Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Listrik adalah salah satu bentuk energi yang banyak digunakan oleh manusia.
Bentuk energi listrik mudah diubah ke bentuk lain seperti energi bunyi, energi panas,
energi cahaya, dan energi gerak. Sarana untuk mengalirkan listrik adalah kawat logam.
Namun, listrik tidak mengalir begitu saja dalam kawat logam karena ada hambatan yang
menghalanginya. Besarnya hambatan bergantung pada jenis logam dari kawat tersebut.
Salah satu cara untuk mengukur hambatan listrik adalah dengan menggunakan
jembatan Wheatstone. Jembatan Wheatstone adalah alat untuk mengukur hambatan listrik
yang tidak diketahui besarnya. Alat ini dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada
tahun 1843. Penggunaannya dengan mengukur arus yang mengalir pada galvanometer
hingga sama dengan nol karena potensial pada kedua ujungnya sama besar.
I.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Wheatstone Bridge ini adalah supaya mahasiswa
mengetahui metode perhitungan untuk mencari nilai resistansi suatu variabel pada saat
resistansi tersebut belum diketahui nilainya

I.3. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang harus dipahami oleh praktikan adalah sebagai berikut:
1.) Bagaimana cara mengukur nilai resistansi standar Rs atau resistansi yang diatur oleh
potensiometer pada rangkaian wheatstone bridge dengan nilai Rx yang ditentukan
hingga nilai milliameter menunjukkan nilai nol?
2.) Bagaimana cara mengukur nilai resistansi standar Rs pada kondisi seimbang dengan
memperhatikan nilai arus yang melalui suatu rangkaian jembatan (A) dengan
menggunakan variasi rasio antara R1 dan R2 pada rangkaian wheatstone bridge?
3.) Bagaimana cara mengukur nilai resistansi standar R s dengan variasi rasio R1/R2 serta
Rs/Rx pada rangkaian wheatstone bridge menggunakan arus AC dari function
generator dengan memperhatikan keseimbangan nilai voltase (mV) pada rangkaian?

BAB II

DASAR TEORI
II.1. Penjelasan Wheatstone Bridge
Jembatan wheatstone sendiri adalah suatu rangkaian listrik yang pertama kali
dibuat oleh Samuel Hunter Christie pada tahun 1833 dan kemudian dikembangkan oleh
Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843 sehingga dikenal dengan nama Jembatan
Wheatstone. Fungsi dari Jembatan Wheatstone sendiri adalah untuk mengukur hambatan
dengan cara menyeimbangkan kedua sisi rangkaian jembatan (bridge circuit). Satu sisi
jembatan terdapat komponen yang tak diketahui nilai resistansinya sedangkan sisi lain
diketahui nilai resistansinya. Pengoperasiannya juga menyerupai Potensiometer.
Jembatan ini dibuat dengan merangkai empat buah hambatan dalam susunan gambar
seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1. Rangkaian Wheatstone Bridge


Sumber : https://satriaskyterror.wordpress.com/2011/03/19/jembatan-wheatstonebridge/
Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan untuk pengukuran
tahanan yang teliti dalam range 1 sampai 100.000 . Jembatan Wheatstone terdiri dari
tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan tahanan yang diketahui nilainya
dengan teliti dan dapat diatur. (Dedy, 2012)
Hukum yang berhuungan dengan prinsip Jembatan Wheatstone yaitu Hukum
Kirchoff I dan II.
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara
untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian dikenal dengan
hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik
percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.
Jumlah Imasuk = Ikeluar

Hukum Kirchoff II berbunyi, Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E)
dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya
energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi bisa
digunakan atau diserap. (Ibid)
Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik.
Cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan amperemater,cukup satu
Galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian.
II.2. Bagian-bagian rangkaian Wheatstone Bridge
Bagian-bagian dari rangkaian wheatstone bridge sendiri adalah sebagai berikut:
1.) Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika.
Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah
satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai
resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol Omega ().

Gambar 2.2. Resistor Carbon dan Metal Film


Sumber: http://zonaelektro.net/resistor-karakteristik-nilai-dan-fungsinya/
Warna-warna yang ditunjukkan oleh resistor tersebut menunjukkan nilai tahanan
resistor tersebut.

Gambar 2.3. Kode Warna Resistor


Sumber: http://zonaelektro.net/resistor-karakteristik-nilai-dan-fungsinya/
Cara membaca nilai resistor secara umum dibagi menjadi tiga jenis:
1. Resistor dengan 4 cincin kode warna
Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke
3 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai
toleransi resistor.
2. Resistor dengan 5 cincin kode warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode
warna ke 4 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5
menunjukan nilai toleransi resistor.
3. Resistor dengan 6 cincin kode warna
Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan
5 cincin warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan

koefisien temperatur yaitu temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor


tersebut.
2.) Galvanometer
Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur kuat arus
dan beda potensial listrik yang relatif kecil. Galvanometer tidak dapat digunakan
untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang relatif besar, karena
komponen-komponen internalnya yang tidak mendukung. Galvanometer bisa
digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang besar, jika
pada galvanometer tersebut dipasang hambatan eksternal (pada voltmeter disebut
hambatan depan, sedangkan pada ampermeter disebut hambatan shunt).

Gambar 2.4. Galvanometer


Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-7aiPq3OOJM/UAKvciiyj6I/AAAAAAAAASc/ADgIELbSmyI/s1600/sm-1102.jpg
II.3. Alat alat pendukung daam proses pengukuran
Alat-alat pendukung dalam rangkaian jembatan wheatstone adalah sebagai
berikut:
II.3.1. Power Supply
Power Supply disini digunakan sebagai sumber tegangan yang menghasilkan
voltase tertentu untuk mengoperasikan suatu rangkaian listrik. Sumber tegangan yang
dihasilkan oleh power supply pada rangkaian jembatan wheatstone adalah DC (Direct
Current).

Gambar 2.5. Power Supply DC


Sumber : http://picclick.ca/Feedback-Power-Supply-01-100-Tested-Working-S-n182310990505.html#&gid=1&pid=1
II.3.2. Function Generator
Function Generator adalah alat ukur elektronik yang menghasilkan, atau
membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi empat, dan bentuk
gelombang pulsa.
Generator fungsi (function generator) juga memiliki pengertian sebuah instrumen
terandalkan yang memberikan suatu pilihan beberapa bentuk gelombang yang
frekwensi-frekwensinya diatur sepanjang rangkuman (range) yang lebar. Bentukbentuk yang lazim digunakan adalah sinusoida, segitiga, persegi, dan gigi gergaji.
Frekuensi bentuk - bentuk gelombang ini dapat bisa diatur dari sati hertz sampai
beberapa ratus kilokertz (kHz) bahkan sampai megahertz (MHz).

Gambar 2.6. Function Generator


Sumber: http://www.surpluselectronics.co.uk/pub/media/catalog/product/cache/1/image/700x560/e9c3970ab036d
e70892d86c6d221abfe/2/0/20100804_160030.5725.256.800.-1.85.jpg

II.3.3. Milliammeter
Milliammeter adalah gabungan dari kata mili dan amperemeter. Ammeter adalah
alat listrik yang digunakan oleh para profesional listrik seperti tukang listrik dan
insinyur listrik untuk mengukur arus listrik. Amperemeter juga digunakan oleh
kontraktor secara teratur dan pemilik rumah yang memiliki pengetahuan tentang
listrik.Arus listrik diukur dalam satuan yang disebut ampere, umumnya dikenal
sebagai amp. Ammeter memungkinkan arus listrik yang akan diukur dengan
membiarkan aliran arus yang melalui ammeter.
Sedangkan kata mili pada milliammeter memiliki arti nilai 10-3 atau setara dengan
0.001 A. Dengan kata lain milliammeter merupakan alat yang mengukur nilai arus
yang berada pada range 10-3.

Gambar 2.7. Milliammeter


Sumber: https://store.schoolspecialty.com/OA_HTML/xxssi_ibeGetWCCImage.jsp?
docName=F4526657&Rendition=Large

II.3.4. Voltmeter

Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besara tegangan atau
beda potensial listrik antara dua titik pada suatu rangkaian listrik yang dialiri arus
listrik. Pada alat ukur voltmeter ini biasanya ditemukan tulisan voltmeter (V),
milivoltmeter (mV), mikrovoltmeter, dan kilovolt (kV). Sekarang ini, voltmeter
ditemukan dalam dua jenis yaitu voltmeter analog (jarum penunjuk) dan voltmeter
digital. Voltmeter memiliki batas ukur tertentu, yakni nilai tegangan maksimum yang
dapat diukur oleh voltmeter tersebut. Jika tegangan yang diukur oleh voltmeter
melebihi batas ukurnya, voltmeter akan rusak.

Gambar 2.8. Voltmeter


Sumber: http://www.pengertianahli.com/2014/06/pengertian-voltmeter-apa-ituvoltmeter.html
II.3.5. Potensiometer
Potensiometer adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal
dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah
ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Gambar 2.9. Penjelasan Potensiometer


Sumber: http://teknikelektronika.com/pengertian-fungsi-potensiometer/
Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :
1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper
2. Element Resistif
3. Terminal
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur
dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas
sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser
wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur
dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya
menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer
Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus
menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya.
Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan
pengaturannya.

Gambar 2.10. Jenis-Jenis Potensiometer


Sumber: http://teknikelektronika.com/pengertian-fungsi-potensiometer/
Prinsip Kerja Potensiometer:
Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya
(biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk
menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu
(Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai
Resistansi sebuah Potensiometer.
Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal
(logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer
Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer
sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi
sebagai berikut :
1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier,
Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan

4. Aplikasi Switch TRIAC


5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinyal
II.4. Pengaruh Arus Pada Rangkaian Wheatstone Bridge
II.4.1. Arus DC pada rangkaian
Metode Jembatan Wheatstone adalah susunan komponen-komponen elektronika
yang berupa resistor dan catu daya seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 2.11. Rangkaian DC Wheatstone


Hasil kali antara hambatan hambatan berhadapan yang satu akan sama dengan
hasil kai hambatan hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial antara c dan
d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan dengan menerapkan
Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan listrik suatu penghantar
merupakan karakteristik dari suatu bahan penghantar tersebut yang mana adalah
kemampuan dari penghantar itu untuk mengalirkan arus listrik, yang secara
matematis dapat dituliskan:
R = p. (L/A)
Dimana:

R : Hambatan listrik suatu penghantar ()


: Resitivitas atau hambatan jenis (. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m)
II.4.2. Arus AC pada rangkaian
Konsep jembatan yang dijelaskan dalam bagian ini dapat dipakai untuk
penyesuaian impedansi secara umum seperti tahanan-tahanan. Dalam keadaan ini,
jembatan direpresentasikan seperti dalam Gambar 2.12 dan memakai sebuah
eksitasi a-c, biasanya sebuah sinyal tegangan gelombang sinus. Analisa tingkah
laku jembatan pada dasarnya sama seperti pada cara sebelumnya tetapi tahanan
diganti impedansi. Kemudian tegangan offset jembatan direpresentasikan sebagai
E=

E(Z 3 Z 2Z 1 Z 4)
( Z 1+ Z 2+ Z 3+Z 4 )

(2-1)

Dimana
E
Z1, Z2, Z3,Z4

tegangan eksitasi gelombang

impedansi jembatan

Kondisi setimbang ditetapkan seperti sebelumnya dengan sebuah tegangan offset


zero V = 0. Dari Persamaan (2-1) kondisi ini dijumpai jika impedansi memenuhi
hubungan

Z3Z2 = Z1Z4
Perhatikan bahwa kondisi ini sama seperti Persamaan untuk jembatan resistif
(R1.R3 = R2.R4).

(2-2)

Gambar 2.12 Sebuah jembatan a-c yang umum

Selain itu, untuk pemilihan arusnya dapat dimulai dari semua arah baik itu
dari Z3 dan Z4 maupun Z1 dan Z2 karena arus AC tidak seperti arus DC dimana
jalur aliran arusnya harus dimulai dari sumber yang bertegangan positif (+) ke
sumber yang bertegangan negatif (-).
Catatan khusus adalah perlu berkenaan dengan pencapaian kondisi
setimbang dalam jembatan a-c. Dalam beberapa kasus, sistem deteksi setimbang
adalah phase sensitive mengenai sinyal eksitasi jembatan. Dalam hal ini, perlu
untuk memberikan sebuah kondisi setimbang dari kedua sinyal inphase dan
quadrature (keluaran fase 900) sebelum Persamaan (2-2) dipakai.
II.5. Aplikasi Rangkaian Wheatstone Bridge
II.5.1. Aplikasi di Bidang Marine

P&I Controller (Process and Instrumentation Controller)


P&I Controller disini merupakan controller yang ada pada suatu sistem
lubricating dimana controller ini dapat mengatur apakah temperatur yang masuk
ke main engine memenuhi kriteria set point yang diinginkan. Seandainya tidak
memenuhi, P&I Controller mengatur katup bypass sehingga tertutup dan katup
cooler (seawater cooler) terbuka sehingga lubrication oil didinginkan.

Gambar 2.13. P&I Controller (Thermoelectric Controller)


Sumber: https://aoicorp.com/sites/default/files/styles/galleriffic_slide/public/main-product-image/800-Thermoelectric-Cooler-Controller.png?itok=8v4hvi4p

II.5.2. Aplikasi di Bidang Darat

Sensor SHT11
SHT11 Module merupakan modul sensor suhu dan kelembaban relatif.
Modul ini dapat digunakan sebagai alat pengindra suhu dan kelembaban dalam
aplikasi pengendali suhu dan kelembaban ruangan maupun aplikasi pemantau
suhu dan kelembaban relatif ruangan.

Gambar 2.14. Sensor SHT11


Sumber: https://fahmizaleeits.files.wordpress.com/2010/08/sht11-2.jpg?w=570

Wheatstone bridge Applications:

1. The Wheatstone bridge is used for measuring the very low resistance values precisely.
2. Wheatstone bridge along with operational amplifier is used to measure the physical
parameters like temperature, strain, light, etc.
3. We can also measure the quantities capacitance, inductance and impedance using the
variations on the Wheatstone bridge.

Anda mungkin juga menyukai