Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi evaporasi
Menurut Melly (2012), menyatakan bahwa evaporasi sendiri merupakan proses
perubahan molekul yang memiliki fasa cair dengan spontan menjadi fasa gas. Proses ini
adalah kebalikan dari kondensasi. Menurut Mc. Cabe (1999), evaporasi atau penguapan juga
dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih. Menurut
Geankoplis (1997), evaporator adalah alat untuk menguapkan zat pelarut pada suatu larutan.
Pada evaporasi, uap dari larutan mendidih dihilangkan dan membiarkan konsentrasi larutan.
Pada kasus yang lebih besar evaporasi lebih terfokus pada penghilangan air dari larutan encer.
II.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Menurut Melly (2012) menyatakan bahwa, proses evaporasi yang terjadi dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu:
a. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan.
Pada umumnya, larutan yang masuk ke dalam evaporator berkonsentrasi rendah,
memiliki viskositas yang rendah (hampir sama dengan air) dan memiliki nilai koefisien
pindah panas yang cukup tinggi. Setelah mengalami proses evaporasi, konsentrasi dan
viskositas larutan akan meningkat. Hal ini menyebabkan nilai koefisien pindah panas
turun drastis.
b. Kelarutan
Ketika larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut meningkat, batas nilai kelarutan
suatu zat akan tercapai sebelum terbentuk kristal/padatan. Kondisi ini adalah batas
maksimum konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang bisa dicapai melalui proses
evaporasi. Pada batas kelarutan ini, jika larutan panas didinginkan kembali ke suhu
ruang maka akan terbentuk kristal.
c. Temperatur sensitif dari suatu zat
Banyak produk, terutama produk pangan dan produk biologi lainnya sangat sensitif
terhadap temperatur dan mudah terdegradasi pada suhu tinggi.
d. Foaming
Beberapa zat yang membentuk larutan kaustik, larutan pangan seperti susu skim, dan
beberapa lautan asam lemak akan membentuk busa (foam) selama proses pemanasan.
Busa akan mengikuti uap keluar dari evaporator sehingga menyebabkan ada massa yang
hilang.
e. Tekanan dan Temperatur
Titik didih suatu larutan bergantung pada tekanan dari sistem. Semakin tinggi tekanan
dalam sistem, maka titik didih suatu larutan akan semakin tinggi. Dalam proses
evaporasi, semakin tinggi konsentrasi larutan maka temperatur akan semakin tinggi pula.
Oleh karena itu, jika ingin menjaga agar suhu tidak terlalu tinggi digunakan tekanan di
bawah 1 atm (keadaan vakum).

II-1

II-2

Bab II Tinjauan Pustaka


Menurut Novianti (2009) menyatakan bahwa, proses evaporasi dapat dipercepat
dengan cara :
1. Mempercepat pemasokan panas di atas titik didihnya (contoh: T, H, A)
2. Memperluas permukaan cairannya (film evaporator)
3. Meningkatkan koefisien perpindahan panasnya (Uo)
4. Menurunkan tekanan/ menurunkan titik didihnya
5. Mempercepat aliran pemindahan uapnya
II.1.3 Tipe Evaporator
Menurut Geankoplis (1997), ada beberapa jenis-jenis evaporator, yaitu :
1. Batch Pan
Evaporator tipe batch pan merupakan jenis evaporator model lama yang sudah
jarang digunakan, namun hanya sedikit industri masih memakainya seperti industri
pembuatan selai dan jelly dan beberapa produk farmasi. Evaporator tipe batch pan
memerlukan waktu tinggal yang lama oleh karena itu tipe evaporator jenis ini tidak
disarankan untuk produk yang memiliki titik didih yang rendah atau mudah terdegradasi
oleh panas. Tipe batch pan memiki tipe pemanas jacket atau heating coil. Perpindahan
panas yang terjadi pada tipe ini sangat kecil dikarenakan luas permukaan pada vessel yang
sangat kecil dan proses perpindahan panas ini terjadi secara konveksi. Koefisien
perpindahan panasnya dapat dikatakan sangat kecil jika dibandingkan dengan tipe
evaporator jenis lain. Luas permukaan serta koefisien perpindahan panas yang kecil
mengakibat kapasitas evaporator menjadi terbatas. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, proses perpindahan panas dapat dilakukan dengan cara agitasi didalam vessel.
Pada banyak kasus, perbedaan temperatur yang cukup jauh tidak dapat menggunakan tipe
evaporator ini. Hal ini dikarenakan untuk menghindari terjadinya kerak pada permukaan
vessel.
2. Tubular Evaporator
a. Natural Circulation

Gambar II.1 Natural Circulation Tubular Evaporator


Uap masuk ke dalam pipa, di mana uap tersebut akan terkondensasi. Kondesat uap
keluat dari ujung lain pipa. Larutan yang berupa cairan mendidih menyelimuti pipa. Uap
keluar dari permukaan cairan, seringkali melewati beberapa alat penjerap seperti baffle
untuk mencegah carryover titik-titik cairan, dan keluar melalui puncak. Jenis ini relatif
murah dan digunakan untuk cairan yang encer dengan koefisien transfer panas tinggi dan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-3

Bab II Tinjauan Pustaka


cairan yang tidak menghasilkan kerak/scale. Karena sirkulasi cairan buruk, mereka tidak
cocok untuk cairan yang kental. Dalam hampir banyak kasus, evaporator ini dan jenis lain
yang dibahas berikutnya dioperasikan secara kontinyu, di mana umpan masuk pada laju
alir/rate kosntan dan konsentrat keluar pada rate konstan pula.
b. Rising Film Tubular
Pada jenis evaporator ini, pipa vertikal lebih banyak digunakan daripada horizontal,
dan cairan berada di dalam pipa dan uap mengembun di luar pipa. Karena pemanasan dan
penurunan pada nilai densitas, cairan meluap dalam pipa akibat sirkulasi alami seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 8.2-1b dan mengalir turun melalui ruang besar terbuka
sentral atau downcomer. Sirkulasi alami ini meningkatkan nilai koefisien transfer panas.
Evaporator jenis ini tidak digunakan untuk cairan kental.Jenis ini sering disebut sebagai
evaporator pipa pendek. Salah satu variasi jenis ini adalah jenis basket/keranjang, di mana
pipa vertikal digunakan tetapi unsur pemanasan yang ada tersuspensikan pada bagian
badan sehingga terdapat ruang anular terbuka sebagai downcomer.

Gambar II.2 Rising Film Tubular Evaporator


c.

Falling Film Tubular


Tipe evaporator jenis ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari prinsip rising film
evaporator. Tipe jenis ini memiliki keuntungan yaitu film ini terbentuk searah dengan
gravitasi. Sehingga, hasil film yang terbentuk cepat dan lebih tipis. Hal ini mengakibatkan
waktu kontak lebih pendek sehingga akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan panas.

Gambar II.3 Falling film Evaporator


d. Rising/ falling film tubular
Rising / falling film evaporator memiliki beberapa keuntungan yaitu head pada rising
film unit lebih pendek. Rising/falling film tubular memiliki tube bundle sekitar setengah
dari ketinggian dari unit tipe evaporator rising atau falling film, dan separator vapor dan
liquid berada pada bagian bawah calandria.
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-4

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.4 Rising Film Evaporator


e.

Forced circulation
Tipe jenis ini dikembangkan untuk memproses liquour yang dapat menyebabkan kerak
atau pembentukan kristal pada evaporator. Liquid disirkulasikan pada laju alir yang tinggi
melalui heat exchanger. Kemudian liquid masuk kedalam separator pada tekanan absolut,
liquid mengalami proses pemanasan secara flash menjadi vapor. Aplikasi utama dari jenis
ini terjadi pada produk yang memiliki material yang mudah terdegradasi menjadi solid.
Laju sirkulasi yang tinggi pada liquour membantu meminimalkan terjadinya deposit atau
kristal pada permukaan evaporator.
Koefisien perpindahan panas film cair dapat ditingkatkan dengan memompa sirkulasi
cairan di dalam tabung. Hal ini bisa dilakukan dalam tabung panjang jenis vertikal dengan
menambahkan sambungan pipa dengan pompa antara keluaran concentrate dan feed.
Namun, biasanya dalam forced circulation type, tabung vertikalnya lebih pendek dari pada
tipe tabung panjang. Tipe ini sangat berguna untuk cairan kental.
f. Wiped film
Wiped atau agitated evaporator memiliki keterbatasan dalam aplikasi. Pada tipe ini
feed masuk pada bagian evaporator kemudian menyebar dengan bantuan wiper blades
menuju permukaan vertical secara silindris. Proses evaporasi yang terjadi memerlukan
tempat sebagai tempat bergeraknya lapisan tipis pada dinding evaporator.
g. Plate type evaporator
Tipe jenis ini dikembangkan oleh APV pada tahun 1957 sebagai alternative dari
sistem tubular. Tipe plate evaporator kelebihan diantaranya memiliki luas permukaan
perpindahan panas yang cukup besar, kapasitas evaporatornya pun dapat ditambah, waktu
tinggal yang lebih pendek menghasilkan kualitas produk yang lebih baik, design yang
praktis dengan headroom yang rendah, serta biaya instalasinya yang murah.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-5

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.5 Plate Evaporator


II.1.4 Metode Operasi Evaporator
Menurut Geankoplis (1997), untuk mencapai tingkat efisiensi dan steam yang tinggi,
maka dalam penggunaannya evaporator dioperasikan dalam berbagai metoda operasi adalah
sebagai berikut :
1. Single-effect evaporator
Evaporator single effect ini digunakan pada aliran tekanan rendah. Produk yang berada
dalam evaporator dalam keadaan vacuum, sehingga terjadi perbedaan temperatur antara
aliran dengan produk yang dipanaskan pada suhu rendah. Evaporator ini digunakan apabila
kapasitas operasi kecil atau harga steam relatif murah dan menghabiskan banyak energi
karena panas laten vapor tidak digunakan tetapi langsung dibuang.

Gambar II.6 Single-effect evaporator


Jika larutan yang dievaporasi diasumsikan terlarut seperti air, maka 1 kg steam akan
mengevaporasi sekitar 1 kg vapor. Hal terjadi jika feed yang masuk mendekati boiling point
larutan. Umpan masuk pada suhu TF (K), dipanasi dengan uap jenuh TS (K). Larutan dalam
evaporator teraduk dengan sempurna sehingga dapat dianggap mempunyai suhu dan
konsentrasi yang sama, yaitu pada titik larutan T1 dan konsentrasi larutan hasil. Suhu uap
juga T1 (dalam kestimbangan dengan larutan) dan tekanan uap P1 adalah tekanan uap larutan
pada T1.
2. Evaporator efek ganda
Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau lebih dalam
sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek majemuk. Penggunaan evaporator
efek majemuk berprinsip pada penggunaan uap yang dihasilkan dari evaporator sebelumnya.
Tujuan penggunaan evaporator efek majemuk adalah untuk menghemat panas secara
keseluruhan, hingga akhirnya dapat mengurangi ongkos produksi.
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-6

Bab II Tinjauan Pustaka


Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan penghematan yaitu dengan
menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan untuk memberikan panas pada alat
penguapan lain dan dengan memadatkan kembali uap tersebut. Apabila dibandingkan antara
alat penguapan n-efek, kebutuhan uap diperkirakan 1/n kali, dan permukaan pindah panas
berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan untuk alat penguapan berefek tunggal, untuk
pekerjaan yang sama.
Pada evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu :
a. Evaporator Pengumpan Muka (Forward-feed)
b. Evaporator Pengumpan Belakang (Backward-feed)
c. Evaporator Pengumpan Sejajar (Parallel-feed).
Berikut adalah penjelasan macam-maca, efek majemuk pada evaporator
a. Backward-feed multiple effect evaporator.
Feed masuk pada bagian terakhir evaporator dan terus kontinyu hingga produk yang
telah memiliki konsentrasi yang tinggi meninggalkan evaporator pertama. Metode ini
digunakan jika feed masuk pada keadaan temperatur rendah (dingin) sehingga liquid harus
dipanaskan pada temperatur yang lebih tinggi pada evaporator kedua dan ketiga. Setiap
bagian evaporator harus memiliki pompa (P3<P2<P1). Metode reverse feed juga dapat
digunakan apabila hasil produk sangat kental.

Gambar II.7 Backward-feed multiple effect evaporator


Forward-feed multiple effect evaporator.
Jika feed masuk pada evaporator pertama pada keadaan titik didihnya pada tekanan pada
evaporator pertama, 1 kg steam akan mengevaporasi 1 kg air. T1>T2>T3 oleh karena itu
P1>P2>P3. Keuntungan dari evaporator forward-feed multiple effect meliputi:
1. Tidak diperlukan pompa liquor
2. Produk pada temperatur yang rendah
3. Metode ini cocok untuk larutan yang berpotensi membentuk kerak
Sedangkan untuk kekurangan dari forward-feed multiple effect adalah tidak cocok untuk
cold feed.
b.

Gambar II.8 Forward-feed multiple effect evaporator.


Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-7

Bab II Tinjauan Pustaka


c.

Parallel feed multiple effect evaporator.


Digunakan apabila larutan umpan mendekati jenuh dan hasil evaporasi mengandung
kristal. Memiliki keuntungan yaitu kapasitasnya besar serta hemat energi.

Gambar II.9 Parallel feed multiple effect evaporator


Sedangkan untuk membantu pencapaian efisiensi dan steam ekonomi yang tinggi
seperti diatas, biasanya dibantu dengan penambahan vakum pada bagian keluaran destilat
atau produk uap terakhir.
II.1.5 Metode Perhitungan Perpindahan Massa dan Panas Single Effect Evaporator
Menurut Geankoplis (1997), persamaan-persamaan ataupun rumus-rumus untuk
perhitungan kapasitas pada single effect evaporator diturunkan dai persamaan dan rumus
dasar perpindahan panas dan massa sebagai berikut :
Q = U. A.

........................................................(1)

Dimana :
Q
: jumlah panas yang berpindah dalam evaporator (W atau btu/h)
U
: koefisien perpindahan panas overall (W/m2 K atau btu/h.ft3.oF)
A
: luas penampang perpindahan panas (m2 atau ft2)
T
: beda suhu antara steam jenuh dan cairan yang mendidih dalam
evaporator (K atau oC atau oF)
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, dibuat neraca massa dan panas evaporator
yang digambarkan seperti pada flow diagram berikut :

Gambar II.10 Single Effect Evaporator


Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-8

Bab II Tinjauan Pustaka


Dimana :
F
: Feed (kg/h atau lbm/h)
Tf : Suhu masuk feed (K atau oC atau oF)
Xf : Fraksi massa zat terlarut dalam feed
hf
: Entalpi dari feed (J/kg atau btu/lbm)
L
: Produk (concentration liquid)(kg/h atau lbm/h)
T1 : Suhu liquid dalam evaporator = suhu produk = suhu uap hasil
evaporasi (K atau oC atau oF)
xL : Fraksi massa zat terlarut dalam produk
hL : Entalpi dari produk (J/kg atau btu/lbm)
V
: Uap hasil evaporasi (kg/h atau lbm/h)
yV : Fraksi massa zat terlarut dalam uap hasil evaporasi (yV = 0)
HV : Entalpi uap hasil evaporasi (J/kg atau btu/lbm)
S : Steam jenuh masuk = kondensat keluar (kg/h atau lbm/h)
TS : Suhu steam jenuh masuk = suhu kondensat keluar (isoterm)
(K atau oC atau oF)
HS : Entalpi steam masuk (J/kg atau btu/lbm)
HS : Entalpi kondensat keluar (J/kg atau btu/lbm)
Dari steam yang masuk dan kondensat yang keluar (isotermal), ini berarti panas yang
dipakai untuk penguapan hanya diambil dari panas laten (panas pengembunan) dari steam
tersebut yang berarti :
= Hs hs

........................................................(2)

suhu uap keluar dan suhu produk serta suhu liquid dalam evaporator adalah sama, karena uap
(V) dan liquid (L) berada dalam kesetimbangan. Neraca massa untuk proses diatas (anggap
steady state) dapat dituiskan :
Rate of mass in = rate of mass out

................................(3)

Sehingga neraca massa totalnya:


F=L+V

......................................................(4)

Dan neraca komponen (solute) nya :


F.xF = L xL

....................................................(5)

(karena yV=0, maka V. yV=0)


Sedangkan neraca energinya dapat ditulis :
Input-output = akumulasi

............................................(6)

Asumsi steady state maka akumulasi = 0, sehingga persamaan diatas dapat ditulis:
Total energi masuk = Total energi keluar

.
................................(7)

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-9

Bab II Tinjauan Pustaka


Dalam evaporator neraca energi dapat ditulis dengan persamaan dibawah ini:
F. hF + S.Hs = L.hL + V.HV + S.hs

.................................(8)

Substitus persamaan (2) ke persamaan (7) di dapat :


F.hF + S. = L.hL + V.Hv

........................................(9)

Dan panas yang berpindah dalam evaporator adalah :


q = S (Hs - hs) = S.

............................................(10)

Pada persamaan-persamaan diatas, panas laten steam () pada suhu steam jenuh Ts
mudah di dapat dari tabel. Tetapi entalpi dari feed dan produk sulit dicari karena memang
sering datanya tidak tersedia. Untuk itu maka kadang-kadang perlu dilakukan aproksimasi
untuk dapat menyelesaikan perhitungan diatas.
II.6 Pertukaran Panas Secara Tidak Langsung
Pertukaran panas secara tidak langsung memungkinkan terjadinya perpindahan panas
dari suatu fluida ke fluida lain melalui dinding pemisah. Berdasarkan arah aliran fluida,
pertukaran panas dapat dibedakan :
II.6.1 Pertukaran Panas dengan Aliran Searah (Co-current / Paralel flow)
Pertukaran panas jenis ini, kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi penukar
panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan keluar ada sisi yang sama pula.
Karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar
panas ( Tcb ) tidak dapat melebihi temperatur luida panas yang keluar dari alat penukar panas
(Thb), sehingga diperlukan media pendingin atau media pemanas yang banyak. Neraca panas
yang terjadi (Hartono, 2008).
Mc . ( Tcb Tca ) = Mh . ( Tha Thb)..................................(11)

Gambar II.11 Profil Temperatur Pada Aliran Co-Current


Dengan assumsi nilai kapasitas panas spesifik ( cp ) fluida dingin dan panas konstan,
tidak ada kehilangan panas ke lingkungan serta keadaan steady state, maka kalor yang
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-10

Bab II Tinjauan Pustaka


dipindahkan :
dimana :

q = U . A . TLMTD . (12)
U = koefisien perpindahan panas secara keseluruhan ( W / m2.0C )
A = luas perpindahan panas ( m2 )
T LMTD = T2 - T1
( log mean temperature diffrensial )
ln ( T2 / T1 )
T2 = Thb Tcb
T1 = Tha - Tca

II.6.2 Pertukaran Panas dengan Aliran Berlawanan Arah (Counter Flow)


Penukar panas jenis ini, kedua fluida ( panas dan dingin ) masuk penukar panas dengan
arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan keluar pada sisi yang berlawanan.
Temperatur fluida dingin yang keluar penukar panas (Tcb ) lebih tinggi dibandingkan
temperatur fluida panas yang keluar penukar panas ( Thb ), sehingga dianggap lebih baik dari
alat penukar panas aliran searah (Co-Current) (Hartono, 2008).

Gambar II.12 Profil Temperatur Pada Aliran Counter-Current

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

II-11

Bab II Tinjauan Pustaka


II.2 Aplikasi Industri
Pengaruh oBrix Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas pada Evaporator Robert
Sistem Quintuple Effect di PG. Gempolkrep
Evaporator merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses evaporasi. Pada
industri gula manfaat dari alat ini yaitu untuk mengentalkan nira sebelum diolah lebih lanjut
dan untuk menurunkan aktivitas air. Di PG. Gempolkrep, evaporator yang digunakan adalah
evaporator tipe Robert dengan prinsip quintuple effect. Tekanan tiap evaporator dibuat
menurun agar titik didih larutan nira menurun pula. Dengan kondisi tersebut air yang
terkandung didalam nira akan teruapkan pada temperatur yang cukup rendah.
Dengan pentingnya proses evaporasi maka dikaji ulang prosesnya sehingga diketahui
proses perpindahan panas yang terjadi. Analisis dilakukan secara termodinamika dan
perpindahan panas sehingga diktahui nilai overall heat transfer coefficient yang dihitung
menggunakan dua metode yang berbeda yaitu metode Dessin dan metode koefisien konveksi,
selain itu dihitung luasan perpindahan panas kemudian dianalisis parameter-parameter yang
berpengaruh terhadap brix. Untuk mengetahui laju alir nira tiap vessel maka digunakan mass
balance dari masing-masing vessel. Setelah laju alir nira diketahui maka obrix keluar masingmasing vessel dapat dihitung. Menghitung nilai obrix keluar vessel sangatlah penting karena
digunakan untuk menghitung temperatur nira dan overall heat transfer coefficient. Suatu
larutan akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dari pelarut murni (air). Semakin banyak
zat yang terlarut di dalam pelarut murni maka larutan tersebut akan memiliki boiling point
elevation yang semakin besar dari air. Derajat brix berbanding lurus dengan boiling point
elevation sehingga semakin besar nilai obrix maka BPEnya akan semakin besar pula. Dengan
kata lain, semakin banyak zat terlarut dalam larutan nira maka titik didih nira akan semakin
jauh diatas air. Nilai obrix 68 pada vessel kelima menunjukkan bahwa 68% dari larutan
tersebut adalah zat padat terlarut sedangkan 32% sisanya adalah air. Jumlah tersebut
menunjukkan bahwa pelarut yang terkandung dalam larutan nira semakin sedikit dan jumlah
zat terlarutnya semakin banyak, sehingga dengan jumlah zat padat terlarut yang besar akan
membuat titik didih nira semakin tinggi dibandingkan air.
Untuk mendapatkan nilai temperatur nira, maka boiling point elevation ditambahkan
pada temperatur saturasi uap air. Setelah boiling point elevation ditambahkan ke temperatur
saturasi uap maka terlihat perbedaan temperatur didih antara air dan nira seperti pada gambar
5. Semakin banyak zat terlarut didalam larutan maka titik didihnya semakin berbeda jauh.
Pada obrix 18 didapat boiling point elevation hanya sebesar 0,43 oC. Namun ketika zat
terlarut sudah mencapai 68%, boiling point elevation dapat mencapai 4,25 oC. Nilai BPE ini
sangat penting dalam perancangan awal evaporator, karena saat menghitung area perpindahan
panas nilai perbedaan temperatur yang digunakan dalam perhitungan adalah perbedaan antara
temperatur uap pemanas dengan titik didih nira bukan antara temperatur uap pemanas dengan
temperatur saturasi uap.
Hasil perhitungan overall heat transfer coefficient secara konveksi memberikan nilai
yang hampir sama dengan metode Dessin kecuali pada dua vessel terakhir, hal ini karena
perhitungan konveksi memperhitungkan penguapan air sedangkan fluida yang menguap
didalam tube adalah nira, sehingga dengan adanya BPE pada nira maka didapatkan perbedaan
nilai overall heat transfer coefficient yang semakin besar.
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai