KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya Panduan Penyimpanan Obat Farmasi RSIA Puri Betik Hati ini dapat
diselesaikan sesuai dengan kebutuhan di lingkungan RSIA Puri Betik Hati Bandar
Lampung.
Panduan Penyimpanan Obat Farmasi disusun sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati,
khususnya Pelayanan Farmasi dengan berusaha untuk memenuhi syarat-syarat
penyimpanan obat yang baik sehingga mutu dan kualitas obat dapat
dipertahankan.
Panduan ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada tim penyusun yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun panduan
ini yang merupakan kerja sama dengan berbagai pihak di lingkungan Rumah Sakit
Ibu dan Anak Puri Betik Hati.
Bandar Lampung, 1 September 2015
Direktur,
BAB I
DEFINISI PENYIMPANAN OBAT
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat.
1.Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:
a)
b)
c)
d)
Luas minimal 3 x 4 m2
Ruang kering tidak lembab
Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
Cahaya cukup
Lantai dari tegel atau semen
Dinding dibuat licin
Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
Ada gudang penyimpanan obat
Ada pintu dilengkapi kunci ganda
Ada lemari khusus untuk narkotika
psikotropika
e. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu
f. Dilengkapi kartu stock obat
BAB II
KEGIATAN PENYIMPANAN OBAT
Kegiatan penyimpanan obat meliputi:
1. Pengaturan Gudang Obat
Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah
dapat menjaga agar obat:
a. Tidak rusak secara fisik dan kimia. oleh karena itu, harus diperhatikan
ruangnya tetap kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas,
cahaya yang cukup, gudang harus ditata berdasarkan sistem arus lurus, arus
U, agar memudahkan dalam bergerak, dan penempatan rak yang tepat serta
penggunaan Pallet akan dapat meningkatkan sirkukasi uara dan gerakan stok
obat.
b. Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus untuk
gudang dan pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang terkunci, serta
ada lamari laci khusus untuk narkotika yang selalu terkunci.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang
gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang
adalah sebagai berikut:
1) Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut :
a) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-sekat
karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang
dapat ditata berdasarkan sistem, arus garis lurus, arus U dan arus L
2) Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya
sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan
memaksimalkan
umur
hidup dari
obat sekaligus
bermanfaat
dalam
a) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci,
b) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari
gudang induk.
4) Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada
tempat yang mudah dijangkau.
2. Penyusunan Stok Obat.
Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak
memungkinkan obat yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu.
Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama
diterima harus pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang
pertama biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih
awal pula.
b. Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu
secara rapi dan teratur.
c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang
berjumlah sedikit tetapi mahal harganya.
d. Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
e. Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan
obat-obatan untuk pemakaian luar.
f. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi
g. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat
dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan.
h. Barang-barang yang memakan tempat seperti kapas dapat disimpan dalam
dus besar, sedangkan dus kecil dapat digunakan untuk menyimpan obatobatan dalam kaleng atau botol.
i. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box
masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus bersama obat-
obatan lainnya. Pada bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan
dalam dus tersebut.
j. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan
rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat
menyebabkan kadaluarsa obat
3. Pencatatan Stok Obat
Kartu stok berfungsi:
a. Kartu
stok
digunakan
untuk
mencatat
mutasi
obat
(penerimaan,
BAB III
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Panduan Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, diharapkan dapat menjawab permasalahan tentang standar
penyimpanan untuk obat-obatan atau perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati. Dalam pelaksanaannya di lapangan,
panduan penyimpanan obat di Instalasi Farmasi ini sudah barang tentu akan
menghadapi berbagai kendala, antara lain keterbatasan ruangan.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Panduan Penyimpanan Obat di Instalasi
Farmasi RSIA Puri Betik Hati perlu komitmen dan kerja sama yang lebih baik
antara pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan farmasi, sehingga penyimpanan
obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya dapat memenuhi standar yang telah
ditetapkan sehingga kualitas obat dapat terjamin.
REFERENSI
Abdullah, Indrawaty. 2008. Study Tentang Pengelolaan Obat Di instalasi
Farmasi, RSUD MM Dunda. Gorontalo. UG
Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:
Universitas Indonesia
Anief, M. 1995. Manajemen Farmasi. Yokyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Anonim. 2003. Materi Pelatihan Pengelolaan Obat di Kabupaten/Kota. Jakarta:
Depkes RI
Anonim. 2002. Pedoman Pengelolaan Obat Public dan Perbekalan Kesehatan.
Jakarta: Depkes RI
Anonim. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Daerah Kepulauan. Jakarta: Depkes RI
Anonim. 2008. Pedoman Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes
RI
Anonim. 2011. http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat/
pengelolaan-obat-halm-11. Di akses tanggal 09-12-2011
Anonim. 2011. http://www.who.or.id/ind. di akses tanggal 15-12-2011
Handoko, Hani T. 1984. Manajemen. Yokyakarta: BPFE Yokyakarta
Sheina, Baby. 2010. Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU
Muhammadiyah Yokyakarta unit 1. Yokyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Siregar, Charles J.P Amalia Lia. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC