Nama
NPM
1. Nisia Maharani
2. Adzomi Riski Wardana
3. Pitria Khairunnisa
4. Yonansah Abiyoga
5. Adang Kurnia Mulyana
6. Alifa Rachmania H P
7. Deny Dwi Hartanto
8. Luthfi Hakim Ruzandy
9. Anggi Agustinasari Widodo
10. Intan Permata S
12700013
12700025
12700057
12700079
12700185
12700199
12700221
12700239
12700243
12700247
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Toleransi
Toleransi
berasal
dari
bahasa
Latin
yaitu
tolerare
yang
berartibertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal
dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi
juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Menurut Siagian (1993) toleran diartikan dengan saling memikul walaupun
pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah
pihak tidak sependapat. (Ajat Sudrajat, 2008:141)
Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut ikhtimal, tasamuh yang artinya
membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut,
yaitu antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan
yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.(As-Syuro:13)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak
terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat
beragama maupun sesama umat beragama.
2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh
tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia
lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya,
perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama
merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika
masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama,
bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas
dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan
untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan
terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
Hal-hal yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan adalah:
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang
tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi
alamiah dari prinsip ini.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas.
Tidak ada paksaan dalam agama, Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama
kami (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam .
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan
agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat
Islam. Al-Quran juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana
perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat Islam dengan umat beragama
lain. Kerjasama dalam bidang kehidupan masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan,
pemberantasan penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan,
adalah beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat
beragama lain. (Ajat Sudrajat,2008:149).
Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan
mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk
mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu
menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bis menciptakan kedamaian dan
kebersamaan (Ajat Sudrajat, 2008:149).
Berbeda halnya dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi
di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa
kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu
menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang. Toleransi antar-agama yang kemudian
meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden Soeharto
dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: "Pemerintah tidak akan menghalangi
penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi mereka yang
belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat agar
melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama". (:1)
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi
dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup
dinegeri ini.
Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu sebagai berikut:
1) Kerukunan intern umat beragama.
- Pertentangan di antara pemuka agama yang bersifat pribadi jangan
-
keagamaan di Indonesia.
3) Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
- Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen
-
Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi
Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama
pihak lain
Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
Pancasila, hal tersebut sebagai titik tolak pembangunan. Perbedaan suku, adat dan agama
bukanlah menjadi tombak permusuhan melainkan untuk memperkokoh persatuan.
Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak
pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk
kelancaran pembangunan.
Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kehidupan keagamaan dan kepercayaan harus
dikembangkan sehingga terbina hidup rukun diantara sesama umat beragama untuk
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam membangun masyarakat. Selain itu,
Sebagai warga negara Indonesia, umat Islam Indonesia harus berpartisipasi secara
langsung dalam pembangunan negara Indonesia, bersama pemeluk agama lain.
Islam tidak membenarkan umat Islam bersikap eksklusif dalam tugas dan
kewajiban bersama sebagai anggota warga negara Indonesia.(:17)
Agama menampakkan diri dalam berbagai perwujudan, seperti terlihat dalam
sistem pemikirannya, baik yang berupa sistem keyakinan maupun norma. Ia juga
menampakkan diri lebih lanjut dalam bentuk sistem peribadatan, dan ini terlihat dengan
adanya rumah-rumah ibadah dan tradisi-tradisi keagamaan. Penampakkan lebih lanjut
terlihat dalam bentuk persekutuan atau kelembagaan keagamaan, seperti adanya kelompokkelompok umat beragama dan lembaga-lembaga keagamaan serta lembaga-lembaga sosial
keagamaan. (Ajat Sudrajat,2008:152)
Melalui perwujudan yang bercorak kelembagaan, agama menjadi kekuatan nyata
dalam proses pembangunan bangsa. Otoritas kepemimpinan keagamaan merupakan faktor
yang ikut menentukan pola kesatuan dan kerukunan umat beragama. Dengan otoritas
tersebut, para pemimpin agama beserta lembaga-lembaga keagamaannya menggarap
masalah-masalah yang tidak terjangkau oleh tangan pemerintah.
Peranan para pemimpin dan tokoh agama dalam pembangunan antara lain sebagai
berikut:
1) Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat
2) Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan kedalam bahasa yang dimengerti
oleh rakyat
3) Memberikan pendapat, saran dan krtitik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara
yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan
4) Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembangunan (Ajat Sudrajat, 2008:152-153)
D. Pluralisme Agama sebagai Suatu Keniscayaan Sosial
Pengertian pluralitas secara sederhana dapat dimaknai: Kemajemukan, keragaman
dan keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan,
kehendak, pilihan status, eksistensi maupun perbedaan yang bersifat kodrati dan alami.
Dengan demikian perbedaan bisa antar individu dengan individu, antar individu dengan
komunitas
maupun
antar
komunitas
dengan
komunitas.
(Hamdan
Farchan,
Dan masih banyak lagi ayat yang menerangkan tenang hal seperti ini seperti dalam
Al-Quran surat Al-Ira (17): 84, Ibrahim (14): 4, Al-Kafirun (109): 6, dan Al Baqarah (2):
148. (Hamdan Farchan, 1999:5)
Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasaan golongan
agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan
kebiasaan sendiri.
Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan sungguh-
Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga terjadi
saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan bersama. (Ajat Sudrajat,
2008:155-156)
Adanya informasi dan kesadaran akan pluralitas keagmaan yang menjangkau
konsep ajaran dan praktek ajarannya dapat menciptakan kerukunan hidup beragama, saling
memahami dan menghormati antar pemeluk agama menuju keharmonisan hidup beragama.
kuatnya belenggu wacana yang abstrak di antara aktivis tentang pluralisme agama, secara
tidak sadar telah terjadi berbagai pemahaman yang distortif mengenai kesadaran pluralisme
agama di masyarakat versi aktivis atau akademisi, sehingga tidak bisa membedakan mana
Perlu melibatkan elemen masyarakat secara luas dari berbagai strata masyarakat
Memadukan antara wacana dan kegiatan ril di masyarakat
Melakukan yang kita mampu dan kontekstual berpegang dengan karakter lokalitas
dimana kita berada, yang mengedepankan persamaan-persamaan di antara kita
keterasingan dan rasa kesendirian dalam hidup berkebangsaan serta menghindari terjadinya
berbagai konflik yang dapat terjadi di dalam masyarakat. Penyadaran pluralisme agama
penting dilakukan di Indonesia karena masyarakatnya yang majemuk secara kepercayaan
atau agama, dengan kesadaran ini akan memberikan tempat yang sama bagi setiap individu
maupun kelompok masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan kreatifitasnya secra
maksimal melalui hidup yang bebas, jujur dan bertanggung jawab.
perbedaan
mengutamakan
nilai-nilai
komunikasi
dasar
interpersonal,
agama
dalam
komunikasi
masyarakat,
antarbudaya
seharusnya
dan
kearifan
masyarakat lokal, bukan komunikasi pengerahan massa menghadapi masyarakat lain yang
berbeda. Dengan begitu, ketegangan konflik antarsesama akan terhindarkan .
Setidaknya ada empat paradigma yang dapat diungkapkan untuk dijadikan landasan
dalam melakukan dialog antaragama, yaitu: kesadaran akan perbedaan, kebebasan
beragama, kebenaran bersifat universal dan doktrin supersessionisme Alquran sebagai
legitimasi bagi agama-agama sebelumnya . Selain itu setidaknya ada dua hal yang dapat
dijadikan alasan perlunya diadakan dialog antaragama. Pertama, secara sosiologis, yakni
era globalisasi dan informasi yang telah melanda seluruh aspek kehidupan manusia Kedua,
secara kemanusiaan , yaitu sebagaimana yang kita lihat dewasa ini, peradaban modern
telah tampil dalam dua wajah yang antagonistis . Pengertian dialog antaragama adalah
suatu tema antara dua atau lebih pemeluk agama yang berbeda, di mana diadakan
pertukaran nilai dan informasi keagamaan pihak masing-masing untuk mencapai bentuk
kerja sama dalam semangat kerukunan .
Berikut ini adalah beberapa pedoman dasar dialog antaragama menurut Leonard
Swidler .
1) Tujuan dialog antaragama adalah untuk menambah pengetahuan.
2) Dialog antar agama harus dari 2 pihak yang masing-masing sebagai pemeluk
agama.
3) Masing-masing pihak harus bersikap jujur dan ikhlas.
4) Dalam dialog antaragama tidak boleh membandingkan antara konsep dengan
praktek. Tetapi hendaknya yang dibandingkan adalah konsep dengan konsep,
ataupun sebaliknya.
5) Masing-masing pihak harus memposisikan dirinya sesuai dengan eksisitensinya
sendiri.
6) Masing-masing pihak tidak dibenarkan memiliki asumsi untuk mencari perbedaanperbedaan, tetapi harus berusaha mencoba setuju dengan pihak lain sejauh masih
terpelihara integritas keyakinannya.
7) Dialog antaragama hanya bisa dilakukan dengan posisi seimbang.
8) Dialog antaragama bisa terlaksana atas dasar saling percaya.
9) Orang yang mengikuti dialog antaragama, hendaknya memiliki sifat kritis terhadap
dirinya dan agamanya.
10) Masing-masing pihak harus mencoba untuk menghayati agama atau kepercayaan
pihak lain secara mendalam.
11) Dialog antaragama mencakup tiga bidang lapangan operasional. Pertama, dialog
antaragama dalam dataran praksis , Kedua, dialog antaragama dalam dataran
spritual , Ketiga dialog antaragama dalam dataran kognitif.
12) Dialog antaragama dapat dilakukan dalam tiga tingkatan. Pertama tingkatan saling
mengenal dan mengetahui satu sama lain di antara para pemeluk agama , Kedua
tingkatan adanya upaya untuk saling mengamati perbedaan nilai-nilai yang diyakini
masing-masing pemeluk agama yang berbeda dengan harapan untuk mencari
penyesuaian dengan diri sendiri. Ketiga, tingkatan adanya upaya untuk mencari dan
menyingkapkan wilayah realitas baru dan kebenaran yang belum terungkap
sebelumnya sebagai hasil dari dialog tersebut .
Ada dua hal yang sesungguhnya ingin dicapai dialog antar agama ini. Pertama,
pada tataran normatif yaitu adanya pemahaman yang relatif benar terhadap esensi agama
itu sendiri , Kedua, dialog antar agama diperlukan dalam rangka membangun kembali kirakira bagaimana relasi antar agama yang terbaik, dan sampai saat ini belum ada formula
dialog yang terbaik.
Ada beberapa model yang bisa dilakukan untuk melaksanakan dialog antar umat
beragama / antar iman yang di kemukakan oleh Kimball sebagai berikut ( Ajat Sudrajat,
2009:158 ) :
1) Dialog Parlementer. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh umat
beragama di tingkat dunia.
2) Dialog Kelembagaan. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan Organisasiorganisasi keagamaa.
3) Dialog Teologi . Tujuannya adalah untuk membahas persoalan-persoalan teologis
filosofi.
4) Dialog dalam Masyarakat. Dialog ini dilakukan dalam bentuk kerjasama dari
komunitas agama yang plural yang menggarap dan menyelesaikan masalahmasalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
5) Dialog Kerohanian . Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memperdalam
kehidupan spiritual di antara berbagai agama .
Contoh :
-
Dialog antar agama yang dilakukan oleh negara Indonesia Austria , Selasa
(9/11). Austria adalah negara maju dan negara barat, sedangkan Indonesia adalah
keberadaan agama menyemai dari agama yang terlembaga menjadi perilaku umat, dari
agama yang ideologis-dogmatis menjadi perilaku agama yang inklusif-empirik bukanlah
hanya tugas dari para agamawan dan rohaniawan. Tugas tersebut juga merupakan tugas
dari para akademisi, oleh sebab itu menjadi sangat penting untuk membumikan dialog
agama di ruang kuliah.
Menurut Arjita STh mantan pejabat Bimas Kristen Kemenag Kanwil DIY, dialog
agama di Perguruan Tinggi adalah dengan memberikan pengertian bahwa dalam agamaagama sesungguhnya ada simpul-simpul persamaannya, walaupun tidak mengingkari
terhadap perbedaannya, pemahaman ini mengajak mahasiswa utnuk memandang secara
positif agama lain. Arjita juga menambahkan bahwa penyadaran ini dikemas dalam sebuah
pemahaman bahwa dalam setiap agama termuat nilai holistic-profetik, seperti keselamatan
dan amal kebajikan. Kegiatan ini dapat berdampak positif pada generasi kita, yaitu
generasi yang bukan eksklusive. (Hamdan Farchan, 1998:10)
Dengan dialog antaragama diharapkan terjadi pertukaran nilai dan informasi
keagamaan antar pemeluk agama yang berbeda untuk mencapai bentuk kerja sama dalam
semangat
kerukunan.
Dengan
demikian
agama
menjadi
berfungsi
dan
dapat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu tolerare yang berarti bertahan
atau memikul. Toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati setiap orang yang
berbeda-beda baik secara etnis, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian, kepercayaan
maupun tingkah laku.
Manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi adalah Menghindari terjadinya
perpecahan, memperkokoh silaturahmi dan dapat menerima perbedaan. Akibat apabila
toleransi diabaikan adalah menimbulkan konflik di dalam masyarakat semakin maraknya
pelanggaran HAM.
Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa
mempersoalkan perbedaan keyakinan.
pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada
sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia
merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.
Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan
agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat
Islam.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi
dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup
dinegeri ini.
Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu kerukunan intern umat beragama,
kerukunan antar umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak
pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk
kelancaran pembangunan. Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman dan
keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan atau
agama. Dalam Al-Quran terdapat beberapa teks yang mendukung sikap positif terhadap
keyakinan lain. Juga terdapat ayat-ayat yang bersifat netral.
Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan mempunyai makna bagi
kehiduipan dan kemajuan masyarakat plural.
Pluralitas merupakan realitas hidup manusia dan keberadaannya tidak bisa dianulir.
Untuk membangun perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama merupakan hal yang
mutlak.
Dialog agama diselenggarakan sebagai usaha untuk mempertemukan tokkoh-tokoh
agama dalam rangka pembinaan kerukunan umat beragama. Dengan dialog antaragama
diharapkan terjadi pertukaran nilai dan informasi keagamaan antar pemeluk agama yang
berbeda untuk mencapai bentuk kerja sama dalam semangat kerukunan. Dengan demikian
agama menjadi berfungsi dan dapat diberdayakansebagaiman semestinya. sangat penting
untuk membumikan dialog agama di ruang kuliah.
Ada dua hal yang sesungguhnya ingin dicapai dialog antar agama ini. Pertama,
pada tataran normatif yaitu adanya pemahaman yang relatif benar terhadap esensi agama
itu sendiri , Kedua, dialog antar agama diperlukan dalam rangka membangun kembali kirakira bagaimana relasi antar agama yang terbaik,
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ajat Sudrajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008
Hamdan Farchan, Dari Teologi Profesional ke Teologi Praktisi, Kompas, 15 Februari 1999. Hlm.
4.
Hamdan Farchan, Dari Teologi Profesional ke Teologi Praktisi, Kompas, 15 Februari 1999. Hlm.
5.
Hamdan Farchan, Membumikan Dialog Agama Di Ruang Kuliah, Bakti, No. 79 (Januari), 1998.
Hlm. 10.
Hamdan Farchan, Pluralitas dan Potensi Konflik (Makalah Workshop Mediasi Konflik Tingkat
Wilayah Jateng, Pati, 2005). Hlm. 1.
Hamdan Farchan, Kesadaran Pluralisme Modal Dasar Membangun Demokrasi (Makalah
Workshop Mengawal Kebijakan Pemda Menegakkan Keadilan, 2002). Hlm. 2.
Hamdan
Farchan,
Reaktualisasi
Gerakan
Sosial
Berbasis
Pluralisme
Untuk
Arifin, Toleransi
Antar-Umat
Beragama
dalam
Pandangan
Islam,
Syamsul
Arifin, Toleransi
Antar-Umat
Beragama
dalam
Pandangan
Islam,
Pandangan
Islam,
Pandangan
Islam,
Arifin, Toleransi
Antar-Umat
Beragama
dalam
Arifin, Toleransi
Antar-Umat
Beragama
dalam