Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Aspek-aspek keterampilan ini harus digunakan
dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan tujuan siswa bisa dan terbiasa
berkomunikasi yaitu melalui latihan-latihan dan praktik bahasa (Tarigan, 1979:1). Membaca
adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa diharapkan dapat menguasai ragam
keterampilan membaca yang tercakup dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Namun, banyak sekali keluhan tentang tidak bisanya siswa menikmati apa yang dibacanya.
Membaca merupakan hal yang seolah tak pernah terlepas dari sisi kehidupan kita di dunia
sehingga membaca sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan. Pengetahuan yang luas dan
ilmu yang bermanfaat dapat kita peroleh dengan cara membaca. Membaca adalah melihat,
mengeja, melafalkan dan memahami suatu bacaan yang tertulis secara cermat. Ada juga
yang mengatakan bahwa membaca adalah jendela dunia, artinya dengan membaca kita dapat
mengetahui banyak ilmu pengetahuan dari berbagai sumber bacaan yang kita baca. Tidak
ada batasan dalam membaca, baik itu batasan usia maupun sumber bacaan yang akan kita
baca. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Tarigan, 1984:7).
Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar

(Tampubolon, 1987:6). Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung sudah


mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah bacaannya yang pada
akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang dimilikinya.
Harjasujana (1996:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses. Membaca
bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian
berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal. Membaca diartikan sebagai pengucapan katakata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks. Membaca diawali dari struktur
luar bahasa yang terlihat oleh kemampuan visual untuk mendapatkan makna yang terdapat
dalam struktur dalam bahasa. Dengan kata lain, membaca berarti menggunakan struktur
dalam untuk menginterpretasikan struktur luar yang terdiri dari kata-kata dalam sebuah teks.
Membaca intensif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam
membaca dengan cermat agar memahami bacaan atau teks dengan cepat dan tepat.
Pengertian Kemampuan membaca dengan intensif yaitu kemampuan memahami secara
detail isi bacaan secara lengkap, akurat, dan kritis pada suatu fakta, konsep, pendapat,
gagasan, pengalaman, perasaan, dan pesannya. Saat membaca, beberapa pembaca biasanya
membaca hanya satu atau hanya beberapa bacaan yang ada. Hal ini bertujuan agar
menumbuhkan dan mengasah kemampuan dalam membaca dengan kritis. Membaca dengan
model

ini

dilakukan

apabila

pembaca

bermaksud

untuk

peneliti,

pemahaman,

penganalisiaan, memberikan kritikan atau pun kesimpulan pada isi bacaan tersebut.
Membaca dengan intensif yang paling diutamakan bukan pada keterampilan yang dapat
terlihat atau yang dapat menarik perhatiannya, tetapi pada hasil-hasilnya. Suatu pengertian

dan suatu pemahaman mendalam dengan terperinci pada teks yang telah dibaca sebagai
tujuan akhir. Tujuan membaca intensif yaitu mengembangkan keterampilan dalam membaca
dengan cara yang detail.
Berbicara mengenai membaca tentu sangat banyak memberikan dampak positif
dalam kehidupan. Namun, dampak positif itu dapat kita peroleh jika kita mampu membaca
dan memahaminya dengan efektif sehingga inti dari suatu bacaan dapat kita peroleh. Semua
orang tentu bisa membaca, tetapi tidak semua orang mampu memahami isi bacaan dengan
baik, cepat, dan tepat. Hal tersebut terjadi dikarenakan setiap orang memiliki tingkat
kecepatan membaca dan tingkat konsentrasi dalam membaca yang berbeda-beda. Sebagian
orang mengalami permasalahan atau kebiasaan buruk dalam membaca sehingga mereka
tidak mampu membaca secara cepat dan efektif. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
melakukan penelitian eksperimen yang berjudul : Keefektifan Dalam Membaca Teks Cerita
Fiksi Dengan Menggunakan Teknik Membaca Intensif Pada Siswa Kelas VII di SMPN 1
Tanjung Selor.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
Mengapa perlu adanya keefektifan dalam membaca ?
2.
Apa itu membaca intensif ?
3.
Apa saja teks cerita fiksi ?
4. Bagaimana cara meningkatkan keefektifan membaca intensif teks cerita fiksi pada
Siswa Kelas VII di SMPN 1 TANJUNG SELOR ?

C. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti lebih terarah pada hal-hal sekitar permasalahan dan
sasaran yang dimaksud, maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana gambaran keefektifan dalam membaca intensif
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengapa perlu adanya keefektifan dalam membaca
2. Untuk mengetahui apa itu membaca intensif
3. Untuk mengetahui apasaja teks cerita fiksi
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan keefektifan membaca intensif teks cerita fiksi
pada Siswa Kelas VII di SMPN 1 Tanjung Selor
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan keefektifan
membaca intensif teks cerita fiksi pada Siswa Kelas VII di SMPN 1 Tanjung Selor.
2. Bagi Siswa
Dalam peningkatan keefektifan membaca intensif teks cerita fiksi dapat memberikan
pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa lebih termotivasi dalam
mengikuti proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
maksimal.
3. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada disekolah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Keefektifan
Keefektifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:284) dalam suatu usaha
atau tindakan berarti keberhasilan. Dalam pengertian lainnya keefektifan mempunyai arti
yang berbeda-beda tergantung dari bidangnya, tentunya seorang dalam bidang pendidikan
akan lain halnya dengan seorang ekonom dalam merumuskan keefektifan. Seperti pendapat
yang dikemukakan oleh Muhyadi (1989:277) : ahli ekonomi akan mengartikan keefektifan
sebagai kemampuan organisasi menghasilkan laba sebesar-besarnya. Ahli politik
mengartikannya sebagai kemampuan organisasi memperoleh posisi yang kuat di antara
organisasi-organisasi lainnya, sedangkan seorang karyawan akan mengartikannya sebagai
kemampuan organisasi memberi tingkat kesejahteraan setinggi-tingginya kepada anggota,
dan lainnya. Di antara berbagai pengertian tersebut lazim dijumpai ialah bahwa keefektifan
berkenan dengan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tingkat produktivitas yang
tinggi. Dalam keefektifan yang perlu diperhatikan adalah pemanfaatan segala sumber daya
yang ada secara efisien atau tepat guna untuk memperoleh hasil yang semaksimal mungkin
atau sampai pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Etzioni dalam Muhyadi (1989:277) menjelaskan bahwa keefektifan
sebagai kemampuan organisasi dalam mencari sumber dan memanfaatkannya secara efisien

dalam mencapai tujuan tertentu. Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh organisasi pendidikan
maka harus mengacu pada tujuan pendidikan, maka hal ini dapat dikatakan efektif.
2. Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak
hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses
penerjemahan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir,
membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca
kritis, dan pemahaman kreatif. Klein (dalam Nurhadi, 1987) mengemukakan bahwa definisi
membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, (3)
membaca merupakan interaksi. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi
dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan utama dalam
membentuk makna.
Membaca adalah suatu peoses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh
kesan, pesan, yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui media
kata-kata atau bahasa tulis, atau suatu peroses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kalimat akan terlihar dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna katakata secara individual akan tetap dapat diketahui. Membaca adalah salah satu proses
kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca, atau pembaca
merekonstruksi amanat atau isi yang tersirat dalam bacaan yang dihadapi (Silitonga,
1984:8). Membaca adalah permainan terkaan interaksi antara pikiran dan bahasa. Membaca

merupakan diskusi jarak jauh antar pembaca dan pengarang, yang di dalamnya terdapat
interaksi antara bahasa dan pikiran. Dengan kata lain, pengarang atau penulis
menyandingkan pikiran ke dalam bahasa, sedangkan pembaca menguraikan sandi bahasa
tersebut ke dalam pikirannya Miller (dalam Rahim, 2003:20).
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan seta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa
tulis. Suatu proses menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan terungkap
atau dipahami dan proses pembaca tidak terlaksana dengan baik. Membaca juga merupakan
suatu strategis. Membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai
dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi ini
bervarisai sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah interaktif.
Keterlibatan membaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca
suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks
yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi anatar
pembaca dan teks (rahim, 2008:3)
Membaca adalah menyerap simbol huruf yang kemudian diubah menjadi ucapan
atau proses pengertian dalam otak. Sejalan dengan pendapat-pendapat terdahulu, (Hidayah,
1990:27), mendefinisikan bahwa membaca adalah melihat dan memahami tulisan, dengan
melisankan atau hanya dalam hati. Definisi ini mencakup tiga unsur dalam kegiatan

membaca, yaitu melihat, memahami, dan melisankan dalam hati, bacaan atau teks.
Sedangkan menurut (Setiawan, 2002:87) ditandai oleh ciri : (1) membaca bukanlah proses
yang pasif, membaca harus memberi sumbangan secara aktif dan bermakna jika ingin
memahami tulsan, (2) segala segi membaca, mulai dari pengenalan huruf satu persatu, kata
demi kata, dapat dianggap sebagai pengurangan keraguan, (3) membaca lancar
mengharuskan pemanfaatan informasi yang disediakan oleh lebih dari satu sumber, sehingga
pengetahuan yang dimiliki pembaca akan memainkan peran yang penting, terutama dalam
menguraikan ketergantungan pada informasi visual, (4) membaca dapat merupakan urusan
penuh resiko, teks penulis dipenuhi ketidakpastian sehingga kesalahpahaman berbeda di
pusat kegiatan membaca.

3. Tujuan Membaca
Tujuan membaca adalah mencari serta memperoleh informasi dan dapat memahami
makna bacaan. Artinya setelah tujuan membaca harus memperlihatkan disiplin ilmu
pengetahuan ayang akan dibaca, juga perlu diperhatikan setelah tujuan membaca, karena
setiap ilmu memerlukan cara tersendiri untuk dapat memahaminya. Kemudian dalam uraian
selanjutnya dikemukakan beberapa tujuan membaca sesuai dengan tujuan penelitian yang
akan dijadikan dasar dalam penelitian atau membaca untuk memperoleh perincian-perincian
atau fakta-fakta untuk mengetahui penemuan dan apa yang diperbuat oleh tokoh utama, atau
membaca untuk menemukan ide-ide utama dalam wacana seperti topik, masalah, atau

membaca untuk mengetahui urutan atau orgamisasi cerita (wacana) kejadian adegan serta
jalan cerita.
Tujuan membaca mencakup kesenangan, menyuarakan membaca nyaring dengan
menggunakan strategi tertentu serta memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik. Selain
itu membaca dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui
sebelumnya atau informasi untuk laporan lisan ataupun tertulis, mengompirmasikan dan
menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu
teks dalam beberapa cara dan mempelajari tentang struktur teks serta mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang spesipik. Wilga M. Rivers (dalam Ramli Sannang 1986:14)
mengemukakan tujuan membaca ialah :
a. Menginginkan informasi untuk tujuan tertentu, atau karena ingin tahu beberapa topik.
b. Memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dalam pekerjaan hidup
sehari-hari.
c. Ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti ingin bermain drama
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.

atau permainan baru lain.


Ingin akrab dengan teman-teman dengan berkorespondensi.
Ingin tahu di mana dan kapan semua terjadi.
Ingin mencari dan menemukan kesenangan dan kenikmatan (membaca karya sastra)
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan pelajaran membaca adalah :
Melatih murid meiliki kemampuan mengembangkan kosa kata.
Membina sikap intelektual murid melalui pengalaman-pengalaman dari hasil bacaan.
Memperluas wawasan murid dalam berbagai aspek sikap.
Melatih murid untuk memiliki kemampuan dalam mengembangkan daya nalar, sekaligus
bermotivasi untuk mewujudkan perbuatan kebahasaan melalui menulis (Nurhadi 1987:18).

4. Membaca Intensif
Pengertian membaca intensif yaitu membaca dengan penuh pemahaman untuk
menemukan ide-ide pokok pada tiap-tiap paragraf, pemahaman ide-ide naskah dari ide
pokok sampai pada ide-ide penjelas, dari hal-hal yang rinci sampai ke relung-relungnya.

Adapun manfaat membaca intensif antara lain: pembaca menguasai isi teks secara mantap,
pembaca mengetahui latar belakang ditulisnya teks tersebut, pembaca dapat mempunyai
daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan isi teks.

4. Teknik Membaca Intensif :


1. Menyiapkan naskah yang akan di baca
2. Sambil membaca:
o memberi garis bawah hal-hal yang dianggap penting
o memberi tanda pada bagian-bagian yang perlu
o memberikan nomor pada bagian kanan atas yang penting
o memberi tanda bintang pada bagian-bagian yang perlu
3. Ajukan pertanyaan sehubungan dengan naskah yang dibaca. Pertanyaan yang diajukan
berhubungan dengan kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian (C1 C6).
4. Siswa diberikan tugas membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri.
5. Cara menyimpulkan teks
o Membaca teks secara keseluruhan satu atau dua kali
o Mencatat ide pokok pada setiap paragraph
o Menghubungkan ide pokok paragraph satu dengan paragraph lain untuk menemukan
kesimpulan sementara.
o Membaca ulang teks untuk menguji kesimpulan sementara yang sudah dibuat
o Menyempurnakan rumusan simpulan
5. Siswa membuat kesimpulan hasil membaca
5. Teks Cerita Fiksi
Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan. Teks cerita fiksi dibuat berdasarkan hasil olahan
imajinasi pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh kultur, pengalaman batin,
filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya. Teks cerita fiksi merupakan salah satu
genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks

10

cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan,
dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan
semata.
A. Struktur dari Teks Cerita Fiksi
Biasanya Struktur teks cerita fiksi dalam membuat sebuah novel tidak berbeda dengan
struktur dari cerita pendek (cerpen). Secara keseluruhan, struktur utama pembangun teks cerita fiksi
didalam sebuah novel terdiri dari komplikasi, abstra, orientasi, koda, evaluasi dan resolusi. Namun,
tidak menutup kemungkinan juga teks cerita fiksi dalam novel hanya memiliki strukturkan evaluasi,
orientasi, resolusi dan komplikasi.
1. Abstrak, Abstrak pada bagian ini hanyalah opsional atau boleh ada maupun tidak dipakai.
Bagian ini menjadi inti dari sebuah teks cerita fiksi.
2. Orientasi, Orientasi biasanya berisi tentang pengenalan tema, latar belakang tema serta
tokoh-tokoh didalam novel. Pada tahap orientasi ini dan terletak pada bagian awal dan
menjadi penjelasan dari teks cerita fiksi dalam novel.
3. Komplikasi, Komplikasi merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini
mulai muncul berbagai permasalahan, yang biasanya komplikasi dalam sebuah novel
menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca.
4. Evaluasi, Evaluasi biasanya menjadi bagian dalam teks naskah novel yang berisi munculnya
pembahasan pemecahan ataupun penyelesaian masalah.
5. Resolusi
Resolusi merupakan bagian yang berisi inti pemecahan masalah dari masalahmasalah yang dialami tokoh utama.
6. Koda (reorientasi), Koda (reorientasi) bisa berisi amanat dan juga pesan moral positif yang
bisa dipetik dari sebuah naskah teks cerita fiksi.

11

B. Kaidah Kebahasaan dari Teks Cerita Fiksi


Mengetahui atau memahami ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi dapat
menjadi salah satu cara agar nantinya dapat mengetahui apakah sebuah naskah teks digolongkan
kedalam teks cerita fiksi novel atau tidak. Ciri kebahasaan Teks cerita fiksi biasanya memiliki 3 ciri,
pemahaman dari ciri-cri tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Metafora, Majas metafora merupakan perumpamaan yangsering digunakan untuk
membandingkan sebuah benda atau menggambarkansecara langsung atas dasar sifat yang
sama.
2. Metonimia, Metonimia merupakan gaya bahasa yang dipergunakan, kata-kata tertentu
dipakai sebagai pengganti kata yang sebenarnya, namun penggunaanya hanya pada kata
yang memiliki pertalian yang begitu dekat.
3. Simile (persamaan), Simile atau padanan kata digunakan sebagai perbanding yang bersifat
eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu hal dengan hal lainnya. Gaya bahasa simile ini
ditandai dengan penggunaan kata pembanding contohnya, seumpama, selayaknya, laksana,
dan sebagainya.

6. Tahapan Membaca Intensif Teks Cerita Fiksi

12

Pada dasarnya jika murid diharapkan memiliki kemampuan membaca, maka guru
harus melatihkan beberapa tahapan seperti pada uraian di bawah ini .
-

Tahap I

Pada tahap ini siswa harus dibimbing untuk meningkatkan keefektifan tentang membaca intensif.
Siswa harus memahami bagaimana membaca yang efektif dan mengetahui apa itu cerita fiksi.
-

Tahap II

Pada tahap ini guru dapat memerintah murid untuk membaca berbagai teks cerita fiksi, lalu
menemukan ide pokok bacaannya, dapat memahami garis besar teks cerita fiksi tersebut, dan
kemudian siswa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya.
-

Tahap III

Bahan bacaan teks cerita fiksi tidak ditentukan, melainkan siswa bebas untuk memilih teks cerita
fiksi yang diinginkan. Akan tetapi hal yang sering guru tanyakan, apakah siswa telah memahami isi
cerita tersebut, apakah siswa dapat menceritakan garis besar cerita yang dipilihnya dan adakah
peningkatan siswa dalam mencapai keefektifan membaca intensif tersebut?

A. Kerangka Berpikir
Keterampilan membaca mencakup empat bagian yakni keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Dalam penelitian ini, membahas lebih rinci tentang keterampilan membaca.
Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang kompleks, kegiatan membaca tidak boleh
dilepaskan oleh aktivitas keseharian manusia sebab dengan banyak membaca maka akan semakin

13

banyak pula pengethaun yang dimiliki. Membaca adalah proses berpikir sebab tindakan dalam
membaca memerlukan interprestasi untuk mengenal kata dari simbol yang tertulis.
Dengan kata lain, keterampilan mencakup tiga komponen, yaitu :
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
2) Koreksi aksara beserta tanda baca dengan unsur linguistik yang formal
3) Hubungan lebih lanjut aksara dan makna.
Penelitian memfokuskan perhatian pada kemampuan membaca intensif, yang dimaksud
dengan membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelasterhadap sesuatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat
halaman setiap hari.
Albert (dalam Tarigan, 1986-92) membaca intensif dapat dibagi atas :
1. Membaca telaah isi meliputi bagian berikut :
a. membaca teliti
b. membaca pemahaman
c. membaca kritis
d. membaca ide
2.
Membaca telaah bahasa yang mencakup pula :
a. membaca bacaan asing
b. membaca sastra
B. Hipotesis Tindakan
Menurut Arikunto (1988:127) yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara
terhadap masalah-masalah penelitian. Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah
jika membaca intensif teks cerita fiksi di terapkan dalam pembelajaran di SMPN 1 TANJUNG
SELOR maka keefektifan membaca dapat ditingkatkan.

14

BAB 111
METODOLOGI PENELITIAN
A.

Jenis dan Desain penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitaif. Menurut Margono
(2010 : 105) menyatakan penelitian adalah suatu proses pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa
yangingin kita ketahui. Pada umumnya penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan
sebagai penelitian pemerian atau penelitian diskriptif. Penelitian kuantitatif dapat pula
berupa penelitian hubungan atau penelitian korelasi, penelitian kuasi-eksperimental,
dan penelitian eksperimental.
Dari uraian diatas

B. Lokasi dan waktu Penelitian


a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan, penelitian ini dilakukan

C.
1.
D.
a.

awal bulan Februari hingga bulan Mei 2016, di SMP Negeri 1 Tanjung selor.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tanjung selor.
Subjek dan Objek penelitian
Subjek Penelitian
Subjek penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Populasi
Menurut Margono (2010 : 118 ) Populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu rung lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jdi, populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalua setiap manusia memberikan

15

suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyak
b.

manusia.
Sampel

E. Instrumen Penelitian

16

Anda mungkin juga menyukai