Anda di halaman 1dari 11

KEBIAJKAN PERDANGAN DI NEGARA BERKEMBANG ERA

GLOBALISASI
Regionalisme: Upaya Integrasi Wilayah Menjadi Satu Entitas
Ana Siti Sadiah
6211151168
Abstrack

A. PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki latar belakang sejarah dan persoalan yang berbeda,
namun dalam membahasa kenijakan ekonomi, secara umum kita dapat membagi
negara-negara kedalam dua kelompok. Di satu pihak adalah negara-negara maju :
Amerika, Eropa Barat, Jepang, dan beberapa lainnya. Negara-negara ini permasalah
ekoomi apapun yang mereka hadapu, di bandingkan dengan negara-negara lainnya
merupakan perekonomian yang sangat berhasil. Dengan fakta betapa tingginya
prestasi perekonomian negara-negara ini adalah beralasan untuk menyatakan bahwa
sistem perekonomian mereka sangat efsien, sehingga biasanya kebutuhan akan
kebijakan perdagangan maupun tuntutan untuk menerapkanya tidak terlalu besar.
Namun, sebagian besar penduduk dunia berada di negara-negara sedang bekembang
(NSB) yang jauh tertinggal dari negara-negara maju. Negara berkembang bervariasi
dari negara-negara yang tumbuh dengan pesat seperti Korea Selatan sampai negara
Ethiopia yang hidup di ambang batas mempertahankan hidup (subsisten) . Namun
meskipun perbedaan-perbedaan diantara sesama negara berkembang begitu beragama,
peranannya yang relatif tertinggal menciptakan beberapa tema umum dalam kebijaknkebijakan perdagangan . pertama banyak negara yag berkembang telah berupaya
menerapkan kebijakan perdagangan untuk mendorong industri manufaktur dalam

upaya melepaskan ketergantungan kepada sektor-sektor tradisional seperti pertanian


dan pertambangan dengan pengharapan bahwa hr ketertingalaya dari negal ini akan
membantu mereka mengejra-negara yang lebih makmur. Kedua, kebanyakan negara
yang lebih miskin telah mencoba untuk menerapkan kebijakan perdangangan untuk
melenyapkan masalah pembangunan tak seimbang atau dualisme di dalam
perekonomian negaranya.
B. PEMBAHASAN
Kebijakan perdangangan untuk mengembangkan industri manufaktur
Perbedaan yang paling mencolok antara kebijakan di negara-negara maju dan
di negara berkembang adalah bahwa kebijakan di negara-negara berkembang
secara konsisten lebih di tujukan untuk mendorong industri manufaktur menjadi
sektor utama dalam perekonomia. Penitikberatan ini, sampai tingkat tertentu,
merupakan cerminan dari lambang pentingya sektor manufaktur sebagai indikator
pembangunan nasional. Sebagian besar ekspor negara-negara maju pada
umumnya adalah barang-barang manufaktur, sedangkan egara-negara berkembang
lazimnya adalah pengekspor komoditi primer seperti hasil-hasil pertanian dan
mineral.
Sumberdaya yang dimiliki oleh negara berkembang memiliki kriteria yang
berbeda-beda antara negara satu dengan yang lainnya. Kebutuhan ankan negaranegara maju terhadap komoditas utama yang mungkin tidak dimiliki di negaranya
menjadi perhatian bagi negara yang berkembang yang berupaya memenuhi
kebutuhan negara maju tersebut dengan sumber daya yang dimilikinya.
Perdagangan bebas disini memiliki andil yang cukup besar bagi negara-negara
khususnya negara berkembang untuk bersaing mendistribusikan barangnya ke
negara-negara lainnya di seluruh dunia. Kebijakan perdagangan bebas dinilai
sebagai pasar internasional dimana hambatan-hambatan terutama pada pengadaan
tarif di tiadakan seperti halnya pajak ekspor maupun impor. Para pakar ekonomi
politik dalam hal ini mengkritik pendapat tersebut. Bagi mereka, kebijakan
perdangangan yang dibutuhkab oleh negara berkembang ialah free and fair trade.
Permasalahan-permasalahan industrialisasi substitusi impor
Serangan terhadap industrialisasi substitusi impor bermula dari keyataan
bahwa banyak negara yang menempuh substitusi impor tidak menunjukkan tandatanda mengejar ketertinggalan negara-negara maju. Dalam beberapa kasus
pegembangan suatu basis manufaktur domestik tampaknya mengakibatkan
stagnasi pendapatan perkapita, bukannya perekonomian yang tinggal landas.

Misalnya India, yang setelah 20 tahun rencana ekonomi yang ambisius, hanya
menapai pendapata perkapita beberapa persen saja lebih tinggi dari sebelumnya.
Argentina juga yang pernah dipandang sebagai negara makmur, yang
perekonomiannya tumbuh seperti gerak siput selama beberapa dekade.
Mengapa industrialisasi substitusi impor tidak berlangsung sebagaimana yang
digharapkan ? alasan yang penting yaitu bahwa bukti industri yang masih rapuh
tidak sahih secara universal sebagaimana orang menduganya. Proteksi untuk
suatu kurun waktu tidak akan menciptakan sektor manufaktur yang kompetitif
jika terdapat alasan-alasan mendasar mengapa suatu negara tak memiliki
keunggulan komparatif di sektir manufaktur. Pengalaman menunjukan bahwa
alasan-alasan bagi kegagalan pembangunan kerap lebih mendasar dari sekedar
kurangnya pengalaman sektor manufaktur, negara-negara berkembang kurang
memiliki tenaga kerja yang trampil dan memadai, mereka kekurangan
wirausahwan, mereka kurang memeiliki kemampuan manajerial, dan mereka
menghadapi masalah organisasi sosial yang membuat mereka mengalami
kesulitan untuk mempertahakan pengadaan segalanya yang memadai.
Persoalan perekonomi dualisme
Mengapa dualisme bersangkut paut dengan kebijakan perdagangan ? salah satu
jawabannya adalah bahwa dualisme boleh jadi merupakan suatu ertanda bahwa
pasar tidak berfungsi dengan baik : dalam suatu perekonomian yang efisien
misalnya tidak akan terjadi perbedaan upah yang mencolok antar sektor. Jika pasar
tidak berfungsi dengan baik, mungkin ada kegagalan pasar yang menyimpang dari
perdagagan bebas. Terjadinya dualisme ekonomi kerap digunakan sebagai
pembenaran untuk melakukan tarif melindungi sektor manufaktur yang lebih
efisien. Perekononimian dualistik yaitu suatu keadaa dimana ada suatu sektor
modern ( biasanya menghasilkan barang-barang manufaktur yang di proteksi dari
persaingan impor ) yang sangatkontras dengan perekonomian pada umumnya
dalam berapa hal :
a. Nilai output per pekerja jauh lebih tinggi di sektor modern di bandingkan
dengan sektor lainnya
b. tingkat upah yang tinggi.
c. Namun, meskipun upah di sektor manufaktur tinggi, tingkat pengembalian
modal ( returs on capital) tidak selalu lebioh tinggi.
d. Salah satu penyebab tingginya nilia output per pekerja di sektor modern
adalah intensitas modal dalam produksi yang lebih tingi. Sektor manufaktur di

negara-negara berkembang biasanya mempunyai intensitas modal yang lebih


tingi di bandingkan denga sektor pertanian.
e. Banyak negara berkembang menghadapi persoalan yang pengangguran akut.
Contoh Kasus
Dualisme Ekonomi Di India
Perekonomian India menyajikan kasus klasik dualisme ekonomi. Di negara
dengan penduduk lebih dari 700 juta jiwa, hanya 6 juta yang bekerja di sektor
manufaktur. Namun, pekerja-pekerja manufaktur ini menghasilkan 15% dari
produk nasional bruto dan memperoleh upah enam kali lipat dari yang diterima
pekerja pertanian. Manufaktur jauh lebih padat modal tinimbang pertanian;
memang selama 30 tahun terakhir investasi untuk peralatan modal bagi pekerja
manufaktur yang amat sedikit itu secara berkesinambungan lebih besar dari
investasi keseluruhan pertanian.
Perbedaan tajam antara manufaktur dan pertanian ini ternyata kian melebar. Sejak
1960, misalnya upah riil pekerja manufaktur telah meingkat 80% sedangkan upah
riil pekerja pertanian hanya meningkat 5%.
Mengapa kesenjangan antar sektor begitu melebar ? boleh jadi tampaknya hal ini
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang memegang peranan kunci. Di India
subsidi pemerintah dan kebijakan-kebijakan proteksionsitik telah mendorong
investasi di sektor manufaktur, dan khususnya investasi di sektor-sektor yang
hampir semua padat modal. Pada saat yang sama, UU Perburuhan yang di rancang
untuk melindungi kepentingan buruh bisa jadi telah membantu posisi tawarmenawar serikat buruh, yang memungkinkan

mereka mengorganisir pekerja

untuk memenangkan kenaikan-kenaikan upah yang besar meskipu ada jutaan


pekerja yang mau melakoni pekerjaan mereka dengan upah yang rendah.
Negara-negara Berkembang dalam Era Globalisasi
- Timbulnya Gap Antara Utara dan Selatan
Pada saat ini negara-negara selatan melakuka recorvery atas penjajahan yang
menimpa negaranya selama bertahun-tahun, terutama penjajahan dalam dunia
modern di bidang ekonomi. Hal pertama yang mereka lakukan adalah
perbaikan dalam bidang politik. Mereka dengan perlahan mulai membentuk

pemerintah yang sah dan demokratis meskipun di beberapa negara proses


demokrasi ini sulit di realisasikan.
Pada saat perang dunia II negara-negara tidak memiliki SDA yang baik
maupun SDM dan sarana prasarana yang kurang memadai untuk bisa
memperbaiki keadaan perekonomian mereka. Berbeda dengan keadaan
negara-negara di Utara yang lebih memiliki kodisi yang lebih baik dari negara
Selatan bahkan di negara-negara utara pada saat itu mulai mengembangkan
teknologi-teknologi yang mendukung perekonomian negara itu dengan
meningkatkan industri besar. Dengan sumber daya yang memamadai khususna
SDM serta sarana dan prasarana yag tersedia maka negara-negara tersebut
dapat tumbuh dan berkembang menjadi negara besar dan kuat. Hal-hal di
ataslah yang menyebabkan timbulnya gap antara negara-negara utara dan
negara-negara selatan. Dimana terdapat keyakinan bahwa negara Utara lebih
-

kaya daripada negara-negara selatan.


Faktor penyebab ketergantungan
Dengan adanya era globalisasi adanya faktor ketergantungan negara
berkembang terhadap negara maju, antara lain :
a. Masalah ekonomis. Seperti diketahui pada masa awal negara-negara
Selatan berdiri, mereka mendapatkan kesulitan untuk melaksanakan
pembangunan, hal ini disebabkan mereka tidak memiliki kapabilitas untuk
melakukan sendiri.
b. Masalah teknologi, negara-negara maju seperti kita ketahui memiliki
kelebihan

dalam

bidang

teknologi

dibandingkan

dengan

negara

berkembang, oleh karena itu mau tidak mau negara berkembang akan
berusaha untuk mendekati negara maju tersebut guna untuk memperoleh
bantuan teknologi. Pemerintah Indonesia harus meningkatkan kemampuan
para birokrat untuk menggunakan fasilitas elektronik (e-government)
secara tepat dan optimal. Selain membangun infrastruktur yang memadai
dan membuat kebijakan untuk mengatur pemberdayaan aparatur negara
serta tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai. Capacity building ini dapat berupa seminar, workshop,
training, konferensi, dan lain-lain. Perhatian terhadap pengembangan
teknologi komunikasi dan informasi (ICT) dan penguatan SDM harus
sama besar dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Bentuk pelatihan tidak
hanya menyangkut bagaimana menjalankan sebuah kebijakan dengan baik,

tetapi juga dalam pemahaman mengenai peluang pasar, teknik produksi,


pengawasan kualitas, meningkatkan efisiensi kerja, pengetahuan hak
paten, pengetahuan mengenai perkembangan perdagangan, pertanian,
pelestarian budaya, pemahaman ketentuan-ketentuan dalam konteks WTO,
AFTA, dan lain-lain. Kerjasama dalam bentuk joint ventures dan aliansi
strategis di antara pemerintah, aktor transnasional dan masyarakat sangat
bermanfaat guna menghadapi persaingan dan juga penyelesaianpenyelesaian sengketa yang muncul. Kemudian, memperkuat diplomasi
ekonomi yang harus didukung kekuatan ekonomi internal. Peran, posisi,
dan strategi Indonesia dalam forum-forum internasional juga belum
menunjukkan hasil maksimal. Oleh karenanya capacity building mutlak
harus dilakukan untuk membangun institusi dan menyiapkan kader-kader
pemimpin yang tangguh. Pemerintah bisa memfasilitaskan upaya-upaya
tersebut. l
c. Masalah keamanan. Dalam bidang militer negara maju lebih baik
dibandingkan dengan negara berkembang. untuk itu banyak negara
berkembang yang melakukan kerjasama dengan negara maju untuk
memperbaiki kualitas militernya guna memperbaiki kemaanan negaraya.
d. Masalah sosial lainnya. Negara-negara berkembang melakukan pinjaman
luar negeri untuk memperbaiki kehidupan yang menunjang bagi sarana
-

dan prasana.
Peran Negara Maju Terhadap Negara Berkembang
a. Dalam bidang ekonomi. Misalnya Indonesia sejak tahun 1970-an mulai
mendapatkan bantuan dari negara lain, dan dari IMF. Dengan demikian
dari waktu ke waktu secara perlahan mampu ke luar bahkan sempat
mencapai swasembada pangan dan bahkan pernah dijuluki sebagai Macan
Asia karena pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat hingga mencapai
11%.

Namun ini kemudian mulai meredup ketika Indonesia terjerat

hutang besar dan kasus moneter yang menimbulkan krisis ekonomi tahun
1997 hingga tahun 2000-an
b. Dalam bidang politik. Peran negara maju dalam bidang poliik tidak bisa
dipungkiri, terlihat dari dominannya campur tangan negara maju terutama
Amerika Serikat ke dalam politik politik negara-negara berkembang
walaupun tidak secara terang-terangan. Kebijakan negara maju biasanya
tidak mau memberi bantuan kepada negara yang tidak menghormati

demokrasi. Peran negara maju dalam bidang politik juga dapat kita lihat
dari hubungan-hubungan yang terjalin antara negara berkembang dengan
negara maju dalam konvensi- konvensi internasional, disini dapat dilihat
bahwa negara berkembnag tidak dapat terlepas dri peran negara maju dan
selalu berada di bawah cengkraman mereka.
c. Dalam bidang pendidikan. Msialnya Jepang dan Indonesia. Pemerintah
Jepang memberikan bantuan dalam bidang pendidikan seperti memberi
bantuan dalam memperbaiki sarana di kampus-kampus. Ada juga
pertukaran pelajar yang dilakukan siswa dari negara maju dll. Walaupun
demikian kemajuan tetap lambat dapat dicapai karea kronisnya
-

pendidikan.
Dampak Ketergantungan Negara Berkembang Terhadap Negara Maju
a. Dampak Positif, yang pertama yaitu tersedianya kapital dari dari negara
maju yang bisa digunkan dalam membangun negaranya. Ini bisa di dapat
dari bantuan negara maju serta investor yang berasal dari negara maju.
Yang kedua yaitu adanya alih teknologi dari negara maju ke
negaraberkembang.
b. Dampak negatif, yang pertama yaitu timbulnya ketergantungan, hal ini
tentu saja berdampak buruk bagi negara berekmbang karena dengan
demikian negara tidak mengembangkan potensinya sendiri. Yang kedua
yaitu tmbulnya rasa balas budi dari negara berkembang terhadap negara

maju.
Apakah Negara-Negara Berkembang di Eksploitasi ?
Negara-negara berkembang dan pembelanya di negara-negara maju, kerap
menuduh bahwa kemakmuran negara-negara maju di dasarkan pada
eksploitasi. Di dalam dunia yang modern, kasus tentang eksploitasi terbatas
pada suatu transaksi antara Utara dan Selatan yang berlangsung atas kerugian
Selatan. Perdagangan antara negara-negara maju dan berkembang ditandai
oleh pertukaran tak setara. Negara berkembang menggunakan lebih banyak
tenaga kerja untuk menghasilkan branag-barang yang mereka ekspor ke
negara-negara maju dibandingkan dengan yangdigunkana negara-negara ini
untuk

memproduksi

barang-barang

yang

mereka

tawarkan

sebagai

imbalannya.
Suatu pandangan yang lebih canggih dari eksploitasi berakar dari alur yang
sama dengan hujah industri yang masih rapuh. Katakanlah bahwa negaranegara berkembang secara potensial dapat mengembangkan industri-industri

manufaktur secara efesien tetapi mereka tidak dapat memulainya karena


dihadapkan ke[ada persaingan dari industri-industri yang telah mpaan di
negara-negara maju.
Sejarah kebijakan-kebijakan substitusi impor menunjukkan bahwa meskipun
memperoleh perlindungan dari persaingan luar negeri selama puluhan tahun,
banyak negara berkembang belum mampu mengembangkan mengembangkan
sektor-sektor manufaktur yang efesien. Di sisi lain, beberapa negara
berkembang telah berhasil dengan sangat baiknya memasarkan manufaktur
mereka dipasaran dunia tanpa perlindunga kepada industri-industri yangmasih
rapuh. Banyak orang merasa yakin bahwa kemiskinan di seantero di sebabkan
oleh kekayaan negara-negara yang beruntung. Kedahsyatan kemiskinan dunia
membuat kita ingin menemukan penjahat-penjahat. Namun, kenyatannya
sangat sulit menemukan bukti bahwa kekayaan negara-negara maju telah di
-

peroleh dengan pengorbanan negara-negara berkembang.


Regionalisme: Upaya Integrasi Wilayah Menjadi Satu Entitas
Salah satu ciri penting globalisasi adalah dunia dan pasar kini terintegrasi dan
terkoneksi satu sama lain ke dalam satu lingkungan (region). Hal yang
menarik untuk diperhatikan adalah regionalisme ekonomi ASEAN dan
pembentukan komunitas ekonomi ASEAN (Elisabeth 2009). Studi ini
memperlihatkan bahwa Asia Tenggara yang menjadi bagian penting dalam
rantai globalisasi merasa perlu membangun kerja sama regional. Pemerintah
negara Asia Tenggara sebagai pelaku globalisasi ekonomi kemudian
membentuk ASEAN yang berupaya (salah satunya) mengintegrasikan
kawasan ke dalam ekonomi dunia. Melalui kebijakan pembangunan yang
berorientasi ekspor, yang didukung oleh kebijakan untuk menarik masuk
investasi modal asing lantas mendirikan kawasan perdagangan bebas (ASEAN
Free Trade Area/FTA). Secara bertahap negara-negara ASEAN mulai
merapkan program, salah satunya yaitu membuka pasar dalam negerinya dan
membuka perjanjian tentang pengembangan spesialisasi industri di antara
negara-negara ASEAN. Indonesia sendiri memilih untuk menjadi sentra
industri otomotif, namun pada kenyataanya industri otomotif yang
berkembang justru terjadi di Thailand. Industri sepeda motor di Thailand
bahkan telah manjadi sebuah sistem industri yang sudah mapan rantai

produksinya. Sebenarnya, kebijakan globalisasi ini dijalankan seiring dengan


Masalah Globalisasi di Indonesia.
diberlakukannya kebijakan untuk menggalang kerjasama ekonomi regional.
Kebijakan ini didasarkan pada azas saling menguntungkan, dimana setiap
negara akan mendapatkan hasil yang lebih baik apabila melakukan integrasi
ekonomi ini secara bersama-sama daripada melakukannya secara sendirisendiri. Terciptanya regionalisme ekonomi di Asia Tenggara diharapkan dapat
meningkatkan daya tarik kawasan ini terutama bagi penanaman modal dari
luar (foreign direct investment/FDI) agar kawasan ASEAN tidak hanya
menjadi daerah produksi tetapi juga ekspor bagi negara lain. Dengan kata lain,
integrasi ekonomi regional ASEAN berkembang ke arah yang lebih terbuka
atau menjadi open regionalism.
Perkembangan terkini, studi regionalisme ASEAN adalah kesepakatan untuk
membentuk Komunitas ASEAN (ASEAN Community) pada 2015 melalui tiga
pilar: Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC),
Komunitas

Politik-Keamanan

ASEAN

(ASEAN

Political-Security

Community/APSC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN SocioCultural Community/ASCC). Berawal dari gagasan pembentukan Komunitas
Ekonomi ASEAN yang dikaitkan dengan isu-isu perdagangan bebas barang,
jasa dan investasi kemudian secara sistematis dan konseptual, analisis dimulai
dengan pembahasan mengenai perkembangan konsep regionalisme dikaitkan
dengan pembentukan AEC, serta pembahasan tentang pasar tunggal ASEAN.
Satu hal yang paling kontroversial dalam pembentukan AEC adalah rencana
pembentukan pasar tunggal ASEAN (ASEAN single market). Persoalannya
bukan hanya mengenai pencapaian target waktu yang telah ditetapkan pada
2015, melainkan juga kemungkinan ASEAN membentuk pasar tunggal tanpa
melalui uni pabean (customs union). Indonesia dalam hal ini telah ditetapkan
sebagai koordinator sektor otomotif, salah satu dari 12 sektor prioritas dalam
AEC. Peran ini merupakan peluang bagi Indonesia meningkatkan daya saing
secara regional, sekaligus menjadi tantangan, khususnya dalam memanfaatkan
peluang dan menyiapkan langkah-langkah strategis menuju AEC pada 2015.
Upaya Indonesia bersama negara-negara anggota ASEAN sangat relevan
dengan kesepakatan untuk mempertahankan kerjasama ekonomi regional yang

terbuka, agar mampu berkontribusi dalam liberalisasi perdagangan global,


serta menciptakan kawasan yang kompetitif dan dapat meningkatkan
kesejahteraan negara-negara ASEAN dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
relatif setara (equitable).
Tantangan utama dalam membentuk pasar tunggal ASEAN ini sangat
berkaitan dengan prinsip kedaulatan negara yang masih dipegang teguh dan
dijalankan oleh setiap negara anggota ASEAN. Sedangkan integrasi ekonomi
kawasan yang utuh membutuhkan kesadaran dan komitmen bersama untuk
mengurangi derajat kedaulatan negara melalui kesepakatan perdagangan dan
investasi yang dapat berlaku di setiap negara ASEAN. Sampai saat ini,
ASEAN masih mengutamakan pendekatan harmonisasi, termasuk dalam
Paulus Rudolf Yuniarto 72
harmonisasi peraturan, meskipun sudah ada kesepakatan bersama untuk
menjalankan kebijakan ASEAN single window yang harus terlebih dahulu
diterapkan di tingkat nasional (Lihat Laporan Tim ASEAN P2P, dalam
Wulandari 2009).
Selain isu regionalisme ASEAN, yang patut diperhatikan juga adalah
pertumbuhan ekonomi yang amat pesat di kawasan Asia Timur Laut (Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan Cina Daratan) yang berdampak positif
pada negara-negara anggota Asia Tenggara (ASEAN) karena terjadi
peningkatan pesat dalam perdagangan antarnegara dari kedua kawasan ini
(Lihat Thee Kian Wie 2010: 1-8). Di samping ini negara-negara dari kawasan
Asia Timur Laut sejak akhir 1980-an juga telah muncul sebagai sumber
investasi asing langsung terbesar di kawasan Asia Tenggara (Thee Kian Wie
2010). Suatu aspek lain yang menarik dari integrasi ekonomi di kawasan Asia
Tenggara dan Asia Timur Raya adalah apa yang dinamakan fragmentasi
produk (product fragmentation), yaitu penyebaran produksi dan perakitan
komponen mobil (auto parts), komponen elektronika, dan komponen computer
serta komponen-komponen dari barang-barang lain (kamera, pesawat TV,
barang optik, perlengkapan musik, arloji, mesin jahit, barang-barang kimia
dan farmasi, garmen) di berbagai negara dalam proses produksi yang
terintegrasi secara vertikal. Fragmentasi produk ini dipicu oleh perluasan yang

amat pesat dari kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan transnasional


(transnational corporations/TNCs) dalam ekonomi global selama tiga
dasawarsa mutakhir (Athukorala 2007 dalam Thee 2010: 6). Beberapa aspek
dari integrasi ekonomi regional di atas menunjukkan dengan jelas bahwa
integrasi ekonomi di kawasan Asia Timur (Asia Timur Laut dan Asia
Tenggara) selama beberapa dasawarsa terakhir telah berlangsung dengan pesat
dan saling menguntungkan. Oleh karena ini ditinjau dari segi kajian wilayah,
berbagai aspek dari integrasi ekonomi regional di Asia Timur patut dikaji
secara lebih mendalam (Thee Kian Wie 2010: 7).
C. SIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai

  • Contoh CVb3
    Contoh CVb3
    Dokumen1 halaman
    Contoh CVb3
    Ana As-sadiah
    Belum ada peringkat
  • You Tube
    You Tube
    Dokumen2 halaman
    You Tube
    Ana As-sadiah
    Belum ada peringkat
  • Asbabun Nuzul
    Asbabun Nuzul
    Dokumen7 halaman
    Asbabun Nuzul
    Ana As-sadiah
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen4 halaman
    Nama
    Ana As-sadiah
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen4 halaman
    Nama
    Ana As-sadiah
    Belum ada peringkat
  • Surat Peminjaman Alat
    Surat Peminjaman Alat
    Dokumen3 halaman
    Surat Peminjaman Alat
    Ana As-sadiah
    Belum ada peringkat
  • Novel Kelompok
    Novel Kelompok
    Dokumen5 halaman
    Novel Kelompok
    Ana As-sadiah
    100% (1)