Anda di halaman 1dari 26

Sanitasi Sumber Air

Pendahuluan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakitpenyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan disebarkan melalui air.
Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan penyakit dimana-mana.
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan
volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga
bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia
yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%,
otot 75,6%, dan darah 83%.
Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3
liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah.
Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan mandi,
minum, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa
bahan buangan industri.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang
terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.

Golongan Air
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN.
Golongan-golongan air tersebut, antara lain:
1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri
koliform dan patogen atau zat kimia beracun.
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN ,50/100 cc.
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN ,5000/100 cc.

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc.


5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100 cc.
MPN di sini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri
koliform dalam 100 cc air).

Sumber Air Bersih dan Aman


Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.


Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
Tidak berasa dan tidak berbau.
Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan


kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.

Air dan Penyakit


Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu
penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vektor. Berikut
beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe
agens penyebabnya.
1.
2.
3.
4.
5.

Penyakit viral, misalnya, hepatitis viral, poliomielitis.


Penyakit bakterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare.
Penyakit protozoa, misalnya, amebiasis, giardiasis.
Penyakit helmintik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid disease.
Leptospiral, misalnya, Weils disease.

Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularannya


terkadang membutuhkan hospes, biasa disebut sebagai aquatic host. Hospes
akuatik tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Water multiplied
Contoh penyakit: skistosomiasis (vektor keong).

2. Not multiplied
Contoh agen penyakit: cacing Guinea dan fish tape worm (vektor cyclop).
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Waterborne mechanism
Kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh
penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid,
hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada
mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini memiliki agen penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan
penyakit akibat Dracunculus medinensis.
4. Water-related insect vector mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.

Air Angkasa (Hujan)


Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat
presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer
itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya,
karbon oksida, nitrogen, dan amonia.

Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut,
membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air
permukaan.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air
tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses
purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang
tahun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan
dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam
magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan
air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan
pompa.

Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri merupakan
sutu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang dilaluinya, mulai
dari proses evaporasi, kondensasi uap air, presipitasi, penyebaran air di
permukaan bumi, penyerapan air ke dalam tanah, sampai berlangsungnya proses
daur ulang.
Secara umum, pergerakan air di alam terdiri dari berbagai peristiwa, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Penguapan air (evaporasi)


Pembentukan awan (kondensasi)
Peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (presipitasi)
Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah.

Air Tawar

Air tawar di bumi ini, berdasarkan sumbernya dapat dibagi ke dalam tiga
golongan; air hujan, air permukaan, dan air tanah.
Air Hujan
Merupakan jenis air yang paling murni. Namun, dalam perjalanannya turun ke
bumi, air hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan gas yang terdapat
dalam udara, misalnya, gas CO2, gas N2O3, dan gas S2O3 sehingga beberapa reaksi
kimia berikut dapat terjadi dalam udara.
1. Gas CO2 + air hujan asam karbonat
2. Gas S2O3 + air hujan asam sulfat
3. Gas N2O3 + air hujan asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampai di permukaan bumi sudah tidak murni
dan reaksi di atas dapat mengakibatkan keasaman pada air hujan sehingga akan
terbentuk hujan asam (acid rain).

Air Permukaan
Merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang
harus diperhatikan, antara lain:
1. Mutu atau kualitas baku
2. Jumlah atau kuantitasnya
3. Kontinuitasnya
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang
paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.
Sumber-sumber air permukaan, antara lain, sungai, selokan, rawa, parit,
bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air terjun dapat dipakai untuk sumber air
di kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan
jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan
purifikasi bakterial.
Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai
persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar.
Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air
yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisasisa pembusukan alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang,
fungi, dan lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar
garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air minum, air tersebut
harus menjalani proses ion-exchange.

Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai
lapisan ke tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada
air ini menyebabkan aie mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat
mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan
Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang
kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan
semacam kerak.

Sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur
dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Sumur Dangkal (shallow well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan
di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini
banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang
berasal dari kegiatan MCK sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu
sekali diperhatikan.
2. Sumur Dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak
terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 3.1. Perbedaan antara sumur dangkal dan suur dalam


Sumber air
Kualitas air
Kualitas bakteriologis
Persediaan

Sumur Sanitasi

Sumur Dangkal
Air permukaan
Kurang baik
Kontaminasi
Kering
pada
musim
kemarau

Sumur Dalam
Air tanah
Baik
Tidak terkontaminasi
Tetap ada sepanjang
tahun

Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan
terlindung dari kontaminasi air kotor. Untuk membuat sumur sanitasi, persyaratan
berikut ini harus dipenuhi.
1. Lokasi
Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.
2. Dinding sumur
Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang disemen. Pelapisan dinding
tersebut paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.
3. Dinding parapet
Merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi
70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan
dinding sumur.
4. Lantai kaki lima
Lantai kaki lima harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter
ke seluruh jurusan melingkari sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke
arah tempat pembuangan air (drainase).
5. Drainase
Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan
parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.
6. Tutup sumur
Sebaiknya penutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum karena dapat
mencegah kontaminasi langsung pada sumur.
7. Pompa tangan/listrik
Sumur harus dilengkapi pompa. Pemakaian timba dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya kontaminasi.
8. Tanggung jawab pemakai
Sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama.
9. Kualitas
Kualitas air perlu dijaga terus melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia,
maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur, terutama pada saat
terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya.

Kesadahan Air
Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus
sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi.
Kesadahan pada air ini dapat terjadi karena air mengandung:
1. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat.
2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida.

3. Garam-garam besi, zink, dan silika.


Kesadahan pada air ini dapat berlangsung sementara (temporary) maupun
menetap (permanent).
Kesadahan air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya persenyawaan dari
kalsium dan magnesium dengan bikarbonat, sedangkan yang bersifat permanen
terjadi bila terdapat persenyawaan dari kalsium dan magnesium, dengan sulfat,
nitrat, dan klorida.
Di dalam International Standard of Drinking Water tahun 1971 dari WHO,
kesadahan air dinyatakan dalam satuan Milli-Equivalent per liter (mEq/l). Selain
itu, 1 mEq/l dari ion penghasil kesadahan pada air sebanding dengan 50 mg
CaCO3 (50 ppm) di dalam 1 liter air.
Berikut beberapa batasan kesadahan pada air:
1.
2.
3.
4.

Lunak: <1 mEq/l (50 ppm)


Agak keras: 1-3 mEq/l (50-150 ppm)
Keras: 3-6 mEq/l (150-300 ppm)
Sangat keras: .6 mEq/l

Air untuk keperluan minum dan masak hanya diperbolehkan dengan batasan
kesadahan antara 1-3 mEq/l (50-150 ppm).
Konsumsi air yang batas kesadahannya lebih dari 3 mEq/l (150 ppm) akan
menimbulkan kerugian-kerugian sebagai berikut.
1. Pemakaian sabun yang meningkat karena sabun sulit larut dan sulit berbusa.
2. Air sadah bila dididihkan akan membentuk endapan dan kerak pada cerek
(boiler).
3. Penggunaan bahan bakar menjadi meningkat, tidak efisien, dan dapat
meledakkan boiler.
4. Biaya produksi yang tinggi (high cost production) pada industri yang
menggunakan air sadah.

Kesadahan pada air dapat dihilangkan. Metodo yang dapat digunakan untuk
menghilangkan kesadahan tersebut, antara lain (lihat Gambar 3.2):
1. Pemasakan
Pemasakan air menyebabkan terlepasnya CO2 dari dalam air dan
terbentuknya endapan CaCO3 yang tidak terlarut.
Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
Cara ini sangat mahal jika dipergunakan untuk skala yang besar.

2. Penambahan kapur (Metode Clark)


Penambahan kapur pada air yang sifat kesadahannya sementara dapat
mengabsorbsi CO2 dan mengendapkan CaCO3 yang tidak terlarut. Caranya,
kapur (quick lime) seberat 1 ons dimasukkan ke dalam setiap 700 galon air
untuk setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm).
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2 CaCO3 + 2H2O
3. Penambahan natrium karbonat dapat menghilangkan kesadahan
sementara atau menetap
Reaksi berikut berlangsung di dalam penambahan natrium karbonat:
Na2CO3 + Ca(HCO3)2 2NaHCO3 + CaCO3
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4
4. Proses pertukaran basa (base exchange process)
Dalam melakukan pelunakan terhadap persediaan air ukuran besar, digunakan
proses Permutit. Natrium permutit merupakan persenyawaan kompleks dari
natrium, alumunium, dan silika (Na2Al,SiO,xH2O).
Pada proses Permutit akan terjadi pertukaran kation Na dengan ion Ca dan
Mg di dalam air. Semua ion Ca dan Mg akan dilepas melalui reaksi
pertukaran basa dan natrium permutit akhirnya akan menjadi kalsium dan
magnesium permutit. Dengan demikian, air dapat dilunakkan sampai zero
hardness (tingkat kesadahan nol).
Air dengan tingkat kesadahan nol akan bersifat korosif. Dengan demikian,
harus diperhatikan bahwa proses pelunakan air ini perlu dilakukan sampai ke
batasan agak keras, 1-3 mEq/l.

Purifikasi Air
Merupakan salah satu cara untuk menjernihkan atau memurnikan sumber air baku
guna mendapatkan air bersih. Proses ini dapat dilakukan dalam skala besar
maupun skala kecil disesuaikan dengan kebutuhannya.
Purifikasi Air Skala Besar
Purifikasi air dalam skala besar dilakukan di daerah perkotaan. Proses semacam
ini biasa dilakukan di instalasi penjernihan air bersih (PAM) melalui tahap berikut.
1. Penyimpanan (storage)
2. Penyaringan (filtration)
3. Klorinasi (chlorination)

Penyimpanan (storage)

Air baku diisap atau dialirkan dari sumber seperti sungai, kali, dan sebagainya, ke
dalam bak penampungan alami atau bak buatan yang sudah dilindungi dari
pencemaran. Air yang disimpan dalam wadah penampungan tersebut akan
mengalami proses purifikasi secara alami berikut ini:
a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik ini, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai
sekitar 90%. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam
waktu 24 jam dan air akan bertambah jernih.
b. Proses kimiawi
Dalam proses ini, bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat di dalam air dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya,
konsentrasi amonia bebas akan berkurang sementara konsentrasi nitrat
justru meningkat.
c. Proses biologis
Organisme patogen berangsur-angsur akan mati jika air disimpan selama
5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan berkurang
sampai 90%.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila
lebih lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat
menimbulkan rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.

Penyaringan (Filtration)
Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar
98-99% dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow
sand filter (filter biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis). Metode-metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini,
kedua metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar dalam proses
purifikasi air.
Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil, sedangkan
rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar terutama
untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.

Slow Sand (Biological) Filter


Komponen-komponen di dalam metode ini, antara lain:
1. Supernatant water

Supernatant air adalah air baku yang ditampung di atas lapisan pasir dengan
ketinggian bervariasi antara 1 sampai 1,5 m. Ketinggian permukaan air ini
harus dipertahankan tetap dalam keadaan konstan agar:
a. Tekanan yang ada dapat membuat air meresap di sela-sela lapisan pasir.
b. Air yang akan diolah tetap tinggal selama 3 sampai 12 jam untuk
menjalani proses purifikasi parsial berupa sedimentasi dan oksidasi
sehingga partikel-partikel padat dalam air akan mengendap dan
berkumpul jadi satu.
2. Sand bed
Bagian terpenting dari proses purifikasi dan berfungsi sebagai filter. Tebal
lapisan pasir kira-kira 1,2 meter. Pasir yang digunakan dipilih secara selektif
dengan ukuran diameter antara 0,15-0,35 mm dan harus bersih dari lumpur
dan benda-benda organik. Di bawah lapisan pasir terdapat lapisan batu koral
yang berfungsi sebagai penyanggah lapisan pasir di atasnya. Lapisan pasir
setebal 1 m3 akan membentuk permukaan seluas 15.000 m2. Air meresap
melalui sand bed dengan sangat lambat, memakan waktu sekitar 2 jam atau
lebih. Proses purifikasi yang terjadi berupa penyaringan mekanis,
sedimentasi, absorpsi, oksidasi, dan bacterial action. Kecepatan filtrasi
berkisar antara 0,1-0,4 m3/jam/m2.
Pada sand bed yang baru dipakai hanya terjadi proses filtrasi secara mekanis
dan belum terjadi filtrasi secara biologis setelah permukaan atas lapisan pasir
dilapisi suatu lapisan tipis yang disebut lapisan Schmut Zdecke atau
Zoogleal. Lapisan tipis dan bersifat gelatinous ini terdiri atas anyaman alga
dan beberapa mikroorganisme seperti plankton, diatoms, dan bakteri. Lapisan
tersebut merupakan lapisan vital sand bed dan proses pembentukan lapisan
vital yang berlangsung dengan sempurna disebut sebagai proses pematangan
filter. Proses pematangan tersebut membutuhkan waktu sekitar beberapa hari
sementara tebal lapisan yang menutupi bagian atas sand bed berkisar antara
2-3 cm. Lapisan vital ini merupakan jantung metode slow sand filter yang
berguna untuk mengikat bahan-bahan organik dan bakteri serta untuk
Air kotor
mengoksidasi amonium menjadi
nitrat.
3. Perbandingan
Under drainageruangan
system
Di bagian bawah dari filter box terdapat under drainage system yang terdiri
atas pipa-pipa berlubang yang berfungsi sebagai saluran keluar (outlets) air
yang telah menjalani proses filtrasi.
Penampungan air kotor
4. Sistem kontrol katup filter
Outlet dilengkapi dengan katup pengatur yang berfungsi sebagai alat pengatur
3 bagian
dan untuk
mempertahankanZoogleal
kecepatan filtrasi. Resistensi dalam filter box
diukur dengan Venturimeter. Jika resistensi meningkat, katup pengatur secara
perlahan akan membuka sehingga kecepatan filtrasi dapat dipertahankan
Filter Bed (lapisan pasir)
antara 0,1-0,4 m3/m2/jam.
2 bagian slow sand filter dapat dilihat dalam Gambar 3.3 yang
Contoh sederhana
Katup (Venturimeter)
menyajikan sebuah drum bekas dengan kapasitas 200 liter.
1 bagian
Lapisan koral

Pipa berlubang
Air bersih

Drum bekas kapasitas 200 liter


Gambar 3.3.
Contoh sederhana slow sand filter
Dalam keadaan normal, slow sand filter dapat dipakai terus selama beberapa
minggu bahkan sampai berbulan-bulan tanpa perlu dibersihkan. Pada kondisi saat
resistensi filter box terus meningkat sementara kecepatan filtrasi menurun walau
katup pengatur telah dibuka sepenuhnya, bagian atas dari lapisan sand filter perlu
dibersihkan dan dikeruk sampai 1-2 cm. Pembersihan itu dilakukan dengan cara
membuang airnya terlebih dahulu dan kemudian mengganti pasir yang lama
dengan yang baru.
Dalam pembersihan slow sand filter yang telah dioperasikan sampai beberapa
tahun atau lebih, pengerukan yang dilakukan akan mengurangi ketebalan pada
lapisan sand bed sekitar 0,5-0,8 m. Dengan demikian, lapisan pasir yang ada perlu
diganti dengan yang baru.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari penggunaan metode slow sand filter,
antara lain:
1. Mudah dibuat dan dioperasikan.
2. Biaya pembuatannya lebih murah dibandingkan biaya pembuatan rapid sand
filter.

3. Proses filtrasi baik fisik, kimiawi, maupun biologis yang terjadi cukup tinggi.
Pengurangan jumlah bakteri setelah proses filtrasi mencapai 99,9-99,999%,
khusus E.Coli mencapai 99-99,9%

Rapid Sand Filter


Amerika Serikat pada tahun 1885 merupakan negara pertama yang menggunakan
metode rapid sand filter untuk proses purifikasi air. Saat ini, terdapat 2 tipe rapid
sand filter:
1. Gravity type (Patersons filter)
2. Pressure type (Candys filter)
Berikut tahapan di dalam proses purifikasi air yang menggunakan metode rapid
sand filter.
1. Koagulasi (coagulation)
Dalam proses koagulasi ini, air sungai yang telah tersedot diberi zat
koagulansi kimia, misalnya alum (Al2[SO4]3 atau alumunium sulfat), dengan
dosis bervariasi antara 5-40 mg/l bergantung pada turbiditas, warna , suhu,
dan pH airnya.
2. Pencampuran (mixing)
Air yang telah diberi alum dimasukkan dalam bak pencampur dan diputar
sedemikian rupa selama beberapa menit sehingga terjadi diseminasi alum di
dalam air.
3. Flokulasi (flocculation)
Di dalam bak flokulasi, air yang telah bercampur dengan alum diputar pelanpelan selama 30 menit untuk mengendapkan alumunium hidroksida yang
berbentuk benda berwarna putih dalam air.
4. Sedimentasi (sedimentation)
Sedimentasi adalah pengendapan flokulat bersama dengan zat yang terlarut
dalam air serta bakteri. Waktu yang diperlukan berkisar antara 2-6 jam dan
paling tidak 95% flokulat itu harus telah diendapkan sebelum air dialirkan ke
dalam bak rapid sand filter.
Setiap unit bak penyaringan (filter bed) memiliki permukaan seluas 80-90 m2
(900 kaki2). Ukuran efektif busir pasir yang digunakan berkisar antara 0,6-2,0
mm. Tinggi bak penyaringan adalah 1 m dan di bawah lapisan pasir terdapat
batu-batu koral berdiameter 30-40 cm yang berfungsi sebagai penyanggah
lapisan pasir di atasnya. Di bagian dasar bak penyaringan terdapat saluran
pipa outlet yang berlubang-lubang. Ketinggian air di atas lapisan pasir
berkisar antara 1,0-1,5 m dan kecepatan filtrasi antara 5 sampai 15
m3/m2/jam. Proses filtrasi yang berlangsung cukup tinggi dan dapat
mengurangi jumlah bakteri sampai 98-99%.
5. Filtrasi (filtration)

Sisa-sisa flok alum yang tidak mengendap pada proses sedimentasi akan
menutupi permukaan lapisan pasir menyerupai lapisan Zoogleal yang
terbentuk pada metode slow sand filter. Lapisan ini berfungsi untuk mengikat
bakteri yang ada dalam air. Oksidasi zat amonia akan terjadi pada saat air
melalui filter.

Back Washing
Back washing merupakan metode pembersihan filter dengan cara mengalirkan air
kembali melalui lapisan sand bed. Proses ini memerlukan waktu yang relatif
singkat, kurang lebih 15 menit. Pada beberapa tipe rapid sand filter, misalnya
Candys Filter, bak penyaringan perlu diberi tekanan udara agar proses back
washing dapat dilaksanakan.

Klorinasi
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air
kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena
sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawasenyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas
klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan
kloramin.
Berikut beberapa kegunaan klorin:
1.
2.
3.
4.

Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.


Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida.
Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.
Dapat mengontrol perkembangan algai dan organisme pembentuk lumut
yang dapat mengubah bau dan rasa pada air.
5. Dapat membantu proses koagulasi.

Cara Kerja Klorin


Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian
dinetralisasi oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen
dan ion hipoklorit. Perhatikan reaksi kimia berikut.
H2O + Cl2 HCl + HOCl

HOCl H+ + OClKlorin sebagai desinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam


hipoklorit(HOCL) danpoklorit sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl -).
Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai desinfektan jika berada dalam
airdengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5 maka 90% dari asam
hippoklorit itu akan mengalami ioniosasi menjadi ion hipoklorit. Dengan
demikian,khasiat desinfektan yang dimiliki klorin menjadi lemah atau berkurang.
Prinsip-prinsip pemberian Klorin
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan proses
klorinisasi,antara lain :
1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat
proses klorinisasi.
2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan
efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman
patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.
3. Tujuan klorinisasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa kloorin bebas
sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety(nilai
batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman patogen yang
mengkontaminasi pada saat penyimpanan dan pendistribusikan air.
4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai
untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik
dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.

Metode klorinisasi
Pemberian klorin pada desinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa carayaitu
dengan pemberian :
1. Gas klorin
2. Kloramin
3. Perkloron
Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah,kerjanya
cepat,efisien,dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati
karena gas ini beracun dan dapaty menimbulkan iritasi mata. Akibat klorinisasi
berbahan gas klorin ini disebut sebagai chlorinating equipments. Alat yang sering
dipakai adalah patersons chloromone yang berfungsi untuk mengukur dan
mengatur pemberian gas klorin pada persediaan air.

Kloramin dapat juga disebut sebagai High Test Hypochlorite. Zat ini merupakan
persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang dilepaskan di dalam air.

Pemeriksaan konsentrasi Klorin


Titik batas(break point) konsentrasi klorin bebas dalam air kurang lebih 0,2 mg/l.
Konsentrasi klorin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan Orthotolidine
arsenite (OTA test). Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan
pemastian ada tidaknya klorin dalam air.
1.

Orthotolidine arsenite test


Orthtolidine arsenite test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk
mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagenya berupa bahan
Analytical Grade Ortholidine yang dilarutkan dalam 10% asam hipoklorit.
Cara pemeriksaannya adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT
dimasukkan ke dalam 1 ml sampel air dan diperhatikaan reaksi yang
terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air akan berubah warna menjadi
kuning. Perubahan warna itu kemudian dibandingkan dengan warna
standar yang tersedia. Kelemahan uji ini adalah bahwa warna kuning dapat
dihasilkan oleh sisa klorin bebas maupun klorin yang terikat.
2. Orthotolidine Arsenite Test (OTA Test)
Merupakan modifikasi dari OT Test di atas.Uji ini dapat menentukan
konsentrasi atau kadar klorin yang bebas di dalam air.

Dampak Klorinasi Air


Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan organik
yang konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik yang mudah
menguap (volatile halogenated organics), biasa disingkat dengan VHO. Senyawa
VHO sebagian besar ditemukan dalam bentuk trihalomethane (THM).
THM dapat ditemukan pada jenis air berikut.
1. Air minum
2. Air kolam renang
3. Air permukaan dan air tanah
THM berbahaya bagi kesehatan. Untuk menurunkan konsentrasi THM dalam air,
harus dihilangkan zat-zat organik dan dapat dilakukan penggantian desinfektan
yang tidak menyebabkan terbentuknya THM.

Dalam keadaan darurat, untuk mengatasi masalah sumber air minum yang
terkontaminasi THM, air tersebut harus direbus dahulu sebelum dipakai sebagai
air minum. THM akan hilang bila air direbus sampai mendidih selama 3-5 menit.

Ozon
Ozon memiliki kemampuan yang besar untuk mengoksidasi asam organik dalam
skala yang luas selain juga kemampuan untuk memecahkan dinding sel
mikroorganisme dan sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dalam air.
Berikut beberapa keuntungan di dalam penggunaan ozon.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sebagai desinfektan berspektrum luas.


Menghilangkan bau, warna, dan rasa.
Menambah kandungan oksigen dalam air.
Proses desinfektan cepat.
Dalam konsentrasi rendah masih bisa berfungsi.
Tidak membentuk senyawa beracun dalam air.
Tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengangkutan bahan
bakunya.

Adapun kerugian di dalam penggunaan ozon, antara lain:


1.
2.
3.
4.
5.

Biaya tinggi, terutama pada penyediaan alatnya.


Harus memiliki pembangkit ozon dengan sumber energi listrik yang besar.
Perawatan dan operasional cukup rumit.
Sisa ozon tidak dapat dipertahankan pada air untuk waktu lama.
Lebih mahal dibandingkan dengan klorin.

Purifikasi Air Skala Kecil


Uraian di bawah ini berkaitan dengan beberapa contoh yang lazim kita temukan
dalam purifikasi air skala kecil.

Purifikasi Air di Rumah


Ada 3 metode yang sering dipakai untuk melakukan purifikasi air di rumah.
Ketiganya dapat digunakan secara sendiri atau kombinasi sebagai berikut.
1. Pemasakan
Agar lebih efektif, air dibiarkan tetap mendidih antara 5-10 menit karena
diharapkan telah mematikan semua kuman, spora, kista, atau telur selain
menjadikan air bersifat steril.
2. Desinfeksi Kimia

a. Bubuk pemutih (kaporit, CaOCl2)


b. Larutan klorin
c. High Test Hypochlorite (HTH)
d. Tablet klorin
e. Iodine
f. Kalium permanganat (KMNO4)
3. Filtrasi

Desinfeksi Air Sumur


Metode yang paling efektif dan murah adalah menggunakan bubuk pemutih
(bleaching powder). Langkah-langkahnya antara lain:
1. Menentukan/mengukur volume air yang terdapat di dalam sumur dengan:
a. Mengukur dalamnya permukaan air (h) meter.
b. Mengukur penampang sumur (d) meter.
c. Substitusi h dan d dalam rumus:
Volume (liter) = 3,14 x d2 x h
2. Menentukan kadar kaporit yang diperlukan untuk mendesinfeksi sumur.
Umumnya diperlukan sekitar 2,5 g kaporit untuk mendesinfeksi 1.000 liter
air atau 0,7 mg klorin per 1 liter air.
3. Melarutkan kaporit di dalam air.
Sebanyak 100 g kaporit dimasukkan ke dalam ember yang berisi air
secukupnya dan dibuat menjadi pasta tipis. Ke dalam campuran itu
ditambahkan air ember dan diaduk perlahan sampai rata. Biarkan
selama 5-20 menit untuk mengendapkan zat kalsium yang terdapat dalam
kaporit.
4. Memasukkan larutan klorin ke dalam sumur.
5. Periode kontak.
Air sumur yang sudah menjalani proses klorinasi dibiarkan sampai 30
menit atau lebih sebelum air dapat ditimba untuk dikonsumsi.
6. Orthotolidine Arsenite Test.
Setelah 30 menit dari periode kontak, air dapat diperiksa dengan OTA Test.
Jika ternyata kadar klorin bebas kurang dari 2 mg/l, proses klorinasi perlu
diulang kembali sebelum sumber air dipergunakan. Pada saat terjadi
epidemik kolera, sumur yang ada perlu didesinfeksi setiap hari.
Desinfeksi air sumur juga dapat dilakukan dengan metode double pot. Metode
double pot merupakan suatu cara desinfeksi yang sederhana dan efektif yang
dipakai saat keadaan darurat ketika diperlukan adanya dosis klorin yang mantap
dalam air sumur untuk beberapa waktu 2-3 minggu. Metode ini banyak dipakai
dan sukses di beberapa negara.
Berikut prosedur desinfeksi yang menggunakan metode double pot.

1. Buat campuran 1 kg kaporit dan 2 kg pasir kasar dengan penampang


efektif 2 mm.
2. Masukkan campuran itu ke dalam pot kecil sampai pada batas 3 cm di
bawah lubang, kemudian masukkan pot itu dalam pot besar.
3. Tutup mulut pot besar itu dengan polietilen foil dan hubungkan dengan
tali.
4. Celupkan double pot itu ke dalam air dengan kedalaman kurang dari 1
meter di bawah permukaan air. Jaga agar pot tetap pada posisi tersebut
dengan mengikat tali yang tersambung padanya.
Metode ini terbukti sangat efektif selama 2 3 minggu untuk sumur keluarga
kecil yang mengandung air 4500 liter dengan jumlah pemakaian antara 360 450
liter/hari.

Pemeriksaan Air dan Kriteria Kesehatan Persediaan Air


Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi standar
air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standarstandar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan air dapat dinyatakan
layak sebagai air minum:
1.
2.
3.
4.

Memenuhi persyaratan fisik.


Memenuhi persyaratan biologis.
Mengandung zat-zat kimia.
Mengandung radioaktif.

Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang


lebih menekankan standar biologis.
Berikut standar-standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia,
menurut Permenkes RI No. 01/Birhubmas/I/1975.

Standar fisik: suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan.


Standar biologis: kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli (sebagai
patokan adanya pencemaran tinja).
Standar kimia: pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain.
Standar radioaktif: radioaktif yang mungkin ada dalam air.

Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat
terdiri atas:
1. Survei saniter (sanitary survey)
2. Pengambilan sampel (sampling)
3. Pemeriksaan laboratorium:
a. Fisik

b.
c.
d.
e.
f.

Kimiawi
Bakteriologis
Virologis
Biologis
Radiologis

Survei Saniter
Merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang
dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air, dan informasi
lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi.

Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang baik merupakan kegiatan yang penting. Sampel yang
diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan
bebas dari kontaminasi.

Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi pemeriksaan fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan
pemeriksaan radiologis.

Pemeriksaan Fisik
Karakteristik fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan
respons yang subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan
fisik ini, antara lain:
a. Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dari kekeruhan.
b. Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna.
c. Bau dan rasa
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Nilai ambang bau (threshold odor
number) adalah 3.

Pemeriksaan Kimia

International Standard of Drinking Water dari WHO membagi komponen bahan


kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Bahan-bahan toksik
Batas maksimal (NAB) yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l):
Arsenik 0,05
Kadmium 0,005
Sianida 0,05
Timbal 0,05
Merkuri 0,001
Selenium 0,01
2. Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan
a. Flourida
Batasan yang aman untuk florida adalah 0,5-0,8 mg/l.
b. Nitrat
Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan
menimbulkan metahemoglobinemia infantil.
c. Polynuclear Aromatic Hydrocarbon
Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum
<0,2 g/l.
3. Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air
WHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi
potabilitas air yaitu, batasan maksimal yang diperbolehkan:
Perubahan warna 5 unit
Perubahan bau (unobjectionable)
Perubahan rasa (unobjectionable)
pH 7,0-8,5
total solid 500 mg/l
total hardness 2 mEq/l
besi 0,1 mg/l
mangaan 0,05 mg/l
tembaga 0,05 mg/l
zink 5,0 mg/l
kalsium 75 mg/l
magnesium 30 mg/l
sulfat (SO4) 200 mg/l
klorida 200 mg/l
substansi phenolic 0,001 mg/l
4. Bahan kimia sebagai indikator pencemaran
a. Klorida
b. Amonia bebas (free and saline ammonia)
c. Amonia albuminoid
d. Nitrit
e. Nitrat
f. Oxigen adsorbed

g. Dissolved oxygen

Pemeriksaan Bakteriologis
Merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi
kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering diperiksa
sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme koliform
Contoh tipikal koliform tinja adalah E.Coli dan koliform nontinja adalah
Klebsiella aerogeus. Keberadaan E.Coli dalam sumber air merupakan
indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia.
2. Streptokokus tinja
Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E.Coli.
3. Clostridium perfringens dan Clostridium welchii
Keberadaan Cl. Perfringens bersama E.Coli dalam air menunjukkan
terjadinya kontaminasi baru. Sebaliknya, jika yang ditemukan hanya Cl.
Perfringens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.
Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:
1. Presumptive Coliform Test
a. Multiple Tube Method
b. Membrane Filtration Method
c. Primary Health Care Technique
2. Colony Count
3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan Cl. Perfringens

Presumptive Coliform Test


Pemeriksaan ini terbagi menjadi 3 tipe, antara lain:
a. Multiple tube method
Dasar dari pemeriksaan ini adalah estimasi jumlah paling memungkinkan
(most propable number, MPN) organisme koliform di dalam 100 cc air.
Prosedur: Sediakan satu seri tabung yang mengandung media Mc
Conkeys Lactose Bile Salt Broth dan Bromcresal Purple sebagai indikator.
Untuk setiap 5 tabung, masukkan sampel air yang akan diperiksa masingmasing sebanyak 0,1 cc; 1 cc; dan 10 cc. Simpan tabung dalam inkubator
selama 48 jam pada temperatur 37oC. Jika dalam sampel air terdapat
kontaminasi tinja maka organisme koliform akan memfermentasi laktosa
yang kemudian menghasilkan asam dan gas di dalam tabung. Dari jumlah

tabung positif dapat ditentukan MPN organisme koliform dalam 100 cc


sampel air.
Konfirmasi hasil tes: Tabung yang menunjukkan hasil positif diambil
sampelnya dan di-inokulasikan pada 2 tabung yang berisi Brilliant Green
Bile Lactose Broth. Tabung pertama dimasukkan dalam inkubator selama
48 jam pada temperatur 37oC dan tabung kedua dimasukkan dalam
inkubator selama 48 jam pada temperatur 44oC. E. Coli merupakan satusatunya organisme koliform yang dapat membentuk gas dari laktose pada
temperatur 44oC.
b. Membrane Filter Technique
Teknik filter membran ini ditemukan oleh Goetz dari German pada tahun
1947. Teknik ini telah dipakai oleh beberapa negara sebagai standar di
dalam melakukan pemeriksaan terhadap organisme koliform.
Prosedur: Sampel air kurang lebih 500 cc disaring dengan membrane
khusus yang terbuat dari bahan cellulose ester. Semua bakteri akan
melekat dan tinggal di atas permukaan membran. Bakteri yang melekat itu
kemudian dipindahkan ke atas lapisan kapas atau tissue yang mengandung
cairan endomedia/Eosin Methylene Blue Medium dan disimpan dalam
inkubator selama 20 jam pada temperatur 37oC. Bila terdapat organisme
koliform dalam sampel air maka akan terbentuk koloni-koloni bakteri
berwarna merah dan hitam mengkilap.
c. Primary Health Care Technique
Prinsipnya hampir sama dengan membrane filter technique dan digunakan
di lapangan saat terjadi wabah penyakit muntaber dan hanya dipakai
sebagai indikator untuk uji pembuktian adanya kontaminasi tinja manusia.

Colony Count
Penghitungan koloni hanya memberikan gambaran perkiraan secara umum
terhadap derajat pencemaran yang terjadi. Bila penghitungan koloni dilakukan
hanya satu kali tidak akan memberikan banyak arti, tetapi bila dilakukan beberapa
kali dari sumber yang sama dalam beberapa interval waktu, hasilnya dapat
dijadikan indikasi dini terjadinya suatu pencemaran.
Contoh:
Penghitungan I 0 koloni
Penghitungan II 2 koloni
Penghitungan III 3 koloni
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi suatu pencemaran oleh
organisme koliform pada sumber air yang ada.

Pemeriksaan Streptokokus Tinja dan Cl. Perfringens


Apabila hasil pemeriksaan sampel air tidak jelas, tetapi ditemukan keberadaan
streptokokus tinja dan Cl. Perfringens dalam sampel itu, hasil tersebut dapat
dipakai sebagai indikasi yang kuat adanya kontaminasi sumber air oleh tinja
manusia.
Berikut standar bakteriologis air minum yang tercatum dalam International
Standard for Drinking Water (1971) dari WHO.
a. Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang diperiksa tidak boleh
mengandung organisme koliform per 100 ml.
b. Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E. Coli per 100 ml.
c. Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme
koliform per 100 ml.
d. Dalam setiap 2 sampel air yang diambil berturut-turut, tidak boleh ditemukan
organisme koliform per 100 ml.

Pemeriksaan Virologis
Secara umum dapat dikatakan bahwa air yang mengandung klorine bebas dapat
dinyatakan bebas dari virus apabila di dalam sampel air tersebut tidak terdapat
sama sekali organisme koliform. Sebaliknya, pada sumber air yang kaya bahan
organik sementara klorine bebasnya tidak dapat membebaskan diri, walau
organisme koliform tidak ditemukan sama sekali, air yang ada tidak dapat
dianggap bebas dari virus dan perlu diuji melalui pemeriksaan virologis. Virus
yang resisten terhadap dosis klorinasi adalah virus polio dan virus hepatitis.

Pemeriksaan Biologis
Jasad renik termasuk alga, fungi, protozoa, udang, cacing halus, dan lain-lain yang
disebut sebagai plankton dapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak pada air
minum dan dapat juga dipergunakan sebagai indeks pencemaran pada air.
Cara pemeriksaan: Ambil sampel air sebanyak 500-1.000 ml. Tanpa bahan
pengawet, periksa langsung sampel tersebut di bawah mikroskop. Jika dari
pembesaran mikroskop tampak organisme uniselular dalam sampel air, organisme
itu selanjutnya akan dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok A (Pembawa
Klorofil) dan kelompok B (Nonpembawa Klorofil).

Berikut rumus yang dapat digunakan dalam penghitungan indeks biologis


pencemaran (Biological Index of Pollution, BIP).
BIP = A/(A+B) x 100
Keterangan hasil penghitungan BIP:
0-8

: jernih

0-20

: agak tercemar (slightly polluted)

20-60 : tercemar (polluted water)


60-100 : sangat tercemar (grossly polluted)
BIP dipergunakan sebagai bahan pembanding dari pemeriksaan bacteriologis dan
kimia dalam menentukan derajat pencemaran air.

Pemeriksaan Radiologis
Pencemaran pada sumber air oleh bahan-bahan radiologis dapat dipastikan
melalui metode radio-chemical analysis. Batasan pencemaran yang diperbolehkan
oleh WHO (1971) dalam International Standard of Drinking Water, antara lain:

Gross Alpha Activity 3 pci/l


Gross Betha Activity 30 pci/l

Distribusi Sumber Air


Ada 2 jenis sistem distribusi sumber air yang sering dilakukan, intermittent supply
dan continous supply. Di antara kedua sistem tersebut, sistem intermitten (tidak
teratur) perlu mendapat perhatian lebih besar karena banyaknya kerugian yang
ditimbulkan akibat penerapan sistem ini. Kerugian tersebut, diantaranya:
a. Pipa-pipa dalam keadaan kosong pada saat darurat.
b. Penduduk terpaksa menyediakan tempat penampungan air yang terkadang
dapat tercemar jika cara penyimpanan kurang baik.
c. Pada keadaan pipa sedang kosong akan terjadi tekanan negatif yang
disebut back siphoning. Akibat tekanan ini, bakteri dan gas beracun dapat
terisap ke dalam pipa-pipa yang bocor yang selanjutnya dapat
menimbulkan wabah penyakit pada masyarakat.

WHO Expert Committee (1965) memberikan rekomendasi yang sangat kuat


bahwa penerapan sistem intermitten di dalam pendistribusian air dan low pressure
service tidak baik untuk kesehatan dan perlu dihindari.

Pemberian Flourida pada Air Minum


Kekurangan dan kelebihan kadar flourida dalam air minum dapat menimbulkan
beberapa masalah kesehatan. Kekurangan flourida dalam air minum dapat
menimbulkan karies pada gigi, sementara kelebihan kadar flourida dapat
menimbulkan flourosis gigi dan tulang.
WHO (1969) merekomendasikan pemberian zat flourida (melalui proses
flourisasi) pada sumber air minum untuk masyarakat dengan nilai asupan flourida
berada di bawah batas optimal untuk mencegah terjadinya karies gigi. Batasan
kadar florida yang diperbolehkan sekitar 0,5-0,8 ppm.

Anda mungkin juga menyukai