Anda di halaman 1dari 4

Terdakwa HMTE sebagai lurah Jakasampurna mengalihkan/menjual

tanah negara seluas + 13 hektar dengan jumlah harga diperkirakan Rp


6.500.000,1. Pada awal tahun 1982 terdakwa memberitahu ke HB bahwa di
kampung tempat terdakwa menjabat sebagai lurah ada tanah seluas
13 hektar
2. Terdakwa menanyakan kepada HB apakah bisa menguruskan agar
tanah tersebut dapat diproses menjadi hak milik
3. Atas keperluan tersebut HB menghubungi Pegawai Kantor Agraria
Bekasi dan dijelaskan bahwa tanah tersebut dapat diproses menjadi
hak milik melalui prosedur Redistribusi Landreform dari penggarap.
4. HB dan AS (teman dari HB) menghubungi HMTE mengenai hasil
pembicaraan dengan pegawai BPN Bekasi
5. HMTE menjumpai HMBG untuk menawarkan oper alih tanah garapan di
Kampung Pulogede seluas 8,5 hektar dengan memberi keyakinan
surat-suratnya akan diuruskan oleh HB.
6. HMBG menyetujui dan membayar sesuai

dengan

kesepakatan

sejumlah Rp 32.000.000,- kepada HMTE


7. HMTE mengumpulkan beberapa orang para penggarap tanah di
Kampung Pulogede untuk melakukan pengoper alihan tanah garapan
kepada HMBG dengan menyerahkan uang yang berbeda-beda dan
disodori kertas kosong untuk ditanda tangani
8. Namun berdasarkan pernyataan para penggarap uang yang diberikan
oleh terdakwa hanya untuk dipakai saja bukan untuk oper alih
garapan. Sedangkan tanda tangan dan cap jempol dikatakan untuk
mengurus surat garapan.
9. Kemudian HMTE menawarkan operalih garapan kepada Drs. Maj
10. Sebagai pembayaran pertama Drs.Maj membayar Rp 17.000.000,11. HMTE menawarkan lagi ke Drs.MAJ Seluas + 8000 M2 atas nama T.T
dan I dengan harga Rp 10.000.000,12. Kemudian HMTE mengoper alihkan pula tanah garapan seluas 2,5
hektar kepada AHB.BA dan kepada NY.MX seluas 2,5 hektar
13. HMTE dengan perantara RT.S dan RT.I telah menjual tanah garapan
seluas 6000 M2 kepada HS.
14. Sedangkan untuk pengajuan permohonan perolehan hak milik
berdasarkan retribusi Landreform maka HMTE telah memrintahkan RT.I
untuk membuat daftar nama penggarap

15.

Dari nama-nama penggarap tersebut HMTE memasukkan nama fiktif

juga HMTE ikut menandatangani blangko retribusi yang telah diterima


dari AS dan telah mengusahakan dan menandatangani adanya surat
kuasa sebanyak 13 lembar dan 65 orang yang mengaku dirinya
sebagai penggarap tanah pada HB pada tanggal 23 Juli 1983 untuk
mengurus

surat

permohonan,

membayar

ganti

rugi,

mengurus

sertifikat, dan menerima sertifikat di Kantor Agraria Kabupaten Bekasi.


16. Setelah surat-surat permohonan diretribusi tanah dari para
pemohon yang dikerjakan oleh HMTE bersama RT.I, RT.S serta HB
selesai kemudian diajukan kepada Camat Bekasi Selatan.
17. Camat Bekasi Selatan kemudian mengirimkan surat usul yang
dimaksud kepada Bupati Kepala Daerah TK.II Kabupaten Bekasi.
18. HMTE setelah menerima 24 sertifikat hak milik atas nama 36 orang
tidak pernah menyerahkan kepada pemilik sertifikat. Bahkan banyak
diantara mereka tidak tahu akan terbitnya sertifikat maupun adanya
hak mereka.
19. HMTE selama melakukan perbuatan menyangkut/berkaitan dengan
pengurusan dan pemindahan hak atas tanah kurang lebih 13 hektar di
Kampung Pulogede telah menerima uang atau barang seluruhnya
berjumlah Rp.118.808.000,Atas perbuatan yagn dilakukan oleh HMTE, Kejaksaan Negeri Bekasi
pada tanggal 11 Februari 1988, melimpahkan perkara tersebut kepada
Pengadilan Negeri Bekasi, dan mendakwa terdakwa dengan sebagai
berikut :
- Terdakwa

selaku

Lurah

Jakasampurna,

dengan

sengaja

mencantumkan luas tanah garapan fiktif karena sebagian besar


luas tanah 13.3029 Ha. Tersebut berupa rawa-rawa dengan
kedalaman 1 sampai 3 meter yang tidak mungkin dilakukan
pengukuran, baik mengenai luas tanah maupun batas-batas
-

pemilikkan tanah dari masing-masing penggarap.


Dalam rangka pengajuan permohonan perolehan hak atas tanah di
Pulogede selaku Lurah Jakasampurna bersama-sama HB dan I telah
menandatangai surat Kuasa tertanggal 21 Juni 1983 sebanyak 13
lembar dari para penggarap Asli maupun Fiktif yang isinya tidak

benar/palsu, seolah-olah para penggarap telah memberikan kuasa


-

kepada HB.
Selanjutnya ia Terdakwa selaku Lurah Jakasampurna, dengan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatannya, telah membuat surat keterangan yang
isinya palsu yaitu Surat Keterangan Nomor 35/AG.XXI/I/BKS/1984
tentang penggarapan tanah di Pulogede oleh I dan kawankawannya

dimana

dinyatakan

tanah

tersebut

belum

pernah

dioperalihkan, maupun dijualbelikan kepada pihak manapun juga.


Ia Terdakwa pada tanggal 15 Desember 1983 selaku Lurah
Jaksampurna, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatannya, bersama HB
dengan menggunakan blangko yang diterima Terdakwa dari saksi
AS telah menandatangani pernyataan penggarapa tanah atas nama
36 orang penggarap yang sebagian besar fiktif untuk tanah seluas
kurang lebih 13.3029 Ha. yang terdiri dari 36 lembar surat
pernyataan penggarapan tanah, seolah-olah surat pernyataan
tersebut

dibuat

oleh

para

penggarap

serta

dibubuhi

tanda

diketahui dan dibenarkan oleh Terdakwa.


Bahwa daftar nama-nama penggarap serta surat-surat merupakan
daftar yang semata-mata digunakan oleh pemeriksa administrasi,
khususnya administrasi tanah di Desa Jakasampurna, Negara telah
kehilangan tanah atau setidak-tidaknya kehilangan hak untuk
menguasai tanah seluas kurang lebih 13.5825 Ha, dimana sebagian
dari tanah tersebut yaitu seluas kurang lebih 9 Ha.
Melanggar Pasal 1 sub C yo Pasal 28 Undang-undang Nomor 3

Tahun 1971 yo Pasal 416 KUHP yo Pasal 55 (1) sub 1 KUHP.


Bahwa ia Terdakwa HMTE sebagai Lurah Jakasampurna yang
diangkat dengan Surat Keputusan Bupati kepala Daerah TK. II
Kapubaten Bekasi tanggal 12 Juli 1969 Nomor 24/UD.S/69 dan
diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan Surat Keputusan
Kepala BAKN tanggal 23 April 1981 Nomor 887/KEP/81, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama yaitu dengan HB
seorang perantara jual beli tanah (diajukan dalam perkara lain)
L.D.B.A,

pada

waktu

itu

menjabat

sebagai

Kepala

wilayah

Kecamatan Bekasi Selatan (diajukan dalam perkara lain), HS pada


waktu itu menjabat sebagai Ketua Seksi Landreform pada kantor
Agraria Kabupaten Bekasi (diajukan dalam perkara lain), I Ketua Rt.
08

Kelurahan

Jakasampurna,

MS

Ketua

RT.07

Kelurahan

Jakasampurna, S pegawai Kantor Agraria Bekasi dan AS pegawai


kantor Agraria Kabupaten Bekasi, pada hari, tanggal, dan bulan
yang tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti pada tahun 1982,
1983, 1984, 1985, 1986 atau setidak-tidaknya pada sewaktu-waktu
antara tahun 1982 dengan tahun 1986 bertempat masing-masing
di Kantor Jakasampurna, dirumah Terdakwa sendiri di Kampung Dua
RT. 010/I Kelurahan Jakasampurna, di Kantor Kecamatan Bekasi
Selatan, Kota Administratif Bekasi, Kabupaten Bekasi atau setidaktidaknya pada suatu tempat dalam wilayah hukum Pengadilan
Negeri Bekasi, sebagai Pegawai Negeri yang telah menerima hadiah
atau perjanjian yang sedang ia tahu atau patut dapat menyangka
bahwa apa yang dihadiahkan atau dijanjikan itu berhubungan
dengan kekuasaan atau hak karena jabatannya, atau yang menurut
pikiran

orang

yang

menghadiahkan

atau

berjanji

itu

ada

hubungannya dengan jabatan itu, dimana ia Terdakwa dalam


proses pengajuan permohonan perolehan hak atas tanah seluas
13.3029 Ha. di Pulogede Jakasampurna telah menerima hadiah atau
janji yang berhubungan dengan kekuasaan atau jabatannya yaitu
masing-masing dari Saksi G Rp. 2.250.000,- dari Saksi KAS Rp.
550.000,- dan dari Saksi HB telah menerima Rp. 18.000.000,jumlah seluruhnya Rp. 20.800.000,- akibat perbuatan mana
negara

telah

kehilangan

tanah

atau

setidak-tidaknya

atau

kehilangan hak untuk menguasai tanah seluas 13.585 hektar


sebagaimana

tercantum

dalam

24

sertifikat

tanah,

dimana

sebagian dari tanah tersebut yaitu seluas 9 hektar, termasuk


sebagian

tanah

yang

direncanakan

untuk

diberikan

hak

pengelolahannya kepada Pemda Tk. II Bekasi dengan Surat


Keputusan Menteri

Anda mungkin juga menyukai