Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AGAMA ISLAM

TOLERANSI UMAT BERAGAMA DALAM ISLAM

Disusun oleh : KELOMPOK 7


No.

Nama

NPM

1. Nisia Maharani
2. Adzomi Riski Wardana
3. Pitria Khairunnisa
4. Yonansah Abiyoga
5. Adang Kurnia Mulyana
6. Alifa Rachmania H P
7. Deny Dwi Hartanto
8. Luthfi Hakim Ruzandy
9. Anggi Agustinasari Widodo
10. Intan Permata S

12700013
12700025
12700057
12700079
12700185
12700199
12700221
12700239
12700243
12700247

DOSEN : Abdul Manan

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini, umat beragama dihadapkan pada serangkaian tantangan baru yang
tidak terlalu berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya. Perbedaan agama adalah
fenomena nyata yang ada dalam kehidupan, karena itu toleransi sangat dibutuhkan.
Khususnya pada Negara Indonesia yang memiliki masyarakat plural yang bercorak
primordial, konflik di dalam masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya rasa toleransi
antar sesama, terutama dalam segi agama akhir-akhir ini kerap terjadi.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan
antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat
beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan
diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antar umat beragama adalah cara agar
kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat
diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, contohnya
penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan
memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan
keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat
beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat. Untuk pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan toleransi, maka
pada makalah kali ini penulis akan membahas tentang kerukunan antar umat beragama.

B. Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian toleransi?


Bagaimana toleransi dalam pandangan Islam?
Bagaimana kerukunan umat beragama di Indonesia?
Bagaimana pluralisme agama sebagai keniscayaan sosial?
Bagaimana dialog antar umat beragama?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Melakukan deskripsi mengenai pengertian toleransi


Mengetahui toleransi dalam pandangan Islam
Memahami kerukunan umat beragama di Indonesia
Memahami bagaimana pluralisme agama sebagai keniscayaan sosial
Mengetahui dialog antar umat beragama

BAB II
PEMBAHASAN

A. Toleransi
Toleransi

berasal

dari

bahasa

Latin

yaitu

tolerare

yang

berartibertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal
dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi
juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Menurut Siagian (1993) toleran diartikan dengan saling memikul walaupun
pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah
pihak tidak sependapat. (Ajat Sudrajat, 2008:141)
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut ikhtimal, tasamuh yang artinya
membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut,
yaitu antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan


Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
Kelemah lembutan karena kemudahan
Muka yang ceria karena kegembiraan
Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan.

Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik tersebut merupakan:


1. Inti Islam
2. Seutama iman,
3. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq). (Syamsul Arifin Nababan, 2009:4)
Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: Sebaik-baik orang
adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan: Apa hati
yang mahmum itu? Jawabnya : Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak
ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki. Ditanyakan: Siapa lagi (yang lebih
baik) setelah itu?. Jawabnya : Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat.
Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu?. Jawabnya: Seorang mukmin yang berbudi pekerti
luhur."

Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan


bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi. Baik lahir
maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini
berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan,
tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di
sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk
melakukan muamalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh
(hablum minallh). (Syamsul Arifin Nababan, 2009:5)
Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil
(mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang
dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi
sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-Quran dibawah ini,
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali Imran: 19)
Menurut kami, toleransi dapat disimpulkan sebagai sikap menghargai dan
menghormati setiap orang yang berbeda-beda baik secara etnis, ras, bahasa, budaya,
politik, pendirian, kepercayaan maupun tingkah laku.

Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain:


1. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam
mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu
dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi
sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam
kehidupan umat manusia ini.

Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan
yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.(As-Syuro:13)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak
terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat
beragama maupun sesama umat beragama.
2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh
tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia
lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya,
perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama
merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama,
bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas
dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan
untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan
terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
Hal-hal yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan adalah:

Menimbulkan konflik di dalam masyarakat dikarenakan tidak adanya saling


menghormati satu sama lain. Yang paling membahayakan dari konfllik adalah
menyebabkan lahirnya kekerasan dan adanya korban, dan hal ini dapat berpengaruh

pada keamanan dan stabilitas suatu negara.


Semakin maraknya pelanggaran HAM.

Hal ini disebabkan oleh reduksi

universalitas agama yang mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung yang


sempit dan mewujudkan angan-angan tersendiri bagi pengikutnya bisa dalam
bentuk fanatisme sempit yang tidak rasional bahkan menimbulkan ketakutan
terhadap agama atau kelompok yang bisa terkespresi dengan perilaku melanggar
HAM. (Hamdan Farchan, 2003:2)
Upaya-upaya yang dapat mengubah sikap permusuhan menjadi sikap bekerja sama
dan saling menghormati yaitu:
-

Menyingkirkan segala upaya politisasi agama dan menempatkan agama sebagai

nilai yang universal


Menumbuhkan kesadaran bahwa masyarakat terdiri dari berbagai pemeluk agama
yang berbeda dan kebersamaan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan utnuk

menjaga kententraman kehidupan


Kontak yang sering terjadi, walaupun mungkin tidak sampai pada belajar tentang
jaran agama lain. Yang penting adalah adnaya kesempatan untuk bertemu sehingga

kelihatan bahwa orang lain mesti berupa lawan.


Informasi yang adil tentang agama lain. Mungkin ini merupakan kelanjutan kontak
diatas, namun bisa juga terjadi karena banyaknya media massa yang tidak

mengenal batas kelompok


Sikap pemerintah, seperti negara Pancasila, yang tidak memperlakukan umat-umat

beragama degan berat sebelah


Pendidikan yang tidak hanya mempertemukan beberapa anak pemeluk agama yang
berbeda-beda namun juga mencerahkan pikiran dan memungkinkannya untuk
membuka diri terhadap orang lain. (Hamdan Farchan, 1999:5)

B. Toleransi Dalam Pandangan Islam


Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama.
Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat

manusia. Abu Jula

dengan amat menarik mengemukakan, Al-khalqu kulluhum

iylullhi fa ahabbuhum ilahi anfauhum liiylihi (Semua makhluk adalah tanggungan


Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
tanggungannya).
Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, irhamuu
man fil ardhi yarhamukum man fil sam (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan
sayang pula mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari
toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak
orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan
universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling
menguntungkan serta menegasikan semua keburukan. (Syamsul Arifin Nababan, 2009:2)
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam
ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan
oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara Madinah. Di antara butir-butir
yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama
yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam
Piagam Madinah.
Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar ibnal-Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota
suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin. (Ajat Sudrajat,2008:144).
Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan
keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadist dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini
dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan dalam Syuab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi,
dikatakan: Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti
akan membongkar aibnya di hari pembalasan. (Syamsul Arifin Nababan, 2009:3)
Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari
pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat
kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian
dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.

Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang
tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi
alamiah dari prinsip ini.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.
Tidak ada paksaan dalam agama, Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama
kami (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam .
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan
agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat
Islam. Al-Quran juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana
perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat Islam dengan umat beragama
lain. Kerjasama dalam bidang kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan,
pemberantasan penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan,
adalah beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain. (Ajat Sudrajat,2008:149).
Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan
mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk
mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu
menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bis menciptakan kedamaian dan
kebersamaan (Ajat Sudrajat, 2008:149).
Berbeda halnya dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi
di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa
kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu
menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang. Toleransi antar-agama yang kemudian
meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.

C. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia


Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya
diskriminasi dalam hal apapun, yang mengkhususkan diri dalam masalah agama.

Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden Soeharto
dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: "Pemerintah tidak akan menghalangi
penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi mereka yang
belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat agar
melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama". (:1)
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi
dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup
dinegeri ini.
Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu sebagai berikut:
1) Kerukunan intern umat beragama.
- Pertentangan di antara pemuka agama yang bersifat pribadi jangan
-

mengakibatkan perpecahan di antara pengikutnya.


Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan semangat
kerukunan atau tenggang rasa dan kekeluargaan

2) Kerukunan antar umat beragama


- Keputusan Menteri Agama No.70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama
sebagai rule of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk
-

menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama.


Pemerintah memberi perintah pedoman dan melindungi kebebasan

memeluk agama dan melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing.


Keputusan Bersama Mendagri dan Menag No.l tahun 1979 tentang tata cara
pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga

keagamaan di Indonesia.
3) Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
- Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen
-

orde baru dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.


Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling

diharapkan untuk dilaksanakan.


Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan
partisipasi aktif dan positif dalam pemantapan ideologi Pancasila,
pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional, suksesnya pembangunan
nasional (:5).

Pelaksanaan dan Pembinaan tiga kerukunan tersebut harus simultan dan


menyeluruh sebab hakikat ketiga bentuk itu saling berkaitan. Kerukunan hidup umat
beragama di Indonesia adalah program pemerintah sesuai dengan GBHN tahun 1999 dan
Propenas 2000 tentang sasaran pembangunan bidang agama. Kerukunan hidup di
Indonesia tidak termasuk aqidah atau keimanan menurut ajaran agama yang dianut oleh
warga negara Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindudan Budha. Setiap
umat beragama di beri kesempatan melakukan ibadah sesuai dengan keimanan dan
kepercayaan masing-masing.
Sebab-musabab timbulnya ketegangan intern umat beragama, antar umat beragama,
dan antara umat beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek antara
lain:
-

Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi
Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama

pihak lain
Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati

bahkan memandang rendah agama lain


Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi

dalam kehidupan masyarakat


Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat

beragama dengan pemerintah


Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat (Ajat
Sudrajat, 2008:151)
Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideology yaitu

Pancasila, hal tersebut sebagai titik tolak pembangunan. Perbedaan suku, adat dan agama
bukanlah menjadi tombak permusuhan melainkan untuk memperkokoh persatuan.
Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak
pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk
kelancaran pembangunan.
Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kehidupan keagamaan dan kepercayaan harus
dikembangkan sehingga terbina hidup rukun diantara sesama umat beragama untuk
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam membangun masyarakat. Selain itu,

kebebasan beragama merupakan beban dan tanggungjawab untuk memelihara ketentraman


masyarakat.
Kondisi keberagamaan rakyat Indonesia sejak pasca krisis tahun 1997 sangat
memprihatinkan. Konflik bernuansa agama terjadi dibeberapa daerah seperti Ambon dan
Poso. Konflik tersebut sangat mungkin terjadi karena kondisi rakyat Indonesia yang multi
etnis, multi agama dan multi budaya. Belum lagi kondisi masyarakat Indonesia yang
mudah terprovokasi oleh pihak ketiga yang merusak watak bangsaIndonesia yang suka
damai dan rukun. Sementara itu krisis ekonomi dan politik terus melanda bangsa
Indonesia, sehingga sebagian rakyat Indonesia sudah sangat tertekan baik dari segi
ekonomi, politik maupun beragama. Terakhir peristiwa dihancurkannya gedung World
Trade Centre pada tanggal 11 September 2001 dan bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002
yang menewaskan 180 orang, yang berdampak diidentikkannya umat Islam dengan teroris
dan dituduhnya Indonesia sebagai sarang teroris. (:16)
Dalam menghadapi konflik seperti di atas dan sesuai prinsip-prinsip kerukunan
hidup beragama di Indonesia, kebijakan umum yang harus dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1) Kebebasan beragama tidak membenarkan menjadikan orang lain yang telah
menganut agama tertentu menjadi sasaran propaganda agama yang lain.
2) Menggunakan bujukan berupa memberi uang, pakaian, makanan dan lainnya
supaya orang lain pindah agama adalah tidak dibenarkan.
3) Penyebaran pamflet, majalah, buletin dan buku-buku dari rumah ke rumah umat
beragama lain adalah terlarang.
4) Pendirian rumah ibadah harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat dan
dihindarkan timbulnya keresahan penganut agama lain karena mendirikan rumah
ibadah di daerah pemukiman yang tidak ada penganut agama tersebut.
5) Dalam masalah perkawinan, terlarang perkawinan antara umat Islam dengan
penganut agama lain, seperti diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun
1974. Demikian pula dalam Al-Qur'an pada Surat Al-Maidah (5) ayat 5 dan AlBaqarah (2) ayat 221.
6) Sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh keimanan
dan ketaqwaan, kerukunan yang dinamis antar dan antara umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara bersama-sama makin
memperkuat landasan spiritual, moral dan etika bagi pembangunan nasional.

Sebagai warga negara Indonesia, umat Islam Indonesia harus berpartisipasi secara
langsung dalam pembangunan negara Indonesia, bersama pemeluk agama lain.
Islam tidak membenarkan umat Islam bersikap eksklusif dalam tugas dan
kewajiban bersama sebagai anggota warga negara Indonesia.(:17)
Agama menampakkan diri dalam berbagai perwujudan, seperti terlihat dalam
sistem pemikirannya, baik yang berupa sistem keyakinan maupun norma. Ia juga
menampakkan diri lebih lanjut dalam bentuk sistem peribadatan, dan ini terlihat dengan
adanya rumah-rumah ibadah dan tradisi-tradisi keagamaan. Penampakkan lebih lanjut
terlihat dalam bentuk persekutuan atau kelembagaan keagamaan, seperti adanya kelompokkelompok umat beragama dan lembaga-lembaga keagamaan serta lembaga-lembaga sosial
keagamaan. (Ajat Sudrajat,2008:152)
Melalui perwujudan yang bercorak kelembagaan, agama menjadi kekuatan nyata
dalam proses pembangunan bangsa. Otoritas kepemimpinan keagamaan merupakan faktor
yang ikut menentukan pola kesatuan dan kerukunan umat beragama. Dengan otoritas
tersebut, para pemimpin agama beserta lembaga-lembaga keagamaannya menggarap
masalah-masalah yang tidak terjangkau oleh tangan pemerintah.
Peranan para pemimpin dan tokoh agama dalam pembangunan antara lain sebagai
berikut:
1) Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat
2) Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan kedalam bahasa yang dimengerti
oleh rakyat
3) Memberikan pendapat, saran dan krtitik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara
yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan
4) Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembangunan (Ajat Sudrajat, 2008:152-153)
D. Pluralisme Agama sebagai Suatu Keniscayaan Sosial
Pengertian pluralitas secara sederhana dapat dimaknai: Kemajemukan, keragaman
dan keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan,
kehendak, pilihan status, eksistensi maupun perbedaan yang bersifat kodrati dan alami.
Dengan demikian perbedaan bisa antar individu dengan individu, antar individu dengan
komunitas

maupun

antar

komunitas

dengan

komunitas.

(Hamdan

Farchan,

2002:2). Sedangkan pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman


dan keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan
atau agama.
1) Islam dan Pluralisme
Sejak kelahirannya, Islam sudah berada di tengah-tengah budaya dan agama-agama
lain. Kawasan Arabia pada waktu Nabi Muhammad SAW menyiarkan Islam sudah
mengenal banyak agama semisal Yahudi, Kristen dan Jouraster. Di dalam Al-Quran pun
banyak dimuat rekaman kontak kaum muslimin dengan komunitas keagamaan yang ada
disana. (Hamdan Farchan, 1999:4)
Dalam Al-Quran terdapat beberapa teks yang mendukung sikap positif terhadap
keyakinan lain. Misalnya yang menyiratkan bahwa pada dasarnya ajaran agama-agama
kaum muslimin seharusnya tidak membedakan ajaran para Rasul. Juga pada tempattempat ibadah dari agama yang berbeda-bea banyak disebut di Al-Quran:
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan,
Sembahlah Allah dan jauhilah thagut (yakin setan atau pa saja yang disembah selain
Allah). (Q.S. An-Nahl (16):36).
Seandainya Allah tiada menolak keganasan sebagian yang lain tentulah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-ruamh ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid
yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. (A.S. Al-Hajj (22):40)
Kata Rasulullah dan kaum mukminin.Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari
rasul-rasul-Nya. (Q.S. Al-Baqarah (2):285)
Juga terdapat ayat-ayat yang bersifat netral semisal pernyataan bahwa masingmasing akan berbuat sesuai dengan apa yang sesuai dengannya, bahwa masing-masing
mendapat balasan sesuai dengan agamanya dan bahwa bentuk lahiriah agama Rasul-rasul
Allah dapat berbeda-beda:
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat saja, tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap apa yang diberikanNya kepadamu, maka berlombalombalah dalam membuat kebaikan. (Q.S. Al-Maidah (5):48).

Dan masih banyak lagi ayat yang menerangkan tenang hal seperti ini seperti dalam
Al-Quran surat Al-Ira (17): 84, Ibrahim (14): 4, Al-Kafirun (109): 6, dan Al Baqarah (2):
148. (Hamdan Farchan, 1999:5)

2) Pluralisme Agama di Dalam Masyarakat


Konsekuensi dari pluralitas agama bagi setiap umat beragama adalah kewajiban
untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain, sehingga sikap keagamaan yang perlu
dibangun dalam menghadapi pluralitas agama adalah prinsip kebebasan dalam memeluk
suatu agama. Prinsip yang demikian antara lain dibangun dari misi historis Islam
bahwa Tidak ada paksaan untuk memeluk agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat(Q.S. Al-Baqarah (2):256). (Ajat Sudrajat,
2008:154).
Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing hidup sebagai pemeluk agama yang
baik dalam keadaan rukun dan damai. Kerukunan hidup umat beragama yang didasari oleh
kesadaran akan keniscayaan pluralitas agama hanya akan bisa tercapai apabila masingmasing golongan bersikap lapang dada satu sama lain.
Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan mempunyai makna bagi
kehiduipan dan kemajuan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:
-

Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasaan golongan
agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan

kebiasaan sendiri.
Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan sungguh-

sungguh ajaran agamanya.


Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain.
Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan sebijaksana mungkin

untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain.


Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial utnuk membatasi
keterbelakangan bersama.

Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga terjadi
saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan bersama. (Ajat Sudrajat,
2008:155-156)
Adanya informasi dan kesadaran akan pluralitas keagmaan yang menjangkau

konsep ajaran dan praktek ajarannya dapat menciptakan kerukunan hidup beragama, saling
memahami dan menghormati antar pemeluk agama menuju keharmonisan hidup beragama.

3) Pluralisme Agama Untuk Membangun Perdamaian


Pluralitas merupakan realitas hidup manusia dan keberadaannya tidak bisa dianulir.
Untuk membangun perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama merupakan hal yang
mutlak.
Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama di
masyarakat adalah:
-

Sosialisasi kesadaran pluralisme agama harus ditebarkan pada berbagai elemen


yang ada di masyarakat. Karena persoalan kurangnya kesadaran pluralisme agama
bisa terdapat pada siapa saja, maka tidak salah ketika masyarakat umum mudah

terprovokasi isu-isu yang bernuansa primordialisme.


Melakukan penguatan kesadaran pluralisme agama tidak hanya dalam bentuk
formal yang dilembagakan seperti atas nama Lembaga Kajian, Forum Dialog dan
semacamnya, karena akan menyebabkan tidak longgar bahkan terbatas dalam
ruang-ruang tertutup. Tapi perlu membumi yang bersifat longgar dan dapat

berakses ke mana saja.


Membuat tema dan program pluralisme agama yang akrab dengan kehidupan
masyarakat dimana kita tinggal jangan bersifat melangit seperti seminar, diskusi
yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas, masyarakat luas tidak ikut mengakses.
(Hamdan Farchan, 2005:1)
Ada hal yang perlu kita sadari dalam melakukan penyadaran pluralisme agama, yaitu

kuatnya belenggu wacana yang abstrak di antara aktivis tentang pluralisme agama, secara
tidak sadar telah terjadi berbagai pemahaman yang distortif mengenai kesadaran pluralisme
agama di masyarakat versi aktivis atau akademisi, sehingga tidak bisa membedakan mana

persoalan interpretasi kesadaran pluralisme agama di masyarakat dan mana persoalan


kemasyarakatan yang sesungguhnya. Sehingga pemahaman pluralisme menjadi kering dan
kaku karena berada dalam tempurung formalisme.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menjadikan kesadaran pluralisme agama sebagai
inspirasi yang dinamis dalam mewujudkan perdamaian sejati adalah:
-

Perlu melibatkan elemen masyarakat secara luas dari berbagai strata masyarakat
Memadukan antara wacana dan kegiatan ril di masyarakat
Melakukan yang kita mampu dan kontekstual berpegang dengan karakter lokalitas
dimana kita berada, yang mengedepankan persamaan-persamaan di antara kita

dalam bentuk kerja-kerja kemanusiaan


Jangan terjebak model kegiatan yang kaku. (Hamdan Farchan, 2003:4)
Dengan penyadaran pluralisme agama, kita berupaya membebaskan manusia dari

keterasingan dan rasa kesendirian dalam hidup berkebangsaan serta menghindari terjadinya
berbagai konflik yang dapat terjadi di dalam masyarakat. Penyadaran pluralisme agama
penting dilakukan di Indonesia karena masyarakatnya yang majemuk secara kepercayaan
atau agama, dengan kesadaran ini akan memberikan tempat yang sama bagi setiap individu
maupun kelompok masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan kreatifitasnya secra
maksimal melalui hidup yang bebas, jujur dan bertanggung jawab.

E. Dialog Antar Umat Bergama


Saat ini, pandangan dan sikap umat terhadap agama terus bergeser seiring
perkembangan zaman. Namun, di balik semua itu, diperlukan dialog antarumat beragama
atau dialog antar iman, sebagai media dan sarana efektif untuk mengurangi ketegangan
akibat munculnya perbedaan masing-masing kebudayaan tersebut . Ada tiga faktor utama
yang menyebabkan belum terwujudnya dialog antar umat beragama yaitu yaitu pertama,
penyalahgunaan dan penyimpangan penggunaan bahasa dalam agama itu sendiri. Kedua,
penerapan metode komunikasi yang sering kali salah dan cenderung antipati. Ketiga,
perilaku untuk saling mengasihi sesama . Dialog antarumatberagama dalam mengatasi
munculnya

perbedaan

mengutamakan

nilai-nilai

komunikasi

dasar

interpersonal,

agama

dalam

komunikasi

masyarakat,

antarbudaya

seharusnya

dan

kearifan

masyarakat lokal, bukan komunikasi pengerahan massa menghadapi masyarakat lain yang
berbeda. Dengan begitu, ketegangan konflik antarsesama akan terhindarkan .
Setidaknya ada empat paradigma yang dapat diungkapkan untuk dijadikan landasan
dalam melakukan dialog antaragama, yaitu: kesadaran akan perbedaan, kebebasan
beragama, kebenaran bersifat universal dan doktrin supersessionisme Alquran sebagai
legitimasi bagi agama-agama sebelumnya . Selain itu setidaknya ada dua hal yang dapat
dijadikan alasan perlunya diadakan dialog antaragama. Pertama, secara sosiologis, yakni
era globalisasi dan informasi yang telah melanda seluruh aspek kehidupan manusia Kedua,
secara kemanusiaan , yaitu sebagaimana yang kita lihat dewasa ini, peradaban modern
telah tampil dalam dua wajah yang antagonistis . Pengertian dialog antaragama adalah
suatu tema antara dua atau lebih pemeluk agama yang berbeda, di mana diadakan
pertukaran nilai dan informasi keagamaan pihak masing-masing untuk mencapai bentuk
kerja sama dalam semangat kerukunan .
Berikut ini adalah beberapa pedoman dasar dialog antaragama menurut Leonard
Swidler .
1) Tujuan dialog antaragama adalah untuk menambah pengetahuan.
2) Dialog antar agama harus dari 2 pihak yang masing-masing sebagai pemeluk
agama.
3) Masing-masing pihak harus bersikap jujur dan ikhlas.
4) Dalam dialog antaragama tidak boleh membandingkan antara konsep dengan
praktek. Tetapi hendaknya yang dibandingkan adalah konsep dengan konsep,
ataupun sebaliknya.
5) Masing-masing pihak harus memposisikan dirinya sesuai dengan eksisitensinya
sendiri.
6) Masing-masing pihak tidak dibenarkan memiliki asumsi untuk mencari perbedaanperbedaan, tetapi harus berusaha mencoba setuju dengan pihak lain sejauh masih
terpelihara integritas keyakinannya.
7) Dialog antaragama hanya bisa dilakukan dengan posisi seimbang.
8) Dialog antaragama bisa terlaksana atas dasar saling percaya.
9) Orang yang mengikuti dialog antaragama, hendaknya memiliki sifat kritis terhadap
dirinya dan agamanya.
10) Masing-masing pihak harus mencoba untuk menghayati agama atau kepercayaan
pihak lain secara mendalam.

11) Dialog antaragama mencakup tiga bidang lapangan operasional. Pertama, dialog
antaragama dalam dataran praksis , Kedua, dialog antaragama dalam dataran
spritual , Ketiga dialog antaragama dalam dataran kognitif.
12) Dialog antaragama dapat dilakukan dalam tiga tingkatan. Pertama tingkatan saling
mengenal dan mengetahui satu sama lain di antara para pemeluk agama , Kedua
tingkatan adanya upaya untuk saling mengamati perbedaan nilai-nilai yang diyakini
masing-masing pemeluk agama yang berbeda dengan harapan untuk mencari
penyesuaian dengan diri sendiri. Ketiga, tingkatan adanya upaya untuk mencari dan
menyingkapkan wilayah realitas baru dan kebenaran yang belum terungkap
sebelumnya sebagai hasil dari dialog tersebut .
Ada dua hal yang sesungguhnya ingin dicapai dialog antar agama ini. Pertama,
pada tataran normatif yaitu adanya pemahaman yang relatif benar terhadap esensi agama
itu sendiri , Kedua, dialog antar agama diperlukan dalam rangka membangun kembali kirakira bagaimana relasi antar agama yang terbaik, dan sampai saat ini belum ada formula
dialog yang terbaik.
Ada beberapa model yang bisa dilakukan untuk melaksanakan dialog antar umat
beragama / antar iman yang di kemukakan oleh Kimball sebagai berikut ( Ajat Sudrajat,
2009:158 ) :
1) Dialog Parlementer. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh umat
beragama di tingkat dunia.
2) Dialog Kelembagaan. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan Organisasiorganisasi keagamaa.
3) Dialog Teologi . Tujuannya adalah untuk membahas persoalan-persoalan teologis
filosofi.
4) Dialog dalam Masyarakat. Dialog ini dilakukan dalam bentuk kerjasama dari
komunitas agama yang plural yang menggarap dan menyelesaikan masalahmasalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
5) Dialog Kerohanian . Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memperdalam
kehidupan spiritual di antara berbagai agama .
Contoh :
-

Dialog antar agama yang dilakukan oleh negara Indonesia Austria , Selasa
(9/11). Austria adalah negara maju dan negara barat, sedangkan Indonesia adalah

negara berkembang dengan penduduk Islam terbesar di dunia . komunikasi antara


umat beragama di kedua negara dapat terjalin dalam beragam bentuk mulai dari
kegiatan pendidikan, dialog secara bersama, kunjungan antar pemimpin atau
pemuka agama antara kedua negara. "Kita berkolaborasi untuk capai tujuan yang
-

sama," kata SBY.


Kegiatan dialog yang diadakan oleh LSM Dian Interfidai. Hal-hal yang yang
didiskusikan adalah suatu isu yang sedang hangat diperbincangkan di dalam
masyarakat. Suatu isu tersebut didiskusikan berlandaskan pandangan masingmasing agama. Sehingga, menimbulkan suatu kesepakatan baru mengenai isu
tersebut. Sebagai contoh, yaitu isu tentang mengucapan salam bagi umat selain
Muslim.
Sebenarnya tugas untuk mendaratkan misi illahiyah, holisitas agama, agar

keberadaan agama menyemai dari agama yang terlembaga menjadi perilaku umat, dari
agama yang ideologis-dogmatis menjadi perilaku agama yang inklusif-empirik bukanlah
hanya tugas dari para agamawan dan rohaniawan. Tugas tersebut juga merupakan tugas
dari para akademisi, oleh sebab itu menjadi sangat penting untuk membumikan dialog
agama di ruang kuliah.
Menurut Arjita STh mantan pejabat Bimas Kristen Kemenag Kanwil DIY, dialog
agama di Perguruan Tinggi adalah dengan memberikan pengertian bahwa dalam agamaagama sesungguhnya ada simpul-simpul persamaannya, walaupun tidak mengingkari
terhadap perbedaannya, pemahaman ini mengajak mahasiswa utnuk memandang secara
positif agama lain. Arjita juga menambahkan bahwa penyadaran ini dikemas dalam sebuah
pemahaman bahwa dalam setiap agama termuat nilai holistic-profetik, seperti keselamatan
dan amal kebajikan. Kegiatan ini dapat berdampak positif pada generasi kita, yaitu
generasi yang bukan eksklusive. (Hamdan Farchan, 1998:10)
Dengan dialog antaragama diharapkan terjadi pertukaran nilai dan informasi
keagamaan antar pemeluk agama yang berbeda untuk mencapai bentuk kerja sama dalam
semangat

kerukunan.

Dengan

demikian

diberdayakan sebagaiman semestinya.

agama

menjadi

berfungsi

dan

dapat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu tolerare yang berarti bertahan
atau memikul. Toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati setiap orang yang
berbeda-beda baik secara etnis, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian, kepercayaan
maupun tingkah laku.
Manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi adalah Menghindari terjadinya
perpecahan, memperkokoh silaturahmi dan dapat menerima perbedaan. Akibat apabila
toleransi diabaikan adalah menimbulkan konflik di dalam masyarakat semakin maraknya
pelanggaran HAM.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa
mempersoalkan perbedaan keyakinan.

Prinsip yang mengakar paling kuat dalam

pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada
sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia
merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan
agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat
Islam.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi
dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan

bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup
dinegeri ini.
Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu kerukunan intern umat beragama,
kerukunan antar umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak
pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk
kelancaran pembangunan. Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman dan
keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan atau
agama. Dalam Al-Quran terdapat beberapa teks yang mendukung sikap positif terhadap
keyakinan lain. Juga terdapat ayat-ayat yang bersifat netral.
Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan mempunyai makna bagi
kehiduipan dan kemajuan masyarakat plural.
Pluralitas merupakan realitas hidup manusia dan keberadaannya tidak bisa dianulir.
Untuk membangun perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama merupakan hal yang
mutlak.
Dialog agama diselenggarakan sebagai usaha untuk mempertemukan tokkoh-tokoh
agama dalam rangka pembinaan kerukunan umat beragama. Dengan dialog antaragama
diharapkan terjadi pertukaran nilai dan informasi keagamaan antar pemeluk agama yang
berbeda untuk mencapai bentuk kerja sama dalam semangat kerukunan. Dengan demikian
agama menjadi berfungsi dan dapat diberdayakansebagaiman semestinya. sangat penting
untuk membumikan dialog agama di ruang kuliah.
Ada dua hal yang sesungguhnya ingin dicapai dialog antar agama ini. Pertama,
pada tataran normatif yaitu adanya pemahaman yang relatif benar terhadap esensi agama
itu sendiri , Kedua, dialog antar agama diperlukan dalam rangka membangun kembali kirakira bagaimana relasi antar agama yang terbaik,
B. Saran

Dewasa ini, diharapkan adanya peningkatan kerukunan antar umat beragama di


Indonesia. Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari
perpecahan, menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.
Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan
mengeksistensi sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus
diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten

DAFTAR PUSTAKA
Ajat Sudrajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008
Hamdan Farchan, Dari Teologi Profesional ke Teologi Praktisi, Kompas, 15 Februari 1999. Hlm.
4.
Hamdan Farchan, Dari Teologi Profesional ke Teologi Praktisi, Kompas, 15 Februari 1999. Hlm.
5.
Hamdan Farchan, Membumikan Dialog Agama Di Ruang Kuliah, Bakti, No. 79 (Januari), 1998.
Hlm. 10.
Hamdan Farchan, Pluralitas dan Potensi Konflik (Makalah Workshop Mediasi Konflik Tingkat
Wilayah Jateng, Pati, 2005). Hlm. 1.
Hamdan Farchan, Kesadaran Pluralisme Modal Dasar Membangun Demokrasi (Makalah
Workshop Mengawal Kebijakan Pemda Menegakkan Keadilan, 2002). Hlm. 2.
Hamdan

Farchan,

Reaktualisasi

Gerakan

Sosial

Berbasis

Pluralisme

Untuk

Perdamaian(Makalah Workshop di Glagah Kulon Progo Yogyakarta, 2003). Hlm. 4.


Hamdan Farchan, Agama Dan HAM Dalam Konteks Masyarakat Pluralis (Makalah Workshop
di CD BethesdaYogyakarta, 2003). Hlm. 2.
Syamsul

Arifin, Toleransi

Antar-Umat

Beragama

dalam

(Dalamwww.Yayasan An NabaCenter.org.,2009). Hlm. 4.

Pandangan

Islam,

Syamsul

Arifin, Toleransi

Antar-Umat

Beragama

dalam

Pandangan

Islam,

Pandangan

Islam,

Pandangan

Islam,

(Dalamwww.Yayasan An NabaCenter.org.,2009). Hlm. 5.


Syamsul

Arifin, Toleransi

Antar-Umat

Beragama

dalam

(Dalamwww.Yayasan An NabaCenter.org.,2009). Hlm. 2.


Syamsul

Arifin, Toleransi

Antar-Umat

Beragama

dalam

(Dalamwww.Yayasan An NabaCenter.org.,2009). Hlm. 3.

Anda mungkin juga menyukai