Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi: 1. Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Dinding dibuat dari tembok dan haya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda; b. Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi; c. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi; d. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab; dan e. Kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain yang dikuasakan. 2. Ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Dinding langit-langit terbuat dari bahan yang kuat; b. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi; c. Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda; f. Kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan. d. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab/Apotek yang ditunjuk. 3. Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Terbuat dari bahan yang kuat; b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda; c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi Pemerintah; d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak gterliahat oleh umum untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; dan e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh
Apoteker
penaggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Cara Produksi Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat yang Baik dan/atau standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Narkotika Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi menjadi 3 golongan yaitu: a. Narkotika golongan I adalah Narkotika yang digunakan utuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
b. Narkotika golongan II adalh Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mepunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Metadona, Morfina. c. Narkotika golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Kodein, Propiram. Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk menyimpan.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
28/Menkes/Per/I/1978, tempat penyimpanan narkotika di apotek harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan
untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 80 100 cm, yang dipakai sehari-hari. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Meskalin, Brolamfetamin. b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma keterganutungan. Contoh: Amfetamin, Sekobarbital. c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahua serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amobarbital, Flunitrazepam. d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasia pengobatan dan sangat khas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari
kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA. Prekursor Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang mengandung ephedrin, pseudoephedrin, noreephedrin/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau Potasium permanganat. Golongan dan Jenis Prekursor No Tabel I Tabel II 1 Acetic Anhydride Acetone 2 N-Acetylanthranilic Acid Anthranilic Acid 3 Ephedrine Ethyl Ether 4 Ergometrine Hydrochloric Acid 5 Ergotamine Methyl Ethyl Ketone 6 Isosafrole Phenylacetic Acid 7 Lysergic Acid Piperidine 8 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone Sulphuric Acid 9 Norephedrine Toluene 10 1-Phenyl-2-Propanone 11 Piperonal 12 Potassium Permanganat 13 Pseudoephedrine 14 Safrole Penyimpanan Prekursor Farmasi di Industri Farmasi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi. a. Prekursor farmasi baik yang masih dalam status karantina maupun sudah diluluskan, wajib disimpan dalam gudang yang aman, terpisah dari penyimpanan bahan obat lain, diberi penandaan yang jelas, terkunci serta mempunyai penanggung jawab yang ditunjuk.
Khusus untuk obat yang mengandung Prekursor farmasi disimpan di
gudang yang sama berdasarkan analisis resiko masing-masing Industri Farmasi. b. Produk antara dan produk ruahan diatur dengan cara yang ssama sebagaimana dengan yang tercantum pada (a). c. Memisahkan dan menyimpan dengan aman serta terkunci selama proses investigasi dan/atau sebelum dimusnahkan terhadap: 1) Prekursor farmasi yang ditolak, rusak dan kadaluwarsa; 2) Sampel pertinggal Prekursor farmasi yang kadaluwarsa; 3) Obat yang mengandung Prekursor farmasi berupa obat kembalian, obat hasil penarikan, dan obat kadaluwarsa: 4) Obat yang mengandung Prekursor farmasi yang dibatalkan persetujuan izin edarnya. Prekursor farmasi dan/atau Obat yang mengandung Prekursor farmasi tersebut diberi identitas yang jelas dan disimpan dalam gudang obat kembalian namun terpisah dari produk lain. d. Melakukan stock opname bahan obat secara berkala sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sekali sedangkan produk antara, produk ruahan serta obat yang mengandung Prekursor farmasi sekurangkurangnya 6 (enam) bulan sekali. e. Melakukan pencatatan dan investigasi apabila terdapat selisih stok saat stok opname untuk mendapat akar permasalahan dan dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan serta dilaporkan ke Badan POM. f. Membatasi akses personil ke gudang untuk menghindari personil yang tidak berkepentingan. Penyimpanan Prekursor Farmasi di Pedagang Besar Farmasi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi. a. Prekursor farmasi wajib disimpan di tempat yang aman, terpisah dari penyimpanan bahan obat lain, terkunci serta personil khusus yang ditunjuk sebelum didistribusikan kepada industri farmasi pengguna akhir.
b. Khusus untuk obat mengandung Prekursor farmasi disimpan di tempat
yang aman berdasarkan analisis risiko masing-masing PBF. c. Memisahkan dan menyimpan dengan aman serta memberi status yang jelas terhadap: 1) Obat mengandung Prekursor farmasi hasil penarikan kembali (recall); 2) Obat yang telah kadaluwarsa; 3) Obat rusak; dan 4) Obat kembalian. Sebelum dilakukan investigasi dan pemusnahan atau dikembalikan ke Industri Farmasi. d. Melakukan stock opname obaat yang mengandung Prekursor farmasi secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. e. Melakukan pencatatan dan investigasi adanya selisih stok saat stock opname dan mendokumentasikan hasilnya. f. Membatasi akses personil ke gudang untuk menghindari personil yang tidaka berkepentingan. Penyimpanan Prekursor Farmasi di Apotek Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi. a. Obat mengandung Prekursor farmasi disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis risiko masing-masing Apotek. b. Apabila memiliki obat mengandung Prekursor farmasi yang disimpan tidak dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor bets,, tanggal kadaluwarsa, dan nama produsen. c. Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung Prekursor farmasi yang: 1) Rusak; 2) Kadaluwarsa; dan 3) Izin edarnya dibatalkan Sebelum dimusnahkan atau dikembalikan ke Industri Farmasi atau PBF.
d. Melakukan stock opname obaat yang mengandung Prekursor farmasi
secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. e. Melakukan pencatatan dan investigasi adanya selisih stok saat stock opname dan mendokumentasikan hasil investigasi.
Penyimpanan Prekursor Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi. a. Obat mengandung Prekursor farmasi disimpan di tempat yang aman berdasarkan analisis risiko masing-masing Instalasi Farmasi Rumah Sakit. b. Apabila memiliki obat mengandung Prekursor farmasi yang disimpan tidak dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor bets,, tanggal kadaluwarsa, dan nama produsen. c. Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung Prekursor farmasi yang: 1) Rusak; 2) Kadaluwarsa; dan 3) Izin edarnya dibatalkan Sebelum dimusnahkan atau dikembalikan ke Industri Farmasi atau PBF pengirim. d. Melakukan stock opname obaat yang mengandung Prekursor farmasi secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali dan mendokumentasikannya. e. Melakukan investigasi adanya selisih stok saat stock opname dan mendokumentasikan hasil investigasi. Penyimpanan Prekursor Farmasi di Toko Obat Berizin
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI
Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi. a. Obat mengandung Prekursor farmasi disimpan di tempat yang aman berdasarkan manajemen risiko masing-masing Toko Obat Berizin. b. Apabila memiliki obat mengandung Prekursor farmasi yang disimpan tidak dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor bets,, tanggal kadaluwarsa, dan nama produsen. c. Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung Prekursor farmasi yang: 1) Rusak; 2) Kadaluwarsa; dan 3) Izin edarnya dibatalkan Sebelum dikembalikan ke Industri Farmasi atau PBF. d. Melakukan stock opname obaat yang mengandung Prekursor farmasi secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. 4) Melakukan investigasi adanya selisih stok saat stock opname dan mendokumentasikan hasil investigasi.