Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
yang batasan usia maupun peranannya sering kali tidak terlalu jelas. Pubertas
dianggap sebagai tanda awal keremajaan, usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18)

kini terjadi pada awal belasan bahkan

sebelum usia 11 tahun. Masa remaja merupakan masa di mana seorang


individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola prilaku dan juga penuh
dengan masalah-masalah). remaja dibagi dalam dua periode, yaitu : remaja
awal (early adolescence) antara usia 13 17 tahun untuk wanita dan 14 17
untuk laki-laki, Remaja akhir (late adolescence) antara 17 21 (Marat, 2007
& Hurlock, 2007).
Saat ini diperkirakan 27% - 30% dari penduduk dunia berusia antara
1024 tahun dan 83 % dari mereka berada di negara berkembang. WHO
(2005) menyebutkan bahwa remaja di dunia hampir 20% total seluruh
penduduk dunia. Negara berkembang, remaja menempati posisi terbesar,
seperti terdapat total 26% di Salvador di bandingkan di Amerika Serikat
dengan jumlah 14% (Burt 1996 dalam WHO, 2005). Fhilipina terdapat
seperempat dari jumlah total populasi (Bouis et all, 1998 dalam WHO, 2005).
Tahun 1995, terdapat 914 juta remaja hidup di negara berkembang dengan

total 85%. Diperkirakan pada tahun 2025 total remaja dapat mencapai 1.13
juta jiwa (WHO, 2005).
Penduduk Indonesia yang berusia 10 24 tahun diperkirakan
berjumlah 31 % dari total penduduk, sedang khusus bagi remaja usia 10 19
tahun berjumlah 49 juta jiwa atau 21 % dari total penduduk. batas usia remaja
remaja di Indonesia adalah: remaja awal, antara 12 tahun untuk pria dan 13
tahun untuk wanita 17 tahun untuk pria dan 18 tahun untuk wanita. remaja
akhir, antara 17 tahun untuk pria dan 18 tahun untuk wanita 21 tahun untuk
pria dan 22 tahun untuk wanita.
Tugas perkembangan remaja yang positif adalah: Menerima
fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, Mencapai kemandirian
emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas,
Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun
kelompok, mampu meningkatkan reaksi dan penyesuaian diri, Menerima
dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan diri. (William Kay, 2007).
Kegagalan

remaja

untuk

mengisi

dan

menuntaskan

tugas

perkembangan ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan diri remaja,
remaja akan kehilangan arah, akan berdampak pada prilaku yang
menyimpang, memiliki harga diri rendah dan menutup diri dari masyarakat
(Dahlan, 2003) .
Harga diri sering kali dikaitkan dengan berbagai tingkah laku khas
remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, pacaran, sampai prestasi

olah raga. Perkembangan harga diri pada seorang remaja akan menentukan
keberhasilan maupun kegagalan remaja di masa mendatang. Berkaitan dengan
masa remaja, hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara menunjukkan
bahwa masa yang paling penting dan menentukan perkembangan harga diri
seseorang adalah pada masa remaja. Seseorang akan mengenali dan
mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya, sehingga menentukan apakah ia
akan memiliki harga diri yang positif atau negatif. Biasanya harga diri sangat
rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut . Hal ini temasuk persepsi
individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginan remaja (Dahlan, 2003) .
Coopersmith (2000), mengungkapkan bahwa harga diri terbentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang
menyenangkan.

Pengalaman-pengalaman

itu

selanjutnya

menimbulkan

perasaan positif maupun perasaan negatif terhadap diri individu. Perasaanperasaan yang ada pada seseorang pada umumnya berkaitan dengan tiga hal
yaitu pada saat ia menjadi anggota suatu kelompok tertentu, pada saat ia
mengalami keberhasilan atau kegagalan, pada saat ia dihargai atau merasa
tidak dihargai .Harga diri terbentuk sejak lahir, ketika anak berhadapan dengan
dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang
saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara (Burn,
2005).

Menurut Flemming & Courtney (2004) dalam Frey (2004)


mengemukakan bahwa harga diri pada remaja dibagi menjadi lima aspek,
yaitu : 1) Perasaan ingin dihormati, ingin diterima oleh orang lain, ingin
dihargai, didukung, diperhatikan, dan diri berguna, 2) Percaya diri dalam
bersosialisasi Merasa percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain, baik
baru dikenal maupun baru dikena,. 3) Kemampuan akademik Sukses
memenuhi tuntutan prestasi ditandai oleh keberhasilan individu dalam
mengerjakan bermacam-macam tugas pekerjaan dengan baik dan benar, 4)
Penampilan fisik Kemampuan merasa diri punya kelebihan, merasa diri
menarik, dan merasa percaya diri, 5) Kemampuan fisik Mampu melakukan
sesuatu dalam bentuk aktivitas, dapat berprestasi dalam hal kemampuan fisik.
(Coopersmith, dalam Burn, 2004).
Harga diri remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
pengalaman, pola asuh, lingkungan, teman sebaya dan sosial ekonomi.
Lingkungan memberi dampak besar kepada remaja melalui hubungan yang
baik antara remaja dengan orang tua, teman sebaya dan lingkungan sekitar
sehingga menumbuhkan rasa aman dalam penerimaan sosial dan harga diri
(Burn, 2004) .
Teman sebaya mempunyai pengaruh yang sangat besar. Adanya
tekanan dari teman sebaya secara sadar ataupun tidak sadar dapat
mempengaruhi prilaku pada remaja, misalnya dalam hal penampilan dan harga
diri remaja, remaja selalu ingin diperhatikan oleh teman-temannya. seperti
remja yg memiliki hubungan baik dengan teman-temannya dan selalu

mendapat pujian dari temannya akan memiliki harga diri yang tinggi
dibandingkan dengan remaja yang memiliki hubungan yang tidak baik dengan
temannya dan memiliki sedikit teman. Maka hubungan sosia dengan teman
sebaya sangat penting bagi remaja (Burn, 2004).
Menurut para ahli, remaja yang memiliki hubungan yang nyaman dan
harmonis dengan orang tua mereka, memiliki harga diri dan kesejahteraan
emosional yang lebih baik. Sebaliknya, ketidakdekatan (detachment)
emosional dengan orang tua berhubungan dengan perasaan-perasaan akan
penolakan oleh orang tua yang lebih besar serta perasaan lebih rendahnya daya
tarik sosial dan romantik yang dimiliki diri sendiri (Santrock, 2005).
Seseorang dengan penerimaan diri yang baik dan keinginan untuk bisa
nyaman dalam lingkungan baru lebih bisa mencapai tujuan. Ketika ditolak
oleh kelompok maupun lingkungan sekitarnya, individu yang memiliki
penerimaan diri yang baik mungkin akan merasa tertekan untuk sementara,
tapi perasan itu akan segera hilang. Sedangkan remaja dengan penerimaan diri
yang rendah akan terus merasa ditolak karena perasaan rendah diri, dan
merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya.
Hasil penelitian Humsona (2005) di Semarang, menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan harga diri rendah pada remaja adalah
masalah keluarga, teman sebaya dan juga faktor sosial ekonomi, remaja akan
memiliki harga diri rendah sebagian muncul karana perasaan malu. Akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan tertentu remaja merasa malu dengan temantemannya. Dengan kata lain penerimaan dirinya terganggu, namun banyak juga

remaja dengan latar belakang ekonomi lemah yang mampu bertahan bahkan
berhasil dalam hidupnya. Mereka lebih bisa menerima keadaannya sebagai
anggota kelas bawah dan menjadikannya sebagai tantangan yang harus
dihadapi. ada sekitar 6% hingga 11% remaja kelas satu hingga kelas tiga yang
tidak mempunyai teman di kelasnya, remaja ini memiliki harga diri yang
rendah dan merasa kesepian dibandingkan dengan remaja lain yang disukai
banyak temannya. Remaja yang memiliki harga diri yang rendah biasanya akan
berpikiran negative tentang dirinya dan senang menyendri kadang menjadi
antisosial dan bahkan melakukan tindakan kekerasan.
Hasil wawancara terhadap 4 orang siswa dan 6 orang siswi kelas 1
dan 3 orang siswa dan 2 orang siswi kelas II SMPN 2 Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman pada tanggal 11 Maret 2011. Dari 15 orang yang
diwawancarai 2 orang siswi dan 1 orang siswa kelas I dan 1 orang siswa kelas
II mengatakan tidak percaya diri dengan badannya yang gendut dan sering di
ejek sama teman-temannya, 2 siswa kelas I mengatakan malu dan merasa
minder berteman si A karena si A anak orang kaya dan mengatakan kalau anak
orang kaya hanya mau berteman sesama anak orang kaya dan tidak mau
berteman dengan dia, 1 orang siswa kelas II dan 2 orang siswi kelas 1
mengatakan tidak berani tampil mengerjakan soal-soal didepan kelas karena
takut salah dan takut ditertawakan teman-temannya, 1 orang siswa kelas I dan
1 orang siswi kelas II mengatakan rajin belajar karena bisa mendapat juara dan
disayang guru-gurunya, 1 orang siswa kelas II mengatakan sangat senang
dengan prestasinya walaupun bukan dia yang mendapat rangking I tapi dia

masih senang bisa dapat rengking di kelas nya, 1 orang siswi kelas II dan 1
siswi kelas I mengatakan kalau dia sangat senang dengan dirinya karena
merasa cantik dan banyak disukai teman-teman nya, 1 orang siswi kelas I
mengatakan tidak suka pada gurunya karena guru lebih menyayangi anak-anak
yang pintar dan cantik atau yang ganteng-ganteng saja. Berdasarkan data
diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini yang berjudul
Faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri pada remaja di SMPN 2
Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini adalah untuk
mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri pada remaja di
SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri
remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distrubusi frekuensi faktor keluarga terhadap harga diri
b.

remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun 2011.


Diketahui distrubusi frekuensi faktor teman sebaya terhadap harga
diri remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Tahun

c.

2011.
Diketahui hubungan faktor keluarga dengan harga diri remaja di
SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011.

d.

Diketahui hubungan faktor teman sebaya dengan harga diri remaja di


SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta akan memberikan
pengalaman dalam pengembangan kemampuan ilmiah khususnya pada
penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan harga diri pada remaja.
2. Bagi Pimpinan Tempat Penelitian
a. Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswi tentang faktor yang
berhubunan dengan harga diri .
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan siswi agar dapat memberikan
penjelasan tentang faktor yang berhubunan dengan harga diri.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengembangan

kemampuan

peneliti

sehingga

dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dibangku kuliah dan dapat


menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam hal penelitian
ilmiah khususnya masalah harga diri remaja.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai data dasar
penelitian yang akan datang tentang faktor yang berhubunan dengan harga
diri .

E. Ruang Lingkup Penilitian

Variabel yang diteliti adalah variabel independen yaitu keluarga dan


teman sebaya dan variabel dependennya harga diri remaja di SMPN 2 Luhak
Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat tahun 2011.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata
tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja
sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18)
kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak
berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas
namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap
menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata
orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur,
remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadangkadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. (Marat, 2007 & Hurlock,
1998).
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi
pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan

11

pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada fase itu remaja


mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal
ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ
seksual) dan psikis. (Marat, 2007 & Hurlock, 1998).
Pada masa remaja terjadi peralihan karakteristik seksual primer dan
sekunder. Pertumbuhan yang cepat dipengaruhi oleh waktu, intensitas dan
lamanya pertumbuhan ini berbeda pada masing-masing individu.
Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatic dari
aktivitas gonad dan dibagi dalam beberapa tahap yang berurutan.
(Krummer & Penny, 1996).
2. Karakteristik Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki
karakterisitik

yang

khas

jika

dibanding

dengan

periode-periode

perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :


a. Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki
dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi
pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting
terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi
perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi
inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara
mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan
minta yang baru.

12

b. Masa remaja adalah masa peralihan


Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifatsifat kekanakkanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku
dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola
perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali
seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut
oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku
anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan
usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk
berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka
berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara
cepat, peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima
karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu,
1) Peningkatan emosionalitas
2) Perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual
3) Perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan
yang menimbulkan masalah baru
4) Karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula
perubahan nilai

13

5) Kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang


terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani
baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh
dua alasan yaitu : pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian
masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang
individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak
untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan
kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya
memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari
identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa
mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk
meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti
mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang
lain.
f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan
lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat
mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi

14

dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut
untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua
atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara
kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal
ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini
tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman.
Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan
kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap
dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja
dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka
merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan
perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa
seperti

merokok,

minum,

menggunakan

obat-obatan

bahkan

melakukan hubungan seksual.


(http://www.find-docs.com.Sigler&Stevenson.diakses.20-01-11).

15

B. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan
perilaku individu.
Coopersmith (dikutip dalam Burn, 2000) mengatakan bahwa :
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian,
kesuksesan, keberhargaan. Secara singkat, harga diri adalah Personal
judgment mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan
dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Stuart dan Sundeen (2007),
mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
dirinya. Dapat didimpulkan bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana
individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki
kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Harga diri (self esteem) adalah suatu evaluasi terhadap diri sendiri,
yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai
dirinya (Ritandiyono dan Retnaningsih, 2005). Sedangkan menurut
Atwater (2006) harga diri adalah bagaimana perasaan seseorang terhadap
dirinya sendiri, sejauh mana seseorang menghargai dan menilai dirinya
sendiri.

16

2. Karakteristik Harga Diri


Nasional Assosiation For Self-Esteem (2000) membagi tingkatan
harga diri individu ke dalam dua golongan yaitu tinggi dan rendah. Setiap
jenis harga diri tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri pada
individu, yaitu :
a. Individu dengan harga diri tinggi mempunyai ciri-ciri :
1) Secara umum merasa puas akan dirinya dan dapat menerima
keadaan dirinya.
2) Selalu merasa baik dan dapat menghadapi keadaan. Ketika keadaan
memburuk mereka akan berfikir bahwa hal tersebut tidak akan
berlangsung lama. Mereka dapat menerima dan menghadapi
perubahan.
3) Mudah dan senang tersenyum. Memiliki keyakinan positif akan
diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sebagai suatu kesatuan.
4) Selalu bersemangat, sehingga mereka mampu menetapkan dan
mencapai tujuan yang diharapkan.
5) Ramah, menikmati bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru.
6) Menarik bagi orang lain, sehingga mereka mampu menjalin dan
mempertahankan suatu hubungan persahabatan.
7) Selalu menatap mata lawan bicara, sehingga menunjukkan bahwa
mereka dapat dipercaya dan mampu dalam menjalin hubungan
dekat atau hubungan kasih sayang.

17

8) Berani mengambil resiko, merupakan seorang yang mandiri dan


dapat mengurus kepentingan dirinya sendiri.
9) Memiliki hal-hal positif, seperti memiliki tingkah laku yang baik
dan prestasi yang memuaskan.
10) Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, diantaranya
berbicara positif tentang diri sendiri, selalu berbicara jujur,
bersyukur akan kehidupannya, dapat memaafkan diri sendiri dan
orang lain, penuh perhatian pada orang lain dan memiliki hati
nurani.
b. Individu dengan harga diri rendah mempunyai ciri-ciri :
1) Sering memikirkan keadaan diri sendiri dan merasa tidak puas
akan keadaan dirinya.
2) Merasa tertekan dan takut dalam menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan. Biasanya mereka senang membantah dan lebih
suka mengasingkan diri dari orang tua dan figure yang dianggap
berkuasa.
3) Susah untuk tersenyum karena memiliki keyakinan negatif
terhadap dirinya, sehingga merasa tidak banyak yang bisa
diharapkan dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
4) Tidak

bersemangat,

serta

tidak

memiliki

keinginan

dan

kemampuan dalam menetapkan dan mencapai tujuan.


5) Senang menyendiri. Lebih memilih menyendiri daripada bertemu
dan berbaur dengan orang-orang baru.

18

6) Mempunyai kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan suatu


hubungan persahabatan.
7) Menghindari bertatap mata dengan orang lain. Sulit untuk percaya
pada orang lain sehingga memiliki kesulitan untuk berhubungan
dekat dan menjalin hubungan kasih sayang dengan orang lain.
8) Menolak menghadapi resiko. Mereka kurang bisa mencurahkan
kasih sayang dan cenderung berpura-pura dalam berhubungan
dengan orang lain.
9) Memiliki hal-hal negatif. Pada kasus yang ekstrim mereka dapat
menjadi antisosial dan melakukan tindak kekerasan.
10) Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, diantaranya sering
berbicara negatif tentang diri sendiri, tidak berbicara jujur, tidak
bisa memaafkan kesalahan diri sendiri dan orang lain, dan kurang
memiliki rasa empati terhadap orang lain.
3. Pembentukan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak
berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di
lingkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan,
penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan
orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang
kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan
membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang

19

berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu
mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998).
Harga diri mengandung pengertiansiapa dan apa diri saya. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang melekat
dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam proses
berinteraksi dimana proses ini dapat menguji . individu, yang
memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat
dan orang lain.
4. Aspek-Aspek dalam Harga Diri
Coopersmith (2007) membagi harga diri kedalam empat aspek:
a. Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain.
Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang
diterima individu dari orang lain.
b. Keberatian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari
orang lain.
c. Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan
untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
d. Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

20

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri


Harga diri dibentuk oleh faktor-faktor internal dan eksternal
seseorang. Faktor-faktor internal adalah faktor yang diciptakan dan
dikembangkan individu bersangkutan seperti keyakinan diri dan
kecakapan, aspirasi, dan atau prestasi diri. Sementara faktor eksternal
merupakan faktor-faktor lingkungan seperti pengaruh orangtua dan umpan
balik guru, teman-teman dan kolega. Faktor-faktor eksternal memainkan
peran penting dalam membentuk harga diri anggota keluarga selama masa
remaja
Faktor-faktor yang melatar belakangi harga diri yaitu :
a. Keluarga
1) Pengertian keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata
kula berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota".Keluarga
adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah (Salvicion & Celis, 2006)
Menurut Salvicion dan Celis (2006) di dalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.

21

2) Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat (Salvicion & Celis, 2006)
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut : Ayah yang memiliki peran sebagai suami dari istri
dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman bagi keluarga keluarga,
akna memberikan dampak yang baik bagi perkembangan harga diri
pada anak, dibanding dengan ayah yang tidak menjalani peran
dengan baik. Ibu mempunyai peranan sebagai seorang istri,
mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan anak nya
dibandingan seorang ibu yang memiliki leih banyak kegiatan diluar
rumah dan kurang mempeerhatikan anak-anak nya. Anak-anak
melaksanakan

peranan

psikosial

sesuai

dengan

tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual


(Salvicion & Celis, 2006).
3) Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok
sebagai berikut:

22

(1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.


(2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
(3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
(4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
(5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
(6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
(7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
(8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
4) Fungsi keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
a)

Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik


dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan
dan masa depan anak.

b)

Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga


mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

c)

Fungsi

Perlindungan

dilihat

dari

bagaimana

keluarga

melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung


dan merasa aman.
d)

Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif


merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota

23

keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam


menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
e)

Fungsi

Agama

dilihat

dari

bagaimana

keluarga

memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain


melalui

kepala

keluarga

menanamkan

keyakinan

yang

mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.


f)

Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga


mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

g)

Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana


yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan
lainnya.

h)

Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan


keturunan sebagai generasi selanjutnya.

i)

Memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diaantara


keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga.

5) Hubungan keluarga terhadap harga diri remaja


Keluarga atau orang tua merupakan porposi terbesar yang
mempengaruhi pembentukkan harga diri. Hal ini disebabkan orang
tua dan keluarga merupakan model pertama dalam proses imitasi,
dimana anak akan memberikan penilaian terhadap dirinya

24

sebagaimana orang tua menilai dirinya yang berlangsung dalam


jangka waktu yang relatif cukup lama.
Menurut para psikolog, pengalaman awal selama masa
kanak-kanak dan usia remaja seseorang memiliki pengaruh penting
dalam pengembangan harga diri. Keluarga sebagai lembaga utama
berperan

dalam

proses

sosialisasi.

Keluarga

membentuk

kepribadian pada sang anak untuk memahami mana ha-hal yang


bisa diterima atau tidak diterima, dicintai atau tidak dicintai, dan
mana yang patut dan mana yang tidak dilakukan. Disini perilaku
orangtua sangat sentral. Seperti Stephanie Martson dalam Singh,
katakan, apa yang diperbuat orangtua akan merefleksi balik pada
anak-anaknya dalam bentuk citra diri yang lambat laun akan
mempengaruhi dimensi kehidupan sang anak. Para peneliti banyak
membuktikan bahwa pola orangtua membesarkan anggota keluarga
(anak) akan mempengaruhi harga diri sang anaknya. Orang tua
dengan harga diri tinggi cenderung membentuk sang anak yang
berharga diri tinggi sebaliknya kalau harga dirinya rendah.
Orang

tua

yang

otoriter

dan

permisiv

cenderung

membentuk harga diri anak-anaknya menjadi rendah. Sementara


itu, orangtua yang member perintah dengan jelas dan proporsional
cenderung membentuk harga diri sang anak menjadi tinggi.
Pola asuh orang tua ini sangat mempengaruhi bagaimana
kelak anak berperilaku, bentuk-bentuk kepribadian anak secara

25

keseluruhan. Pola asuh anak juga akan mempengaruhi Self Esteem


atau Harga dirinya di kemudian hari. Self Esteem adalah penilaian
seseorang terhadap dirinya yang berkembang dari feeling of
belonging (perasaan diterima oleh kelompok sosialnya), feeling
competent (perasaan efisien, produktif) dan feeling worthwhile
(perasaan berharga, cantik, pandai, baik) (Felker, 1998). Jadi Harga
diri seseorang bisa dikatakan baik apabila ia merasa diterima oleh
kelompok sosialnya, merasa mampu dan merasa berharga.
b. Teman Sebaya
1.) Pengertian teman sebaya
Teman sebaya menurut merupakan sumber dukungan sosial
karena

dapat

memberikan

rasa

senang

dan

dukungan

selamamengalami suatu permasalahan. Bergaul dengan teman


sebaya merupakan bantuan dari seseorang yang kemudian
diberikan kepada orang lain yang berusia

kurang lebih sama,

dimana dukungan tersebut bertujuan memberikan motifasi atau


menimbulkan minat dalam diri seseorang ketika melakukan
kegiatan (Widiastuti, 2004).
Besarnya dampak jenis pertemanan antar sebaya di
kalangan remaja berdampak bagi kehidupan masa dewasanya di
kemudian hari. Harga diri rendah dan kehidupan masa remaja
tanpa teman sering dikaitkan dengan berbagai permasalahan dalam
masa

dewasa

dan

kebalikannya,

keberhasilan

hubungan

26

pertemanan antarsebaya pada masa remaja sering dikaitkan dengan


masa dewasa yang lebih berhasil.
2.) Fungsi teman sebaya
Hartup (2005) mengidentifikasi empat fungsi hubungan
teman sebaya, yang mencakup:
a) Hubungan teman sebaya

sebagai sumber emosi (emotional

resources), baik untuk memperoleh rasa senang maupun untuk


beradaptasi terhadap stress.
b) Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (cognitive
resources)

untuk

pemecahan

masalah

dan

perolehan

pengetahuan.
c) Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan
sosial dasar (misalnya keterampilan komunikasi sosial,
keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk kelompok)
diperoleh atau ditingkatkan.
d)

Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya


bentuk-bentuk hubungan lainnya (misalnya hubungan dengan
saudara kandung) yang lebih harmonis.

3.) Hubungan teman sebaya terhadap perkembangan harga diri remaja


Lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja
melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua,
teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa

27

aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya


(Yusuf, 2000).
Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan
teman sebaya akan merasa bahagia karena ia tidak merasa tertekan
dengan situasi dimana ia berada, merasa mendapatkan suatu
ketenangan jiwa, menerima dirinya dan orang lain, mempunyai
tujuan yang riil, mampu mengendalikan diri dan tanggung jawab,
di lingkungan sekolah remaja mulai mengadakan sosialisasi
dengan kelompok sebayanya. Remaja menganggap kelompoknya
sebagai sesuatu hal yang penting, mereka menganggap kelompok
sebayanya

memberikan

sebuah

dunia

tempat

melakukan

sosialisasi, dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai yang


ditetapkan

orang

dewasa

melainkan

oleh

teman-temannya

(Zulkifli, 2005).
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada
teman sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan
danteman sebayanya dinomor satukan, remaja lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebaya dari pada orng tuanya,
karna itu remaja akan lebih mendengarkan saran mengenai dirinya
dan masalah-masalah yang ada di kelompok sebayanya. Remaja
menjadi

rentan

terhadap

pengaruh

teman

sebayanya

dan

mengorbankan apapun demi menjaga hubungan baik dengan


teman.

28

Orientasi kelompok remaja ini tergantung pada tipe khusus


ketergantungan remaja terhadap teman sebayanya, yaitu:
a. Tipe yang pertama adalah remaja yang lebih menerima nasihat
dari

teman-temannya

daripada

orang

tuanya.

Remaja

cenderung menganggap penting hubungannya dengan teman


sebayanya mereka menganggap teman-temannya lebih dapat
membantu permasalahannya, remaja akan menganggap atau
melakukan hal-hal yang disarankan oleh temannya demi
kebaikan dirinya, akan menceritakan permasalahan yang
dihadapinya kepada teman sebayanya agar mendapatkan solusi
yang ia inginkan. Manfaat dari teman sebaya adalah nasehat,
sementara hilangnya remaja dari arahan orang dewasa tidak
berarti remaja akan menunjukkan masalah-masalah akademik
dan sosial. (Gould and Mazzeo dalamFuligni et al, 2003).
b. Sedangkan tipe yang kedua adalah tipe remaja yang
berorientasi ekstrim terhadap teman sebayanya. Remaja
cenderung

melanggar

aturan-aturan

orang

tuanya,

kecenderungan melawan aturan-aturan dari sekolah dan


bertingkah, sehingga memacu remaja untuk berasosiasi dengan
kelompoknya yang terkadang bersikap atau bertingkah laku
yang beresiko. Remaja cenderung bersikap negatif dalam
menyelesaikan masalah, melakukan tindakan yang melanggar
dari aturanyang berlaku. Orientasi teman sebaya merupakan hal

29

penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja.


(Bogenschineider dan Brown ldalam Fuligni 2004).
Hubungan dengan teman sebaya sebagai bentuk untuk
memperoleh dukungan, memiliki arti penting bagi terciptanya
harga diri remaja, jika remaja milikinya hubungan yang baik
dengan teman sebayanya, maka akan tercipta suatu keinginan
untuk

mengidentifikasikan

diri

dengan

kelompoknya,

kemauannya menerima berbagai macam kegiatan dalam


berbagai kesempatan untuk hubungan sosial dan lebih percaya
diri

dalam

menghadapi

lingkungan

atau

masyarakat

(Soelaeman, 1995).
Tidak adanya dukungan dari teman sebaya
atau dari lingkunganya akan menjadikan remaja
selalu

berfikir

negatif,

apalagi

jika

ditambah

dengan anggapan negatif dari lingkungan atau


masyarakat,

sehingga

dapat

menimbulkan

kecemasan ketika melakukan interaksi dengan


orang lain dan cendrung memiliki harga diri
rendah,

sedangkan

adanya

dukungan

teman

sebaya berupa penerimaan yang diperolah dari


pergaulan dapat menimbulkan rasa kebermaknan
hidup pada remaja (Mangunsong, 1998)

30

Penyesuaian diri remaja dengan teman sebaya


umumnya terjadi dalam kelompok besar yang heterogen: minat,
sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Remaja
menyesuaikan diri dengan cara lebih banyak mengabaikan
kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok. Misal, dalam
cita-cita mereka yang berhubungan dengan sekolah, mereka
sangat dipengaruhioleh teman sebayanya, jika teman sebayanya
adalah college oriented, anak remaja akan ingin melanjutkan
pelajaran keperguruan tinggi akan tetapi jika teman sebayanya
adalah work oriented, dia lebih bercita-cita untuk langsung
mencari pekerjaan (Menurut Horrocks dan Benimoff dalam
Hurlock,2007).

6. Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri


Menurut Dariuszky (2004) yang menghambat perkembangan harga
diri adalah : Perasaan takut, yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear).
Dalam kehidupan sehari-hari individu harus menempatkan diri di tengahtengah realita. Ada yang menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan penuh
kebenaran, akan tetapi ada juga yang menghadapinya dengan perasaan
tidak berdaya ini adalah tanggapan negatif terhadap diri, sehingga
sekitarnya pun merupakan sesuatu yang negatif bagi dirinya. Tanggapan
ini menjadikan individu selalu hidup dalam ketakutan yang akan
mempengaruhi seluruh alam perasaannya sehingga terjadi keguncangan

31

dalam keseimbangan kepribadian, yaitu suatu keadaan emosi yang labil.


Maka dalam keadaan tersebut individu tidak berpikir secara wajar, jalan
pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang diluar diri yang dipersepsikan
secara salah, dengan demikian tindakan-tindakannya menjadi tidak
adekuat sebab diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama
kelamaan

tidak

dapat

dipertahankan

lagi,

yang

akhirnya

akan

menimbulkan kecemasan, sehingga jelaslah bahwa keadaan ini akan


berpengaruh pada perkembangan harga dirinya.
Perasaan salah yang pertama dimiliki oleh individu yang
mempunyai pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri,
atau dengan kata lain individu sendiri telah menentukan kriteria mengenai
mana yang baik dan buruk bagi dirinya Perasaan salah yang kedua adalah
merasa salah terhadap ketakutan, seperti umpamanya orang tua. Keadaan
ini kemudian terlihat dalam bentuk kecemasan yang merupakan unsur
penghambat bagi perkembangan kepercayaan akan diri sendiri.

32

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan
desain cross sectional study yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan harga diri pada remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua
Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten
Pasaman Barat pada tanggal 11 Maret s/d 11 Juni 2011.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian atau
subjek yang diteliti (Notoatmojo, 2002), yang berjumlah 350 orang yang
terdiri dari kelas I berjumlah 190 orang dan kelas II berjumlah 160 orang
di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat.
2. Sampel
Cara pengambilan sampel yaitu dengan memperoleh jumlah
populasi yang ada, dari jumlah sampel dibagi dalam dua tingkatan. Dari
tingkatan tersebut ditentukan jumlah sampel yang akan didapatkan secara
proporsional. Besaran sampel diambil dengan menggunakan rumus yaitu:
32

33

n=

n
1 N (d 2 )

Ket :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d2 = Presesi yang ditetapkan d = 0,1
(Notoatmodjo, 2005)
Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
n=

350
1 350 (0,12 )

n=

350
= 78 orang
3.5

Jumlah siswi kelas I adalah :

190
x 78 42 orang
350

Siswi kelas I terdiri dari 7 lokal, maka tiap-tiap local diambil sampel :
Lokal 1.1

42
6 orang
7

Lokal 1.2

42
6 orang
7

Lokal 1.3

42
6 orang
7

Lokal 1.4

42
6 orang
7

Lokal 1.5

42
6 orang
7

Lokal 1.6

42
6 orang
7

Lokal 1.7

42
6 orang
7

34

Jumlah siswi kelas II adalah :

160
x 78 36 orang
350

Lokal 2.1

36
6 orang
6

Lokal 2.2

36
6 orang
6

Lokal 2.3

36
6 orang
6

Lokal 2.4

36
6 orang
6

Lokal 2.5

36
6 orang
6

Lokal 2.6

36
6 orang
6

Sampel dalam penelitian ini adalah :


Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dengan cara
jumlah sampel dibagi banyak kelas sehingga didapat untuk kelas I masingmsing 42 orang dan kelas II masing-masing 36 orang, penentuan sampel
untuk tiap kelas diambil dengan menggunakan sistematic random
sampling dan menurut absen masing-masing kelas dengan kelipatan 6.
Dengan kriteria sampel sebagai berikut :
1. Siswi kelas I dan II di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman
Barat
2. Bersedia menjadi responden
3. Hadir pada saat penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

35

1. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket
sedangkan instrumen penilitian yaitu kuesioner yang diberikan penelitian
kepada responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari pencatatan dan laporan di SMPN 2 Luhak Nan
Dua Kabupaten Pasaman Barat

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Teknik Pengelolahan Data
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Setelah angket disebarkan dan dikembalikan kepada peneliti,
dilakukan pemeriksaan apakah kuesioner telah diisi dengan benar dan
semua item telah dijawab oleh responden.
b. Pengkodean (Coding)
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat pada saat
entri data.
c. Memasukan Data (Entry Data )
Memasukan data kedalam master tabel, disesuaikan dengan teknik
analisis yang digunakan.
d. Memproses Data (Procesing)

36

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh, benar dan juga telah
melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya memproses agar
dapat dianalisa. Pemprosesan dilakukan dengan cara mengentry data
dari kuesioner kedalam program SPSS.
e. Pembersihan Data (Cleaning)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak.
(Budiarto, 2002)
2. Analisis Data
a. Analisa Univariat
Analisis yang dilakukan pada tiap-tiap variabel hasil peniliti. Analisa
di tampilkan dalam kuesioner tabel distribusi frekuensi dipresentasikan
dari tiap-tiap variabel yaitu: variabel independen yaitu faktor keluarga
dan faktor teman sebaya sedangkan variabel dependen yaitu harga diri
remaja, dengan menggunakan rumus :
P=

F
x 100%
N

Keterangan :
P = Persentase dicari
F = jumlah nilai jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh item
(Notoatmodjo, 2003)

1) Faktor Keluarga

37

Terdiri dari 5 pernyataan yaitu menggunakan skala likert dimana :


Untuk pernyataan positif :
Selalu

:4

Umum

:3

Kadang-kadang

:2

Tidak pernah

:1

Untuk pernyataan negatif :


Selalu

:1

Umum

:2

Kadang-kadang

:3

Tidak pernah

:4

2) Faktor teman sebaya


Terdiri dari 5 pernyataan yaitu menggunakan skala likert dimana :
Untuk pernyataan positif :
Selalu

:4

Umum

:3

Kadang-kadang

:2

Tidak pernah

:1

Untuk pernyataan negatif :


Selalu

:1

Umum

:2

Kadang-kadang

:3

Tidak pernah

:4

38

3) Harga diri
Terdiri dari 10 pernyataan yaitu menggunakan skala likert dimana :
Untuk pernyataan positif :
Selalu

:4

Umum

:3

Kadang-kadang

:2

Tidak pernah

:1

Untuk pernyataan negatif :


Selalu

:1

Umum

:2

Kadang-kadang

:3

Tidak pernah

:4

b. Analisa Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, dilakukan uji ChiSquare dengan komputer menggunakan program SPSS dengan tingkat
kepercayaan 95 % dan = 0.05. Kedua variabel dikatakan
berhubungan secara statistik bila nilai p < 0,05

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

39

1. Kerangka Teori
Remaja

Perkembangan yang
menyimpang

Perkembangan
psikososial

Perkembangan yang
normal

Perkembangan
Fisik

Perkembangan
kognitif

Perkembangan
emosi

Factor yang
mempengaruhi
Internal

Psikososial

Keluarga

Eksternal

Teman sebaya

Harga diri

2. Kerangka Konsep

Lingkunga
n

Sosial
ekonomi

40

Gambar. 3.2
Kerangka Konsep Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Harga Diri pada
Remaja di SMPN 2 Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2011
Variabel Independen

1. Faktor Keluarga
2. Faktor Teman
Sebaya
3. Faktor Sosial
ekonomi
4. Faktor Lingkungan

Ket :
: Diteliti
: Tidak diteliti

G. Defenisi Operasional

Variabel Dependen

Harga Diri Remaja

41

No

Variabel

1.

Harga
diri

2.

3.

Faktor
Keluarga

Faktor
Teman
sebaya

Defenisi
Operasional
Penilaian
terhadap
diri
sendiri,
kemampuan yang
dimiliki,
yang
berhubungannga
kan
dengan
keluarga
dan
teman
sebaya
yang
akan
menentukan
remaja SMPN 2
Luhak Nan Duo
seberapa
jauh
dirinya.
Faktor-faktor
orang
yang
memiliki
hubungan
sedarah , yang
membesarkan
dan
tinggal
serumah dengan
remaja SMPN 2
luhak nan duo
yang
mempengaruhi
harga diri pada
remaja
yang
meliputi
komunikasi dan
pola asuh .
Factor-faktor
yang
mempengaruhi
hargadiri
pada
remaja SMPN 2
Luhak Nan Duo
yan
meliputi
pergaulan dengan
teman , kritikan
dari teman dan
rasa dikucilkan
oleh
teman-

Cara
Ukur
Mengisi
langsung
pada
kuesioner

Alat Ukur
Kuesioner
Wawan
cara

Skala
Ukur
Ordinal

Hasil Ukur
1. Tinggi >
mean
2. Rendah <
mean
(Arikunto,
2002)

Mengisi
langsung
pada
kuesioner

Kuesioner
Wawancar
a

Ordinal

1. Baik
>
Median
2. Kurang <
Median
(Arinkunto,
2002)

Mengisi
langsung
pada
kuesioner

Kuesioner
Wawancar
a

Ordinal

1. Baik
>
Median
2. Kurang <
Median
(Arinkunto,
2002)

42

teman yang ada


disekolah.
H. Hipotesa Penelitian
Ha

: Terdapatnya hubungan antara faktor keluarga dengan harga diri remaja di


SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011.

Ha

: Terdapatnya hubungan antara faktor teman sebaya dengan harga diri


remaja di SMPN 2 Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat Tahun
2011.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar 1
    Kata Pengantar 1
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar 1
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I-III (Edit3)
    BAB I-III (Edit3)
    Dokumen43 halaman
    BAB I-III (Edit3)
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Indonesia Padang 2010/2011
    Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Indonesia Padang 2010/2011
    Dokumen13 halaman
    Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Indonesia Padang 2010/2011
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I-III (Edit2)
    BAB I-III (Edit2)
    Dokumen39 halaman
    BAB I-III (Edit2)
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Penelitian Skripsi
    Proposal Penelitian Skripsi
    Dokumen2 halaman
    Proposal Penelitian Skripsi
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • GANCAR
    GANCAR
    Dokumen1 halaman
    GANCAR
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Persetujuan Pembimbing
    Persetujuan Pembimbing
    Dokumen1 halaman
    Persetujuan Pembimbing
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I-III (Edit3)
    BAB I-III (Edit3)
    Dokumen43 halaman
    BAB I-III (Edit3)
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Kisi Kisi
    Kisi Kisi
    Dokumen1 halaman
    Kisi Kisi
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I (Edit)
    BAB I (Edit)
    Dokumen39 halaman
    BAB I (Edit)
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I-III (Edit2)
    BAB I-III (Edit2)
    Dokumen39 halaman
    BAB I-III (Edit2)
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • bAB I-III
    bAB I-III
    Dokumen18 halaman
    bAB I-III
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I Baru
    BAB I Baru
    Dokumen11 halaman
    BAB I Baru
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • BAB I (Edit)
    BAB I (Edit)
    Dokumen39 halaman
    BAB I (Edit)
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Konsioner Penelitian
    Konsioner Penelitian
    Dokumen3 halaman
    Konsioner Penelitian
    okrita sunelvia dewi
    0% (1)
  • BAB I Baru
    BAB I Baru
    Dokumen11 halaman
    BAB I Baru
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Pernyatan Responden
    Pernyatan Responden
    Dokumen1 halaman
    Pernyatan Responden
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Permohonan Menjadi Responden
    Permohonan Menjadi Responden
    Dokumen1 halaman
    Permohonan Menjadi Responden
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Kisi Kisi
    Kisi Kisi
    Dokumen1 halaman
    Kisi Kisi
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Rs. Jiwa Prof. Hb. Saanin Padang
    Rs. Jiwa Prof. Hb. Saanin Padang
    Dokumen4 halaman
    Rs. Jiwa Prof. Hb. Saanin Padang
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Pre Conference
    Pre Conference
    Dokumen7 halaman
    Pre Conference
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat
  • Pilar
    Pilar
    Dokumen6 halaman
    Pilar
    okrita sunelvia dewi
    Belum ada peringkat