Bronkitis PDF
Bronkitis PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Defenisi Bronkitis
Paru paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang
bronkus.
Inflamasi
menyebabkan
bengkak
pada
permukaannya,
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat
memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.13
2.2.
2.2.1
a.
a.1.
Hidung (Naso)
Merupakan saluran utama dan yang pertama yang dilapisi dengan membran
mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel boblet yang
melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring
Tekak (Faring)
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan lariofaring.
Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorium dan
digestif.
a.3
Tenggorok (Laring)
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
b.1.
b.2
b.3.
Alveoli
Alveoli adalah kantung udara, didalam alveoli darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara dan didalam alveoli ada jaringan pembuluh darah
kapiler, didalam alveoli inilah terjadi pertukaran gas. Paru terbentuk oleh
sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel alveolar, sel alveolar tipe I
adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel
yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar tipe III adalah makrofag
yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar memakan benda asing dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
b.5.
Paru paru
Paru-paru ada dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri dari 3
lobus, dan paru kiri terdiri dari 2 lobus.
b.6.
Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan
a. Bronkitis infeksiosa
Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama
Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi
pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi
berulang bisa merupakan akibat dari :
a.1.
Sinusitis kronik
a.2.
Bronkiektasis
a.3.
Alergi
a.4.
yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa
disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut
organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang
menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor
etiologi utama adalah zat polutan.17
2.4.
Patologi Bronkitis
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan
dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan
batuk.18
2.5.
Patofisiologi Bronkitis
Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa
sel bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya
aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya
sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang
terjadi dalam saluran napas.17
2.6.
Gejala Klinis
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
2.6.1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi
dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijaukekuningan.
2.6.2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas
dengan aktivitas dan mulai batuk.
2.6.3. Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit
kepala dapat menyertai gejala utama.
2.6.4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau
bakteri.19
Jenis Bronkitis
(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun
adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan
batuk berkepanjangan.21
2.7.2. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang
kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang
sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan yang telah
terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh
terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih lama dibandingkan
bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan frekuensi batu produktif 3
bulan selam 2 tahun berturut-turut.22
2.8.
Komplikasi Bronkitis
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
2.8.1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
2.8.2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
2.8.3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
2.8.4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.23
2.9.
Epidemiologi Bronkitis
Orang
Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh
untuk usia penderita ( 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia ( 30-40 tahun)
sekitar 5,7% dan untuk yang berusia ( 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu
penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang
lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.24
b.
polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan
asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.25
Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada daerah yang beriklim
tropis ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah
tropis.26
2.9.2. Determinan
a.
Host
a.1.
Umur
Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun 2010 diperoleh
kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI 1,503,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk kuartil
terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18 bagi merka dengan tidak
sekolah).7
a.2.
Merokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis
rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia
skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27
Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan
merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per
hari).7
a.3.
Infeksi
Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan Streptococus pneumonie. Bronkitis
infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai
bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).28
a.4.
Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan
bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28
a.5.
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek29.
b.
Agent
Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytical
virus), bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydia).4
c.
Environment
Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah perkotaan.
akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh
terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk bronchitis.25
2.10.
Pencegahan Bronkitis
a.
Diagnosis32
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi
akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat
ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring
hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi
dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi
lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai
menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
a.1. Denyut jantung > 100 kali per menit
a.2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
a.3. Suhu badan > 380 C
a.4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan
peningkatan suara napas.
b.
Pemeriksaan fisik33
b.1. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada
nasofaringitis.
b.2. Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi)
c.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,
sputumnya akan seperti nanah.29 Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan
dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes
serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari
bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya
dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.32
d.
Pengobatan34
d.1.
Antibiotika
d.1.1. Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada
protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada
bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari
peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang
menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan
penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.
d.1.2. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang
dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang
menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal
mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi
Terapi Farmakologi35
a.1.
Bronkodilatori
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran
Obat
golongan
ini
menghambat
produksi
fosfodiesterase.
Dengan
penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat
cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat
metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.35
b.
Terapi Non-farmakologi.35
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
b.1.
b.2.
b.3.
Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah
kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga
tubuhnya jangan sampai kedinginan.
b.4.
b.5.