Bab 2 PDF
Bab 2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi evaporasi
Menurut Melly (2012), menyatakan bahwa evaporasi sendiri merupakan proses
perubahan molekul yang memiliki fasa cair dengan spontan menjadi fasa gas. Proses ini
adalah kebalikan dari kondensasi. Menurut Mc. Cabe (1999), evaporasi atau penguapan juga
dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih. Menurut
Geankoplis (1997), evaporator adalah alat untuk menguapkan zat pelarut pada suatu larutan.
Pada evaporasi, uap dari larutan mendidih dihilangkan dan membiarkan konsentrasi larutan.
Pada kasus yang lebih besar evaporasi lebih terfokus pada penghilangan air dari larutan encer.
II.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Menurut Melly (2012) menyatakan bahwa, proses evaporasi yang terjadi dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu:
a. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan.
Pada umumnya, larutan yang masuk ke dalam evaporator berkonsentrasi rendah,
memiliki viskositas yang rendah (hampir sama dengan air) dan memiliki nilai koefisien
pindah panas yang cukup tinggi. Setelah mengalami proses evaporasi, konsentrasi dan
viskositas larutan akan meningkat. Hal ini menyebabkan nilai koefisien pindah panas
turun drastis.
b. Kelarutan
Ketika larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut meningkat, batas nilai kelarutan
suatu zat akan tercapai sebelum terbentuk kristal/padatan. Kondisi ini adalah batas
maksimum konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang bisa dicapai melalui proses
evaporasi. Pada batas kelarutan ini, jika larutan panas didinginkan kembali ke suhu
ruang maka akan terbentuk kristal.
c. Temperatur sensitif dari suatu zat
Banyak produk, terutama produk pangan dan produk biologi lainnya sangat sensitif
terhadap temperatur dan mudah terdegradasi pada suhu tinggi.
d. Foaming
Beberapa zat yang membentuk larutan kaustik, larutan pangan seperti susu skim, dan
beberapa lautan asam lemak akan membentuk busa (foam) selama proses pemanasan.
Busa akan mengikuti uap keluar dari evaporator sehingga menyebabkan ada massa yang
hilang.
e. Tekanan dan Temperatur
Titik didih suatu larutan bergantung pada tekanan dari sistem. Semakin tinggi tekanan
dalam sistem, maka titik didih suatu larutan akan semakin tinggi. Dalam proses
evaporasi, semakin tinggi konsentrasi larutan maka temperatur akan semakin tinggi pula.
Oleh karena itu, jika ingin menjaga agar suhu tidak terlalu tinggi digunakan tekanan di
bawah 1 atm (keadaan vakum).
II-1
II-2
II-3
II-4
Forced circulation
Tipe jenis ini dikembangkan untuk memproses liquour yang dapat menyebabkan kerak
atau pembentukan kristal pada evaporator. Liquid disirkulasikan pada laju alir yang tinggi
melalui heat exchanger. Kemudian liquid masuk kedalam separator pada tekanan absolut,
liquid mengalami proses pemanasan secara flash menjadi vapor. Aplikasi utama dari jenis
ini terjadi pada produk yang memiliki material yang mudah terdegradasi menjadi solid.
Laju sirkulasi yang tinggi pada liquour membantu meminimalkan terjadinya deposit atau
kristal pada permukaan evaporator.
Koefisien perpindahan panas film cair dapat ditingkatkan dengan memompa sirkulasi
cairan di dalam tabung. Hal ini bisa dilakukan dalam tabung panjang jenis vertikal dengan
menambahkan sambungan pipa dengan pompa antara keluaran concentrate dan feed.
Namun, biasanya dalam forced circulation type, tabung vertikalnya lebih pendek dari pada
tipe tabung panjang. Tipe ini sangat berguna untuk cairan kental.
f. Wiped film
Wiped atau agitated evaporator memiliki keterbatasan dalam aplikasi. Pada tipe ini
feed masuk pada bagian evaporator kemudian menyebar dengan bantuan wiper blades
menuju permukaan vertical secara silindris. Proses evaporasi yang terjadi memerlukan
tempat sebagai tempat bergeraknya lapisan tipis pada dinding evaporator.
g. Plate type evaporator
Tipe jenis ini dikembangkan oleh APV pada tahun 1957 sebagai alternative dari
sistem tubular. Tipe plate evaporator kelebihan diantaranya memiliki luas permukaan
perpindahan panas yang cukup besar, kapasitas evaporatornya pun dapat ditambah, waktu
tinggal yang lebih pendek menghasilkan kualitas produk yang lebih baik, design yang
praktis dengan headroom yang rendah, serta biaya instalasinya yang murah.
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-5
II-6
II-7
........................................................(1)
Dimana :
Q
: jumlah panas yang berpindah dalam evaporator (W atau btu/h)
U
: koefisien perpindahan panas overall (W/m2 K atau btu/h.ft3.oF)
A
: luas penampang perpindahan panas (m2 atau ft2)
T
: beda suhu antara steam jenuh dan cairan yang mendidih dalam
evaporator (K atau oC atau oF)
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, dibuat neraca massa dan panas evaporator
yang digambarkan seperti pada flow diagram berikut :
II-8
........................................................(2)
suhu uap keluar dan suhu produk serta suhu liquid dalam evaporator adalah sama, karena uap
(V) dan liquid (L) berada dalam kesetimbangan. Neraca massa untuk proses diatas (anggap
steady state) dapat dituiskan :
Rate of mass in = rate of mass out
................................(3)
......................................................(4)
....................................................(5)
............................................(6)
Asumsi steady state maka akumulasi = 0, sehingga persamaan diatas dapat ditulis:
Total energi masuk = Total energi keluar
.
................................(7)
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-9
.................................(8)
........................................(9)
............................................(10)
Pada persamaan-persamaan diatas, panas laten steam () pada suhu steam jenuh Ts
mudah di dapat dari tabel. Tetapi entalpi dari feed dan produk sulit dicari karena memang
sering datanya tidak tersedia. Untuk itu maka kadang-kadang perlu dilakukan aproksimasi
untuk dapat menyelesaikan perhitungan diatas.
II.6 Pertukaran Panas Secara Tidak Langsung
Pertukaran panas secara tidak langsung memungkinkan terjadinya perpindahan panas
dari suatu fluida ke fluida lain melalui dinding pemisah. Berdasarkan arah aliran fluida,
pertukaran panas dapat dibedakan :
II.6.1 Pertukaran Panas dengan Aliran Searah (Co-current / Paralel flow)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi penukar
panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan keluar ada sisi yang sama pula.
Karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar
panas ( Tcb ) tidak dapat melebihi temperatur luida panas yang keluar dari alat penukar panas
(Thb), sehingga diperlukan media pendingin atau media pemanas yang banyak. Neraca panas
yang terjadi (Hartono, 2008).
Mc . ( Tcb Tca ) = Mh . ( Tha Thb)..................................(11)
II-10
q = U . A . TLMTD . (12)
U = koefisien perpindahan panas secara keseluruhan ( W / m2.0C )
A = luas perpindahan panas ( m2 )
T LMTD = T2 - T1
( log mean temperature diffrensial )
ln ( T2 / T1 )
T2 = Thb Tcb
T1 = Tha - Tca
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-11