PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat merupakan keadaan yang dapat diwujudkan dari kehendak
semua pihak. Diwujudkan oleh perorang, perkelompok, perkeluarga, dan
bahkan oleh seluruh anggota masyarakat (Wahyuni, 2003). Sehat menurut
World Health Organiztion (WHO) adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental,
dan kesejahteraan social yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan (WHO, 2003). Menurut UU No. 23 tahun
1992, kesehatan merupakan salah satu unsure kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan melalui pembangunan nasional yang berarti pembangunan dan
pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (UU No. 23, 1992).
Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam mewujudkan keadaan
sehat adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
harus bersifat tersedia(available), tercapai(accessible), terjangkau(affordable),
berkesinambungan(continue),menyeluruh(comprehensive),terpadu(integrated)
,danermutu(quality) (Prasetyawati, 2011). Secara umum pelayanan kesehatan
dibagi menjadi dua yaitu pelayanan kesehatan personal dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga termasuk dalam
pelayanan kedokteran personal yang memiliki keluarga sebagai sasaran
utamanya (Wahyuni, 2003).
Pendekatan kedokteran keluarga menekankan pada orientasi keluarga
pada pelayanan medis, yang berbeda dengan pendekatan biomedis dan
biasanya berorientasi pada penyakit. Dasar penyelenggaraan pelayanan dengan
orientasi keluarga adalah memperkenalkan pendekatan yang semulahanya
pada individu dikembangkan lebih luas pada keluarga bahkan pada komunitas
di sekitar kehidupan pasien. Konsep ini memperkenalkan keluarga sebagai
unit of care, dengan focus utama pelayanan ditujukan pada pasien dalam
konteks keluarganya. Untuk itu perlunya keterlibatan anggota keluarga secara
aktif dalam proses penegakkan diagnosis dan mentatalaksanakan masalahkan
kesehatan pada pelayanan dan perawatan kesehatan kedokteran keluarga
(Kurniawan, 2015)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan dari tekanan darah sistolik lebih dari
140mmHg dan atau disertai dengan peningkatan diastolik lebih dari 90
mmHg.Kriteria klinis hipertensi berdasarkan 2 atau lebih penemuan pada 2 atau
lebih kunjungan.Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC
VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure).
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi
kinerja berbagai organ.Hipertensi juga menjadi suatu factor resiko penting
terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan
stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan
organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killerkarena dapat menyebabkan
kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas.
2.1.2 Epidemiologi
Penderita hipertensi di Indonesia cukup banyak. Berdasarkan Pusat Data
dan Informasi Kementerian RI pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas adalah 25,8%, yaitu sebanyak 65.048.110 jiwa.
Prevalensi tertinggi didapatkan pada provinsi Bangka Belitung (30,9%) dan
terendah di Papua (16,8%).Pada data statistik didapatkan juga prevalensi
perempuan yang menderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Hipertensi
berhubungan
erat
dengan
risiko
terjadinya
penyakit
hipertensi
yang
tidak
diketahui
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan.Karena itu umumnya
hipertensi ini sudahdiketahui penyebabnya. Terdapat 10% orang
menderita apa yangdinamakan hipertensi sekunder. Skitar 5-10%
penderita
hipertensi
penyebabnya
adalah
penyakit
ginjal
1-2%
adalah
penyakit
kelaian
hormonal
Dan
Atau
Atau
TDD (mmHg)
< 80
80-90
90-99
Hipertensi derajat 2
160
Atau
100
Sistolik
<120 mmHg
120139 mmHg
140 159 mmHg
160 mmHg
Diastolik
(dan) <80 mmHg
(atau) 80 89 mmHg
(atau) 90 99 mmHg
(atau) 100 mmHg
Manifestasi
Hipertofi ventrikel kiri, gagal jantung, angina, atau miokard infark
stroke, TIA (Transient Ischemic Attack)
gagal ginjal kronik
perdarahan atau exudat dengan atau tanpa papiloedema
Hipertensi
refrakter
respon
pengobatan
tidak
memuaskan
dan
kelebihan
berat
badan),
depresi
dan
rendahnya
status
daya
tahan
pembuluh
meningkat.Juga
memperkuat
9. Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah.Tapi
pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang
agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
11
arteri
yang
lebih
tinggi
untuk
mencapai
keseimbangan
12
pada
saat
berdiri.Sebaliknya,
berkurangnya
substansi
denyut
barorefleks
jantung.Ini
ini
menurunkan
adalah
tekanan
mekanisme
darah
primer
dan
sebagai
penyeimbang cepat pada fluktuasi akut tekanan darah arteri yang dapat terjadi
pada perubahan postural, stres fisik atau fisiologi, dan perubahan pada volume
darah.Namun, aktivitas barorefleks dapat menurun atau beradaptasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang tinggi yang mana baroreseptor direset ke
tekanan yang lebih tinggi.Pasien dengan neuropati otonom dan fungi
barorefleks terganggu dapat mempunyai tekanan darah yang sangat labil
dengan episodik tekanan darah yang sulit dikontrol.Feokromositoma adalah
contoh untuk hipertensi karena peningkatan produksi katekolamin, dalam hal
13
tiroksin
hidroksilase,
salah
satu bagian
dalam biosintesis
Renin-Angiotensin-Aldosteron
Sistem RAA berperan pada pengaturan tekanan darah arteri secara
primer lewat fungsi vasokonstriktor dari angiotensin II dan fungsi
mempertahankan natrium dari aldosteron.Renin adalah aspartyl protease yang
disintesis secara enzimatik dari prekursor inaktif, prorenin.Kebanyakan renin
pada sirkulasi disintesis pada segmen arteriola renal aferen ginjal (sel
jukstaglomerulus) yang berbatas tegas dengan glomerulus dan merupakan
kumpulan sel sensori yang terletak pada distal lengkung Henle.Prorenin dapat
disekresi secara langsung ke sirkulasi atau dapat diaktivasi di dalam sel
sekretori dan dilepaskan sebagai renin aktif. Meskipun plasma manusia
mengandung 2 sampai 5 kali lebih banyak prorenin dibanding renin, tidak ada
bukti klinis bahwa prorenin mempunyai aktivitas fisiologis pada sistem RAA
ini. Ada 3 stimuli primer disekresinya renin; (1) transpor NaCl yang menurun
pada bagian tebal dari lengkung Henle asendens (mekanisme makula densa),
(2) tekanan atau peregangan yang menurun pada arteriol eferen renal
(mekanisme baroreseptor), dan (3) stimulasi sistem saraf simpatis dari sel
yang mensekresi renin lewat adrenoreseptor 1.Sebaliknya, sekresi renin
dihambat oleh peningkatan transpor NaCl pada bagian tebal lengkung Henle,
dengan peregangan yang meningkat pada arteriol eferen renal, dan dengan
blokade reseptor 1.Sebagai tambahan, sekresi renin dapat dimodulasi dengan
sejumlah faktor humoral, termasuk angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung menghambat sekresi renin karena reseptor angiotensin II tipe 1 pada
14
hemodinamiknya,
aterosklerosis
lewat
angiotensin
aksi
seluler
II
berperan
langsung
pada
dalam
dinding
patogenesis
pembuluh
15
16
tekanan sistemik atau stenosis arteri ginjal), dan penurunan asupan garam ke
tubulus distal.
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu
angiotensinogen untuk melepaskan angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat
vasokonstriktor yang ringan, selanjutnya akan diaktifkan angiotensin II oleh
suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh
paru yang disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II
adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang
juga mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya
selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi oleh
berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut
angiotensinase Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II
mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri.
Pengaruh
yang
pertama,
yaitu
vasokontriksi,
timbul
dengan
18
hipertensi
mempunyai
arteri
lebih
kaku,
dan pasien
arterisklerotik dapat mempunyai tekanan darah sitolik yang tinggi dan tekanan
nadi yang tinggi sebagai konsekunesi komplians pembuluh darah yang
menurun karena perubahan struktur pada dinding pembuluh darah. Bukti
19
2.1.7 Patofisiologi
Hipertensi primer
Beberapa teori patogenesis hipertensi primer meliputi :
Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
Retensi Na dan air oleh ginjal
Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal
dan pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebabsebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum
diketahui. Namun sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin
tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri arteri yang kecil
yang paling jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali
berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan
garam berlebih, bertambahnya usia, dll.
20
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik
yangmeningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output,
contohnyaadalah renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical
tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan
dapatdisembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural yang menetap,
tekanan darahdapat kembali normal.
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
koma
karena
terjadi
pembengkakan
otakdisebut
ensefalopati
21
kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal, di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
umumnya.
2.1.9 Diagnosis
1. Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi
meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Episode
berkeringat,
sakit
kepala,
kecemasan
palpitasi
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien
atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes mellitus,
kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, insentitas olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
22
Lakukan
penngukuran
sistolik
dan
diastolic
dengan
Hipertensi sekunder
Elektrolit (kalium)
Elektrokardiografi (EKG)
23
Foto thorax.
2.1.10 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Algoritma tata laksana hipertensi
1. Terapi inisial
Berdasarkan JNC VIII tahun 2014, pada populasi dewasa berumur 18
tahun dengan hipertensi hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
modifikasi gaya hidup, menentukan target terapi untuk tekanan darah, dan
memulai inisiasi obat-obatan antihipertensi. Terapi inisial untuk populasi ras di
luar negro (non-black), termasuk penderita diabetes mellitus pilihan jenis
antihipertensi yang direkomendasikan adalah ACE inhibitor (ACEI),
angiotensin receptor blocker (ARB), thiazide diuretic, calcium channel
blocker (CCB).
Strategi pemberian terapi inisial dapat melalui 3 pendekatan.
Pendekatan pertama mulai dengan 1 obat diantara pilihan terapi inisial
24
dievaluasi dalam 1 bulan pertama jika belum mencapai target dapat dititrasi
hingga dosis maksimum, sebelum kemudian menambah obat kedua dari
pilihan kelas antihipertensi yang berbeda sesuai rekomendasi. Pendekatan
kedua dimulai dengan pemberian 1 obat kemudian ditambah obat kedua
sebelum obat pertama mencapai dosis maksimum. Pendekatan ketiga yaitu
terapi kombinasi (dengan 2 obat secara bersamaan, dapat dalam sediaan
terpisah atau sediaan kombinasi) hanya direkomendasikan jika tekanan darah
sistol >20mmHg atau diastol >10 mmHg di atas target tekanan darah terapi.
Pemantauan tekanan darah dan penyesuaian dosis terapi harus dilakukan
secara baik selama pengobatan hingga mencapai target tekanan darah terapi.
ACEI dan ARB jangan digunakan pada pasien yang sama. Jika dengan 2 obat
target belum tercapai dapat ditambah obat ketiga dari pilihan terapi inisial.
Jika target tekanan darah belum tercapai dengan 3 obat sehingga memerlukan
lebih dari 3 obat antihipertensi maupun ada kontraindikasi dari penggunaan
antihipertensi dari pilihan terapi inisial, pilihan obat hipertensi kelas lain di
luar terapi inisial yang direkomendasikan dapat digunakan.(Gambar 2)
hipertensi,
menigkatkan
efektivitas
obat
antihipertensi,
dan
26
27
28
pada
penderita
asma
dan
PPOK
karena
dapat
menyebabkan
29
spironolactone.
Spironolactone
bekerja
pada
reseptor
Alfa 2 agonis
Alfa 2 agonis bekerja secara sentral menstimulasi reseptor presinaps alfa 2
adrenergik di batang otak untuk mendepresi aktivitas saraf simpatik. Obat yang
termasuk antara lain: metildopa, clonidine, guanfacine.
31
pasien yang stabil secara klinis. Resiko kumulatif dari obat dapat menyebabkan
hipotensi saat itu juga dan terkandang beberapa hari setelah dipulangkan dari
instalasi gawat darurat.
32
33
34
Obat yang dipakai pada usia lanjut sama seperti yang dipergunakan
pada usia yang lebih muda. Untuk menghindari komplikasi pengobatan,
maka dosis awal dianjurkan separuh dosis biasa, kemudian dapat dinaikkan
secara
bertahap,
sesuai
dengan
respons
pengobatan
dengan
gaya
hidup,
antara
lain
menurunkan
berat
badan,
35
tekanan
darah
terkendali,
setelah
satu
tahun
dapat
dicoba
: Stroke
b. Jantung
c. Mata
36
d. Paru-paru
: Edema paru
e. Ginjal
f. Sistemik
perifer
2.1.13 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi
biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan
kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi
serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.
berfungsi
sebagai
sumber
energi,
bahan
pembentuk
menghemat
protein,
meningkatkan
pertumbuhan
bakteri
usus,
37
kemudian dipecah menjadi glikogen dalam hati dan otot. Kemudian glikogen dipecah
menjadi glukosa dirubah dalam bentuk piruvat dipecah menjadi asetil KoA sehingga
akhirnya terbentuk karbondioksida, air dan energi. Bila energi tidakdiperlukan, asetil
KoA tidak memasuki siklus TCA tetapi digunakan untukmembentuk asam lemak,
melakukan esterifikasi dengan gliserol (diproduksi
dalam glikolisis) dan menghasilkan trigliserida. Pembuluh darah koroner yang
menderita artherosklerosis selain menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan
sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik, yang nantinya akan
memicu terjadinya hipertensi (Hull, 2001).
2.2.2 Faktor Konsumsi Serat
Serat dapat dibedakan atas serat kasar (crude fiber) dan serat makanan(dietary
fiber). Serat makanan adalah komponen makanan yang berasal daritanaman yang
tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Serat makanan total terdiri dari
komponen serat makanan yang larut (misalnya: pektin, gum) dan yang tidak dapat
larut dalam air (misalnya selulosa, hemiselulosa,
lignin). Kadar serat makanan berkisar 2-3 kali serat kasar. Serat bukanlah zat yang
dapat diserap oleh usus. Namun peranannya sangat penting karena pada penderita
gizi lebih dapat mencegah atau mengurangi resiko penyakit degeneratif. Serat larut
lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu LDL dan meningkatkan kadar
HDL (Baliwati, et al., 2004). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kerusakan
pembuluh darah bisa dicegah denganmengkonsumsi serat. Serat pangan dapat
membantu meningkatkan pengeluarankolesterol melalui feces dengan jalan
meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus kecil. Selain itu, konsumsi
serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang. Keadaan ini
menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan obesitas, dan
akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi. Dalam sebuah penelitian Harvard
terhadap lebih dari 40.000 laki-laki, para peneliti menemukan bahwa asupan serat
tinggi berpengaruh terhadap penurunan sekitar 40% risiko penyakit jantung koroner,
dibandingkan dengan asupan rendah serat. Studi lain pada lebih dari 31.000 orang
menemukan bahwa terjadi penurunan risiko penyakit jantung koroner nonfatal
sebesar 44% dan mengurangi resiko penyakit jantung koroner fatal sebesar 11% bagi
mereka yang makan roti gandum dibandingkan dengan mereka yang makan roti
38
putih. Salah satu perubahan kecil dalam diet mereka memberikan efek perlindungan
yang bisa menyelamatkan nyawa mereka.
2.2.3 Faktor Asupan Garam
Natrium atau disebut juga sodium mengatur keseimbangan air di dalamsistem
pembuluh darah. Sebagian natrium dalam diet datang dari makanan dalam bentuk
garam dapur, MSG (Mono Sodium Glutamate), soda pembuat roti. Mengkonsumsi
garam dapat meningkatkan volume darah di dalam tubuh, yang berarti jantung harus
memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat pada ginjal
yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input)
harus sama dengan pengeluaran (Output).
2.2.4 Penatalaksanaan Diet Bagi Penderita Hipertensi
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi selain pemberian obatobatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan
untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya
kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula
penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan
diabetes mellitus.Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untukmenghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar
kolesteroldarah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak
mengalamistroke atau infark jantung.Makanan yang harus dihindari atau
dibatasi adalah:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa,gajih).
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
craker,keripik dan makanan kering yang asin).
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buahbuahandalam kaleng, soft drink).
39
yang
tinggi
kolesterol
seperti
daging
merah
penelitian
menunjukkan
bahwa
peningkatan
kadar
peningkatan
risiko
aterosklerosis,
walaupun
risiko
41
REFERENSI
1
2
3
4
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al;National Heart, Lung, and Blood
Institute JointNational Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure National High Blood Pressure Education
Program Coordinating Committee. The seventh report of theJoint National
Committee on Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High
BloodPressure: the JNC 7 report.
42
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Gizi-Seimbang-UtkHipertensi.pdf
43