BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
yang batasan usia maupun peranannya sering kali tidak terlalu jelas. Pubertas
dianggap sebagai tanda awal keremajaan, usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18)
total 85%. Diperkirakan pada tahun 2025 total remaja dapat mencapai 1.13
juta jiwa (WHO, 2005).
Penduduk Indonesia yang berusia 10 24 tahun diperkirakan
berjumlah 31 % dari total penduduk, sedang khusus bagi remaja usia 10 19
tahun berjumlah 49 juta jiwa atau 21 % dari total penduduk. batas usia remaja
remaja di Indonesia adalah: remaja awal, antara 12 tahun untuk pria dan 13
tahun untuk wanita 17 tahun untuk pria dan 18 tahun untuk wanita. remaja
akhir, antara 17 tahun untuk pria dan 18 tahun untuk wanita 21 tahun untuk
pria dan 22 tahun untuk wanita.
Tugas perkembangan remaja yang positif adalah: Menerima
fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, Mencapai kemandirian
emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas,
Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun
kelompok, mampu meningkatkan reaksi dan penyesuaian diri, Menerima
dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan diri. (William Kay, 2007).
Kegagalan
remaja
untuk
mengisi
dan
menuntaskan
tugas
perkembangan ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan diri remaja,
remaja akan kehilangan arah, akan berdampak pada prilaku yang
menyimpang, memiliki harga diri rendah dan menutup diri dari masyarakat
(Dahlan, 2003) .
Harga diri sering kali dikaitkan dengan berbagai tingkah laku khas
remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, pacaran, sampai prestasi
olah raga. Perkembangan harga diri pada seorang remaja akan menentukan
keberhasilan maupun kegagalan remaja di masa mendatang. Berkaitan dengan
masa remaja, hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara menunjukkan
bahwa masa yang paling penting dan menentukan perkembangan harga diri
seseorang adalah pada masa remaja. Seseorang akan mengenali dan
mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya, sehingga menentukan apakah ia
akan memiliki harga diri yang positif atau negatif. Biasanya harga diri sangat
rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut . Hal ini temasuk persepsi
individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginan remaja (Dahlan, 2003) .
Coopersmith (2000), mengungkapkan bahwa harga diri terbentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang
menyenangkan.
Pengalaman-pengalaman
itu
selanjutnya
menimbulkan
perasaan positif maupun perasaan negatif terhadap diri individu. Perasaanperasaan yang ada pada seseorang pada umumnya berkaitan dengan tiga hal
yaitu pada saat ia menjadi anggota suatu kelompok tertentu, pada saat ia
mengalami keberhasilan atau kegagalan, pada saat ia dihargai atau merasa
tidak dihargai .Harga diri terbentuk sejak lahir, ketika anak berhadapan dengan
dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang
saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara (Burn,
2005).
mendapat pujian dari temannya akan memiliki harga diri yang tinggi
dibandingkan dengan remaja yang memiliki hubungan yang tidak baik dengan
temannya dan memiliki sedikit teman. Maka hubungan sosia dengan teman
sebaya sangat penting bagi remaja (Burn, 2004).
Menurut para ahli, remaja yang memiliki hubungan yang nyaman dan
harmonis dengan orang tua mereka, memiliki harga diri dan kesejahteraan
emosional yang lebih baik. Sebaliknya, ketidakdekatan (detachment)
emosional dengan orang tua berhubungan dengan perasaan-perasaan akan
penolakan oleh orang tua yang lebih besar serta perasaan lebih rendahnya daya
tarik sosial dan romantik yang dimiliki diri sendiri (Santrock, 2005).
Seseorang dengan penerimaan diri yang baik dan keinginan untuk bisa
nyaman dalam lingkungan baru lebih bisa mencapai tujuan. Ketika ditolak
oleh kelompok maupun lingkungan sekitarnya, individu yang memiliki
penerimaan diri yang baik mungkin akan merasa tertekan untuk sementara,
tapi perasan itu akan segera hilang. Sedangkan remaja dengan penerimaan diri
yang rendah akan terus merasa ditolak karena perasaan rendah diri, dan
merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya.
Hasil penelitian Humsona (2005) di Semarang, menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan harga diri rendah pada remaja adalah
masalah keluarga, teman sebaya dan juga faktor sosial ekonomi, remaja akan
memiliki harga diri rendah sebagian muncul karana perasaan malu. Akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan tertentu remaja merasa malu dengan temantemannya. Dengan kata lain penerimaan dirinya terganggu, namun banyak juga
remaja dengan latar belakang ekonomi lemah yang mampu bertahan bahkan
berhasil dalam hidupnya. Mereka lebih bisa menerima keadaannya sebagai
anggota kelas bawah dan menjadikannya sebagai tantangan yang harus
dihadapi. ada sekitar 6% hingga 11% remaja kelas satu hingga kelas tiga yang
tidak mempunyai teman di kelasnya, remaja ini memiliki harga diri yang
rendah dan merasa kesepian dibandingkan dengan remaja lain yang disukai
banyak temannya. Remaja yang memiliki harga diri yang rendah biasanya akan
berpikiran negative tentang dirinya dan senang menyendri kadang menjadi
antisosial dan bahkan melakukan tindakan kekerasan.
Hasil wawancara terhadap 4 orang siswa dan 6 orang siswi kelas 1
dan 3 orang siswa dan 2 orang siswi kelas II SMPN 2 Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman pada tanggal 11 Maret 2011. Dari 15 orang yang
diwawancarai 2 orang siswi dan 1 orang siswa kelas I dan 1 orang siswa kelas
II mengatakan tidak percaya diri dengan badannya yang gendut dan sering di
ejek sama teman-temannya, 2 siswa kelas I mengatakan malu dan merasa
minder berteman si A karena si A anak orang kaya dan mengatakan kalau anak
orang kaya hanya mau berteman sesama anak orang kaya dan tidak mau
berteman dengan dia, 1 orang siswa kelas II dan 2 orang siswi kelas 1
mengatakan tidak berani tampil mengerjakan soal-soal didepan kelas karena
takut salah dan takut ditertawakan teman-temannya, 1 orang siswa kelas I dan
1 orang siswi kelas II mengatakan rajin belajar karena bisa mendapat juara dan
disayang guru-gurunya, 1 orang siswa kelas II mengatakan sangat senang
dengan prestasinya walaupun bukan dia yang mendapat rangking I tapi dia
masih senang bisa dapat rengking di kelas nya, 1 orang siswi kelas II dan 1
siswi kelas I mengatakan kalau dia sangat senang dengan dirinya karena
merasa cantik dan banyak disukai teman-teman nya, 1 orang siswi kelas I
mengatakan tidak suka pada gurunya karena guru lebih menyayangi anak-anak
yang pintar dan cantik atau yang ganteng-ganteng saja. Berdasarkan data
diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini yang berjudul
Faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri pada remaja di SMPN 2
Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini adalah untuk
mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri pada remaja di
SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri
remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distrubusi frekuensi faktor keluarga terhadap harga diri
b.
c.
2011.
Diketahui hubungan faktor keluarga dengan harga diri remaja di
SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011.
d.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta akan memberikan
pengalaman dalam pengembangan kemampuan ilmiah khususnya pada
penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan harga diri pada remaja.
2. Bagi Pimpinan Tempat Penelitian
a. Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswi tentang faktor yang
berhubunan dengan harga diri .
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan siswi agar dapat memberikan
penjelasan tentang faktor yang berhubunan dengan harga diri.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengembangan
kemampuan
peneliti
sehingga
dapat
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata
tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja
sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18)
kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak
berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas
namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap
menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata
orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur,
remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadangkadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. (Marat, 2007 & Hurlock,
1998).
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi
pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan
11
yang
khas
jika
dibanding
dengan
periode-periode
12
13
14
dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut
untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua
atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara
kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal
ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini
tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman.
Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan
kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap
dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja
dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan
perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa
seperti
merokok,
minum,
menggunakan
obat-obatan
bahkan
15
B. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan
perilaku individu.
Coopersmith (dikutip dalam Burn, 2000) mengatakan bahwa :
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian,
kesuksesan, keberhargaan. Secara singkat, harga diri adalah Personal
judgment mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan
dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Stuart dan Sundeen (2007),
mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
dirinya. Dapat didimpulkan bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana
individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki
kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Harga diri (self esteem) adalah suatu evaluasi terhadap diri sendiri,
yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai
dirinya (Ritandiyono dan Retnaningsih, 2005). Sedangkan menurut
Atwater (2006) harga diri adalah bagaimana perasaan seseorang terhadap
dirinya sendiri, sejauh mana seseorang menghargai dan menilai dirinya
sendiri.
16
17
bersemangat,
serta
tidak
memiliki
keinginan
dan
18
19
berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu
mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998).
Harga diri mengandung pengertiansiapa dan apa diri saya. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang melekat
dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam proses
berinteraksi dimana proses ini dapat menguji . individu, yang
memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat
dan orang lain.
4. Aspek-Aspek dalam Harga Diri
Coopersmith (2007) membagi harga diri kedalam empat aspek:
a. Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain.
Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang
diterima individu dari orang lain.
b. Keberatian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari
orang lain.
c. Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan
untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
d. Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
20
21
2) Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat (Salvicion & Celis, 2006)
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut : Ayah yang memiliki peran sebagai suami dari istri
dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman bagi keluarga keluarga,
akna memberikan dampak yang baik bagi perkembangan harga diri
pada anak, dibanding dengan ayah yang tidak menjalani peran
dengan baik. Ibu mempunyai peranan sebagai seorang istri,
mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan anak nya
dibandingan seorang ibu yang memiliki leih banyak kegiatan diluar
rumah dan kurang mempeerhatikan anak-anak nya. Anak-anak
melaksanakan
peranan
psikosial
sesuai
dengan
tingkat
22
b)
c)
Fungsi
Perlindungan
dilihat
dari
bagaimana
keluarga
23
Fungsi
Agama
dilihat
dari
bagaimana
keluarga
kepala
keluarga
menanamkan
keyakinan
yang
g)
h)
i)
24
dalam
proses
sosialisasi.
Keluarga
membentuk
tua
yang
otoriter
dan
permisiv
cenderung
25
dapat
memberikan
rasa
senang
dan
dukungan
dewasa
dan
kebalikannya,
keberhasilan
hubungan
26
untuk
pemecahan
masalah
dan
perolehan
pengetahuan.
c) Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan
sosial dasar (misalnya keterampilan komunikasi sosial,
keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk kelompok)
diperoleh atau ditingkatkan.
d)
27
memberikan
sebuah
dunia
tempat
melakukan
orang
dewasa
melainkan
oleh
teman-temannya
(Zulkifli, 2005).
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada
teman sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan
danteman sebayanya dinomor satukan, remaja lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebaya dari pada orng tuanya,
karna itu remaja akan lebih mendengarkan saran mengenai dirinya
dan masalah-masalah yang ada di kelompok sebayanya. Remaja
menjadi
rentan
terhadap
pengaruh
teman
sebayanya
dan
28
teman-temannya
daripada
orang
tuanya.
Remaja
melanggar
aturan-aturan
orang
tuanya,
29
mengidentifikasikan
diri
dengan
kelompoknya,
dalam
menghadapi
lingkungan
atau
masyarakat
(Soelaeman, 1995).
Tidak adanya dukungan dari teman sebaya
atau dari lingkunganya akan menjadikan remaja
selalu
berfikir
negatif,
apalagi
jika
ditambah
sehingga
dapat
menimbulkan
sedangkan
adanya
dukungan
teman
30
31
tidak
dapat
dipertahankan
lagi,
yang
akhirnya
akan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan
desain cross sectional study yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan harga diri pada remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua
Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten
Pasaman Barat pada tanggal 11 Maret s/d 11 Juni 2011.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian atau
subjek yang diteliti (Notoatmojo, 2002), yang berjumlah 350 orang yang
terdiri dari kelas I berjumlah 190 orang dan kelas II berjumlah 160 orang
di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat.
2. Sampel
Cara pengambilan sampel yaitu dengan memperoleh jumlah
populasi yang ada, dari jumlah sampel dibagi dalam dua tingkatan. Dari
tingkatan tersebut ditentukan jumlah sampel yang akan didapatkan secara
proporsional. Besaran sampel diambil dengan menggunakan rumus yaitu:
32
33
n=
n
1 N (d 2 )
Ket :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d2 = Presesi yang ditetapkan d = 0,1
(Notoatmodjo, 2005)
Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
n=
350
1 350 (0,12 )
n=
350
= 78 orang
3.5
190
x 78 42 orang
350
Siswi kelas I terdiri dari 7 lokal, maka tiap-tiap local diambil sampel :
Lokal 1.1
42
6 orang
7
Lokal 1.2
42
6 orang
7
Lokal 1.3
42
6 orang
7
Lokal 1.4
42
6 orang
7
Lokal 1.5
42
6 orang
7
Lokal 1.6
42
6 orang
7
Lokal 1.7
42
6 orang
7
34
160
x 78 36 orang
350
Lokal 2.1
36
6 orang
6
Lokal 2.2
36
6 orang
6
Lokal 2.3
36
6 orang
6
Lokal 2.4
36
6 orang
6
Lokal 2.5
36
6 orang
6
Lokal 2.6
36
6 orang
6
35
1. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket
sedangkan instrumen penilitian yaitu kuesioner yang diberikan penelitian
kepada responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari pencatatan dan laporan di SMPN 2 Luhak Nan
Dua Kabupaten Pasaman Barat
36
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh, benar dan juga telah
melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya memproses agar
dapat dianalisa. Pemprosesan dilakukan dengan cara mengentry data
dari kuesioner kedalam program SPSS.
e. Pembersihan Data (Cleaning)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
(Budiarto, 2002)
2. Analisis Data
a. Analisa Univariat
Analisis yang dilakukan pada tiap-tiap variabel hasil peniliti. Analisa
di tampilkan dalam kuesioner tabel distribusi frekuensi dipresentasikan
dari tiap-tiap variabel yaitu: variabel independen yaitu faktor keluarga
dan faktor teman sebaya sedangkan variabel dependen yaitu harga diri
remaja, dengan menggunakan rumus :
P=
F
x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase dicari
F = jumlah nilai jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh item
(Notoatmodjo, 2003)
1) Faktor Keluarga
37
:4
Umum
:3
Kadang-kadang
:2
Tidak pernah
:1
:1
Umum
:2
Kadang-kadang
:3
Tidak pernah
:4
:4
Umum
:3
Kadang-kadang
:2
Tidak pernah
:1
:1
Umum
:2
Kadang-kadang
:3
Tidak pernah
:4
38
3) Harga diri
Terdiri dari 10 pernyataan yaitu menggunakan skala likert dimana :
Untuk pernyataan positif :
Selalu
:4
Umum
:3
Kadang-kadang
:2
Tidak pernah
:1
:1
Umum
:2
Kadang-kadang
:3
Tidak pernah
:4
b. Analisa Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, dilakukan uji ChiSquare dengan komputer menggunakan program SPSS dengan tingkat
kepercayaan 95 % dan = 0.05. Kedua variabel dikatakan
berhubungan secara statistik bila nilai p < 0,05
39
1. Kerangka Teori
Remaja
Perkembangan yang
menyimpang
Perkembangan
psikososial
Perkembangan yang
normal
Perkembangan
Fisik
Perkembangan
kognitif
Perkembangan
emosi
Factor yang
mempengaruhi
Internal
Psikososial
Keluarga
Eksternal
Teman sebaya
Harga diri
2. Kerangka Konsep
Lingkunga
n
Sosial
ekonomi
40
Gambar. 3.2
Kerangka Konsep Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri pada
Remaja di SMPN 2 Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2011
Variabel Independen
1. Faktor Keluarga
2. Faktor Teman
Sebaya
3. Faktor Sosial
ekonomi
4. Faktor Lingkungan
Ket :
: Diteliti
: Tidak diteliti
G. Defenisi Operasional
Variabel Dependen
41
No
Variabel
1.
Harga
diri
2.
3.
Faktor
Keluarga
Faktor
Teman
sebaya
Defenisi
Operasional
Penilaian
terhadap
diri
sendiri,
kemampuan yang
dimiliki,
yang
berhubungannga
kan
dengan
keluarga
dan
teman
sebaya
yang
akan
menentukan
remaja SMPN 2
Luhak Nan Duo
seberapa
jauh
dirinya.
Faktor-faktor
orang
yang
memiliki
hubungan
sedarah , yang
membesarkan
dan
tinggal
serumah dengan
remaja SMPN 2
luhak nan duo
yang
mempengaruhi
harga diri pada
remaja
yang
meliputi
komunikasi dan
pola asuh .
Factor-faktor
yang
mempengaruhi
hargadiri
pada
remaja SMPN 2
Luhak Nan Duo
yan
meliputi
pergaulan dengan
teman , kritikan
dari teman dan
rasa dikucilkan
oleh
teman-
Cara
Ukur
Mengisi
langsung
pada
kuesioner
Alat Ukur
Kuesioner
Wawan
cara
Skala
Ukur
Ordinal
Hasil Ukur
1. Tinggi >
mean
2. Rendah <
mean
(Arikunto,
2002)
Mengisi
langsung
pada
kuesioner
Kuesioner
Wawancar
a
Ordinal
1. Baik
>
Median
2. Kurang <
Median
(Arinkunto,
2002)
Mengisi
langsung
pada
kuesioner
Kuesioner
Wawancar
a
Ordinal
1. Baik
>
Median
2. Kurang <
Median
(Arinkunto,
2002)
42
Ha