GLOBALISASI
Regionalisme: Upaya Integrasi Wilayah Menjadi Satu Entitas
Ana Siti Sadiah
6211151168
Abstrack
A. PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki latar belakang sejarah dan persoalan yang berbeda,
namun dalam membahasa kenijakan ekonomi, secara umum kita dapat membagi
negara-negara kedalam dua kelompok. Di satu pihak adalah negara-negara maju :
Amerika, Eropa Barat, Jepang, dan beberapa lainnya. Negara-negara ini permasalah
ekoomi apapun yang mereka hadapu, di bandingkan dengan negara-negara lainnya
merupakan perekonomian yang sangat berhasil. Dengan fakta betapa tingginya
prestasi perekonomian negara-negara ini adalah beralasan untuk menyatakan bahwa
sistem perekonomian mereka sangat efsien, sehingga biasanya kebutuhan akan
kebijakan perdagangan maupun tuntutan untuk menerapkanya tidak terlalu besar.
Namun, sebagian besar penduduk dunia berada di negara-negara sedang bekembang
(NSB) yang jauh tertinggal dari negara-negara maju. Negara berkembang bervariasi
dari negara-negara yang tumbuh dengan pesat seperti Korea Selatan sampai negara
Ethiopia yang hidup di ambang batas mempertahankan hidup (subsisten) . Namun
meskipun perbedaan-perbedaan diantara sesama negara berkembang begitu beragama,
peranannya yang relatif tertinggal menciptakan beberapa tema umum dalam kebijaknkebijakan perdagangan . pertama banyak negara yag berkembang telah berupaya
menerapkan kebijakan perdagangan untuk mendorong industri manufaktur dalam
Misalnya India, yang setelah 20 tahun rencana ekonomi yang ambisius, hanya
menapai pendapata perkapita beberapa persen saja lebih tinggi dari sebelumnya.
Argentina juga yang pernah dipandang sebagai negara makmur, yang
perekonomiannya tumbuh seperti gerak siput selama beberapa dekade.
Mengapa industrialisasi substitusi impor tidak berlangsung sebagaimana yang
digharapkan ? alasan yang penting yaitu bahwa bukti industri yang masih rapuh
tidak sahih secara universal sebagaimana orang menduganya. Proteksi untuk
suatu kurun waktu tidak akan menciptakan sektor manufaktur yang kompetitif
jika terdapat alasan-alasan mendasar mengapa suatu negara tak memiliki
keunggulan komparatif di sektir manufaktur. Pengalaman menunjukan bahwa
alasan-alasan bagi kegagalan pembangunan kerap lebih mendasar dari sekedar
kurangnya pengalaman sektor manufaktur, negara-negara berkembang kurang
memiliki tenaga kerja yang trampil dan memadai, mereka kekurangan
wirausahwan, mereka kurang memeiliki kemampuan manajerial, dan mereka
menghadapi masalah organisasi sosial yang membuat mereka mengalami
kesulitan untuk mempertahakan pengadaan segalanya yang memadai.
Persoalan perekonomi dualisme
Mengapa dualisme bersangkut paut dengan kebijakan perdagangan ? salah satu
jawabannya adalah bahwa dualisme boleh jadi merupakan suatu ertanda bahwa
pasar tidak berfungsi dengan baik : dalam suatu perekonomian yang efisien
misalnya tidak akan terjadi perbedaan upah yang mencolok antar sektor. Jika pasar
tidak berfungsi dengan baik, mungkin ada kegagalan pasar yang menyimpang dari
perdagagan bebas. Terjadinya dualisme ekonomi kerap digunakan sebagai
pembenaran untuk melakukan tarif melindungi sektor manufaktur yang lebih
efisien. Perekononimian dualistik yaitu suatu keadaa dimana ada suatu sektor
modern ( biasanya menghasilkan barang-barang manufaktur yang di proteksi dari
persaingan impor ) yang sangatkontras dengan perekonomian pada umumnya
dalam berapa hal :
a. Nilai output per pekerja jauh lebih tinggi di sektor modern di bandingkan
dengan sektor lainnya
b. tingkat upah yang tinggi.
c. Namun, meskipun upah di sektor manufaktur tinggi, tingkat pengembalian
modal ( returs on capital) tidak selalu lebioh tinggi.
d. Salah satu penyebab tingginya nilia output per pekerja di sektor modern
adalah intensitas modal dalam produksi yang lebih tingi. Sektor manufaktur di
dalam
bidang
teknologi
dibandingkan
dengan
negara
berkembang, oleh karena itu mau tidak mau negara berkembang akan
berusaha untuk mendekati negara maju tersebut guna untuk memperoleh
bantuan teknologi. Pemerintah Indonesia harus meningkatkan kemampuan
para birokrat untuk menggunakan fasilitas elektronik (e-government)
secara tepat dan optimal. Selain membangun infrastruktur yang memadai
dan membuat kebijakan untuk mengatur pemberdayaan aparatur negara
serta tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai. Capacity building ini dapat berupa seminar, workshop,
training, konferensi, dan lain-lain. Perhatian terhadap pengembangan
teknologi komunikasi dan informasi (ICT) dan penguatan SDM harus
sama besar dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Bentuk pelatihan tidak
hanya menyangkut bagaimana menjalankan sebuah kebijakan dengan baik,
dan prasana.
Peran Negara Maju Terhadap Negara Berkembang
a. Dalam bidang ekonomi. Misalnya Indonesia sejak tahun 1970-an mulai
mendapatkan bantuan dari negara lain, dan dari IMF. Dengan demikian
dari waktu ke waktu secara perlahan mampu ke luar bahkan sempat
mencapai swasembada pangan dan bahkan pernah dijuluki sebagai Macan
Asia karena pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat hingga mencapai
11%.
hutang besar dan kasus moneter yang menimbulkan krisis ekonomi tahun
1997 hingga tahun 2000-an
b. Dalam bidang politik. Peran negara maju dalam bidang poliik tidak bisa
dipungkiri, terlihat dari dominannya campur tangan negara maju terutama
Amerika Serikat ke dalam politik politik negara-negara berkembang
walaupun tidak secara terang-terangan. Kebijakan negara maju biasanya
tidak mau memberi bantuan kepada negara yang tidak menghormati
demokrasi. Peran negara maju dalam bidang politik juga dapat kita lihat
dari hubungan-hubungan yang terjalin antara negara berkembang dengan
negara maju dalam konvensi- konvensi internasional, disini dapat dilihat
bahwa negara berkembnag tidak dapat terlepas dri peran negara maju dan
selalu berada di bawah cengkraman mereka.
c. Dalam bidang pendidikan. Msialnya Jepang dan Indonesia. Pemerintah
Jepang memberikan bantuan dalam bidang pendidikan seperti memberi
bantuan dalam memperbaiki sarana di kampus-kampus. Ada juga
pertukaran pelajar yang dilakukan siswa dari negara maju dll. Walaupun
demikian kemajuan tetap lambat dapat dicapai karea kronisnya
-
pendidikan.
Dampak Ketergantungan Negara Berkembang Terhadap Negara Maju
a. Dampak Positif, yang pertama yaitu tersedianya kapital dari dari negara
maju yang bisa digunkan dalam membangun negaranya. Ini bisa di dapat
dari bantuan negara maju serta investor yang berasal dari negara maju.
Yang kedua yaitu adanya alih teknologi dari negara maju ke
negaraberkembang.
b. Dampak negatif, yang pertama yaitu timbulnya ketergantungan, hal ini
tentu saja berdampak buruk bagi negara berekmbang karena dengan
demikian negara tidak mengembangkan potensinya sendiri. Yang kedua
yaitu tmbulnya rasa balas budi dari negara berkembang terhadap negara
maju.
Apakah Negara-Negara Berkembang di Eksploitasi ?
Negara-negara berkembang dan pembelanya di negara-negara maju, kerap
menuduh bahwa kemakmuran negara-negara maju di dasarkan pada
eksploitasi. Di dalam dunia yang modern, kasus tentang eksploitasi terbatas
pada suatu transaksi antara Utara dan Selatan yang berlangsung atas kerugian
Selatan. Perdagangan antara negara-negara maju dan berkembang ditandai
oleh pertukaran tak setara. Negara berkembang menggunakan lebih banyak
tenaga kerja untuk menghasilkan branag-barang yang mereka ekspor ke
negara-negara maju dibandingkan dengan yangdigunkana negara-negara ini
untuk
memproduksi
barang-barang
yang
mereka
tawarkan
sebagai
imbalannya.
Suatu pandangan yang lebih canggih dari eksploitasi berakar dari alur yang
sama dengan hujah industri yang masih rapuh. Katakanlah bahwa negaranegara berkembang secara potensial dapat mengembangkan industri-industri
Politik-Keamanan
ASEAN
(ASEAN
Political-Security
Community/APSC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN SocioCultural Community/ASCC). Berawal dari gagasan pembentukan Komunitas
Ekonomi ASEAN yang dikaitkan dengan isu-isu perdagangan bebas barang,
jasa dan investasi kemudian secara sistematis dan konseptual, analisis dimulai
dengan pembahasan mengenai perkembangan konsep regionalisme dikaitkan
dengan pembentukan AEC, serta pembahasan tentang pasar tunggal ASEAN.
Satu hal yang paling kontroversial dalam pembentukan AEC adalah rencana
pembentukan pasar tunggal ASEAN (ASEAN single market). Persoalannya
bukan hanya mengenai pencapaian target waktu yang telah ditetapkan pada
2015, melainkan juga kemungkinan ASEAN membentuk pasar tunggal tanpa
melalui uni pabean (customs union). Indonesia dalam hal ini telah ditetapkan
sebagai koordinator sektor otomotif, salah satu dari 12 sektor prioritas dalam
AEC. Peran ini merupakan peluang bagi Indonesia meningkatkan daya saing
secara regional, sekaligus menjadi tantangan, khususnya dalam memanfaatkan
peluang dan menyiapkan langkah-langkah strategis menuju AEC pada 2015.
Upaya Indonesia bersama negara-negara anggota ASEAN sangat relevan
dengan kesepakatan untuk mempertahankan kerjasama ekonomi regional yang