FRAKTUR DENTOALVEOLAR
Oleh :
Citra Dewi Wahyuningsih
15710092
Pembimbing
Drg. Henry Wahyu, Sp.BM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
Fraktur Dentoalveolar. Penyusunan referat ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik di SMF Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut di RSUD Sidoarjo.
Penulis berharap referat ini akan berguna bagi kita semua, khususnya bagi
dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik untuk memperlancar
studinya. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada drg. Henry
Wahyu, Sp. BM yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu
dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan segala masukan serta kritik dan saran-saran dari
pembaca yang sangat diharapkan guna memperbaiki referat ini.
Sidoarjo, Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2
2.1 Definisi......................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi................................................................................................ 2
2.3 Etiologi ........................................................................................................ 2
2.4 Klasifikasi..................................................................................................... 3
2.5 Diagnosis...................................................................................................... 13
2.6. Penatalaksanaan........................................................................................... 16
2.7 Pencegahan................................................................................................... 18
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
20
BAB 1
PENDAHULUAN
dentoalveolar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
DEFINISI
Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas
jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan trauma.
Fraktur dentoalveolar didefinisikan sebagai fraktur yang meliputi avulsi,
subluksasi, atau fraktur gigi yang berkaitan dengan fraktur tulang alveolar.
Fraktur dentoalveolar dapat terjadi tanpa atau disertai dengan fraktur bagian
tubuh lainnya, biasanya terjadi akibat kecelakaan ringan seperti jatuh,
benturan saat bermain, berolahraga atau iatrogenik.1,4
2.2.
EPIDEMIOLOGI
Puncak insidensi terjadi pada anak usia 2 - 3 tahun, sebagai akibat
sekunder perkembangan koordinasi motorik. Pada gigi tetap, puncak insidensi
terjadi pada anak usia 10 tahun saat dimulainya aktivitas atletik. Insidensi
trauma dentoalveolar pada anak pada usia 5 tahun adalah 31-40% anak lakilaki dan 16-30% anak perempuan. Pada usia 12 tahun sebanyak 12-33% anak
laki-laki dan 4-19 % anak perempuan. Insidensi injuri pada laki-laki dua kali
lebih banyak baik pada usia anak maupun dewasa.1,2
2.3.
ETIOLOGI
a. Trauma
Etiologi yang paling sering dilaporkan adalah akibat jatuh dan kecelakaan
olahraga. Seiring pertambahan usia, etiologi paling banyak adalah
kecelakaan lalu lintas dan perkelahian.
Penyebab trauma dibagi menjadi dua, langsung dan tidak langsung.
Trauma langsung jika benturannya itu langsung mengenai gigi, biasanya
pada regio anterior. Trauma tidak langsung terjadi ketika ada benturan
rahang bawah ke rahang atas, gigi patah pada bagian mahkota atau
mahkota-akar di gigi premolar dan molar, dan juga pada kondilus dan
simfisis rahang.1, 3
b. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai contoh,
banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan
kemasan plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat
menyebabkan efek traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa
menyebabkan maloklusi.3
c. Kehilangan sebagian besar struktur gigi
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh
kondisi karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas
akan mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian
terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur.3
d. Suhu ekstrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan
makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email
gigi dan memudahkan terjadi fraktur gigi.3
e. Tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai
tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan
tambalan gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau
dentin, dapat menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.3
2.4.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang banyak dijadikan pedoman dalam penanganan fraktur
dentoalveolar adalah klasifikasi menurut World Health Organization (WHO).
Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO)
diterapkan pada gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi,
jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut. Pada pembahasan
ini
klasifikasi
WHO
yang
diterangkan
hanya
pada
trauma
yang
crown-root
2.5.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Tujuan anamnesis ini dapat membantu dokter gigi untuk memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien. Tujuh kriteria anamnesis yang harus
dipenuhi, antara lain adalah:1,5
1. Lokasi
2. Kualitas
3. Kuantitas dan keparahannya
4. Waktu
5. Keadaan yang memicu terjadinya keluhan
6. Faktor lain yang memperberat atau memperingan gejala
7. Gejala lain yang menyertai keluhan utama
Urgensi anamnesis pada kasus fraktur dentoalveolar sangatlah penting
karena akan menentukan prognosis dan perawatan yang cepat dan tepat
dalam menindaklanjuti kejadian fraktur dentoalveolar pada anak.
Anamnesis dapat berupa pertanyaan mengenai riwayat dental maupun
riwayat medis jika kondisi memungkinkan dan kesehatan umum baik.1
Selain itu ditanyakan juga tentang riwayat medis jika terdapat kelainan
sistemik pada pasien untuk pertimbangan perawatan dan premedikasi agar
komplikasi dapat dihindari selama perawatan dental,1
b. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan menyeluruh diperlukan untuk menilai sejauh mana
cedera yang terjadi. Informasi penting harus dikumpulkan untuk setiap
pasien termasuk: tanda- tanda vital, review dari semua bagian kepala,
sistem dan pemeriksaan leher. Hal ini penting untuk mengurangi
cedera kepala, kerusakan mata, cedera tulang belakang, dan leher.
Sebuah evaluasi dari ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya dapat
menetapkan adanya cedera kepala. Hal penting yang harus
diperhatikan ketika terjadi cedera yang cukup berat adalah tanda-tanda
syok, seperti muka yang pucat, suhu badan dingin, nadi yang tidak
beraturan, dan hipotensi.1,5
2. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pasien dengan fraktur dentoalveolar
harus
diperiksa
kondisi
kepalanya. Luka ekstra oral seperti bengkak, memar, dan laserasi dapat
mengindikasikan adanya fraktur pada tulang dan gigi. Tulang fasial
pun harus dipalpasi untuk mengetahui ada tidaknya diskontinuitas
tulang. Pemeriksaan lainnya adalah inspeksi pada kondisi sendi
temporomandibular, jika ada bengkak, kliking, atau krepitasi. Kondisi
pergerakan mandibula atau deviasi mandibula harus dicurigai adanya
fraktur atau dislokasi rahang.1,5, 6
3. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral dievaluasi kondisi dalam rongga mulut, baik
jaringan keras maupun jaringan lunaknya. Berikut adalah pemeriksaan
intra oral yang harus dilakukan pada pasien fraktur dentoalveolar:1,5
a) Kegoyangan gigi
b) Reaksi pada perkusi
c) Warna gigi
d) Reaksi terhadap tes sensitifitas
e) Tes vitalitas pulpa
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk menegakkan diagnosa
dengan tepat. Macam foto rontgen yang dapat dilakukan, antara lain:1, 3, 6
a) Foto Periapikal, dapat memberikan gambaran terperinci pada trauma
alveolar dan gigi.
b) Foto oklusal, memberikan gambaran lebih mendetail fraktur prosesus
alveolaris dan gigi.
c) Foto Panoramik, dapat memberikan informasi gambaran fraktur
mandibula keseluruhan. Foto panoramik juga dapat memberikan
PENATALAKSANAAN
Perawatan fraktur dentoalveolar sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin, karena penundaan perawatan akan mempengaruhi prognosis gigi
geligi. Bila fraktur dentoalveolar merupakan bagian dari fraktur wajah yang
lebih serius, perawatan dapat dilakukan secara efektif untuk menstabilkan
keadaan umum pasien terlebih dahulu.5
Tujuan perawatan fraktur dentoalveolar adalah mengembalikan bentuk
dan fungsi organ pengunyahan senormal mungkin. Prognosis fraktur
dentoalveolar dipengaruhi oleh keadaan umum dan usia pasien serta
kompleksitas fraktur.5
a. Trauma pada Gigi Sulung
Perawatan gigi sulung yang mengalami trauma pada umumnya tidak
berbeda dengan perawatan gigi tetap. Gigi sulung yang intrusi biasanya
akan erupsi secara spontan. Gigi yang tidak terlalu bergeser dan tidak
menyebabkan
gangguan
oklusi
dapat
diobservasi
saja.
Fraktur
Fraktur akar
Fraktur mahkota yang oblik dapat meluas ke subgingiva (fraktur
mahkota-akar). Bila garis fraktur tidak terlalu jauh ke apikal dan
pulpa tidak terbuka, cukup ditambal dengan restorasi komposit.
Bila fraktur meluas sampai jauh ke apikal, atau bila gigi terbelah
secara vertikal, umumnya ekstraksi harus dilakukan. Fraktur akar
horizontal prognosisnya tergantung pada garis fraktur. Bila garis
fraktur terletak di dekat gingiva, fragmen mahkota dapat
diekstraksi dan dilakukan perawatan endodontik serta pembuatan
mahkota pasak. Bila garis fraktur terletak jauh ke apikal, gigi
sebaiknya diekstraksi.3, 5, 6
2. Trauma yang mengenai jaringan periodontal
a) Malposisi
Gigi yang luksasi, ekstrusi dan intrusi direposisi dan di-splint
untuk imobilisasi gigi selama 7-21 hari. Setelah periode
imobilisasi selesai vitalitas gigi tersebut harus diperiksa.5
b) Avulsi
Gigi yang avulsi dapat direplantasi dengan memperhatikan
sejumlah faktor, yaitu tahap perkembangan akar, lamanya
keberadaan gigi di luar soket, lamanya penyimpanan dan media
yang digunakan. Idealnya replantasi dilakukan sesegera mungkin.
Sebaiknya dipastikan bahwa sel ligamen periodontal tidak
dilakukan dengan
vulnus.
Prinsip
PENCEGAHAN
Penyebab fraktur dentoalveolar sering terjadi akibat kecelakaan, bukan
hanya saat berkendara tetapi juga saat berolahraga. Dihimbau kepada
masyarakat untuk menggunakan sabuk pengaman saat berkendara dan
memakai helm saat bersepeda. Hal ini dapat mengurangi resiko cedera saat
terjadi kecelakaan lalu lintas. Cedera saat berolahraga dapat dicegah dengan
mouth protector. Contoh olahraga yang biasanya membutuhkan alat ini adalah
BAB 3
KESIMPULAN
Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas
jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan trauma.
Fraktur dentoalveolar dapat terjadi tanpa atau disertai dengan fraktur bagian
tubuh lainnya, biasanya terjadi akibat kecelakaan ringan seperti jatuh,
benturan saat bermain, berolahraga atau iatrogenik.
Klasifikasi fraktur dentoalveolar yang sering dipakai adalah menurut
terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 yang menyangkut jaringan keras gigi dan
pulpa, tipe 2 yang mengenai jaringan periodontal, tipe 3 fraktur pada tulang
penyangga dan tipe 4 yang mengenai jaringan lunak mulut.
Diagnosis fraktur dentoalveolar ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan ekstra oral,
dan pemeriksaan intra oral, serta pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen
gigi.
Perawatan fraktur dentoalveolar dilakukan berdasarkan jenis dan
kompleksitas fraktur. Tujuan perawatan fraktur dentoalveolar adalah untuk
mengembalikan bentuk dan fungsi organ pengunyahan senormal mungkin.
Prognosis fraktur dentoalveolar dipengaruhi oleh keadaan umum dan usia
pasien serta kompleksitas fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asri F. 2012. Penggunaan Alat Stabilisasi pada Penanganan Fraktur
Dentoalveolar Anak. Bandung, Universitas Padjajaran.
2. Mendes F. A Prospective Study of Dentoalveolar Trauma at the Hospital das
Clinicas,
Sao
Paulo
University
Medical
School.
Diunduh
Diunduh
dari
dari