5. Insyirah Prabawati
Khusnul Khatimah
(1310211121)
Euis Maya Savira
(1310211072) (1310211100)
Tania Agustini Maharani
(1310211124)
6. Tifannisa Febrian
Siti Maysaroh
(1310211018)
(1310211137)
Daftar Isi:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
G. Retensio plasenta
Overview Case
Interpretasi Kasus
H. Laserasi Jalan Lahir
Patogenesis & Patofisiologi Kasus
Endometritis
Mastitis
Atonia uteri
Inversio uteri
Adaptasi Fisilogi
1. Sistem cardiac output
a. Pada kala I dan II CO menurun dan puncaknya pada awal puerperium
menurun 50%. Kembali normal 2-3 minggu post partum.
i. 72 jam pertama persalinan Ht meningkat dan Hb menurun akibat
poses persalinan.
ii. Fibrinogen meningkat pada awal persalinan
iii. Kerusakan pembuluh darah resiko tromboemboli
2. Sistem reproduksi
Uterus
a. Penurunan fundus uteri dan pengecilan uterus
b. Penurunan ukuran dan berat uterus terjadi karna penurunan esterogen dan
progesteron segera setelah lahir
Lokhia
Peluruhan jaringan desidua keluarnya discharge dalam jumlah bervariasi :
eritrosit, serpihan desidua, sel sel epitel, dan bakteri.
Lochea rubra (3 hari)
- Warna merah terang
- Berupa darah dan bekuan
- Mengandung desidua dan trofoblas
- Bau normal seperti masturbasi
- Jumlah meningkat saat menyusui
Lochea serosa (hari ke 4-9)
- Warna merah muda, coklat
- Bau normal
- Jumlah mulai sedikit
- Mengandung serum, leukosit dan jaringan mati
Lochea alba (hari ke 10- 2 sd 6 minggu)
Warna kuning-putih bening
Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, dan serum
Regenerasi Endometrium
- Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasi
menjadi dua lapisan.
- Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia.
- Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan
sumber pembentukan endometrium baru.
- Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa sisa kelenjar endometrium dan
stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.
- Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat
melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan yang tidak
tertutup menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali
dalam minggu ketiga.
Serviks
Laserasi bagian lateral
Beberapa hari setelah partus 2 jari
Akhir minggu pertama menyempit dan serciks menebal dan kanal kembali
terbentuk
Vagina
Pemulihan akan terjadi pada minggu ketiga
Labia akan lebih menonjol
Perubahan perineum
Akan tampak edema
hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
Perubahan payudara
Prolaktin akan meningkat dalam darah dan merangsang pembentukan ASI
Pada hari ketiga dan keempat payudara membesar, keras dan nyeri ditandai
dengan sekresi ASI
Sistem GastroIntestinal.
Rasa sering timbul segera setelah persalinan:
- Haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar selama
proses persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan pernafasan.
- Buang air besar sering kurang lancar karena tonus otot yang menurun, tekanan
intra abdominal menurun, dan nyeri akibat luka perineum.
Perut
- Striae abdominal tidak akan hilang, akan tetapi akan berubah menjadi garisgaris halus berwarna putih perak (striae albican)
- Dinding abdomen melar
- Adanya diastasis recti pada ibu nifas (pemisah otot-otot rectum dari abdomen)
- Jika tonus otot abdominal tidak diperoleh kembali maka ruang jarak antara
rektum akan terisi dg peritoneum, fascia & lemak
- Wanita tersebut menjadi tidak memiliki otot yg diperlukan untuk menopang
kehamilan selanjutnya sehingga terjadi perut gantung sakit punggung pda
kehamilan.
Manajemen Laktasi
LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI
mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang
berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi.
PRODUKSI ASI
Dalam fisiologi laktasi, prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula
pituitari anterior sangat penting untuk produksi asi. Selama kehamilan kerja
hormon ini terhambat oleh hormon placenta.
Dengan lepasnya atau keluarnya placenta pada akhir proses persalinan. Maka
kadar estrogen & progesterone beransur turun sampai dapat melepaskan dan
mengaktifkannya prolaktin
Terjadinya peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat
diextrakan bahan penting untuk pembentukan air susu
Reflek Prolaktin
hisapan bayi receptor pada nipple
implus nasafagus hipotalamus
prolaktin epitel alveoli memproduksi ASI
Reflek oksitosin ( let down reflek )
pituitary posterior
oktosin kontrasi sel miopitel dinding alveoli dengan
sel mamae ASI meningkat melalui sisi ductus dan sinus laktiferus
Cemas
Takut, sakit
Kurang PD
PEMELIHARAAN LAKTASI
Dua faktor yang terpenting untuk pemeliharaan laktasi adalah:
Rangsangan
Bayi yang minum ASI perlu sering menyusui, terutama pada hari-hari neonatal
awal. Penting bahwa bayi difiksasi pada payudara dengan posisi yang benar apabila
diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat sebagi respon terhadap
pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula pituitaria anterior dan dengan
demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak.
Keluaran cairan susu jolong dari ductus laktiferus disebut colostrum bewarna
kuning putih susu
MANFAAT ASI
Asi mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan
komposisi yang sesuai dgn kebutuhan bayi
Asi mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi dimana laktosa ini dalam usus
akan mengalami peragian hingga membentuk asam laktat.
manfaat asam laktat :
Menghambat pertumbuhan bakteri yang potologis
Mersangsang pertumbuhan mikro organic yang dapat menghasilkan
berbagai asam organic dan mesintesa bbrp jenis vitamin dalam usus
o Memudah pengendapan calsium casenat (protein susu)
o Memudahkan penyerapan berbagai mineral
Asi mengandung anti bodi / zat penolak yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi misalnya:
o
o
- Gastroenteritis
- Batuk ringan
- Tetanus, dll
Asi lebih aman dari kontraminasi, karena diberikan langsung kemungkinan
tercemar zat berbahaya lebih kecil
Temperatur asi lebih sesuai dengan temperatur tubuh bayi
Resiko alergi pada bayi kecil sekali karena tidak mengandung beta laktoglobulin
Asi membantu pertumbuhan gigi lebih baik
Asi dapat dipakai sebagai perantara untuk menjalin hubungan kasih sayang antara
ibu dan bayi
Asi mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi
Asi ekonomis, praktis tersedia setiap waktu pada suhu untuk ideal dan dalam
keadaan segar
Proses laktasi dapat membantu menjarangkan kehamilan
Bayi
Bayi
Bayi
Bayi
Bayi
Infeksi payudara
Terdapat abses yang memerlukan insisi
Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
Asi yang bercampur dengan darah
KUALITAS ASI DAN KEMAMPUAN LAKTASI PADA SETIAP IBU TIDAK SAMA.
PERBEDAAN KEMAMPUAN LAKTASI TERSEBUT DIKARENAKAN HAL SBB:
Usia laktasi
Pengaruh kualitas dan kuantitas makanan ibu
Gangguan emosi
Gangguan dalam pembinaan dan pemeliharaan laktasi
Pengaruh pemberian makanan lain kepada bayi.
UPAYA SBB:
o
o
o
Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas
tidak menumpuk
Putting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk memudahkan
isapan bayi
Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan operasi
Rangsangan putting susu lebih mantap sehingga reflek pengeluaran ASI lebih
sempurna
Menghindari kemungkinan lecet pada putting susu
Kepuasan bayi saat menghisap ASI lebih besar
Semprotan ASI lebih sempurna dan menghindari terlalu banyak udara yang
masuk kedalam lambung bayi
LANGKAH MENYUSUI
PERAWATAN PAYUDARA
1. Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat
dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.
2. Latihan otot-otot yang menopang payudara.
3. Hygiene payudara
OVERVIEW CASE
Ny L 33 tahun P1A0
PX Fisik :
PX LAB :
Hemoglobin
Leukosit
Hematocrit
Trombosit
1
: 8 gram%
: 27.000/mm3
: 27%
: 180.000 / mm
Diagnosa
PPP dengan komplikasi infeksi nifas (endometritis dan
mastitis dextra )
Anemia
INTERPRETASI KASUS
1. Ny. L 33 tahun P1A0, 20 menit post partum komplikasi distosia tanpa traksi
umbilicus, plasenta terlepas darah mengalir dan tampak kavum uteri pada
introitus vagina, serta pada palpasi tidak teraba fundus.
Analisis :
Adanya perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada pasien disertai komplikasi
distosia, mengakibatkan palsenta terlepas dan darah mengalir. Tampak cavum uteri
serta pada palpasi tidak teraba fundus pada intoritus vagina menandakan bahwa
adanya inversio uteri yaitu keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk kedalam kavum uteri. Hal ini bisa menjadi faktor resiko terjadinya
infeksi pada bagian organ dalam reproduksi wanita, bisa pada uterus atau pada bagian
endometrium. Maka dari itu kita bisa mendiagnosa pasien ini mengalami perdarahan
post partum ec inversio uteri
KELUHAN UTAMA
2. 2 hari post partum mengeluh demam
Analisis :
Menandakan adanya demam pasca nifas. Demam ini bisa berupa fisiologi bila tidak
lebih dari 38 derajat dan bersifat patologis jika suhu lebih dari 38 derajat, maka dari itu
perlu pemerikaan lebih lanjut pada pemeriksaan fisik tetapi disini kita bisa mengambil
hipotesis infeksi pasca nifas dilihat dari demam yang terjadi setelah 2 hari post partum
3. Keluhan tersebut disertai nyeri perut terutama saat menyusui.
Analisis :
Karena pada saat menyusui terjadi pelepasan oksitosin yang juga merangsang
kontraksi pada uterus, sehingga pasien mengalami nyeri perut pada saat menyusui
4. Merasa cairan merah berbau busuk dari kemaluannya
Analisis:
Pasca nifa memang normalnta itu mengeluarkan suatu cairan yang disebut dengan
lokia yang berisi eritrosit, jaringan desidua, epitel dan bakteri dimana normalnya itu
tidak berbau. Jika cairan itu mengeluarkan bau menandakan adanya infeksi pada
daerah kemaluannya. Memungkinan adanya infeksi pada daerah endometrium yaitu
endometritis
5. Mengaku nyeri saat menyusui anaknya dan bengkak pada payudara sebelah
kiri
Analisis :
nyeri pada saat menyusui kemungkinan menandakan adanya infeksi pada payudara
atau daerah putting pasien, dimana disertai adanya bengkak yang merupakan
manifestasi dari suatu peradangan. Memungkinan adanya statis asi, mastitis non
infeksi atapun mastitis infeksi pada payudara kiri pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
6. Tanda Vital
TD, Nadi dan respires DBN
Analisis :
Hati hati pada ibu yang tinggi <145 cm karena biasanya memiliki panggul yang
kecil distosia
7. Kojungtiva pucat
Analisis :
Menandakan pasien ini mengalami anemia yang kemungkinan dari hasil proses
perdarahan post partum, namun masih harus di perkuat lagi dari hasil laboratorium
8. Jantung dan Paru DBN
Analisis :
kala 1 terdiri dari 2 yakni fase laten dan fase aktif, laten berjalan sampai pembukaan
4 cm , hal ini menandakan bahwa ibu akan memasuki kala 1 fase aktif
9. Payudara kiri : cracked nipple (+), kemerahan (+), nyeri tekan (+)
Analisis :
Mengindikasikan bahwa pasien ini mengalami peradangan pada payudara sebelah kiri
ditandai dengan reaksi inflamasi berupa kemerahan dan nyeri tekan yag disebut
sebagai mastitis. Ini bisa memperkuat hipotesis mastitis pada pasien, stasis asi dicoret
karena sudh ada nyeri tekan dan kemerahan
10.
Abdomen membesar
Analisis :
Abdomen membesar ini bia mengindikasikan kemungkinan adanya edema atau
subinvolusi yang terjadi pada pasien, edema terjadi mungkin karena adanya infeksi
yang terjadi setelah proses kelahiran. Ini bisa memperkuat infeksi nifas setelah parts
yaitu endometritis. Sedangkan subinvolusi adalah dimana uterus tidak kembali pada
ukuran semula, namun untuk memperkuat ini kita harus lihat di pemeriksaan obstretic.
Pemeriksaan Obstretric
11.
Fundus uteri 3 jari bawah pusat, lunak, nyeri (+)
Analisis :
Fundus uteri kemabli pada ukuran normal berarti pembesaran perut bukan karena
adanya subinvolusi uterus, disini bisa menguatkan hipotesis endometritis. Adanya
nyeri tekan menandakan adanya infeksi
12.
Kontraksi uterus tidak baik
Analisis :
Mungkin karena adanya massa atau peradangan pada endometrium
13.
Pemeriksaan in spekulo : vulva dan vagina dbn, fluxus (+) dari OUE dan
berbau busuk
Analisa :
Adanya cairan disertai darah yang keluar dari OUE normalnya itu adalah tidak berbau,
sedangkan kalau berbau busuk menandakan adanya infeksi. Bisa menguatkan
hipotesis endometritis
14.
Vaginal toucher : dilatasi serviks 1 jari, portio lembek, nyeri tekan (+),
nyeri goyang (+), adnexa tidak ada kelainan
Analisis :
Portio lembek, adanya nyeri goyang dan nyeri tekan menandakan adanya infeksi
endometritis
Pemeriksaan Laboratorium
15.
Hemoglobin : 8 gram%
Analisis :
Menandakan adanya anemia pada psien yang disebabkan perdarahan post partum
karena inversion uteri yang terjadi persalinan 2 hari yang lalu
16.
Leukosit : 27.000/mm3
Analisis :
Menandakan adanya infeksi nifas yang terjadi pada pasien, memperkuat hipotesis
endometritis (N : 11.000-20.000 /mm3)
17.
Hematokrit : 27 %
Analisis :
Menandakan adanya anemia yang terjadi pada pasien akibat perdarah post partum
Diagnosis :
Infeksi nifas endomeritis dan mastitis disertai anemia
Ny. L, P1A0
Tatalaksana
Distosia
1. Non Farmako :
-
2. Farmako :
Peningkatan resiko infeksi endometrium
(endometritis)
uteri di Introitus
Tidak teraba
vagina fundus uteri pada palpasi
- EndometritisCavum
:
Ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam + gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam +
meronidazol 500 mg IV selama 8 jam
-
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Rx.
inflamasi
Mastitis
:
partus
Cefadroxil 2 x 500 mg selama 10 hari
Kontraksi uterus tidak baik
PG
LK Nipple
IL 1: & TNF
- Cracked
Posisi menyusui tidak benar
Salep lanolin
tekan fundus uteri
Kemotaktik PMN
- Asam mefenamatDemam
500 mg 3 x sehari
tekan di vagina
Portio lembek Lesi pada nipple/cracked nipple
goyang (+)- Paracetamol 500 mg 3 x sehari
perut
- Sulfat ferosus 600 mg/hari
Rx. inflamasi
menyusui
Leukosit
Rx. supuratif
LocheaKasus
bau busuk + darah
Patofisiologi
anemia
vol darah
kemerahan
Nyeri saat menyusui disertai nyer
pe permeabilitas
Konjungtiva anemis
Hb
Ht
TD
RR
HR
edema
PG
pe
oksitosin
Definisi Lama
Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan pervaginam
Kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan sesar (SC)
Definisi Fungsional
Setiap kehilangan darah yang memiliki potensial untuk menyebabkan gangguan
hemodinamik
Epidemiologi
Etiologi
Tone
- Atoni uterus
Tissue
- Sisa plasenta/bekuan
Trauma
Thrombin
Faktor Resiko
- laserasi, ruptur,inversio
- koagulopati
Klasifikasi
Early hemorrhage (<24 jam :
-
Atonia uteri
Gangguan pembekuan
Inversio uteri
Retensio uteri
Luka
Infeksi
Sisa plasenta
Uterus tidak
berkontraksi dan
lembek
Perdarahan setelah
anak lahir
(perdarahan
pascapersalinan
primer )
Syok
Diagnosis
kemungkinan
Atonia uteri
Perdarahan segera
Darah segar yang
mengalir segera
setelah bayi lahir
Uterus kontraksi
baik
Plasenta lengkap
Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan jalan
lahir
Plasenta belum
lahir setelah 30
menit
Perdarahan segera
(P3)
Uterus kontraksi
baik
Retensio plasenta
Plasenta atau
sebagian selaput
(mengandung
pembuluh darah)
tidak lengkap
Perdarahan segera
Tertinggalnya
sebagian plasenta
Diagnosis
kemungkinan
Kadang-kadang ada
Syok neurogenik
Perdarahan segera
Sub-involusi uterus
Anemia
Demam
Perdarahan > 24
jam setelah
persalinan.
Perdarahan
sekunder atau P2S.
Perdarahan
bervariasi (ringan
atau berat, terus
menerus atau tidak
teratur) dan berbau
(jika disertai
infeksi)
Perdarahan segera
(Perdarahan
intraabdominal dan
/ atau pervaginam
Inversio uteri
Perdarahan
terlambat
Endometritis
atau sisa
plasenta
(terinfeksi atau
tidak)
Syok
Robekan
dinding uterus
(Ruptura uteri
Pencegahan
10 U IM or 5 U IV bolus
Penatalaksanaan
1.
Penanganan Umum
= airway
= breathing
= circulation
2.
SYOK
Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral dingin, gelisah, urin sedikit
3. Penangangan Awal
Minta bantuan, periksa seksama KU ibu & td vital
ABC :
- Jaga jalan napas, berbaring miring kiri, beri O2 5-6 L/mnt
- Infus 2 buah dengan kanula jarum besar nomor 16 sambil diambil contoh
darah untuk cross darah
- Berikan paling sedikit 2000 cc cairan dalam 1 jam pertama.
Penanganan khusus :
Hb 7-11 g/dl :
ENDOMETRITIS
Definisi
Endometritis mengacu pada infeksi atau peradangan pada endometrium, lapisan paling
dalam rahim.
Epidemiologi
Etiologi
Staphylococcus
spp.
Gram Positif :
Streptococcus
grub B
Streptococcus
pyogenes
Gram Negatif :
Escherichia coli
Klebsiella spp.
Chlamydia
trachomatis
Proteus spp.
Enterobacter spp.
Gardnerella vaginalis
Neisseria spp.
Bacteroides spp.
Peptostreptococ
cus spp.
Anaerob :
Faktor Resiko
Persalinan lama
Ketuban pecah
Klasifikasi
Berkaitan dengan kehamilan :
-
Obstretri
Non obstretri
Patologis :
Akut :
Endometrium menjadi edema & hiperemi
Pem. Mikroskopik : hiperemi, edema, infiltrasi leukosit
berinti polimorf yang banyak serta perdarahan interstisial
Kronis :
Jarang ditemukan
Ditemukan pada :
Tuberkulosis
Diagnosis
Demam
Menggigil
Bekterinemia
Lokia berbau
Leukositosis
Tatalaksana
Komplikasi
Luka terinfeksi
Peritonitis
Infeksi adneksa
Abses pelvis
Hematom pelvis
PATOFISIOLOGI
Persalinan lama
Pembedahan/tindakan
Ketuban pecah
Autogen
Infeksi Gonorea
Endogen
Eksogen
Invasi endometrium
IL 1, IL 6
(ASENDENS)
Infeksi endometrium
Faktor kemotaktik
(ENDOMETRITIS)
Kontraksi tidak baik
IL 1, TNF
Hematogen
Rusak PD
Reaksi Inflamasi
Makrofag
Infiltrasi PMN
Bakteri terkumpul
Septikemia
Fluxus dr OUE
Fagositosis
Peningkatan Permeabilitas
Kerusakan
vaskular dinding uterus
PG, BRADIKININ
Rx supuratif
Abdomen membesar
NT vagina Nyeri goyang
Lochea bau busuk
IL 1, IL 6Bakteri terkumpul
MASTITIS
Definisi
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara
yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. (IDAI, 2013)
Inflamasi pada payudara, dimana inflamasi ini dapat disertai atau tidak disertai infeksi
bakteri. (Breastfeeding Medicine, 2014)
Epidemiologi
Faktor Predisposisi
Etiologi
1. Tertutupnya duktus ASI
Akibatnya pengosongan tidak komplit penyumbatan duktus payudara resiko
peradangan serta infeksi bakteri
2. Invasi bakteri ke dalam payudara
Bakteri : Staphylococcus aureus, Eschericia coli, Streptococcus, Tuberculosis
(kadang)
Bakteri (kulit payudara & mulut bayi papila mammae yang luka duktus laktiferus
+ pengosongan yang tidak komplit lingkungan baik bakteri infeksi inflamasi
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Anamnesis nyeri pada payudara saat dipegang atau nyeri (kadang rasa terbakar saat
menyusui)
Px. Fisik
shape area
Px. Penunjang
kultur ASI pancar tengah hasil perahan tangan dan ditampung
(penampung tidak menyentuh puting mengurangi kontaminasi bakteri yang ada di kulit),
mammograf, biopsi (takut terdapat ca mammae)
WHO menganjurkan untuk kultur dan uji sensitivitas bila :
pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
Tata Laksana
1. Teknik Menyusui yang Efektif
meningkatkan frekuensi menyusui dimulai pada payudara yang bermasalah
bila terlalu nyeri, dimulai dari tidak bermasalah hingga kurang nyeri dan menetes ASI
pijatan dengan minyak/krim pada daerah tersumbat ke arah puting untuk melancarkan
ASI
setelah menyusui, perah susu atau pompa untuk mempercepat drainase
note : Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang
mengalami mastitis. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya
abses.
2. Terapi Suportif
istirahat
konsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang
kompres hangat terutama saat menyusu, sangat membantu mengalirkan ASI
setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan
bengkak. Keputusan memilih kompres panas atau dingin tergantung kenyamanan ibu.
Perawatan rumah sakit bila ibu sakit berat atau tidak ada yang membantu di rumah.
Dan dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung
3. Terapi Farmako
Analgesik
Ibuprofen : 1,6g/hari
Indikasi mengurangi nyeri karena nyeri dapat menghambat produksi oksitosin
Antibiotik (jika tidak membaik dalam 12-24 jam atau ibu sakit berat)
Dikloksasilin atau flukloksasilin : 500mg/6 jam P.O (minimal 10-14 hari)
Alergi penisilin : sefaleksin atau klindamisin (bila hipersensitif penisilin berat)
Note : efek samping ke hati dikloksasilin lebih kecil, pemberian peroral karena i.v dapat terjadi
peradangan pembuluh darah
4. Follow Up
Jika gejala tidak berkurang setelah beberapa hari memakai antibiotik :
Pertimbangkan DD
Px lanjut untuk melihat bakteri resisten
Px lanjut untuk abses atau massa padat (karsinoma duktal atau limfoma non hodgkin)
Mastitis lebih dari 2 kalli di tempat sama USG (menghilangkan kemungkinan massa
tumor, kista, galaktokel)
Pencegahan
Mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam (memerah dengan tangan atau pompa
ASI)
Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran
hormon oksitosin
ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau
sendok.
Segera memeriksa payudara bila teraba benjolan, nyeri, kemerahan. Lakukan kompres
hangat pada benjolan
Beri lanolin atau oleskan ASI terakhir setelah menyusui pada puting dan areola pada
puting yang lecet
Menjaga kebersihan tangan ibu dan mencuci pompa dengan sabun dan air panas
Komplikasi
1. Penghentian menyusui dini
Gejala membuat ibu enggan menyusui serta berpikir obat yang dikonsumsi
membahayakan bayi
2. Abses
Akibat terapi tidak adekuat. Periksa USG untuk identifikasi cairan yang terkumpul
serta kultur ASI untuk melihat bakteri. Talak dengan aspirasi jarum halus, aspirasi
jarum serial atau bedah (bila besar). Dan selama tindakan beri ibu antibiotik
3. Infeksi Candida
Pada ibu setelah terapi antibiotik. Gejala rasa terbakar menjalar sepanjang saluran
ASI, permukaan payudara gatal d antara waktu menyusu dan puting mungkin tidak
nampak kelainan. Talak dengan mengoles nistatin krem danmengandung kortison ke
puting dan areola setelah menyusui serta nistatin oral pada mulut bayi di waktu yang
sama
4. Mastitis berulang
Akibat pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Talak ibu harus istirahat, gizi
berimbang, banyak minum, mengatasi stress. Dan beri antibiotik eritromisin
1x500mg/hari selama menyusui.
Bakteri invasi
Statis ASI
Masuk ke duktus
Melalui puting lecet
Tegangan alveoli meningkat
Payudara memadat dan menegang
Patofisiologi
Hematogen
Limfe sekitar
Mediator inflamasi
PG & LT
Bradikinin
Nyeri
Demam >38oC
Kemotaktik PMN
Vasodilatasi
Permeabilitas meningkat
Memerah
Panas
Atonia Uteri
Definisi
Adalah lemahnya kontraksi uterus sehingga perdarahan dari tempat implantasi plasenta
tidak bisa tertutup. Terjadi setelah bayi dan plasenta lahir.
Etiologi
1. Otot uterus tidak mengalami retraksi dan kontraksi yang kuat sehingga pembuluh
darah terbuka
2. Menimbulkan perdarahan yang banyak dan singkat
3. Terjadinya atonia uteri mempunyai predisposisi yang dapat diperkirakan
Faktor Predisposisi
a) Regangan rahim berlebihan yang diakibatkan kehamilan gemeli, polihidramnion,
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Diagnosis
Setelah bayi dan plasenta lahir, perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan
pada saat dipalpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri terdiagnosis, maka pada saat itu juga
masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi
masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian
darah pengganti.
Tatalaksana
a) Pemijatan uterus
b) Oksitosin dapat diberikan
c) Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan transfusi sesuai kebutuhan, jika
perdarahan terus berlangsung, memastikan plasenta lahir lengkap, jika terdapat
tanda-tanda sisa plasenta, sisa plasenta tersebut dikeluarkan, uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan adanya koagulopati.
d) Jika perdarahan terus berlangsung kompresi bimanual internal atau kompresi aorta
abdominalis.
e) Jika perdarahan masih berlangsung setelah dilakukan kompresi, ligasi arteri uterina
dan ovarika, histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa.
Komplikasi
Perdarahan yang berlangsung terus menerus pada atonia uteri dapat menimbulkan
beberapa penyulit, diantaranya :
1.
2.
3.
4.
Syok hipovolemik
Kelainan koagulopati
Gangguan faal ginjal
Kematian
Jadi dapat disimpulkan bahwa sekitar 80-90% perdarahan postpartum terjadi akibat
adanya atonia uteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan antisipasi sebelum proses
persalinan terjadi dan penanganan kemungkinan terjadinya atonia uteri yang tepat pada
penderita yang beresiko tinggi.
INVERSIO UTERI
Definisi
Inversio uteri merupakan suatu keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun
dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
Dapat dibagi menjadi :
a) Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
b) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
c) Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina
Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang memungkinkan dapat terjadi adalah :
-
tekanan
pada
fundus
uteri
dari
atas
(manuever
Crede)
intraabdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras dan bersin).
atau
tekanan
Gambar . Akibat traksi talipusat dengan plasenta yang berimplantasi dibagian fundus uteri
dan dilakukan dengan tenaga berlebihan dan diluar kontraksi uterus akan menyebabkan
inversio uteri
Diagnosis
a) Dijumpai pada kala III atau postpartum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan
banyak bisa juga terjadi syok, apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah
ada yang telepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
b) Pada pemeriksaan dalam Bila masih dalam inkomplit, maka pada daerah simfisis
uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam, bila komplit, di atas simfisis uterus teraba
kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak, kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Tatalaksana
a) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan/darah pengganti
dan pemberian obat.
b) Beberapa senter memberikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang
terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam
uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas
atau tidak.
c) Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan
dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau i.m tangan tetap
dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru
dilepaskan.
d) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan servik yang keras menyebabkan manuver di
atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk mereposisi, dan apabila terpaksa
dilakukan histerektomi jika uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis
Retensio Plasenta
Definisi
Plasenta lahir terlambat > 30 menit.
Epidemiologi
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40-60%) kematianibu melahirkan di
Indonesia
Etiologi
Retensio plasenta disebabkan oleh :
1. Sebab Fungsional.
Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri (his tidak adekuat) dan akan
menyebabkan
Atau
karena ada lingkaran kontraksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan
kala III, yang akan manghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata)
2. Sebab-Sebab Patologi-Anatomis
Pada kondisi ini plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih
dalam, yang menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi :
a. Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b. Plasenta akreta, apabila vili korialis menanamkan diri lebih dalam dan menembus
desidua sampai ke batas atas lapisan miometrium.
Faktor Resiko
1.
Partus lama
2.
3.
Perdarahan antepartum
4.
Korioamnionitis
5.
Mioma uteri
6.
Efek Anastesi
Gejala Klinis
1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f.
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f.
g. Separasi plasenta melekat seluruhnyaSyok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh
tarikan kuat pada tali pusat
Diagnosis
a. Anamnesis
meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan
postpartum
sebelumnya,
paritas,
serta
riwayat
multipel
fetus
dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit
(Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang
disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT) dan
Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time
(CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang
disebabkan oleh faktor lain.
Tatalaksana
Pengeluaran Plasenta secara manual
Tatalaksana
Episiotomi :
Indikasi :
a. janin :
b. ibu : apabila peranggangan perineum yang berlebihan sehingga ditakutkan akan terjadi
robekan perineum.
1. Episiotomi Medialis
2. Episiotomi Mediolateralis
3. Episiotomi Lateral
Etiologi
Pascapersalinan
Distosia bahu
Faktor risiko
Primipara
DerajatI
Jika tidak terlalu lebar tidak perlu dijahit
DerajatII
Penjahitan robekan perineum. Mula-mula otot dijahit dengan catgut,
kemudian mukosa vagina. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari
puncak robekan. Terakhir kulit dijahit secara subkutikuler
Derajat III
Penjahitan dimulai dari dinding depan rectum kemudian fascia pascia
perirektal, fascia septum rektovaginal. Dilanjutkan dengan ujung-ujung
otot-sfingter ani, lanjutkan seperti penjahitan derajat II.
Derajat IV
Robekan vulva
Akibat persalinan, primipara, luka pada vulva sekitar introitus vagina,
terkadang perdarahan banyak khususnya luka dekat klitoris. Pada
pemeriksaan sering terlihat robekan kecil pada labium mius, vestibulum,
atau belakang vulva.J
Jika luka robekan besar dan terlihat perdarahan penghentian
perdarahan dan penjahitan luka robekan
Hematoma vulva
Daerah hematoma akan terlihat bagian yang lembek, membengkak ,
perubahan warna kulit, nyeri tekan
Penanganan: Hematoma kecil kompres. Jika hematoma makin
membesar dan disertai tanda-tanda anemia, presyok maka perlu segera
dilakukan pengosongan dari hematoma tersebut
Fistula
Akibat perlukaan pada vagina yang menembus kandung kemih atau rektum,
misalnya oleh perforator atau alat untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks
yang menjalar. Jika kandung kemih luka, urin segera keluar melalui vagina.
Tatalaksana: penjahitan
Komplikasi: perdarahan, infeksi
Etiologi
Partuspresipitatus
Trauma
Ekstraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan ekstraksi,
dekapitasi, dan kranioklasi.
Manifestasi
Perdarahan
KU memburuk
Tatalaksana:
Klasifikasi:
Ruptur spontan
Kehamilan biasanya pada korpus uteri
Ruptura uteri completa (jika semua lapisan dinding rahim sobek) dan
ruptura uteri incompleta (jika parametrium masih utuh)
Robekan violen
Faktor Risiko:
Multiparitas
Hidramnion
Tatalaksana:
Laparatomi
Histerektomi
Craked nipple
Definisi
Perlukaan pada puting susu yang terjadi saat menyusui
Epidemiologi
Etiologi
Kesalahan dalam teknik menyusui
Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu
Iritasi bahan kimia
Menghentikan menyusui kurang hati-hati
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
Edukasi
Bayi disusui pada payudara yang normal
Farmako
Analgesik
Nistatin -> infeksi jamur
Langkah langkah menyusui yang benar :
Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh menggantung
Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola
Posisikan bayi dengan benar
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakan dekat lengkungan
siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
Perut bayi menempel ke perut ibu
Mulut bayi beraada di depan putting ibu
Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu
Telinga dan lengan yang berada di atas berada dalam satu garis lurus
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lainnya menopang dibawah
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan menyentuhkan bibir bayi ke
putting susu
Setelah bayi membuka mulut, dekatkan bayi kearah payudara ibu sehingga bibir
bawah bayi terletak dibawah putting susu. Usahakan sebagian besar areola masuk
ke dalam mulut bayi
Komplikasi
Mastitis
Abses payudara