ERITRODERMA
ERITRODERMA
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan organ tubuh
yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia.1,2, Salah
satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah
eritroderma. Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun
insidensi eritroderma semakin meningkat didalam kehidupan sehari-hari dan
masalah yang ditimbulkannya cukup parah.2,3
Insiden eritroderma sangat bervariasi. Penyakit ini dapat mengenai pria
ataupun wanita, namun paling sering mengenai pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 :
1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada
semua usia.1,3,4 Insiden eritoderma kian meningkat selaras dengan peningkatan
kejadian psoriasis karena salah satu kausa yang paling sering adalah psoriasis. Hal
tersebut seiring dengan meningkatnya insiden psoriasis.3,6 Penyakit kulit yang
sedang diderita memegang peranan penting dari eritroderma. Identifikasi psoriasis
mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa
terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.4,5,6
Dahulu eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder.
Primer adalah yang tidak diketahui penyebabnya, dan sekunder adalah yang
disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik. Pendapat sekarang,
semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder.2,3
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Bila eritemanya antara
50-90% dinamakan pre-eritroderma.3,4,5 Pada banyak kasus, eritroderma umumnya
disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau
dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat.
Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak
kelainan kulit.5 Diagnosis yang ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta
penatalaksanaan yang tepat sangat memengaruhi prognosis penderita.1,2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Etiologi Eritroderma
Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat
sekarang semua eritroderma memiliki penyebab dasarnya, sehingga eritroderma
selalu sekunder.7,8,9 Eritroderma dapat disebabkan oleh 3 hal yang sudah diketahui
hingga saat ini yaitu:
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada anak hingga dewasa muda. Obat yang
dapat menyebabkan eritroderma adalah obat yang mengandung arsenik
organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturate.8,9 Pada beberapa
masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional. Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga
timbul penyakit bervariasi, dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran
klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu
yang masuk ke dalam tubuh, diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang
paling sering menyebabkan alergi.1,4,6
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.
Eritroderma yang disebabkan oleh penyakit kulit lain, merupakan penyebab
eritroderma yang paling banyak ditemukan dan tersering disebabkan oleh
penyakit :
a. Psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma disebabkan oleh 2 hal yaitu oleh
perkembangan penyakit psoriasis itu sendiri maupun akibat pengobatan
psoriasis yang terlalu kuat. Oleh sebab itu perlu dianamnesis dengan jelas
riwayat penyakit psoriasis dan pengobatan yang sudah dilakukan.9,10
b. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik yang dimaksud ialah dermatitis seboroik pada bayi
juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit
Leiner atau eritroderma deskuamativum. Etiologinya belum diketahui pasti
namun diduga disebakan oleh dermatitis seboroika yang meluas. Usia
penderita berkisar 4-20 minggu. Selain itu yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah ptiriasis rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis
atopic dan liken planus.8,9,10
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal hingga
keganasan dapat memberikan kelainan kulit berupa eritroderma.5,6,7 Jadi setiap
kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit lain harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan
menyeluruh termasuk pemeriksaan laboratorium dan foto toraks, untuk
melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam atau infeksi fokal dan
mencari kemungkinan adanya keganasan. Adanya leukositosis tanpa
ditemukan penyebabnya, menunjukan adanya infeksi bacterial yang
tersembunyi yang perlu diobati.1
Termasuk didalamnya ialah sindrom sezary yaitu suatu limfoma yang belum
diketahui penyebabnya ada yang menduga bahwa ini berhubungan dengan
stadium dini mikosis fungoides.4,7 Diduga juga berhubungan dengan infeksi
virus HTLV-V dan dimasukan ke dalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma).
Yang diserang ialah orang dewasa, pria berkisar usia 64 tahun dan wanita
berkisar 53 tahun. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah
membara yang universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. 7,8,9 Pada
sepertiga atau setengah dari pasien didapat splenomegaly, limfadenopati
superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hyperkeratosis palmaris dan plantasis,
serta kuku yang distrofik. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat sel yang
khas berupa sel limfosit atipik yang disebut sel sezary. Dapat disebut sindrom
sezary jika jumlah sel sezary yang beredar 1000/m3 atau lebih atau melebihi
10% sel yang beredar.6,7,8,9 Jika jumlah sel dibawah 1000/mm3 maka disebut
sindrom pre-sezary.
2.3
Patogenesis Eritroderma
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Dapat
diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik menyebabkan tubuh bereaksi berupa
pelebaran pembuluh darah kapiler yang menyebabkan eritema yang universal. 5,6,7
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien
merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung.
Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan
yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
kehilangan panas meningkat. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme
kompensator dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh
transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.2,3,4
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein dengan berkurangnya albumin
dengan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan
yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan
ke ruang ekstravaskuler.1,5,7 Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu
mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku.
Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan
keadaan umum yang progresif.3,5,6,7 Pathogenesis eritroderma mungkin berkaitan
dengan pathogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada
sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma
4
hubungan
imunopatogenesis
infeksi
disebabkan
oleh
kolonisasi
infiltrat pada kulit dan edema. Pada sepertiga hingga setengah pada pasien
didapati splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi,
hiperkeratosis palmaris et plantaris, serta kuku yang distrofik.1
2.5
Diagnosis Eritroderma
Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran
klinis, dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi dapat membantu
menentukan penyakit yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit ini
merupakan suatu proses yang sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang
seksama, evaluasi serta pengetahuan tentang terminology, dermatologi, morfologi
serta diagnosis banding. Pengobatannya disesuaikan dengan diagnosis penyakit
yang mendasarinya, dengan tetap memperhatikan keadaan umum seperti
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuhm memperbaiki hipoalbumin dan
anemia, serta pengendalian infeksi sekunder.
Diagnosis ditegakan berdasarkan adanya eritema yang universal dapat
disertai dan tidak oleh skuama halus, karena harus melihat dari tanda dan gejala
yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan dan perubahan
kuku pada psoriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya tanpa
rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL. likenifikasi, erosi
dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis
tanpa skuama, dan hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya tanpa rambut
rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pitiriasis rubra,
ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan
diagnosis.
2.6
Penatalaksanaan Eritroderma
Pada eritroderma yang diakibatkan oleh alergi obat atau golongan I, obat
tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma
dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara
sistemik, dosis prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan terjadi cepat, umumnya
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada golongan akibat perluasan
penyakit kulit atau golongan II juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula
prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari.6,7,8 Jika setelah beberapa hari tidak
penyakit
yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;3-5.
2. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In:
Champion RH eds. Rooks, textbook of dermatology, 5 th ed. Washington;
Blackwell Scientific Publications. 1992.p;17.48-17.52.
3. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5 th ed.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-200.
4. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis). Emedicine
(updated 24 Januari 2012; cited 10 Februari 2012). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview
5. Shimizu H. Shimizus textbook of dermatology. 1st ed. Hokkaido: Nakayama
Shoten Publishers; 2007.p; 122-25, 98-101.
10