Pendahuluan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakitpenyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan disebarkan melalui air.
Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan penyakit dimana-mana.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan
volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga
bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia
yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%,
otot 75,6%, dan darah 83%.
Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3
liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah.
Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan mandi,
minum, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa
bahan buangan industri.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang
terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
Golongan Air
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN.
Golongan-golongan air tersebut, antara lain:
1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri
koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN ,50/100 cc.
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN ,5000/100 cc.
2. Not multiplied
Contoh agen penyakit: cacing Guinea dan fish tape worm (vektor cyclop).
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Waterborne mechanism
Kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh
penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid,
hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada
mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini memiliki agen penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan
penyakit akibat Dracunculus medinensis.
4. Water-related insect vector mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.
Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut,
membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air
permukaan.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air
tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses
purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang
tahun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan
dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam
magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan
air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan
pompa.
Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri merupakan
sutu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang dilaluinya, mulai
dari proses evaporasi, kondensasi uap air, presipitasi, penyebaran air di
permukaan bumi, penyerapan air ke dalam tanah, sampai berlangsungnya proses
daur ulang.
Secara umum, pergerakan air di alam terdiri dari berbagai peristiwa, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Air Tawar
Air tawar di bumi ini, berdasarkan sumbernya dapat dibagi ke dalam tiga
golongan; air hujan, air permukaan, dan air tanah.
Air Hujan
Merupakan jenis air yang paling murni. Namun, dalam perjalanannya turun ke
bumi, air hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat
dalam udara, misalnya, gas CO2, gas N2O3, dan gas S2O3 sehingga beberapa reaksi
kimia berikut dapat terjadi dalam udara.
1. Gas CO2 + air hujan asam karbonat
2. Gas S2O3 + air hujan asam sulfat
3. Gas N2O3 + air hujan asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampai di permukaan bumi sudah tidak murni
dan reaksi di atas dapat mengakibatkan keasaman pada air hujan sehingga akan
terbentuk hujan asam (acid rain).
Air Permukaan
Merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang
harus diperhatikan, antara lain:
1. Mutu atau kualitas baku
2. Jumlah atau kuantitasnya
3. Kontinuitasnya
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang
paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.
Sumber-sumber air permukaan, antara lain, sungai, selokan, rawa, parit,
bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air terjun dapat dipakai untuk sumber air
di kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan
jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan
purifikasi bakterial.
Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai
persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar.
Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air
yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisasisa pembusukan alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang,
fungi, dan lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar
garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air minum, air tersebut
harus menjalani proses ion-exchange.
Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai
lapisan ke tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada
air ini menyebabkan aie mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat
mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan
Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang
kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan
semacam kerak.
Sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur
dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Sumur Dangkal (shallow well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan
di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini
banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang
berasal dari kegiatan MCK sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu
sekali diperhatikan.
2. Sumur Dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak
terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.
Sumur Sanitasi
Sumur Dangkal
Air permukaan
Kurang baik
Kontaminasi
Kering
pada
musim
kemarau
Sumur Dalam
Air tanah
Baik
Tidak terkontaminasi
Tetap ada sepanjang
tahun
Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan
terlindung dari kontaminasi air kotor. Untuk membuat sumur sanitasi, persyaratan
berikut ini harus dipenuhi.
1. Lokasi
Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.
2. Dinding sumur
Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang disemen. Pelapisan dinding
tersebut paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.
3. Dinding parapet
Merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi
70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan
dinding sumur.
4. Lantai kaki lima
Lantai kaki lima harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter
ke seluruh jurusan melingkari sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke
arah tempat pembuangan air (drainase).
5. Drainase
Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan
parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.
6. Tutup sumur
Sebaiknya penutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum karena dapat
mencegah kontaminasi langsung pada sumur.
7. Pompa tangan/listrik
Sumur harus dilengkapi pompa. Pemakaian timba dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya kontaminasi.
8. Tanggung jawab pemakai
Sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama.
9. Kualitas
Kualitas air perlu dijaga terus melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia,
maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur, terutama pada saat
terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya.
Kesadahan Air
Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus
sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi.
Kesadahan pada air ini dapat terjadi karena air mengandung:
1. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat.
2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida.
Air untuk keperluan minum dan masak hanya diperbolehkan dengan batasan
kesadahan antara 1-3 mEq/l (50-150 ppm).
Konsumsi air yang batas kesadahannya lebih dari 3 mEq/l (150 ppm) akan
menimbulkan kerugian-kerugian sebagai berikut.
1. Pemakaian sabun yang meningkat karena sabun sulit larut dan sulit berbusa.
2. Air sadah bila dididihkan akan membentuk endapan dan kerak pada cerek
(boiler).
3. Penggunaan bahan bakar menjadi meningkat, tidak efisien, dan dapat
meledakkan boiler.
4. Biaya produksi yang tinggi (high cost production) pada industri yang
menggunakan air sadah.
Kesadahan pada air dapat dihilangkan. Metodo yang dapat digunakan untuk
menghilangkan kesadahan tersebut, antara lain (lihat Gambar 3.2):
1. Pemasakan
Pemasakan air menyebabkan terlepasnya CO2 dari dalam air dan
terbentuknya endapan CaCO3 yang tidak terlarut.
Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
Cara ini sangat mahal jika dipergunakan untuk skala yang besar.
Purifikasi Air
Merupakan salah satu cara untuk menjernihkan atau memurnikan sumber air baku
guna mendapatkan air bersih. Proses ini dapat dilakukan dalam skala besar
maupun skala kecil disesuaikan dengan kebutuhannya.
Purifikasi Air Skala Besar
Purifikasi air dalam skala besar dilakukan di daerah perkotaan. Proses semacam
ini biasa dilakukan di instalasi penjernihan air bersih (PAM) melalui tahap berikut.
1. Penyimpanan (storage)
2. Penyaringan (filtration)
3. Klorinasi (chlorination)
Penyimpanan (storage)
Air baku diisap atau dialirkan dari sumber seperti sungai, kali, dan sebagainya, ke
dalam bak penampungan alami atau bak buatan yang sudah dilindungi dari
pencemaran. Air yang disimpan dalam wadah penampungan tersebut akan
mengalami proses purifikasi secara alami berikut ini:
a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik ini, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai
sekitar 90%. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam
waktu 24 jam dan air akan bertambah jernih.
b. Proses kimiawi
Dalam proses ini, bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat di dalam air dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya,
konsentrasi amonia bebas akan berkurang sementara konsentrasi nitrat
justru meningkat.
c. Proses biologis
Organisme patogen berangsur-angsur akan mati jika air disimpan selama
5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan berkurang
sampai 90%.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila
lebih lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat
menimbulkan rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.
Penyaringan (Filtration)
Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar
98-99% dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow
sand filter (filter biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis). Metode-metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini,
kedua metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar dalam proses
purifikasi air.
Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil, sedangkan
rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar terutama
untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.
Supernatant air adalah air baku yang ditampung di atas lapisan pasir dengan
ketinggian bervariasi antara 1 sampai 1,5 m. Ketinggian permukaan air ini
harus dipertahankan tetap dalam keadaan konstan agar:
a. Tekanan yang ada dapat membuat air meresap di sela-sela lapisan pasir.
b. Air yang akan diolah tetap tinggal selama 3 sampai 12 jam untuk
menjalani proses purifikasi parsial berupa sedimentasi dan oksidasi
sehingga partikel-partikel padat dalam air akan mengendap dan
berkumpul jadi satu.
2. Sand bed
Bagian terpenting dari proses purifikasi dan berfungsi sebagai filter. Tebal
lapisan pasir kira-kira 1,2 meter. Pasir yang digunakan dipilih secara selektif
dengan ukuran diameter antara 0,15-0,35 mm dan harus bersih dari lumpur
dan benda-benda organik. Di bawah lapisan pasir terdapat lapisan batu koral
yang berfungsi sebagai penyanggah lapisan pasir di atasnya. Lapisan pasir
setebal 1 m3 akan membentuk permukaan seluas 15.000 m2. Air meresap
melalui sand bed dengan sangat lambat, memakan waktu sekitar 2 jam atau
lebih. Proses purifikasi yang terjadi berupa penyaringan mekanis,
sedimentasi, absorpsi, oksidasi, dan bacterial action. Kecepatan filtrasi
berkisar antara 0,1-0,4 m3/jam/m2.
Pada sand bed yang baru dipakai hanya terjadi proses filtrasi secara mekanis
dan belum terjadi filtrasi secara biologis setelah permukaan atas lapisan pasir
dilapisi suatu lapisan tipis yang disebut lapisan Schmut Zdecke atau
Zoogleal. Lapisan tipis dan bersifat gelatinous ini terdiri atas anyaman alga
dan beberapa mikroorganisme seperti plankton, diatoms, dan bakteri. Lapisan
tersebut merupakan lapisan vital sand bed dan proses pembentukan lapisan
vital yang berlangsung dengan sempurna disebut sebagai proses pematangan
filter. Proses pematangan tersebut membutuhkan waktu sekitar beberapa hari
sementara tebal lapisan yang menutupi bagian atas sand bed berkisar antara
2-3 cm. Lapisan vital ini merupakan jantung metode slow sand filter yang
berguna untuk mengikat bahan-bahan organik dan bakteri serta untuk
Air kotor
mengoksidasi amonium menjadi
nitrat.
3. Perbandingan
Under drainageruangan
system
Di bagian bawah dari filter box terdapat under drainage system yang terdiri
atas pipa-pipa berlubang yang berfungsi sebagai saluran keluar (outlets) air
yang telah menjalani proses filtrasi.
Penampungan air kotor
4. Sistem kontrol katup filter
Outlet dilengkapi dengan katup pengatur yang berfungsi sebagai alat pengatur
3 bagian
dan untuk
mempertahankanZoogleal
kecepatan filtrasi. Resistensi dalam filter box
diukur dengan Venturimeter. Jika resistensi meningkat, katup pengatur secara
perlahan akan membuka sehingga kecepatan filtrasi dapat dipertahankan
Filter Bed (lapisan pasir)
antara 0,1-0,4 m3/m2/jam.
2 bagian slow sand filter dapat dilihat dalam Gambar 3.3 yang
Contoh sederhana
Katup (Venturimeter)
menyajikan sebuah drum bekas dengan kapasitas 200 liter.
1 bagian
Lapisan koral
Pipa berlubang
Air bersih
3. Proses filtrasi baik fisik, kimiawi, maupun biologis yang terjadi cukup tinggi.
Pengurangan jumlah bakteri setelah proses filtrasi mencapai 99,9-99,999%,
khusus E.Coli mencapai 99-99,9%
Sisa-sisa flok alum yang tidak mengendap pada proses sedimentasi akan
menutupi permukaan lapisan pasir menyerupai lapisan Zoogleal yang
terbentuk pada metode slow sand filter. Lapisan ini berfungsi untuk mengikat
bakteri yang ada dalam air. Oksidasi zat amonia akan terjadi pada saat air
melalui filter.
Back Washing
Back washing merupakan metode pembersihan filter dengan cara mengalirkan air
kembali melalui lapisan sand bed. Proses ini memerlukan waktu yang relatif
singkat, kurang lebih 15 menit. Pada beberapa tipe rapid sand filter, misalnya
Candys Filter, bak penyaringan perlu diberi tekanan udara agar proses back
washing dapat dilaksanakan.
Klorinasi
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air
kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena
sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawasenyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas
klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan
kloramin.
Berikut beberapa kegunaan klorin:
1.
2.
3.
4.
Metode klorinisasi
Pemberian klorin pada desinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa carayaitu
dengan pemberian :
1. Gas klorin
2. Kloramin
3. Perkloron
Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah,kerjanya
cepat,efisien,dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati
karena gas ini beracun dan dapaty menimbulkan iritasi mata. Akibat klorinisasi
berbahan gas klorin ini disebut sebagai chlorinating equipments. Alat yang sering
dipakai adalah patersons chloromone yang berfungsi untuk mengukur dan
mengatur pemberian gas klorin pada persediaan air.
Kloramin dapat juga disebut sebagai High Test Hypochlorite. Zat ini merupakan
persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang dilepaskan di dalam air.
Dalam keadaan darurat, untuk mengatasi masalah sumber air minum yang
terkontaminasi THM, air tersebut harus direbus dahulu sebelum dipakai sebagai
air minum. THM akan hilang bila air direbus sampai mendidih selama 3-5 menit.
Ozon
Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik dalam
skala yang luas selain juga kemampuan untuk memecahkan dinding sel
mikroorganisme dan sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam air.
Berikut beberapa keuntungan di dalam penggunaan ozon.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat
terdiri atas:
1. Survei saniter (sanitary survey)
2. Pengambilan sampel (sampling)
3. Pemeriksaan laboratorium:
a. Fisik
b.
c.
d.
e.
f.
Kimiawi
Bakteriologis
Virologis
Biologis
Radiologis
Survei Saniter
Merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang
dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air, dan informasi
lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang baik merupakan kegiatan yang penting. Sampel yang
diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan
bebas dari kontaminasi.
Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi pemeriksaan fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan
pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan
respons yang subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan
fisik ini, antara lain:
a. Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dari kekeruhan.
b. Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna.
c. Bau dan rasa
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Nilai ambang bau (threshold odor
number) adalah 3.
Pemeriksaan Kimia
g. Dissolved oxygen
Pemeriksaan Bakteriologis
Merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi
kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering diperiksa
sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme koliform
Contoh tipikal koliform tinja adalah E.Coli dan koliform nontinja adalah
Klebsiella aerogeus. Keberadaan E.Coli dalam sumber air merupakan
indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia.
2. Streptokokus tinja
Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E.Coli.
3. Clostridium perfringens dan Clostridium welchii
Keberadaan Cl. Perfringens bersama E.Coli dalam air menunjukkan
terjadinya kontaminasi baru. Sebaliknya, jika yang ditemukan hanya Cl.
Perfringens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.
Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:
1. Presumptive Coliform Test
a. Multiple Tube Method
b. Membrane Filtration Method
c. Primary Health Care Technique
2. Colony Count
3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan Cl. Perfringens
Colony Count
Penghitungan koloni hanya memberikan gambaran perkiraan secara umum
terhadap derajat pencemaran yang terjadi. Bila penghitungan koloni dilakukan
hanya satu kali tidak akan memberikan banyak arti, tetapi bila dilakukan beberapa
kali dari sumber yang sama dalam beberapa interval waktu, hasilnya dapat
dijadikan indikasi dini terjadinya suatu pencemaran.
Contoh:
Penghitungan I 0 koloni
Penghitungan II 2 koloni
Penghitungan III 3 koloni
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi suatu pencemaran oleh
organisme koliform pada sumber air yang ada.
Pemeriksaan Virologis
Secara umum dapat dikatakan bahwa air yang mengandung klorine bebas dapat
dinyatakan bebas dari virus apabila di dalam sampel air tersebut tidak terdapat
sama sekali organisme koliform. Sebaliknya, pada sumber air yang kaya bahan
organik sementara klorine bebasnya tidak dapat membebaskan diri, walau
organisme koliform tidak ditemukan sama sekali, air yang ada tidak dapat
dianggap bebas dari virus dan perlu diuji melalui pemeriksaan virologis. Virus
yang resisten terhadap dosis klorinasi adalah virus polio dan virus hepatitis.
Pemeriksaan Biologis
Jasad renik termasuk alga, fungi, protozoa, udang, cacing halus, dan lain-lain yang
disebut sebagai plankton dapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak pada air
minum dan dapat juga dipergunakan sebagai indeks pencemaran pada air.
Cara pemeriksaan: Ambil sampel air sebanyak 500-1.000 ml. Tanpa bahan
pengawet, periksa langsung sampel tersebut di bawah mikroskop. Jika dari
pembesaran mikroskop tampak organisme uniselular dalam sampel air, organisme
itu selanjutnya akan dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok A (Pembawa
Klorofil) dan kelompok B (Nonpembawa Klorofil).
: jernih
0-20
Pemeriksaan Radiologis
Pencemaran pada sumber air oleh bahan-bahan radiologis dapat dipastikan
melalui metode radio-chemical analysis. Batasan pencemaran yang diperbolehkan
oleh WHO (1971) dalam International Standard of Drinking Water, antara lain: