Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Metode pengelompokan tanaman benih yang sistematik amat penting
untuk mengidentifikasi tanaman benih dan membuat katalog informasi tentang
berbagai tanaman benih yang telah diketahui. Dengan klasifikasi yang tepat,
informasi tersebut dapat digunakan secara rapi dan efisien. Jenis tanaman benih
sangat beragam. Untuk mengelola tanaman benih tersebut diperlukan sistem
klasifikasi, terutama yang dapat diterapkan secara luas dan diantaranya adalah
klasifikasi botanis. Dasar pengelompokan yang biasa dilakukan meliputi famili,
genus, spesies, dan kultivar. Sistem klasifikasi ini dikenal sebagai sistem
botanisnya merupakan hal yang penting dalam melaksanakan analisis kemurnian
benih.
Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain : a)
menghemat penggunaan benih persatuan luas; b) respon terhadap pemupukan dan
pengaruh perlakuan agronomis lainnya; c) produktivitas tinggi karena potensi
hasil yang tinggi; d) mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik;
e) memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya
jelas; dan f) waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak.
Benih yang memiliki mutu baik sangatlah diperlukan oleh petani maupun
penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa dirugikan
serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang digunakannya, maka
anjuran menggunakan benih bersertifikat sangatlah penting. Dalam konteks
agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu

menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi


yang maju (Sutopo, 2002).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini
adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan
ditempatkan dalam wadah yang kedap udara, karena itu penetapan kadar air, jika
contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan
besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang
sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat kontaminasi udara dari
lingkungan. Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau
tepatnya embryosac yang sedang mengalami proses fertilisasi mempunyai kadar
air kira-kira 80%. Dalam berapa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai
kira-kira 85%, dan pelan-pelan menurun secara teratur (Kamil, 1986).
Pengujian

kemurnian

benih

merupakan

kegiatan-kegiatan

untuk

menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk


persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas
lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih.
(Kartasapoetra, Ance. 2003).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
penetapan kadar air benih, menganalisis kemurnian benih dan melakukan
pengujian daya kecambah.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah oven, neraca analitik,
desider, grinder, germinator, pinset, mangkuk, cawan, desikator, pensil dan
kamera.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam prakatikum ini adalah benih padi 70 gram,
kertas cd dan air mineral.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Desember 2015
pada pukul 08.00 - 11.30 WITA. Bertempat di Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah:
1. Mengambil berat contoh kiriman padi pada ruang penyimpanan kemudian
dihomogenkan menggunakan desider sebanyak 3 kali. Menimbang hasil
homogen tersebut sebanyak 70 gram dengan menggunakan neraca analitik.
2. Menguji tingkat kadar air benih, yaitu:
a. Menghaluskan benih dengan grinder skala 1.
b. Menimbang sebanyak 4-5 gram, masukkan ke dalam cawan.

c. Masukkan ke dalam oven dengan suhu 130 C selama 2 jam.


d. Meletakkan hasil ovenan kedalam desikator dan tunggu selama 30 menit.
e. Menimbang kembali hasil pengovenan dan lakukan perhitungan kadar
airnya.
KA=

M 2M 3
100
M 2M 1

3. Menguji kemurnian benih dengan berat sampel 70 gram. Memisahkan benih


murni, benih tanaman lain dan kotoran benih. Kemudian menimbangnya lagi
menggunakan neraca analitik.
4. Melakukan pengujian daya kecambah, yaitu:
a. Membasahi kertas cd kemudian menyusun benih padi sebanyak 205.
b. Membungkus benih tersebut dengan 2 lembar kertas cd.
c. Memberi label pada kertas tersebut dan dilakukan ulangan sebanyak 2
kali.
d. Setelah 5-7 hari keluarkan gulungan tersebut dari germinator dan hitung
benih normal, abnormal, benih segar tidak tumbuh (BSTT), dan benih
mati.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Berdasarkan pengamatan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Penetapan kadar air (%)
Ulangan
I
II
Rata-rata
Pembulatan

M1 (gr)
12,9853
12,7168
12,8511
12,9

Perhitungan (gr)
M2 (gr)
17,7612
17,4950
17,6281
17,6

M3 (gr)
17,2121
16,9419
17,077
17,1

Kadar Air (%)


11,497
11,575
11,536
11,5

Tabel 2. Pengujian daya kecambah (%)


Ulangan
A
B
C
D
Rata-rata

Normal
92
87
87
87
87

Perhitungan (%)
Abnormal
BSTT
5
3
7
1
5
5
12
0
7
2

Benih Mati
0
5
3
6
4

Pembahasan
Penetapan kadar air dalam tabel diatas menggunakan grinder dengan
skala 1, kemudian gunakan oven suhu tinggi selama 2 jam, pada metode praktek
yang akan diperhatikan adalah moisture teaster dengan zat pengendap air
(desiccant). Berat contoh dalam pengujian ini harus memenuhi ketentuan ISTA
yaitu 100 gram bagi benih yang akan di uji dan 50 gram bagi benih lain-lain
spesies, bila berat contoh kerjanya kurang dari ketentuan ini, pada sertifikasi harus
dicantumkan keterangan hal tersebut, dengan menggunakan zat penyerap air, air

dalam benih dapat dikeluarkan. Siapkan sebuah botol isikan zat pengendap air
kedalamnya kemudian masukkan sejumlah benih berat contoh tertentu.
Dari data diatas, maka dapat dikatakan benih yang memiliki daya
kecepatan berkecambah yaitu kemapuan benih untuk berkecambah dengan cepat
pada waktu yang telah ditentukan serta mengamati keserentakan benih ini muncul.
dalam hal ini , terdapatlah benih yang normal. Benih dikatakan berkecambah
normal ialah benih yang memiliki perkembangan system perakaran yang baik
terutama akar primer , terdapat pula perkembangan jaringan dan hipokotilnya
serta pertumbuhan plumulanya pun dikatakan baik sehingga dapat menopang
perkecambahannya hingga menjadi cepat. Sedangkan benih lain yang tidak
normal, dapat dikatakan bahwa benih itu berkecambah secara abnormal dan mati.
Dimana dalam proses perkecambahannya, benih itu pertumbuhannya sedikit lebih
rendah dibandingkan benih dengan kecambah yang normal . dapat berupa
kecambah nya yang rusak, tanpa kotiledon, kecambah yang bentuknya cacat,
busuk.
Dalam penghomogenan benih sebelum melakukan pengujian kadar air
benih sangat perlu dilakukan, karena saat menerima beberapa jenis benih
penghomogenan berguna untuk mencampur semua benih agar tidak terjadi
pemilihan benih dengan mengambil benih yang bagus saja untuk menghindari
kesalahan dalam pengujian benih. Setelah dihomogenkan kemudian dilakukan
penimbangan, kedua metode ini dilakukan hingga delapan kali sampai didapatkan
hasil yang diinginkan.
Pemurnian benih merupakan sebagai indikator seberapa besar campuran
bahan yang terikut selain benih. Pengujian kemurnian benih sebaiknya dilakukan

pertama kali sebelum dilakukan pengujian berikutnya. Contoh benih yang akan
diuji pada dasarnya terdiri daari 3 komponen yaitu: (1) Benih murni (2) Benih
spesies lain dan (3) Bahan lain (kotoran benih).
Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
secara dominan ditemukan didalam contoh benih termasuk benih-benih varietas
lain dalam jenis tanaman tersebut, seperti: (1) Benih utuh, benih muda, benih
berukuran kecil, benih mengkerut dan benih sedikit rusak (2) Benih terserang
penyakit atau benih yang mulai berkecambah, tetapi benih tersebut masih bisa
dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika bentuknya sudah berubah menjadi
sclerotia, smut balls, atau nematode galls maka termasuk sebagai kotoran benih,
pecahan benih dengan ukuran lebih besar dari ukuran semula. Khusus untuk
family Fabaceae (Leguminoceae),Barassicaceae (Cruciferae), Cupressaceae,
Pinaceae, Texaceae dan Taxodiaceae yang terkelupas kulit benihnya, termasuk
criteria kotoran benih. Pada leguminoceae, jika kotiledon terpisah, termasuk
criteria kotoran benih, unit kumpulan benih (Multiple Seed Unit).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Berat contoh dalam pengujian ini harus memenuhi ketentuan ISTA yaitu 100
gram bagi benih yang akan di uji dan 50 gram bagi benih lain-lain spesies,
bila berat contoh kerjanya kurang dari ketentuan ini, pada sertifikasi harus
dicantumkan keterangan hal tersebut, dengan menggunakan zat penyerap air,
air dalam benih dapat dikeluarkan.
2. Daya kecepatan berkecambah yaitu kemapuan benih untuk berkecambah
dengan cepat pada waktu yang telah ditentukan serta mengamati keserentakan
benih ini muncul.
3. Pemurnian benih merupakan sebagai indikator seberapa besar campuran
bahan yang terikut selain benih.
Saran
Dalam pelaksanaan praktikum kunjungan lapang kali ini sebaiknya agar
manajemen waktu agar lebih di perhatikan lagi, agar tidak terjadi kemoloran dan
keefektifan praktikum di dalam lab.

DAFTAR PUSTAKA
Kamil, Jurnalis. 1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa. Bandung.
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Sutopo, Lita. 1998. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.

10

SERTIFIKASI PADI (Oriza sativa)


( Laporan Kunjungan Teknologi Benih )

Oleh :
M.Nur Himawan
(E1A213090)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

11

2015

12

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI...........................................................................................

DAFTAR TABEL....................................................................................

ii

PENDAHULUAN...................................................................................

Latar Belakang.............................................................................

Tujuan..........................................................................................

BAHAN DAN METODE.......................................................................

Alat dan Bahan............................................................................

Tempat dan Waktu.......................................................................

Metode.........................................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................

Hasil.............................................................................................

Pembahasan.................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................

Kesimpulan..................................................................................

Saran............................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

14

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Tabel 1. Penetapan kadar air (%).............................................................

2. Tabel 2. Pengujian daya kecambah (%)..................................................

Anda mungkin juga menyukai