Diaree
Diaree
Diare Osmotik
Jika bahan makanan tidak dapat diserap dengan baik diusus halus, maka
tekanan osmotik intralumen meningkat sehingga menarik cairan plasma ke
lumen. Jumlah cairan yang berrtambah melebihi kemampuan rearbsorbsi kolon
menyebabkan terjadi diare yang cair. Diare akan berhenti bila psien puasa.
Penyebabnya bisa intoleransi laktosa, konsumsi laksatif atau antasida yang
mengandngg magnesium.
Pada intolerasi laktosa, laktosa tidak akan dicerna akibatnya tidak ada
penyerapan oleh mukosa usus halus. Disakarida ini merupakan bahan osmotik
yang akan menarik air ke lumen. Jumlah air yang keluar sebanding dengan
jumlah laktosa yang tinggal di lumen usus. Penambahan volume lumen usus
akan menyebabkan rasa mual , muntah dan peningkatan peristaltik. Peristaltik
usus yang meninggi menyebabkan waktu transit usus makin pendek sehingga
mengurangi kesempatan untuk digesti dan absorpsi. Laktosa dan air/elektrolit
yang tidak diserap meninggalkan usus halus sampai di kolon. Di kolon, laktosa
ini akan difermentasi oleh flora normal menjadi gas (CO2, H2 dan CH4), asam
lemak rantai pendek (butirat, propional dan asetat) dan asam laktat.
Bila air/elektrolit sampai ke kolon, maka akan menyebabkan kadar air tinja
meningkat (diare osmotik) Pembentukan gas menyebabkan perut kembung dan
sakit perut. Pembentukan asam lemak rantai pendek tadi diperlukan oleh tubuh
karena asam lemak ini dapat digunakan sebagai sumber energi. Di samping itu
pembentukan asam lemak rantai pendek ini berguna untuk nutrisi kolon,
membantu absorpsi air/elektrolit dan motilitas kolon. Sedangkan penyerapan
asam laktat yg terlalu bnyk akan menyebabkan asidosis metabolik.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal
mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus
atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Penyebabnya bisa toksin bakteri (misal kolera, rotavirus), Penggunaan
laksatif non-osmotik, reseksi usus. Karakteristiknya berupa feses cair, banyak,
tidak nyeri, dan tidak ada mukus maupun darah. Diare tetap berlangsung
walaupun pasien puasa.