Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI PRINSIP KEADILAN

GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Teori Governance Tahun Akademik 2016/2017
Dosen Pengampu: Lely Indahmindarti, Dr., Dra, M.Si

Elsa Debora S.
Maya Auliya A.
Nur Hidayawati
Fitri Oktaviana N.
Ria Fitriyana
Syalma Azizah P.
Nilna Najiha

Nama Anggota :
(155030100111002)
(155030101111001)
(155030101111003)
(155030101111006)
(155030101111011)
(155030101111017)
(155030107111008)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima,

serta petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami


dalam penyusunan makalah ini.
Di dalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa
kami sajikan dengan topik dan judul

Implementasi Prinsip Keadilan Good

Governance dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia. Dimana di dalam


judul tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya pengetahuan
tentang bagaimana keadaan pendidikan di Indonesia serta implementasi prinsip
keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami
tentang pendidikan di Indonesia, menjadikan keterbatasan kami pula untuk
memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, kiranya mohon
dimaklumi apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya
untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana keadaan
pendidikan di Indonesia.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Lely Indahmindarti, Dr.,
Dra, M.Si selaku Dosen Teori Governance, atas bimbingan dan dukungannya,
serta untuk temanteman atas kerjasamanya.

Malang, 15 November 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Kerangka Teori..............................................................................................2
2.1.1 Prinsip Keadilan dalam Good Governance..........................................2
2.1.2 Definisi Pendidikan..............................................................................3
2.1.3 Kebijakan Pemerintah dalam Pendidikan.............................................4
2.1.4 Strategi Pemerintah dalam Pendidikan.................................................4
2.1.5 Peranan Swasta dan Masyarakat dalam Pendidikan.............................6
2.2 Implementasi Prinsip Keadilan Good Governance dalam Penyelenggaraan
Pendidikan di Indonesia.................................................................................8
BAB III KESIMPULAN......................................................................................10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek good governance mensyaratkan adanya keadilan dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan. Pentingnya keadilan
tertuang secara nyata dan jelas dalam landasan iidil Indonesia Pancasila sila
ke-5 yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta
dalam pembukaan UUD 1945 alenia empat dipaparkan secara jelas ...untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan

umum,

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

dan

ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi dan keadilan sosial. Keadilan sosial diartikan dalam berbagai aspek
vital kehidupan manusia salah satunya bidang pendidikan. Ketidakmerataan
dan kesenjangan pendidikan merupakan hal yang mudah ditemui dan
dibandingkan di setiap daerah di Indonesia, khususnya wilayah menjadi pusat
ekonomi, industri, dan politik dengan wilayah perbatasan dan/atau
pedalaman. Berdasar penjabaran tersebut dipilih judul Implementasi
Prinsip Keadilan Good Governance dalam Penyelenggaraan Pendidikan
di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana implementasi prinsip keadilan good governance dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Menjelaskan dan mendeskripsikan implementasi prinsip keadilan
good governance dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Prinsip Keadilan dalam Good Governance
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu
sentral yang sangat mengemuka dalam pengolahan administrasi publik
saat ini. Istilah Good Governance berasal dari Bahasa Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi govern, yang
berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau
rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris
adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan.
Adapun pengertian good governance berarti proses pengelolaan
dengan melibatkan stakeholder secara luas pada berbagai kegiatan
perekonomian dan sosial politik dan pada pemanfaatan beragam
sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan, dan manusia bagi
kepentingan rakyat banyak yang dilaksanakan dengan menganut azasazas keadilan, pemerataan, pemersamaan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas (word conference on governance, 1999 dalam Mohede,
2014).
Good dalam good governance mengandung dua pengertian yaitu:
pertama nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat
dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam
pencapaian

tujuan

(nasional),

kemandirian

pembangunan

berkelanjutan dan keadilan sosial, kedua aspek fungsional dari


pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya
untuk mencapai tujuan tersebut (Sedarmayanti, 2003:6 dalam
Mohede, 2014).
Istilah governance diambil dari bahasa inggris yaitu the act,
fact, manner of governing yang berarti tindakan, fakta, pola, dan
kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan dengan demikian
governance lebih merupakan serangkaian proses interaksi sosial
politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang
yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi
pemerintah atas kepentingan tersebut (Kooiman, 1993 dalam Mohede,
2014). Istilah governance tidak hanya berarti kepemerintahan

sebagai suatu kegiatan tetapi juga mengandung arti pengurusan,


pengolahan, pengarahan, pembinaan penyelenggaraan, dan bisa juga
diartikan

pemerintahan,

governance

sebagai

terjemahan

dan

pemerintahan kemudian berkembang dan menjadi popular dengan


sebutan kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut
kepemerintahan yang baik atau good governance (sedarmayanti,
2004:2 dalam Mohede, 2014).
Bertolak dari salah satu prinsip good governance yaitu equity
(keadilan) akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan.
Salah satu prinsip utama dari good governance adalah equity
(keadilan). Keadilan adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh
semua orang, terutama bagi yang memiliki wewenang, jabatan, atau
kekuasaan sebuah lembaga, instansi, atau pemerintahan. Keadilan
merupakan salah satu bentuk dari Good Governance bermakna tidak
berat sebelah (diskriminasi), berpihak kepada yang benar dan
sepatutnya, serta tidak sewenang-wenang (Adja, 2015). Penerapan
Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenang, hak, dan kewajibannya telah
dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
2.1.2 Definisi Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat
dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat,
maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi
rendahnya

tingkat

pendidikan

masyarakat

berpengaruh

pada

kebudayaan suatu daerah karena bagaimanapun juga, kebudayaan


tidak hanya berpangkal dari naluri semata-mata tetapi terutama
dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat luas.
Bratananta dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang
sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara tidak langsung
untuk membantu anak dalam perkembangannya untuk mencapai
kedewasaannya (Ahmadi dan Uhbiyati 2007: 69).
3

Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70) mengemukakan bahwa


pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh
orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung
terus menerus.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang anak untuk
dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat
bagi kehidupannya di masyarakat.
2.1.3 Kebijakan Pemerintah dalam Pendidikan
1. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Melalui program
'Indonesia Pintar' melalui Wajib Belajar 12 Tahun bebas pungutan.
2. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional.
3. Melakukan revolusi karakter bangsa.
4. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
2.1.4 Strategi Pemerintah dalam Pendidikan
Kondisi pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih belum
memberikan hasil yang memuaskan, terlebih jika dihubungkan dengan
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No 20 Tahun
2003 bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab
(Sauri, 2011).
Pasal tersebut mengisyaratkan bahwa, praktek pendidikan di
Indonesia diarahkan kepada upaya mengembangkan manusia utuh,
manusia yang bukan hanya cerdas dari aspek kecakapan intelektual
saja, melainkan juga kepribadian dan keterampilannya. Secara lebih

terperinci berikut dipaparkan faktor-faktor rendahnya pendidikan di


Indonesia: rendahnya sarana fisik; rendahnya kualitas guru; rendahnya
pemerataan kesempatan pendidikan; rendahnya relevansi pendidikan
dengan kebutuhan; visi dan moralitas pendidik serta anak didik yang
rendah; biaya pendidikan yang tinggi
Berdasar uraian di atas maka pemerintah dalam hal ini pembuat
kebijakan menetapkan strategi guna terjadi perluasan, pemerataan, dan
meningkatkan kesempatan pendidikan sebagai berikut:
1. Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan cara melanjutkan
upaya untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan
layanan pendidikan dasar yang berkualitas untuk menjamin seluruh
anak Indonesia tanpa terkecuali dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan dasar.
2. Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan menengah yang berkualitas untuk
mempercepat

ketersediaan

insan

terdidik

untuk

memenuhi

kebutuhan pasar kerja.


3. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan
keterampilan melalui peningkatan kualitas lembaga pendidikan
formal terutama pendidikan menengah dan pendidikan tinggi agar
lulusannya memiliki keahlian dasar dan keahlian umum yang
dibutuhkan oleh lapangan kerja dan mampu beradaptasi dengan
perubahan teknologi di lingkungan kerja.
4. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan
pendidikan.
5. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya.
6. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan
kredibel.
7. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru
2.1.5 Peranan Swasta dan Masyarakat dalam Pendidikan
A. Swasta
Keikutsertaan sektor swasta dalam penyelenggaraan
pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung sangat
penting artinya dalam mendukung dan menunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Kemampuan sektor swasta untuk
berperan aktif dalam penyelenggaraan pendidikan sangat potensial

dan merupakan aset bangsa yang sangat besar, yang hingga saat
sekarang belum dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu bentuk peran pihak swasta dalam bidang pendidikan
adalah dengan adanya CSR. Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui praktik bisnis. Suharto menyatakan bahwa
CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan
pula untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan.
CSR Djarum Beasiswa Plus merupakan salah satu contoh
bentuk upaya untuk mempertahankan eksistensi perusahaan di
mata para penerus bangsa yakni mahasiswa. Perusahaan dan
masyarakat adalah dua elemen yang tidak dapat dipisahkan.
Keberadaan perusahaan yang hidup berdampingan dengan
masyarakat mewajibkannya untuk memberikan sesuatu yang
bermanfaat bagi lingkungan agar dapat hidup selaras dan
seimbang. Memberikan manfaat kepada masyarakat merupakan
wujud tanggung jawab perusahaan. Tanggung jawab tersebut
diwujudkan melalui program Corporate Social Responsibility
(CSR). Djarum Beasiswa plus merupakan komitmen PT. Djarum
terhadap

kesejahteraan

pendidikan

mahasiswa

berprestasi.

Tanggung jawab terhadap masyarakat ini diformulasikan PT.


Djarum dalam Djarum Foundation yang di dalamnya masih
banyak wujud tanggung jawab perusahaan dalam berbagai hal
yang berbeda sebagai wujud dari program CSR. Hal ini juga
mampu membuat citra positif perusahaan di mata publik.
B. Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha
dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan mutu
pelayanan pendidikan. Selain itu masyarakat dapat berperan serta
sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil. Peran serta
masyarakat dapat berbentuk:
6

a. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan dan


tenaga ahli

untuk membantu

melaksanaan

pengajaran,

bimbingan atau pelatihan peserta didik serta penelitian atau


pengembangan.
b. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa
wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk
lainnya untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
c. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan
peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
d. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan
penentuan

kebijaksanaan

penyelenggaran

pengembangan

pendidikan.
e. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian
dan pengembangan.
f. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan penelitian yang
2.2 Implementasi

diselenggarakan oleh pemerintah di dalam dan di luar negeri.


Prinsip
Keadilan
Good
Governance
dalam

Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia


Barizi (dalam Sauri: 2011) mengungkapkan bahwa di era globalisasi ini,
pendidikan masih dianggap sebagai kekuatan utama dalam komunitas sosial
untuk mengimbangi laju perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Pentingnya pendidikan yang berkualitas semakin disadari, sebab
terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju
dan mandiri hanya dapat diwujudkan jika pendidikan masyarakat berhasil
ditingkatkan (Mutofin,1996:24 dalam Sauri 2011).
Analisis dari video sebagai studi kasus penulisan makalah ini
menunjukkan pendidikan penting bagi setiap manusia. Kemudian disebutkan
dalam video bahwa pemerintah tidak mungkin mampu menyelesaikan
masalah rumit pendidikan di Indonesia. Melalui kerja sama tiga pilar dari
good governance yaitu: state, private, dan society diharapkan mampu
merubah

pendidikan

Indonesia

dengan

berbagai

masalah

seperti:

ketidakmerataan pendidikan, serta mahalnya pendidikan dengan harapan


setiap masyarakat mendapatkan keadilan dalam bidang pendidikan.

Selanjutnya berdasar data dari video (sumber: BPS: 2012) disebutkan


bahwa 1,8 juta remaja Indonesia gagal melanjutkan pendidikan disebabkan
kendala biaya. Di sisi lain berlandaskan pada Pasal 31 ayat (1) UUD 1945
menyatakan Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hak-hak
dasar itu adalah akibat logis dari dasar negara Pancasila yang dianut oleh
bangsa Indonesia. Pasal 31 ayat (1) diatas segera diikuti oleh pasal 31 ayat (2)
yang menyatakan Setiap warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya. Selanjutnya Pasal 31 ayat (3)
menyatakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistim
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.
Sebagaimana diuraikan diatas, pendidikan adalah bagian dari upaya
untuk memampukan setiap insan untuk mengembangkan potensi dirinya agar
tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan berkarakter serta berkehidupan
sosial yang sehat. UUD 1945 menegaskan hanya ada satu sistim pendidikan
nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Satu sistim pendidikan
nasional diperlukan agar bangsa Indonesia yang amat majemuk itu dapat terus
mengembangkan persatuan kebangsaan yang menghormati kemajemukan dan
kesetaraan sesuai dengan semboyan bhinneka tunggal ika.
Dalam semangat UUD 1945 pendidikan diarahkan bagi rakyat
keseluruhan dengan perhatian utama pada rakyat yang tidak mampu agar
setiap warga dapat mengembangkan dirinya sebaik-baiknya yang pada
gilirannya merupakan pilar bagi perwujudan masyarakat yang adil dan
sejahtera. Jika ketentuan UUD 1945 itu dicermati maka

mengikuti

pendidikan adalah hak asasi bagi setiap orang dan bagi warganegara
Indonesia mengikuti pendidikan dasar adalah kewajiban. Menghalangi dan
atau melarang anak Indonesia bersekolah adalah perbuatan melanggar hukum
tertinggi (UUD 1945) dan ada sanksinya.
Sejalan dengan

itu, UUD 1945 mewajibkan pemerintah untuk

membiayai kegiatan pendidikan, yaitu sedikit-dikitnya 20% dari APBN dan


dari masing-masing APBD propinsi dan kabupaten kota (Pasal 31 ayat (4)

UUD 1945). Namun kenyataannya ketidakmampuan dalam meningkatkan


daya saing SDM nasional melalui pendidikan bermutu, menyebabkan
semakin terpuruknya posisi Indonesia dalam kancah persaingan global.
Kualitas SDM dan daya saing bangsa erat sekali kaitannya dengan kualitas
pendidikan nasional, sementara pendidikan nasional besar dipengaruhi oleh
pembangunan

pendidikan

di

masing-masing

daerah

(provinsi

dan

kabupaten/kota) sehingga untuk memperbaki kondisi tersebut harus dijawab


dengan meningkatkan mutu pendidikan dan profesionalisme pengelola
pendidikan (tenaga kependidikan, khususnya guru), serta profesionalisme
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan) yang melahirkan tenaga
pendidik dan kependidikan yang berangkat dari penataan unsur-unsur terkait
pada lingkup daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reformasi Indonesia ditujukan untuk membawa perubahan, terutama
adanya penegakan keadilan di berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam
bidang pendidikan. Prinsip keadilan mendorong munculnya perlakuan yang
sama antara institusi publik dan swasta, demikian pula pada setiap warga
negara tanpa mempedulikan kondisi dan potensinya, termasuk invidu yang
berkebutuhan khusus dan tak beruntung secara fisik, sosial, budaya, dan
ekonomi, sehingga semakin

terbukanya

akses bagi mereka dalam

memperoleh kesempatan pendidikan yang bermutu bagi semua. Upaya


peningkatan mutu pendidikan dan relevansi pendidikan pada semua jenjang
merupakan suatu langkah strategis yang harus didukung oleh semua pihak,
baik institusi maupun sumber daya manusia yang ada di belakangnya.
Akhirnya ke depan perlu terus digalakkan adanya komitmen oleh semua, baik
institusi maupun pendidik dan tenaga kependidikan untuk keberhasilan
pendidikan bagi semua dengan kualitas sesuai dengan standar nasional
pendidikan.

10

DAFTAR PUSTAKA
Mohede, Rocky Randa. 2014. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governnace
dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan (Studi Kasus Di Kelurahan
Singkil Satu Kecamatan Tuminting).
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/5711.
Diakses tanggal 14 November 2016.
Adja, Sarip Al. 2015. Pelaksanaan Good Governance Di Kantor Camat
Samarinda Ilir Kota Samarinda. http://ejournal.an.fisipunmul.ac.id/site/?p=1612. Diakses tanggal 14 November 2016.
Tambunan, Roy Liston. 2010. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Kasus pada
Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21357/5/Chapter
%20I.pdf. Diakses tanggal 14 November 2016.
Yenny. Prinsip-Prinsip Good Governance. 2014. http://www.ejurnal.com/2014/06/prinsip-prinsip-good-governance-studi.html. Diakses
tanggal 14 November 2016.
Mafulah, Nita. 2015. Corporate Social Responsibility (CSR) Djarum Beasiswa
Plus Sebagai Brand Image PT Djarum. Skripsi.
http://digilib.uinsby.ac.id/3227/. Diakses tanggal 14 November 2016.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019. 2015.
http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_
Strategic_plan_2015-2019.pdf. Diakses tanggal 14 November 2016.
Bagoe, Rizal. 2014. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Desa Suka
Damai Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango.
http://eprints.ung.ac.id/3369/5/2013-1-87205-221408062-bab201082013094906.pdf. Diakses pada 14 November 2015.

11

Anonim. 2014. Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian. http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_JokowiJK.pdf. Diakses pada 14 November 2016.
Hartono, H. 2014. Peran Penting Masyarakat dalam Partisipasi Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah.
http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/alhikmah/article/view/389/pdf.
Diakses pada 14 November 2016.
Caniago, Siti Rahma. 2013. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengetahuan
Keluarga dalam Pemberian Makanan Tambahan kepada Bayi Sebelum
Berusia 6 Bulan pada Suku Mandailing di Kelurahan Pancuran
Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37158/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 14 November 2016.
Sauri, Sofyan. 2011. Strategi Pembangunan Bidang Pendidikan Untuk
Mewujudkan Pendidikan Bermutu.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/1956
04201983011SOFYAN_SAURI/makalah2/STRATEGI_PEMBANGUNAN_BIDANG
_PENDIDIKAN_revisi.pdf. Diakses pada 15 November 2016.
Tobing, Jakob. 2013. Kenali Hak dan Tanggung Jawab Anda: Hak Untuk
Mendapatkan Pendidikan. http://www.leimena.org/id/page/v/750/kenalihak-dan-tanggung-jawab-anda-hak-untuk-mendapat-pendidikan-4.
Diakses pada 15 November 2016.

12

Anda mungkin juga menyukai