MODUL PROSTHODONSI
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
Disusun oleh :
Ichda Nabiela Amiria Asykarie
J 530 145 007
BAB I
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses penuaan
secara alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri
seseorang. Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan sebelum memperoleh
perawatan, karena bidang prostetik sudah maju.
Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau
seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah.
Meskipun kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat, namun fungsi
dari gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang. Tanpa adanya gigi
yang mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan dapat
mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang untuk makan dan berbicara.
Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kebahagiaan
seseorang.
Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak
terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien. Gigitiruan
juga dapat membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan makanan tertentu
dan dapat mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.
Untuk melakukan perawatan gigi tiruan sebagian, kita harus mengetahui tahapantahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian. Diawali dengan
pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang. Mencetak
merupakan tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak dilakukan berdasarkan
pertimbangan resiliensi jaringan mukosa mulut. Preparasi gigi pencangkaran termasuk
salah satu dalam tahap perawatan preprotestik. Penentuan relasi rahang atas dan
rahang bawah dari pasien. Pemilihan elemen gigi tiruan yang dilihat dari bentuk,
ukuran dan warna serta tahapan penyusunan gigi.
Untuk menentukan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada rencana perawatan
kita harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari GTSL (Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan) tersebut berdasarkan indikasi dari tiap komponen tersebut serta faktor-faktor
yang dapat mempengaruhinya. Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan
adalah salah satu alat yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat
dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih
sebagai pilar. Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Osborne (1959), adalah
gigi tiruan yang mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien.
Menurut Mc. Craken (1973), GTS adalah suatu restorasi prostetik yang mengganti gigi
asli yang hilang dan bagian lain rahang yang tidak bergigi sebagian, mendapat
dukungan terutama dari jaringan dibawahnya dan sebagian dari gigi asli yang masih
tinggalakan menjadi gigi pegangan.
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi
tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien yang
sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, sedangkan gigi tiruan lepasan dibuat bila
masih ada sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi
gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan
cekat (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). (Haryanto, 1991).
Bagian jaringan mulut yang menahan komponen vertical dari gaya kunyah
merupakan bagian yang memberikan dukungan (support) bagi gigi geligi tiruan
sebagian dan dapat meliputi beberapa atau semua gigi yang masih ada, serta sisa
tulang alveolar (linger sisa). Sisa tulang alveolar, disebut pula residual ridge atau
edentulous ridge adalah bagian tulang alveolar yang masih ada setelah tulang alveoli
tertutup atau menghilang dari prosesus alveolaris beberapa waktu setelah pencabutan
gigi. (Haryanto, 1991)
A. Indikasi Pemakaian GTSL
a. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
1) Usia
Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis
masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena
perawatannya memerlukan waktu yang lama.
2) Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante
3) Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.
b. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end saddle).
c. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.
d. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.
e. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.
f. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.
g. Keinginan pasien
Apabila penderita sudah kehilangn sebagian gigi aslinya, maka gigi yang
masi ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibatkan kerusakan
membrane periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan
akhirnya terpaksa dicabut.
f. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan
kelainan
bicara, kaena gigi khususnya yang depan- termasuk bagian organ fonetik.
g. Memburuknya penampilan
Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi
depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang. Apalagi dari segi pandang
manusia modern.
h. Terganggunya kebersihan mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tatangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya
ruang interproksimal tidak wajar ini mengakibatkan celah antar gigi mudah
disisipi sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan
mudah terjadi plak. Plak tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat.
i. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membrane periodontal gigi asli masih menerima
beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat.
Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga
dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertical wajah
pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik.
j. Efek terhadap jaringan lunak mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati
jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini menyebabkan
kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena
terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis.
Dalam hal seperti ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu
benda asing yang cukup mengganggu.
D. Klasifikasi GTSL
Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah
hilang adalah agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin tentang rongga
mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan
Dasar klasifikasi:
Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut:
a. Kennedy
b. Swenson
c. Austin Lidge
d. Applegate Kennedy
Syarat:
a. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut.
b. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam
klasifikasi.
c. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini
dimasukkan klasifikasi
d. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.
e. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam
klasifikasi.
f. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi
masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau
ruangannya.
g. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi.
h. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.
E. Klasifikasi Kennedy
a. Kelas I
Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End
b. Kelas II
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi
rahang/unilateral free end.
c.
Kelas III
Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian
posterior.
d.
Kelas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis
tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi.
ii.
iii.
e. Kelas V
1) Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
2) Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus
yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan.
3) Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya
karena salah satu alasan berikut ini:
a) Daerah tak bergigi sangat panjang
b) Daya kunyah pasien berlebihan
c) Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai
d) Tulang
pendukung
lemah,
penguatan
dengan
splin
tidak
Permintaan penderita
2) Resin ;
Indikasi
Resin merupakan bahan terpilih untuk basis protesa
Sebagai basis resin menunjukkan kelebihan
Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya
Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah
Relatif lebih ringan
Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
Harganya murah
Beda basis akrilik dengan logam:
3) Fungsi Basis
a) Untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar
di bawahnya.
b) Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif
antara basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah
c) Tempat melekatnya cengkeram
d) Menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan
kepada bibir dan pipi(estetik)
b. Sadel
Adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus
alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan. Bila sadel letaknya:
1) Antara gigi asli disebut bounded saddle
2) Posterior dari gigi asli disebut free end saddle
c. Elemen Gigi Tiruan
Adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bentuk gigi tiruan dari gigi
asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan dapat bermacam-macam, yaitu:resin
akrilik, porselen,logam.
d. Cengkeram
Disebut juga klammer. Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan lepas yang
berbentuk bulat/gepeng. Terbuat dari kawat stainless steel/ logam tuang, yang
melingkari/memegang gigi penjangakaran.
1) Fungsi Cengkeram
a) untuk retensi
b) untuk stabilisasi
c) untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
2) Bagian-bagian dari Cengkeram Kawat
a) Lengan,
yaitu
bagian
dari
cengkeram
kawat
yang
f)
Tahap II
Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel. Terdapat 3 (tiga) macam jenis
dukungan gigi tiruan, yaitu:
1) Tooth borne
Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi tetangga / gigi yang masih dapat
dijadikan sebagai pendukung.
2) Mucose/tissue borne
Dukungan gigi tiruan diperoleh dari mukosa.
3) Mucosa and tooth
Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan mukosa.
Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat diperoleh bila
factor-faktor berikut ini diperhatikan dan dipertimbangkan. Faktor-faktor
tersebut adalah kejadian jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan
keadaan rahang yang akan dipasangi geligi tiruan.
a) Keadaan jaringan pendukung
b) Panjang sadel
c) Jumlah sadel
d) Keadaan rahang
Tahap III
Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan dalam pemakaian gigi tiruan.
Terdapat 2 (dua) macam jenis yang retainer yang dapat digunakan sesuai kebutuhan
desain gigi tiruan.
1) Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa
klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi
pegangan. Ciri khas cangkolan tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal
dari permukaan oklusal gigi dan merupakan cangkolan yang paling sesuai untuk
kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi karena konstruksinya sederhana dan
efektif.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan ke arah
oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu pemelukan, pengimbangan, retensi,
stabilisasi, dukungan, dan pasifitas.
2) Indirect Retainer
Indirect Retainer adalah bagian dari GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung diperoleh
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat
gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual bar atau lingual plate bar.
Tahap IV
Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai desain dan kebutuhan
bagi pasien pemakai gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) jenis konektor yang dapat dipilih
sesuai kebutuhan dan desain:
1) Konektor Utama
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponen-komponen
yang terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain atau bagian yang
menghubungkan
basis
dengan
retainer.Fungsi
konektor
utama
adalah
menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain.
Syarat konektor utama adalah:
a) Rigid
b)Tidak mengganggu gerak jaringan
c) Tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva
d)Tepi konektor utama cukup jauh dari margin gingiva
e) Tepi dibentuk membulat dan tidak tajam supaya tidak menganggu lidah dan
pipi.
Konektor utama dapat berupa bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang
hilang, dan rahang mana yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single
palatal bar, U-shaped palatal connector, antero-posterior palatal bar dan palatal
palate. Pada rahang bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.
2) Konektor Minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan konektor
utama dengan bagian lain, misalnya sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada
daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban oklusi ke
gigi peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor utama, menyalurkan efek
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan (23 tahun) datang ke klinik gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan keinginan dibuatkan gigi tiruan
pada gigi belakang bawah kanan kirinya yang telah dicabut karena pasien merasa tidak
nyaman untuk mengunyah disebabkan gigi geraham kanan kirinya sudah tidak ada.
Pasien pernah mencabutkan gigi belakang kirinya sekitar 1 tahun kan gigi lalu,
sedangkan gigi bawah blakang kananya dicabutkan 2 minggu lalu.
A. Identitas Pasien
No. RM
Nama Pasien
Tanggal Lahir
Umur
Alamat
Pekerjaan
Gol. Darah
: J52132
: Ruwaeda Qutbi
: 19 Mei 1995
: 20 th
: sriwedari
: Mahasiswi
: AB
B. Pemeriksaan Awal
Terdapat daerah tidak bergigi pada gigi 35, 36, 45, 46, 47.
C. Pemeriksaan Penunjang
b. Pembuatan klamer
c. Pembuatan basis gigi tiruan dengan malam merah dan pemasangan anasir
gigi
d. Flasking
e. Boiling out
f. Packing akrilik
g. Curing
h. Finishing dan polishing
i. Kunjungan II (21 Desember 2015)
Pembimbing : drg. Suyadi
BAB III
HASIL PERAWATAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
bicara
dan
fungsi
estetis
sehingga
dapat
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Harty, F. J dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta.
Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I Cetakan I.
Jakarta: Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II Cetakan I.
Jakarta: Hipokrates.
Itjiningsih. 1980. Dental Teknologi. Cetakan I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Trisakti.