelainan kulit berupa eritroderma.5,6,7 Jadi setiap
kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit lain harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan
menyeluruh termasuk pemeriksaan laboratorium dan foto toraks, untuk
melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam atau infeksi fokal dan
mencari kemungkinan adanya keganasan. Adanya leukositosis tanpa
ditemukan penyebabnya, menunjukan adanya infeksi bacterial yang
tersembunyi yang perlu diobati.1
Termasuk didalamnya ialah sindrom sezary yaitu suatu limfoma yang belum
diketahui penyebabnya ada yang menduga bahwa ini berhubungan dengan
stadium dini mikosis fungoides.4,7 Diduga juga berhubungan dengan infeksi
virus HTLV-V dan dimasukan ke dalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma).

Yang diserang ialah orang dewasa, pria berkisar usia 64 tahun dan wanita
berkisar 53 tahun. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah
membara yang universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. 7,8,9 Pada
sepertiga atau setengah dari pasien didapat splenomegaly, limfadenopati
superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis palmaris dan plantasis,
serta kuku yang distrofik. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat sel yang
khas berupa sel limfosit atipik yang disebut sel sezary. Dapat disebut sindrom
sezary jika jumlah sel sezary yang beredar 1000/m3 atau lebih atau melebihi
10% sel yang beredar.6,7,8,9 Jika jumlah sel dibawah 1000/mm3 maka disebut
sindrom pre-sezary.
2.3

Patogenesis Eritroderma
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Dapat
diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik menyebabkan tubuh bereaksi berupa
pelebaran pembuluh darah kapiler yang menyebabkan eritema yang universal. 5,6,7
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien
merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung.
Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan
yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
kehilangan panas meningkat. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme
kompensator dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh
transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.2,3,4
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein dengan berkurangnya albumin
dengan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan
yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan
ke ruang ekstravaskuler.1,5,7 Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu
mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku.
Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan
keadaan umum yang progresif.3,5,6,7 Pathogenesis eritroderma mungkin berkaitan
dengan pathogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada
sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma
4

idiopatik de novo tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru dicurigai


adanya

hubungan

imunopatogenesis

infeksi

disebabkan

oleh

kolonisasi

Staphylococcus aureus dan toksin yang dihasilkan.9,10,11


2.4

Manifestasi Klinis Eritroderma


Gejala klinis yang dimunculkan pada ertirodermal dapat berbeda-beda
berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya eritroderma. Namun secara garis
besar memiliki gejala umum berupa pasien sering mengeluh kedinginan.
Kedinginan terjadi karena vasodilatasi pembuluh darah kulit sehinggan
kehilangan panas tubuh dan rusaknya pengendalian regulasi suhu tubuh yang
menghilang, sehingga sebagai kompensasi, sekujur tubuh pasien menggigil untuk
dapat menimbulkan panas metabolik.2,3,4 Kelainan kulit yang tampak secara
umumnya timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu
12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, hingga
menyeluruh.Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan
kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi limfadenopati dan hepatomegali.
Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan. Skuamanya besar
pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih
sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal.8,9,10
Pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat kelainan kulit dapat
juga mengenai membrane mukosa. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10
hari. Pada mulanya kulit hanya eritema universal terutama pada saat akut, setelah
mencapai fase penyembuhan barulah timbul skuama.1,3,4 Eritroderma yang terjadi
akibat perluasan penyakit kulit lainnya diantaranya psoriasis maka tanda khasnya
akan menghilang. Akan menimbulkan gejala awalnya didapati eritema yang tidak
merata. Pada tempat predileksi terjadinya psoriasis ditemukan kelainan kulit lebih
eritematosa dan agak meninggi dari pada sekitarnya dan skuama ditempat itu
lebih tebal.1,

Eritroderma yang disebabkan dermatitis seboroik pada bayi

(penyakit Leiner) memberikan gejala klinisyang keadaan umumnya baik tanpa


keluhan dan gambaran kelainan kulit berupa eritema dapat pada seluruh tubuh
disertai skuama yang kasar.1,3 Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk
keganasan seperti yang sudah dijelaskan pada etiologi termasuk dalam golongan
ini adalah sindrom Sezary. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah
membara yang universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat
5

infiltrat pada kulit dan edema. Pada sepertiga hingga setengah pada pasien
didapati splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi,
hiperkeratosis palmaris et plantaris, serta kuku yang distrofik.1
2.5

Diagnosis Eritroderma
Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran
klinis, dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi dapat membantu
menentukan penyakit yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit ini
merupakan suatu proses yang sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang
seksama, evaluasi serta pengetahuan tentang terminology, dermatologi, morfologi
serta diagnosis banding. Pengobatannya disesuaikan dengan diagnosis penyakit
yang mendasarinya, dengan tetap memperhatikan keadaan umum seperti
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuhm memperbaiki hipoalbumin dan
anemia, serta pengendalian infeksi sekunder.
Diagnosis ditegakan berdasarkan adanya eritema yang universal dapat
disertai dan tidak oleh skuama halus, karena harus melihat dari tanda dan gejala
yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan dan perubahan
kuku pada psoriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya tanpa
rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL. likenifikasi, erosi
dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis
tanpa skuama, dan hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya tanpa rambut
rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pitiriasis rubra,
ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan
diagnosis.

2.6

Pemeriksaan Penunjang Eritroderma


Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan karena penyakit eritroderma pada
dasarnya dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan dapat mengakibatkan
komplikasi sistemik. Pada eritroderma terjadilah eritema yang berarti pelebaran
pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan penguapan yang dapat
mengakibatkan dehidrasi. Kehilangan skuama yang dapat mencapai 9 gram/m 2
pada permukaan kulit mengakibatkan kehilangan protein. Sehingga pada
pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan

relative gammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut


meningkat dan leukositosis.4,6,8
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada kebanyakan pasien dengan eritroderma
dapat membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma sampai dengan 50%
kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat
dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis
menonjol, sehingga terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan
perpanjangan rete ridge lebih dominan.10,11,12
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti
bandlike limfoid infiltrate di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform
mononuclear atipikal dan Pautriers microabscesses. Pada pasien dengan Sindrom
Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Biopsi pada kulit juga
memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis bagian atas
dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel Sezary yang
beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang beredar. Bila jumlah
sel tersebut di bawah 1000/mm3 dinamai sindrom pre-Sezary.1
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan
gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis
papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada
pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga ditemukan. Pada eritroderma
ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang
dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.7,9,10
2.7

Penatalaksanaan Eritroderma
Pada eritroderma yang diakibatkan oleh alergi obat atau golongan I, obat
tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma
dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara
sistemik, dosis prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan terjadi cepat, umumnya
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada golongan akibat perluasan
penyakit kulit atau golongan II juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula
prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari.6,7,8 Jika setelah beberapa hari tidak

tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis


diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter
pada psoriasis, makan obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena
psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat salah satunya adalah asetretin. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan,
jadi tidak secepat seperti golongan I.9,10,11
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama, yakni jika melebihi 1
bulan lebih baik digunakan metilprednisolon daripada prednison dengan dosis
ekuivalen karena efeknya lebih sedikit. Pengobatan penyakit Leiner dengan
kortikosteroid memberi hasil yang baik. Dosis prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada
sindrom Sezary pengobatan terdiri atas prednisone 30 mg sehari atau
metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil
dengan dosis 2-6 mg sehari. Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi
protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan
kulit juga perlu diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema misalnya dengan salep lanolin 10% atau krim urea 10%.5,6,7
2.8
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi pada eritroderma bisa berupa komplikasi yang ringan hingga
berat. Komplikasi dapat terjadi pada banyak sistem organ selain epidermis dan
dermis.2,3,4 Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus,
hepatomegali ditemukan pada 20% kasus, spenomegali ditemukan pada 3% kasus
dan semua berkaitan dengan eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit
sistemik.2,3,4 Komplikasi terjadi belum diketahui secara pasti mekanismenya dan
dapat terjadi pada stadium awal dan pada hampir 20% stadium akhir.1,4 Rusaknya
barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan extrarenal water lost
karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang rusak. Peningkatan
extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan dehidrasi. 1,2,4
Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac output, yang bila
terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi klinis seperti
takikardia, sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi terhadap balans cairan
sangatlah penting pada pasien eritroderma.3,4,5 Pasien dengan eritroderma yang
luas dapat ditemukan tanda-tanda dari ketidakseimbangan elektrolit, edema,

hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot. Komplikasi yang harus lebih


diperhatikan ialah komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti hipotermia,
edema perifer, dan kehilangan cairan dan albumin, dengan takikardia dan kelainan
jantung harus mendapatkan perawatan yang serius.7,8,10
Prognosis eritroderma tergantung pada proses

penyakit

yang

mendasarinya. Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan


obat dihentikan dan diberi terapi yang sesuai. Penyembuhan golongan ini ialah
yang tercepat dibandingkan dengan golongan yang lain. 10,11,12 Pada eritroderma
yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya
mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.9,8
Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan pengobatan, tetapi
mungkin akan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak
terduga, dapat bertahan dalam waktu yang lama, seringkali disertai dengan
kondisi yang lemah. Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya
akan meninggal setelah 5 tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun.10,11,12

DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;3-5.
2. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In:
Champion RH eds. Rooks, textbook of dermatology, 5 th ed. Washington;
Blackwell Scientific Publications. 1992.p;17.48-17.52.
3. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5 th ed.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-200.
4. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis). Emedicine
(updated 24 Januari 2012; cited 10 Februari 2012). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview
5. Shimizu H. Shimizus textbook of dermatology. 1st ed. Hokkaido: Nakayama
Shoten Publishers; 2007.p; 122-25, 98-101.

6. Freederg IM. Exfoliative dermatitis. Fitzpatrick et all. Fitzpatricks dermatology


in general medicine. 4th ed. Newyork: Mcgraw-Hill. 1996. Chapter-41.p; 527-531.
7. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa. Saripati penyakit kulit. 2 nd ed. Jakarta:
EGC. 2005.p; 94-106,236-238.
8. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 138.
9. Imtikhananik. Dermatitis Exfoliativa. Cermin Dunia Kedokt 1992;74:16-18.
10. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.2007.p; 11.
11. Schn MP, Boehncke WH. Psoriasis. N Engl J Med 2005;352:1899-912.
12. Tyrrell JD. Severe exfoliating dermatitis from sodium sulphocyanate therapy. Can
Med Assoc J. 1930 January; 22(1): 8081.
13. Akhyani M et al. Erythroderma: a clinical study of 97 cases. BMC Dermatology.
2005; 5:5

10

Anda mungkin juga menyukai