Anda di halaman 1dari 15

BAB III

DATA PRAKTIKUM

III.1 Peralatan dan Fungsi


No Nama Alat
.
1. Instrumenta
tion Modul
TK2941A

2.

Power
Amplifier
TK2941B

Gambar

Fungsi
Sebagai
tempat
rangkaian W.
Bridge
dengan
variasi
variabel
resistor dan
operational
amplifier.
Mengubah
sinyal input
dengan
amplitudo
rendah
menjadi
output
dengan
amplitudo
yang lebih
tinggi pada
frekuensi
tetap.

3.

Power
Supply 01100

Sebagai
sumber
tenaga atau
tegangan
listrik DC.

4.

Function
Generator
FG601

5.

Multimeter I

Menghasilka
n, atau
membangkit
kan
gelombang
berbentuk
sinus, segi
empat, dan
bentuk
gelombang
pulsa, atau
supply arus
AC.
Dalam
praktikum ini
digunakan
untuk
mengukur
nilai arus
yang
melewati
jembatan
dengan
satuan A,
serta nilai
tegangan
pada
rangkaian
dengan

6.

Multimeter
II

7.

Kabel

supply arus
AC.
Untuk
mengukur
besarnya
hambatan
yang di input
pada
rangkaian,
tepatnya
pada
potensiomet
er
menggunaka
n satuan
ohm ().
Sebagai
penghantar
arus listrik.

III.2 Langkah Percobaan


III.2.1

Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge


1. Sebelum memulai praktikum, persiapkan peralatan yang
akan digunakan seperti pada tabel keterangan peralatan
dan fungsi diatas;
2. Rangkai instrumentation modul TK2941A sesuai pada
rangkaian yang terdapat dibawah ini;
3. Ikuti variasi variabel pada setiap kabel untuk mencari nilai
resistansi dengan rasio yang telah ditentukan, mulai dari
100 , 1000 , dan 10.000 ;

4. Ikuti instruksi tabel selanjutnya sesuai dengan rangkaian


yang ada;
5. Untuk pengambilan data dilakukan dengan cara mengatur
nilai resistansi standar (Rs) pada rangkaian W. Bridge
dengan nilai R1, R2, dan Rx yang telah ditentukan.

(GAMBAR RANGKAIAN (FOTO KELOMPOK))


III.2.2

Rangkaian Pengujian Sensitifitas Wheatstone Bridge


1. Sebelum memulai praktikum, persiapkan peralatan yang
akan digunakan seperti pada tabel keterangan peralatan
dan fungsi diatas;
2. Rangkai instrumentation modul TK2941A sesuai pada
rangkaian yang terdapat dibawah ini;
3. Ikuti variasi variabel pada setiap kabel untuk mencari nilai
resistansi dengan rasio yang telah ditentukan;
4. Ikuti instruksi tabel selanjutnya sesuai dengan rangkaian
yang ada;
5. Untuk pengambilan data dilakukan dengan cara mengatur
nilai resistansi standar (Rs) dengan variasi nilai rasio R1

dan R2 dengan nilai Rx = 1 k dan kesetimbangan arus


(A) yang melalui rangkaian W. Bridge.

-(GAMBAR RANGKAIAN (FOTO KELOMPOK))III.2.3

Rangkaian Pengujian Pada Arus AC


1. Sebelum memulai praktikum, persiapkan peralatan yang
akan digunakan seperti pada tabel keterangan peralatan
dan fungsi diatas;
2. Rangkai instrumentation modul TK2941A sesuai pada
rangkaian yang terdapat dibawah ini;
3. Ikuti variasi variabel pada setiap kabel untuk mencari nilai
resistansi dengan rasio yang telah ditentukan;
4. Ikuti instruksi tabel selanjutnya sesuai dengan rangkaian
yang ada;
5. Untuk pengambilan data dilakukan dengan perbandingan
R1/R2 dan Rs/Rx dimana nilai Rs dicari dengan
memperhatikan nilai kesetimbangan voltase (mV).

(GAMBAR RANGKAIAN (FOTO KELOMPOK))


III.3 Data Hasil Pengamatan
1. Rangkaian Dasar W. Bridge
R1

R2

10 k

10 k

10 k

1 k

1 k

10 k

Rx
100
1 k
10 k
100
1 k
10 k
100
1 k
10 k

Rs
80.7
962
11890
1185
10990
105680
9.7
83.6
1197

2. Rangkaian Pengujian Sensitivitas W. Bridge


R1 = R2 ()

Rs pada Kondisi

Arus pada Kondisi

Setimbang ()
1160
984
1113
954

100
1 k
10 k
100 k

R1 ()

R2 ()

Rasio

100
1k
10 k
100
1k
1k
10 k
100 k
10 k
100 k

1k
10 k
100 k
10 k
100 k
100
1k
10 k
100
1k

1 : 10
1 : 10
1 : 10
1 : 100
1 : 100
10 : 1
10 : 1
10 : 1
100 : 1
100 : 1

Setimbang (A)
93.1
24.5
2.9
0.2

Rs pada
Kondisi
Setimbang
()
107.2
105
99.4
10
9.8
10080
11400
9420
104000
105000

Arus pada
Kondisi
Setimbang
(A)
14.1
2.7
0.2
1.3
0.1
142
27.7
3
148
27.9

3. Rangkaian W. Bridge Pada Arus AC

R1

1 k
10 k
100
k
1 k
10 k
100
k

R2

Rs
()

Rx

1 k

1085

1 k

Teganga
n
Keluara
n
Setimba
ng (mV)
2.1

1 k

10030

1 k

2.6

10

1 k

6.5

100

1 k
1 k

0.5
2.5

1 k

10 k
10 k

11500
0
97.1
1161

10 k

9390

1 k

BAB IV
ANALISA DATA

R1/R2

Rs/Rx

0,1
1

516.67
3587.6
9
17692.
31
194.2
464.4

10

1878

IV.1 Perhitungan
IV.1.1

Rangkaian Dasar Wheatstone Bridge


R1

R2

Rx

100

10 k

10 k

1 k

10 k

100

10 k

1 k

1 k

10 k

1 k

10 k
100

1 k

Rs
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 10 k/10
k . 100
= 100
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 10 k/10
k . 1 k
= 1k
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 10 k/10
k . 10 k
= 10k
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 10 k/1
k . 100
= 1k
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 10 k/1
k . 1 k
= 10k
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 10 k/1
k . 10 k
= 100 k
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 1 k/10
k . 100
= 10
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 1 k/10
k . 1 k

10 k

IV.1.2

= 100
Rs =
(R1.Rx)/R2
= 1 k/10
k . 10 k
= 1 k

Rangkaian Pengujian Sensitifitas Wheatstone Bridge


R1 = R2 ()
100
1 k
10 k
100 k

R1 ()

100
1k
10 k

100
1k

R2 ()

1k
10 k
100 k

10 k
100 k

Rs pada Kondisi
Setimbang ()
Rs = Rx
=1k
Rs = Rx
=1k
Rs = Rx
=1k
Rs = Rx
=1k

Rasio

1 : 10
1 : 10
1 : 10

1 : 100
1 : 100

Rs pada
Kondisi
Setimbang
Rs = 0,1 .
Rx
= 0,1 . 1 k
= 100
Rs = 0,1 .
Rx
= 0,1 . 1 k
= 100
Rs = 0,1 .
Rx
= 0,1 . 1 k
= 100
Rs = 0,01 .
Rx
= 0,01 . 1
k
= 10
Rs = 0,01 .

Arus pada Kondisi


Setimbang (A)
93.1
24.5
2.9
0.2

Arus pada
Kondisi
Setimbang
(A)
14.1

2.7

0.2

1.3

0.1

1k
10 k
100 k

100
1k
10 k

10 k
100 k

IV.1.3

100
1k

10 : 1
10 : 1
10 : 1

100 : 1
100 : 1

Rx
= 0,01 . 1
k
= 10
Rs = 10 . Rx
= 10 . 1 k
= 10 k
Rs = 10 . Rx
= 10 . 1 k
= 10 k
Rs = 10 . Rx
= 10 . 1 k
= 10 k
Rs = 10 . Rx
= 100 . 1
k
= 100k
Rs = 10 . Rx
= 100 . 1
k
= 100k

142
27.7
3

148

27.9

Rangkaian Pengujian Pada Arus AC

R1

R2

1 k

1 k

10 k

1 k

10 k

1 k

Rs ()

Rx

Rs =
(R1.Rx)/R
2
=1.1k
=1k
Rs =
(R1.Rx)/R
2
= 10 . 1 k
= 10 k
Rs =
(R1.Rx)/R
2

1 k

Teganga
n
Keluara
n
Setimba
ng (mV)

R1/R
2

Rs/Rx

2.1

2.6

10

10

6.5

100

100

1 k

10 k

10 k

10 k

100
k

10 k

= 100 . 1
k
= 100 k
Rs =
(R1.Rx)/R
2
= 0,1 . 1
k
= 100
Rs =
(R1.Rx)/R
2
=1.1k
=1k
Rs =
(R1.Rx)/R
2
= 10 . 1 k
= 10 k

0.5

0,1

0.1

2.5

10

10

IV.2 Pembahasan
1. Pada rangkaian dasar W. Bridge, perbandingan hasil pengamatan
pada saat praktikum dan hasil perhitungan adalah sebagai
berikut:
R1

R2

10 k

10 k

10 k

1 k

1 k

10 k

Rx
100
1 k
10 k
100
1 k
10 k
100
1 k
10 k

Rs
Pengamat
an ()
100
1000
10000
1000
10000
100000
10
100
1000

Rs
Perhitung
an ()
80.7
962
11890
1185
10990
105680
9.7
83.6
1197

Berdasarkan tabel diatas, didapat nilai Rs perhitungan yang


bedanya hampir 20% (contoh R1 & R2 = 10k dan Rx = 100

100 : 80.7). Untuk nilai Rs yang lain, rata-rata masih diantara


range 10% ke bawah dari nilai R s perhitungannya. Dapat dilihat
pada perbandingan Rs perhitungan dengan Rs pengamatan
bahwa pada saat Rx memiliki nilai 10k memiliki perbedaan yang
tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan kata lain,
semakin besar Rxnya, perbedaan antara Rs perhitungan dengan
Rs pengamatan akan semakin besar. Untuk rumusan R s
perhitungan dapat diketahui dengan rumus: Rs = R1 . Rx / R2.
2. Pada rangkaian pengujian sensitivitas W. Bridge, perbandingan
hasil pengamatan pada saat praktikum dan hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:
Rx ()
R1 = R2 ()
100
1 k
10 k
100 k

R1 ()

R2 ()

100
1k
10 k
100
1k
1k
10 k
100 k
10 k
100 k

1k
10 k
100 k
10 k
100 k
100
1k
10 k
100
1k

1
1
1
1

k
k
k
k

Rs
Perhitungan
()
1000
1000
1000
1000

Rx
()

Rasio

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1 : 10
1 : 10
1 : 10
1 : 100
1 : 100
10 : 1
10 : 1
10 : 1
100 : 1
100 : 1

k
k
k
k
k
k
k
k
k
k

Rs
Pengamatan
()
1160
984
1113
954

Rs
Perhitung
an
100
10
10000
100000

Rs
Pengamat
an ()
107.2
105
99.4
10
9.8
10080
11400
9420
104000
105000

Berdasarkan tabel diatas, didapat perbedaan Rs perhitungan


dengan Rs pengamatan yang cukup jauh dibandingkan yang
lainnya (>10%). Untuk nilai Rs yang lain, rata-rata masih diantara
range 10% ke bawah dari nilai R s perhitungannya. Dapat dilihat
pada perbandingan Rs perhitungan dengan Rs pengamatan
bahwa perbedaannya tidak terlalu jauh (<10%) kecuali untuk 2
kasus dimana R1 = R2 nya bernilai 100 dan 10k. Untuk

rumusan Rs perhitungan dapat diketahui dengan rumus: Rs = R1 .


Rx / R2.
3. Pada rangkaian pengujian pada arus AC, perbandingan hasil
pengamatan pada saat praktikum dan hasil perhitungan adalah
sebagai berikut:

R1

1 k
10
k
100
k
1 k
10
k
100
k

R2

1
k
1
k
1
k
10
k
10
k
10
k

Rs
Perhit
ungan
()

Rs
Penga
matan
()

Rx

Tegangan
Keluaran
Setimban
g (mV)

R1/R
2

2.1

2.6

10

6.5

100

0.5

0,1

1085

1000

1003
0
1150
00

1000
0
1000
00

97.1

100

1161

1000

2.5

9390

1000
0

10

1
k

Rs/R
x
Perhi
tung
an

1.08
5
10.0
3
115
0.09
7
1.16
1
9.39

Rs/Rx
Penga
matan

1
10
100
0.1
1
10

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai pengamatan dan


nilai perhitungan merujuk pada range nilai yang beragam,
contoh:
a. Untuk nilai Rs
Rs pengamatan-1 (R1 = 1k) memiliki nilai 1000 dan Rs
perhitungan-1 adalah 1085. Dapat dilihat dari perbandingan
ke-1
dimana
nilai
perbedaan
perhitungan
dengan
pengamatan hanya 0.085%. Perbedaan yang kecil juga sama
dengan pengamatan ke-2nya(R1 = 10k) hanya 0.003%. Lain
halnya dengan percobaan ke-3nya dimana nilai R 1nya adalah
100k, nilai perbedaannya jauh lebih besar dibandingkan 2
percobaan sebelumnya yaitu 0.15%. (Nilai 0.***% didapat dari
(Rs perhitungan Rs pengamatan) /Rs perngamatan x 100%).
b. Untuk nilai Rs/Rx

Ada perbandingan yang menunjukkan hasil yang mirip


dengan perbandingan Rs karena nilai Rx yang konstan
sehingga nilai yang tertera untuk perbandingan dengan nilai
Rs/Rx juga serupa dengan perbandingan nilai Rs.
c. Untuk nilai Tegangan Keluaran Setimbang
Untuk nilai Tegangan Keluaran Setimbang disini, berlaku
rumus sebagai berikut:
V = I.R
Dimana =
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir dalam rangkaian (Ampere)
R = Resistansi ()
Karena pada percobaan ke-3 ini ada perbedaan R 1 dan R2nya,
maka
dapat
diperhatikan
nilai
Tegangan
Keluaran
Setimbangnya. Untuk R1, semakin besar nilainya maka nilai
Tegangan Keluaran Setimbangnya juga semakin besar. Nilai R 1
dapat dibuktikan melalui penambahan R1 dari 1k,10k, dan
100k. Namun berlaku kebalikannya, semakin besar nilai
R2nya maka nilai Tegangan Keluaran Setimbangnya juga akan
menjadi semakin kecil. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perbedaan nilai R2 dari 1k ke 10k dimana nilai Tegangan
Keluaran Setimbang dengan R2 = 10k menjadi semakin kecil
dibandingkan pada saat R2 = 1k.
BAB V
KESIMPULAN
1. Penggunaan Wheatstone Bridge adalah sebagai pengidentifikasi suatu tahanan yang
belum diketahui nilainya dengan cara memasang rangkaian Wheatstone Bridge serta
memastikan tidak ada perbedaan arus yang terlihat di Galvanometer sehingga rumusan
R1.R3 = R2.R4 dapat berlaku.
2. Wheatstone Bridge hanya dapat digunakan untuk pengukuran tahanan listrik dan tingkat
keakurasiannya tinggi karena pada nilai resistansi yang sangat kecil pun, Wheatstone
Bridge masih mampu mengukur tahanan tersebut dengan sangat presisi.
3. Perhitungan dasar pada semua percobaan praktikum Wheatstone Bridge adalah sebagai
berikut:
Rs. R2 = R1. Rx
4. Rumusan pada kesimpulan ke-3 hanya berlaku jika perbedaan arus antara Rs R2 dengan
R1 Rx adalah 0. Maksud dari perbedaan arus 0 disini adalah agar tidak adanya arus yang
merambat dari Rs- R2 ke R1 Rx atau sebaliknya.

5. Untuk percobaan praktikum pertama dimana nilai R1,R2 dan Rx yang selalu bervariasi,
maka nilai Rs juga semakin bervariasi. Nilai R1 dan Rx yang semakin besar akan
meningkatkan nilai Rsnya. Namun berlaku sebaliknya, untuk R2 yang semakin besar akan
mengurangi nilai Rsnya.
6. Untuk percobaan praktikum kedua dan ketiga dimana nilai Rx yang selalu konstan, maka
nilai Rs hanya dipengaruhi oleh R1 dan R2 saja. Dapat dilihat pada kesimpulan ke-3
bahwa nilai R1 yang semakin besar akan meningkatkan nilai Rsnya, namun apabila nilai
R2 yang semakin besar maka nilai Rs akan menurun.
7. Untuk percobaan praktikum ketiga dimana nilai Tegangan Keluaran Setimbang (mV)
yang selalu bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh nilai R1 dan R2nya. Dapat dilihat bahwa
apabila nilai R1 yang semakin besar akan meningkatkan nilai Tegangan Keluaran
Setimbangnya. Namun, jika nilai R2 yang semakin besar akan menurunkan nilai
Tegangan Keluaran Setimbangnya.

Anda mungkin juga menyukai