1743 Chapter Ii PDF
1743 Chapter Ii PDF
DASAR TEORI
2.1
berhubungan
dengan
kemampuan
owner
untuk
2.2
c. Struktur beton
Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah
sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak
digunakan bila dibandingkan dengan struktur lainnya karena struktur
ini lebih monolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang.
d. Struktur komposit
Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih.
Pada umumnya yang sering digunakan adalah kombinasi antara baja
struktural dengan beton bertulang. Kombinasi tersebut menjadikan
struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan
struktur beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk
bangunan tingkat menengah sampai dengan bangunan tingkat tinggi.
Setiap jenis material mempunyai karakteristik tersendiri sehingga
suatu jenis bahan bangunan tidak dapat digunakan untuk semua jenis
bangunan.
Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur
gedung ini adalah sebagai berikut:
Beton
fc = 30 Mpa
Baja
Tulangan Utama
fy = 400 Mpa
Tulangan Geser
fy = 400 Mpa
yang
bekerja pada struktur. Dapat berupa dinding geser (shear wall ) yang
dapat juga berfungsi sebagai core walls.
- Konfigurasi keruntuhan sruktur
Perencanaan struktur di daerah gempa terlebih dahulu harus
ditentukan elemen kritisnya. Mekanisme tersebut diusahakan agar sendisendi plastis terbentuk pada balok terlebih dahulu dan bukannya pada
kolom. Hal ini dimaksudkan karena adanya bahaya ketidakstabilan
akibat perpindahan balok jauh lebih kecil dibandingkan dengan kolom,
selain itu kolom juga lebih sulit untuk diperbaiki daripada balok
sehingga harus dilindungi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu konsep yang diterapkan adalah kolom harus lebih kuat
6
2.3
2.3.1
dengan
gaya-gaya
statik
ekivalen
yang
bertujuan
V =
C.I .Wt
R
(2.1)
Dimana :
V = Beban gempa dasar nominal
Wt = Berat total struktur sebagai jumlah dari beban-beban berikut ini:
1) Beban mati total dari struktur bangunan gedung;
2) Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka
harus diperhitungkan tambahan beban sebesar 0.5 kPa;
3) Pada gudang-gudang dan tempat-tempat penyimpanan barang
maka sekurang-kurangnya 25% dari beban hidup rencana
harus diperhitungkan;
4) Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur
bangunan gedung harus diperhitungkan..
C = Faktor spektrum respon gempa yang didapat dari spektrum
respon gempa rencana menurut grafik C-T (Gambar 2.1)
I
Gedung penting pasca gempa sperti rumah sakit, instalasi air bersih,
pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi
1,5
1,5
1,25
Rm
2.7
4.5
2.8
1.8
2.8
2.2
a. Baja
2.8
4.4
2.2
1.8
2.8
2.2
2.
4.3
7.0
2.8
3.3
5.5
2.8
a. Baja
3.6
5.6
2.2
3.6
5.6
2.2
4.1
6.4
2.2
4.0
6.5
2.8
3.6
6.0
2.8
3.3
5.5
2.8
a. Baja
5.2
8.5
2.8
b. Beton bertulang
5.2
8.5
2.8
3.3
5.5
2.8
a. Baja
2.7
4.5
2.8
b. Beton bertulang
2.1
3.5
2.8
4.0
6.5
2.8
5.2
8.5
2.8
2.6
4.2
2.8
4.0
6.5
2.8
5.2
8.5
2.8
2.6
4.2
2.8
4.0
6.5
2.8
2.6
4.2
2.8
4.0
6.5
2.8
2.6
4.2
2.8
4.6
7.5
2.8
2.6
4.2
2.8
1.4
2.2
1. Dinding geser
a. Beton bertulang dengan SRBPMK beton
bertulang
b. Beton bertulang dengan SRPMB baja
c. Beton bertulang dengan SRPMM beton
bertulang
2. RBE baja
10
7.
Subsistem
tunggal
(Subsistem struktur bidang
yang membentuk bangunan
gedung secara keseluruhan)
3.4
5.5
2.8
5.2
8.5
2.8
5.2
8.5
2.8
3.3
5.5
2.8
4.0
6.5
2.8
3.3
5.5
2.8
( 2.2 )
i = i . ti
Dimana :
Si = Tegangan geser tanah
C = Nilai kohesi tanah pada lapisan paling dasar lapisan yang
ditinjau
I = Tegangan normal masing-masing lapisan tanah
I = Berat jenis masing-masing lapisan tanah
ti
11
Sn =
( 2.3 )
(t i / S i )
i
vs =
(t
( 2.4 )
/ vi )
N =
(t
( 2.5 )
/ Ni )
dimana:
ti
Jenis tanah
Kecepatan
rambat Nilai
gelombang
hasil
geser penetrasi
test Kuat
geser
rerata, vs (m/det)
rerata N
(kPa)
Tanah Keras
vs 350
N 50
Sn 100
Tanah sedang
15 N < 50
50 Sn < 100
12
Tanah Lunak
vs < 175
N < 15
Sn < 50
Wilayah Gempa 2
0.58
0.20
0.58
0.10
0.58
0.08
0.58
0.58
0.04
0.03
0.2
0.45 0.6
0.5
3.0
2.0
Wilayah Gempa 3
0.75
0.2
Wilayah Gempa 4
0.85
0.70
0.60
3.0
2.0
0.5 0.6
0.57
0.30
0.28
0.24
0.22
0.18
0.67
0.6
0.2
Wilayah Gempa 5
0.90
0.90
0.83
0.83
0.5 0.6
3.0
2.0
0.75
Wilayah Gempa 6
C= 0.84/T (Tanah Lunak)
0.73
0.36
0.33
0.29
0.2
0.5 0.6
0.84
2.0
3.0
0.2
0.5 0.6
0.93
3.0
2.0
Fi =
Wi .z i
n
(W .z )
i =1
(2.6)
dimana:
Wi
zi
T1 = 6.3
W .d
i
i =1
2
i
g Fi .d i
(2.7)
i =1
dimana:
di = simpangan horizontal lantai tingkat ke-i akibat beban Fi
(mm)
g
14
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai
yang dihitung menurut persamaan 2.7.
R=
Vx + V y
Vx / Rx + V y / R y
(2.8)
dimana Rx dan Vx adalah faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar
untuk pembebanan gempa dalam arah sumbu-x, sedangkan Ry dan Vy
faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk pembebanan gempa
dalam arah sumbu-y. Metoda ini hanya dipakai apabila rasio antara
nilai-nilai faktor reduksi gempa untuk reduksi dua arah pembebanan
gempa tersebut tidak lebih dari 1,5.
15
(2.9)
C1 .I .Wt
R
(2.10)
16
struktur
bangunan
yang
besar
dan
penting,
2.3.2
Perencanaan Pelat
Pelat adalah struktur planar kaku yang
Untuk
merencanakan
pelat
beton
bertulang
perlu
pelat dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung sekeliling panel pelat,
dengan demikian pelat akan melentur pada kedua arah. Dengan sendirinya
pula penulangan untuk pelat tersebut harus menyesuaikan. Apabila
panjang pelat sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok keliling
dalam menopang pelat akan sama. Sedangkan bila panjang tidak sama
dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih besar
dari balok yang pendek (penulangan satu arah).\
Dimensi bidang pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
ln(0.8 +
h min =
hmak =
1500
36 + 9
ln(0.8 +
fy
)
1500
36
(2.11)
(2.12)
hmin pada pelat lantai ditetapkan sebesar 12 cm, sedang hmin pada
pelat atap ditetapkan sebesar 10 cm.
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati dan
beban hidup terfaktor.
18
(2.13)
(2.14)
(2.15)
(2.16)
Mu
d. Membagi Mu dengan b x d2
2
bd
(2.17)
Mu
2
bd
fy
= fy1 0,588
f ' c
(2.18)
min =
mak =
1,4
fy
450
600 + fy
(2.19)
0,85 f ' c
fy
(2.20)
(As = b d 10 )
6
(2.21)
19
2.3.3
Perencanaan Balok
Perencanaan Balok meliputi balok induk, balok anak dan balokbalok untuk struktur penunjang . Untuk mencari besarnya gaya-gaya
dalam pada balok (momen lentur, gaya geser, gaya normal dan momen
torsi) dapat dilihat dari hasil perhitungan mekanika dengan program
Balok yang menderita momen & gaya aksial eksentris (balok induk
portal)
= Mu / ( = 0,8)
(2.22)
ea
= Mn /Pn
(2.23)
cb
= 600.d /( fy+600 )
(2.24)
Pb
(2.25)
20
= Nn / (0,85.fc.b)
(2.26)
ab
= 0,85 cb
(2.27)
= ea + h d
(2.28)
(2.29)
As = [ P . e - Rl . b . ab ( d - ab / 2 ) ] / [ ( fy . ( d - d )
(2.30)
= [ P . e - Kb . Rl . b . d 2 ] / [ ( fy . ( d - d )
As
= [ ( Rl . b . ab - P ) / fy ] + As
(2.31)
Jika
e = ( 0,3 . d + h / 2 - d )
(2.32)
Maka a = 0,8 . d
As = [ P - 0,8 . R1 . b . d ] / fy
(2.33)
Jika
e < ( 0,3 . d + h / 2 - d )
Maka a d dan Es . es = - fy
P
= Rl . b . a + fy . As + fy . As a=d
As
= [ ( P - Rl . d . b ) / fy ] - As
(2.34)
P . e = Rl . b . d . ( d - d / 2 ) + fy . As . ( d - d )
As = [ ( P . e - 0,5 . Rl . b . d 2 ) ] / [ fy . ( d - d ) ]
(2.35)
Jika a < ab
P . e = Rl . b . a . ( d - a / 2 ) + fy . As . ( d - d )
= P / ( Rl . b )
As
= As = P . [ e - d + P / (2 . Rl . b ) ] / [ fy . ( d - d ) ]
(2.36)
(2.37)
As
= As = [ P . e - Fb . b . d 2 . Rl . ( 1 - Fb / 2 ) ] / [ fy ( d - d ]
= [ P . e - Kb . Rl . b . d 2 ] / [ fy . ( d - d ]
Jika As
(2.38)
fy seperti untuk a b.
Batasan luas penampang tulangan : 0 % ( As / Ag ) 1 %.
Checking Tulangan Balok :
max
= 1 . [ 450 / ( 600 + fy ) ] . ( Rl . fy )
(2.39)
min
= 1,4 / fy
(2.40)
(2.41)
(2.42)
(2.43)
(2.44)
dimana :
M1 = Momen yang ditahan penampang persegi tulangan single ( As)
22
(2.45)
M1 = K . b . d2 . Rl
(2.46)
As2 = As - As1 = As
(2.47)
M2
= As2 . fy . ( d d )
(2.48)
= As . fy . ( d d )
(2.49)
= As1 + As2
(2.50)
As
(2.51)
M2 = M - M1
(2.52)
As = M2 / [ fy . ( d - d ) ] = As2
(2.53)
As1 = Fmax . b . d . Rl / fy
(2.54)
As
= As1 + As2
(2.55)
(2.56)
= M1 / ( b . d2 . Rl )
(2.57)
= 1 - (1 2 K)1/2
(2.58)
As1 = F . b . d . Rl / fy
(2.59)
As
(2.60)
= As1 + As
23
( d / d ) < ( d / d ) max
(2.61)
(2.62)
(2.63)
tulangan tarik & tekan telah leleh, karena momen kapasitasnya telah
terlampaui.
(2.64)
tulangan tarik & tekan belum leleh, karena momen kapasitasnya tidak
terlampaui.
(2.65)
dimana :
Vu
Vn
Vn
(2.66)
Vc
Vs
(2.67)
Apabila gaya lintang yang terjadi lebih besar dari kekuatan geser
nominal sumbangan beton, maka diperlukan tulangan geser untuk
menopang sisa gaya lintang yang terjadi.
Vn
= Vu / ( = 0,6)
(2.68)
Vc
= (1/6) . fc . b . d
(2.69)
.Vc = . (1/6) . fc . b . d
(2.70)
Vs max
Vs
(2.71)
= Vu - Vc
(2.72)
memanjang (mm)
Av.d.fy
, dengan Av = luas penampang 2 kaki tulangan geser
Vn Vc
(mm2)
(2.73)
Syarat :
s < d/4 ( pada daerah sendi plastis y = d )
s < d/2 ( pada daerah di luar sendi plastis y = 2h)
NB : Jika ada gaya aksial Nu, maka Vc harus dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Jika terdapat gaya aksial tekan :
Vc = 0,17 ( 1 + 0,073 . (Nu/Ag) fc . bw. d )
(2.74)
(2.75)
= faktor reduksi
Di dalam praktek, momen puntir bekerja bersama sama dengan lentur.
Dalam buku Menghitung Beton Bertulang berdasar ACI, SNI,
apabila diketahui kekuatan bahan, dimensi penampang, Vu, Tu dan Nu
(Nu berharga positif jika tekan, negatif jika tarik ), maka prosedur
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Untuk fy < 400 Mpa, maka penampang cukup jika :
.(
Tu =
Ct =
f 'c
..( x 2 . y )
3
(2.76)
(1 + [(0,4.Vu ) /(Ct.Tu )]
bw.d
( x 2 . y )
(2.77)
Tu
f 'c
) .( x 2 y )
15
(1 + [(0,4.Vu ) /(Ct.Tu )]
(2.78)
26
Vc =
f 'c
.)bw.d
6
(2.79)
Vc =
( f ' c / 6 .bw.d
(1 + (Tu / Vu ) 2 /(Ct / 0,4) 2
(2.80)
(Tu / Tc ).s
T .x1 . y1 fy
(2.81)
(2.82)
(2.83)
(2.84)
Al = ( ( 2,8 . x . s ) / fy ) . ( Tu / ( Tu + (Vu / ( 3 . Ct )) - 2 . At ) ) . (
x1 + y1 ) / 5
(2.85)
2 . At > 0,34 . bw . ( s / fy )
(2.86)
27
NB : Jika ada gaya aksial Nu, maka Tc dan Vc harus direduksi dengan (
1 + 0,3.Nu / Ag ) dimana Nu bernilai positif untuk tekan dan
negatif untuk tarik.
2.3.4
Perencanaan Kolom
Mencari harga
d
h
Grafik penulangan :
- Sumbu vertikal dengan nilai =
Pu
. Agr 0,85.F ' c
(2.87)
Pu
e
. 1
. Agr 0,85.F ' c h
(2.88)
Mu
Dimana e1 merupakan harga eksentrisitas =
(2.89)
Besaran pada kedua sumbu dapat dihitung dipetakan dalam bentuk grafikgrafik untuk mencari r.
As tot = .r
fc
15
0,6
20
0,8
25
1,0
30
1,2
35
1,33
(2.90)
atau
1
1
1
1
=
+
(2.91)
dimana:
Pux
Puy
Puo
atau
M nx M ny
+
1
M ox M oy
(2.92)
M ox
1
M
+ ny
M
oy
=1
(2.93)
b 1
My ' = Mny + Mnx. .
h
(2.94)
29
h 1
Mx' = Mnx + Mny. .
b
2.3.5
(2.95)
Perencanaan Tangga
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitas antar lantai
pada gedung yang mempunyai tingkat lebih dari satu. Tangga merupakan
komponen yang harus ada pada bangunan berlantai banyak walaupun
sudah ada peralatan transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak
memerlukan tenaga mesin.
2 m
2 m
3 m
1 m
- Tinggi Optrede
- Tinggi Antrede
- Lebar Bordes
- Kemiringan tangga
30
(2.96)
2 x o + a = 61~ 65
(2.97)
dimana :
(2.98)
31
dimana
2
bd
fy
= fy1 0,588
f ' c
(2.99)
min =
mak =
1,4
fy
450
600 + fy
(2.100)
0,85 f ' c
fy
(2.101)
(As = b d 10 )
6
2.3.6
(2.102)
Tulangan utama
32
(2.103)
fy
Mu
= fy1 0,588
2
f ' c
bd
(2.104)
min =
mak =
1,4
fy
(2.105)
450
600 + fy
0,85 f ' c
fy
(2.106)
(As = b d 10 )
6
(2.107)
Tulangan geser
Berdasarkan Rancangan Standar Nasional Indonesia Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 2002, langkahlangkah perhitungan tulangan geser pada balok adalah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai kuat geser penampang atau gaya lintang yang
bekerja (Vu).
(2.108)
f 'c b d )
(2.109)
33
Vc
< Vu < Vc
2
(2.110)
dimana
(2.111)
(2.112)
bs
3 fy
(2.113)
(2.114)
Vs s
fy d
(2.115)
2.3.7
(2.116)
(2.117)
(2.118)
(2.119)
(2.120)
fy
Mu
= fy1 0,588
2
f ' c
bd
(2.121)
35
min =
mak =
1,4
fy
(2.122)
450
600 + fy
0,85 f ' c
fy
(2.123)
(As = b d 10 )
6
(2.124)
H=4,3 m
LANTAI
BASEMENT
DL
Tegangan tanah
36
= 0,33 x fc
Psumuran = b x Ab
(2.125)
(2.126)
dimana :
Psumuran = kekuatan pikul tiang yang diijinkan (kg)
fc
Ab
sebagai berikut :
Rumus Terzaghi : (Hardiyatmo, 2003)
Qult = Qb + Qs
(2.127)
Qult = (q c Ab ) + ( f s As )
(2.128)
Qall =
Qult
SF
(2.129)
dimana :
Qult
qc
Ab
fs
As
Qall
SF
37
Dari kedua hasil tersebut dipilih nilai terkecil sebagai nilai daya
dukung batas.
Pada perencanaan pile cap, perlu dicek terhadap beban maksimum
yang diterima pondasi dimana harus lebih kecil dari daya dukung
batas. Rumus yang digunakan yaitu : (Buku Rekayasa Pondasi II)
Pmak =
My X
Pv M x Y
2
n
x 2
y
(2.130)
dimana :
Pmax
Pv
Mx
My
x2
y2
Selain itu pada perencanaan pile cap perlu dicek tegangan pada
pile cap, yaitu dengan menggunakan rumus : (Buku Rekayasa Pondasi
II)
=
M 2 Y
Pv M 1 X
A
ly
.lx
(2.131)
dimana :
Pv
38
Mx
(kgm)
= momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
My
(kgm)
A
lx
ly
Pada pondasi kaison bor, perlu dicek terhadap guling, geser, dan
tegangan tanah. Perhitungan cek guling, geser, dan tegangan tanah
pada pondasi kaison dilakukan seperti pada struktur DPT, yaitu dengan
membandingkan antara momen vertikal dan momen horisontal serta
gaya vertikal dengan gaya horisontal. Sedang tegangan tanah dihitung
berdasarkan data tanah yang ada. Berikut rumus yang digunakan :
- Cek Terhadap Guling
Mv
Mh
1,5
(2.132)
Pv tan + B c + Ph
Ph
5
1,5
(2.133)
save =
ult
SF
>
mak =
Pv Mh
A
(2.134)
(2.135)
39
(2.136)
Pv
(2.137)
(2.138)
f ' c bo d
(2.139)
(2.140)
Vc = 0,75 Vc
(2.141)
Penulangan pile cap dihitung dengan cara mencari besar gaya total
yang didukung oleh cincin sumuran akibat dari beban terpusat (P) dan
momen (M1 dan M2). Momen maksimum dihitung dengan mengalikan
antara gaya total dengan jarak cincin sumuran ke titik berat pondasi.
Setelah diketahui nilai momennya, maka perhitungan penulangan
menggunakan rumus seperti pada penulangan pelat. (Buku CUR 1)
Penentuan tebal cincin sumuran dihitung dengan mencari tegangan
yang bekerja pada cincin sumuran akibat dari beban terousat (P) dan
momen (M1 dan M2). Rumus yang digunakan : (Diktat Kuliah
Rekayasa Pondasi II karangan Ir. Indrastono DA, M.Ing)
=
P M1 M 2
A W1 W2
(2.142)
dimana :
= tegangan yang terjadi (kg/m2)
Pv = beban terpusat yang bekerja (kg)
1
A = luas daerah yang ditinjau (m2) = 2 2 d 2
2
M1 = momen searah sumbu 1 (kgm)
40
32
(D
(D
d4)
D
d4)
D
B. Pondasi Tapak
Pondasi telapak termasuk pondasi dangkal. Pondasi jenis ini digunakan
pada struktur tangga. Pondasi telapak direncanakan berbentuk persegi panjang.
Untuk pondasi telapak persegi panjang ada beberapa macam cara untuk
menghitung besarnya kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity of soil ).
Salah satu rumus yang lazim digunakan adalah menurut Terzaghi & Schultze
adalah sebagai berikut :
(2.143)
dimana :
Df = kedalaman pondasi ( m )
B = lebar pondasi ( m )
L = panjang pondasi ( m )
C = kohesi tanah ( T/m2 )
o = berat isi tanah di atas dasar pondasi ( T/m3 )
1 = berat isi tanah di bawah dasar pondasi ( T/m3 )
Nc, Nq, N = koefisien kapasitas daya dukung
q = Df . o = effective overburden pressure
Apabila muka air tanah ( MAT ) berada tepat pada dasar pondasi, maka o
harus diambil nilai sub ( submerged / keadaan jenuh air ), sedangkan bila MAT
berada di atas dasar pondasi maka Df . o harus diganti menjadi Df1 . o + Df2 .
o .
Besarnya tegangan kontak yang terjadi pada dasar pondasi dapat dihitung sebagai
berikut :
max =
P Mx. y My.x
+
+
A
Iy
Ix
41
min =
P Mx. y My.x
A
Iy
Ix
(2.143)
pada
pelat.
42