09e01523 PDF
09e01523 PDF
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Ekstensi pada
Departemen Teknik Elektro
Disusun Oleh :
DAVID H. SIRAIT
NIM : 040422027
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Oleh :
David H Sirait
NIM : 040422027
Disetujui Oleh :
Pembimbing
Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik USU
ABSTRAK
Untuk mengatasinya diperlukan starter agar nantinya tidak merusak peralatan dan
mengganggu sistem kelistrikannya. Motor yang akan dianalisa adalah motor Hammer
Mill dengan kapasitas 95 KW/ 125 HP. Metode starting yang digunakan pada motor
tersebut adalah dengan pengasutan star-delta.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang memerlukannya.
David H Sirait
NIM : 040422027
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penulisan .................................................................................. 1
I.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
I.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
I.4 Metode Penulisan .............................................................................................. 2
I.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA.65
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
sangat dibutuhkan dimana kegunaan dari motor induksi ini sendiri adalah sebagai
penggerak. Secara umum motor induksi dapat dioperasikan baik dengan menghubungkan
motor secara langsung ke rangkaian pencatu maupun dengan menggunakan tegangan
yang sudah dikurangi ke motor selama periode start. Kendala dari penggunaan motor
induksi adalah pada saat starting, dimana motor membutuhkan arus lebih tinggi sekitar 5
sampai 7 kali dari arus nominal sehingga menyebabkan tegangan pada sistem turun yang
dapat menggangu peralatan lain.
Tugas akhir ini disusun untuk mengetahui besar arus masukan yang terjadi pada
saat motor induksi mulai dari sebuah motor di start dan motor dalam keadaan berbeban
penuh (running).
1.2
Tujuan Penulisan.
Tujuan penulis untuk menganalisis starting motor induksi tiga fasa adalah untuk
menganalisa besar arus masukan pada motor induksi tiga fasa pada keadaan tidak
berbeban maupun dalam keadaan beban penuh.
1.3
Batasan Masalah.
Tugas Akhir ini hanya mempelajari sistem kerja dari motor induksi yang
berkaitan dengan proses produksi di PT Berlian Unggas Sakti pada arus masukan pada
motor pada saat keadaan diam maupun pada saat full load.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
1.4
Metode Penulisan.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mencari dan mengumpulkan data yang
Studi Literatur.
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan bahan tulisan dari berbagai sumber pustaka
yang relevan dan mendukung Tugas Akhir ini.
2.
Studi Bimbingan.
Dalam hal ini, penulis berdiskusi dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing, staf
pengajar pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, serta rekan-rekan
mahasiswa Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU.
3.
Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini dari
PT. Berlian Unggas Sakti tempat penulis mengambil data.
1.5.
Sistematika Penulisan.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran menyeluruh tentang apa yang diuraikan
dalam tugas akhir ini, yaitu pembahasan tentang latar belakang, maksud
dan tujuan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika
penulisan.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
BAB II
: DASAR TEORI
Berisi tentang dasar-dasar teori dari motor induksi tiga fasa.
BAB III
BAB IV
BAB V
: KESIMPULAN
BAB II
MOTOR INDUKSI TIGA FASA
2.1 Umum
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya
tidak sama dengan putaran medan putar pada stator, dengan kata lain putaran rotor
dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.
Motor induksi, merupakan motor yang memiliki konstruksi yang baik, harganya
lebih murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan
mempunyai efisiensi tinggi. Mesin induksi adalah
digunakan dalam industri dengan skala besar maupun kecil, dan dalam rumah tangga.
Alasannya adalah bahwa karakteristiknya hampir sesusai dengan kebutuhan dunia
industri, pada umumnya dalam kaitannya dengan harga, kesempurnaan, pemeliharaan,
dan kestabilan kecepatan. Mesin induksi (asinkron) ini pada umumnya hanya memiliki
satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan rotornya tidak terhubung
langsung dengan sumber tenaga listrik, melainkan belitan ini dieksitasi oleh induksi dari
perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.
Hampir semua motor ac yang digunakan adalah motor induksi, terutama motor
induksi tiga fasa yang paling banyak dipakai di perindustrian. Motor induksi tiga fasa
sangat banyak dipakai sebagai penggerak di perindustrian karena banyak memiliki
keuntungan, tetapi ada juga kelemahannya.
- Keuntungan motor induksi tiga fasa:
1. motor induksi tiga fasa sangat sederhana dan kuat.
2. biayanya murah dan dapat diandalkan.
3. motor induksi tiga fasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi kerja normal.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
4. perawatanya mudah.
- Kerugianya:
1. kecepatannya tidak bisa bervariasi tanpa merubah efisiensi.
2. kecepatannya tergantung beban.
3. pada torsi start memiliki kekurangan.
Rotor
Stator
laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 2.2 (a)). Tiap lembaran besi tersebut
memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap
kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa,
belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat kumparan yang digunakan
terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan
belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.2.(c)). Berikut ini contoh
lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah
dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa.
(a)
(b)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
(c)
Gambar 2.2
Gambar 2.2 menggambarkan Komponen Stator motor induksi tiga phasa, (a) Lempengan Inti,
(b) Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurnya, (c) Tumpukan Inti dan
Kumparan Dalam Cangkang Stator.
2.3.1 Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai ( Squirrel-cage Motor)
Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator
pada motor sangkar tupai tiga fasa terbuat dari lapisan lapisan pelat baja beralur yang
didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang
dipabrikasi. Lilitan lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
120 derajat listrik. Lilitan fasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta
( )
ataupun bintang ( ).
Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.3 di bawah ini.
(a)
Batang Poros
Cincin
Aluminium
Kipas
Laminasi Inti
Besi
Aluminium
Batang
Poros
Kipas
(b)
Gambar 2.3 rotor sangkar, (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-bagian Rotor Sangkar
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran
tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih
besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian
dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu
ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik
sewaktu motor sedang berputar.
Pada ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.
Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.3.
(a)
(b)
Gambar 2.4 (a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil,
(b) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Besar
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Sumber tegangan
Belitan
Stator
Belitan
Rotor
Slip
Ring
Tahanan
Luar
Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal yang
berfunsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan
menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil
dibanding dengan rotor sangkar. Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.
(a)
(b)
Gambar 2.6 (a) Rotor Belitan, (b) Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa dengan Rotor Belitan
(Ampere).(2.1.a)
(Ampere).(2.1.b)
(Ampere).(2.1.c)
Arus yang ada pada kumparan aa ' mengalir dari a dan keluar menuju ke a ' . Karena
arus yang mengalir pada kumparan aa ' ini, maka dihasilkan kerapatan medan magnet ( H
) pada kumparan aa ' sebesar
H aa ' (t ) = H M sin t0
(Amp turns/m).(2.2.a)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
a
y
c'
H bb'
Baa ' H '
Bbb'
aa
b
Bcc'
b'
x
H cc'
a'
Dan kerapatan medan magnet pada kumparan bb ' dan cc ' sebesar:
Telah diketahui bahwa kerapatan fluks ( B ) dapat dihitung dari intensitas medan magnet
( H ), yaitu
B = H
Tesla (T)...............(2.3)
Tesla..(2.4.a)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Tesla..(2.4.b)
Tesla.(2.4.c)
kerapatan fluks ada nilainya, misalnya pada saat t = 0, maka kerapatan fluks pada
masing masing kumparan stator sebesar:
Baa ' = 0
Bbb ' = BM sin( 120)120
Bcc ' = BM sin( 240)240
= 0 + (
3
3
BM )120 + (
BM )240
2
2
= 1,5 BM 90 Tesla
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
a
y
c'
b'
Bcc'
Bbb'
Bnet
a'
Jika t = 90 , maka:
Baa ' = BM 0
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
a
c'
Bcc'
b'
Bnet
Bbb'
a'
Gambar -2.9 Vektor Medan Magnet Pada Stator Saat t = 90
Dari perhitungan saat t = 0 dan saat t = 90 dihasilkan resultan medan magnet yang
sama besr amlitudonya, hanya berbeda sudutnya. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar
2.8 dan gambar 2.9, terlihat jelas bahwa medan magnet yang dihasilkan ini berputar
tergantung terhadap waktu ( t ).
Pada analisa medan putar secara vektoris, diketahui bahwa pada harga waktu (t)
berapapun nilainya maka didapat magnitudo dari resultan medan magnet sebesar 1,5 BM .
Dan ini akan terus konstan dan berputar dengan kecepatan sudut .
Dari gambar 2.7 sebelumnya diperlihatkan sistem koordinat , dimana garis
horizontal positif disimbolkan dengan x dan garis vertikal keatas disimbolkan dengan y.
a x disimbolkan sebagai vektor satuan dari garis horizontal dan a y sebagai vektor satuan
dari garis vertikal. Untuk mendapatkan persamaan umum dari resultan fluks magnetik (
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Bnet ) maka dijumlahkan kerapatan fluks magnetik yang dihasilkan pada masing
masing kumparan stator secara vektoris.
( Tesla )
BM sin(t 240)(0,5 j
3
)+
2
3
)
2
Dengan menganggap komponen ril berada pada sumbu x dan komponen khayal pada
sumbu y, maka Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam komponen a x dan a y .
BM sin(t 120) a y
B net (t ) = BM sin t a x [0,5 BM sin(t 120) ] a x +
2
BM sin(t 240) a y
[0,5 BM sin(t 240)]a x
2
( Tesla )
3
+
BM sin(t 120)
BM sin(t 240) a y
2
2
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
3
cos t
2
3
cos t
2
Maka didapat
3
3
B net = BM sin t 0,5 BM (0,5 sin t
cos t ) 0,5 BM (0,5 sin t +
cos t a x
2
2
3
3
3
+
BM (0,5 sin t
BM (0,5 sin t +
cos t )
cos t ) a y
2
2
2
2
3
1
3
1
B net = BM sin t + BM sin t +
BM cos t + BM sin t
BM cos t a x
4
4
4
4
3
3
3
3
+
BM sin t BM cos t +
BM sin t BM cos t a y
4
4
4
4
Dari persamaan (2.5) diatas, jika dimasukkan nilai t = 0 maka dihasilkan fluks medan
magnet sebesar 1,5 BM 90 dan jika t = 90 didapat fluks medan magnet sebesar
1,5 BM 0 . Hasil perhitungan ini menyatakan bahwa fluks medan magnet yang
dihasilkan pada kumparan stator motor induksi tiga fasa berputar terhadap waktu ( t ).
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 2.10 di bawah ini menggambarkan penampang stator dan rotor motor
induksi, dengan medan magnet diumpamakan berputar searah jarum jam.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Stator
XX
Rotor
X
X
X
XX
Untuk arah fluksi dan gerak yang ditunjukkan gambar di atas, penggunaan aturan
tangan kanan fleming bahwa arah arus induksi dalam konduktor rotor menuju pembaca.
Pada kondisi seperti itu, dengan konduktor yang mengalirkan arus berada dalam medan
magnet seperti yang ditunjukkan, gaya pada konduktor mengarah ke atas karena medan
magnet di bawah konduktor lebih kuat dari pada medan di atasnya. Agar sederhana,
hanya satu konduktor rotor yang diperlihatkan. Tetapi, konduktor konduktor rotor yang
berdekatan lainnya dalam medan stator juga mengalirkan arus dalam arah seperti pada
konduktor yang ditunjukkan, dan juga mempunyai suatu gaya ke arah atas yang
dikerahkan pada mereka. Pada setengah siklus berikutnya, arah medan stator akan
dibalik, tetapi arus rotor juga akan dibalik, sehingga gaya pada rotor tetap ke atas.
Demikian pula konduktor rotor di bawah kutup kutup medan stator lain akan
mempunyai gaya yang semuanya cenderung memutarkan rotor searah jarum jam. Jika
kopel yang dihasilkan cukup besar untuk mengatasi kopel beban yang menahan, motor
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
akan melakukan percepatan searah jarum jam atau dalam arah yang sama dengan
perputaran medan magnet stator.
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat dijabarkan
dalam langkah langkah berikut:
1. Ketika tegangan tiga phasa yang seimbang diberikan pada belitan stator, maka
belitan stator akan menghasilkan arus yang mengalir pada tiap tiap phasanya.
2. Arus pada setiap phasa stator akan menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu.
3. Amplitudo fluksi yang dihasilkan pada phasa stator berubah secara sinusoidal dan
arahnya tegak lurus terhadap belitan.
4. Penjumlahan dari ketiga fluksi pada belitan stator disebut medan putar yang berputar
dengan kecepatan sinkron (ns), besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan
frekuensi stator f yang dirumuskan dengan
ns =
120 f
p
( rpm )
5. Akibat fluksi yang berputar tersebut maka timbul tegangan induksi pada belitan stator
yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
e1 = N 1
atau
d
dt
( Volt )
6. Fluksi yang berputar tersebut juga memotong belitan rotor. Akibatnya pada belitan
rotor akan dihasilkan tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
e2 = N 2
d
dt
E 2 = 4,44 fN 2 max
( Volt )
( Volt )
dimana :
E2
= Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)
N2
s=
ns n r
100%
ns
11. Setelah rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang diinduksikan pada
belitan rotor akan dipengaruhi atau tergantung terhadap slip (s). Tegangan induksi
pada rotor dalam keadaan ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
E 2s = 4,44 sfN 2 max
( Volt )
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
E 2 s = sE 2
( Volt )
dimana
E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)
f2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan
berputar)
12. Akibat adanya slip (s), maka nilai frekuensi pada rotor ( f 2 ) dan reaktansi rotor ( x 2 ' )
akan dipengaruhi oleh slip, yang dapat dinyatakan dengan s f dan s x 2 ' .
13. Jika kecepatan putaran rotor ( nr ) sama dengan kecepatan medan putar stator ( n s ),
maka slip bernilai nol, tidak ada fluks yang memotong belitan rotor sehingga pada
belitan rotor tidak diinduksikan tegangan, maka tidak ada arus yang mengalir pada
belitan rotor, sehingga rotor tidak berputar, karena tidak ada gaya yang terjadi pada
rotor.
2.6 Slip
Motor induksi tidak dapat berputar pada kecepatan sinkron. Seandainya hal ini
terjadi, maka rotor akan tetap diam relatif terhadap fluksi yang berputar. Maka tidak
akan ada ggl yang diinduksikan dalam rotor, tidak ada arus yang mengalir pada rotor, dan
karenanya tidak akan menghasilkan kopel. Kecepatan rotor sekalipun tanpa beban, harus
lebih kecil sedikit dari kecepatan sinkron agar adanya tegangan induksi pada rotor, dan
akan menghasilkan arus di rotor, arus induksi ini akan berinteraksi dengan fluks listrik
sehingga menghasilkan kopel. Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
disebut slip (s). Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum
dinyatakan sebagai persen dari kecepatan sinkron.
Slip (s) =
ns nr
100% .(2.6)
ns
Ketika rotor masih dalam keadaan diam, dimana frekuensi arus pada rotor sama
seperti frekuensi masukan ( sumber ). Tetapi ketika rotor akan berputar, maka frekuensi
rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung terhadap besarnya slip.
Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar f ' yaitu,
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
ns nr =
120 f
120 f '
, diketahui bahwa n s =
p
P
f ' ns nr
=
=s
f
ns
Telah diketahui bahwa arus rotor bergantung terhadap frekuensi rotor f ' = sf dan
ketika arus ini mengalir pada masing masing phasa di belitan rotor, akan memberikan
reaksi medan magnet. Biasanya medan magnet pada rotor akan menghasilkan medan
magnet yang berputar yang besarnya bergantung atau relatif terhadap putaran rotor
sebesar sn s .
Pada keadaan tertentu, arus rotor dan arus stator menghasilkan distribusi medan
magnet yang sinusoidal dimana medan magnet ini memiliki magnetudo yang konstan dan
kecepatan medan putar n s yang konstan. Kedua Hal ini merupakan medan magnetik yang
berputar secara sinkron. Kenyataannya tidak seperti ini karena pada stator akan ada arus
magnetisasi pada kumparannya.
Untuk menetukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga fasa, pertama tama
perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara yang berputar
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
serempak membangkitkan ggl lawan tiga fasa yang seimbang di dalam fasa fasa stator.
Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh tegangan pada
impedansi stator, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan
V1 = E1 + I 1 ( R1 + jX 1 ) Volt .(2.8)
Arus pada stator ( I 1 ) terbagi menjadi dua bagian, yaitu I ' 2 dan I 0 . Arus I 0 ini
terbagi lagi menjadi dua komponen, yaitu komponen pemagnetan I m dan komponen
beban I c . Arus I m akan menghasilkan medan magnet atau fluksi pada celah udara,
sedangkan arus I c akan menghasilkan rugi rugi inti. Arus I c ini sefasa dengan E 1
sedangkan arus pemagnetan I m ketinggalan terhadap E 1 sebesar 90 . Sehingga dapat
dibuat rangkaian ekivalen pada stator, seperti gambar 2.11 di berikut ini.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
R1
'
I2
X1
I0
I1
V1
Rc
Ic X m I m
E1
Pada rotor belitan, jika belilitan yang dililit sama banyaknya dengan jumlah kutub
dan fasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator banyaknya a kali jumlah
lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang terdapat pada rotor ekivalen
magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti stator. Untuk kecepatan dan
fluks yang sama, hubungan antara tegangan E 2 yang diimbaskan pada rotor yang
'
'
E 2 = a E 2 ..(2.9)
Bila rotor rotor akan diganti secara magnetis, lilitan ampere masing masing
harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya I 2 dan arus I
'
2
pada rotor
ekivalen haruslah
'
I 2=
I2
.(2.10)
a
Akibatnya hubungan antara impedansi bocor Z ' 2 dari rotor ekivalen dan
impedansi bocor Z 2 dari rotor yang sebenarnya haruslah sebagai berikut
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
'
E2
'
Z 2=
'
2
a2 E2
= a 2 Z 2 ( Ohm ).(2.11)
=
I2
'
Karena rotor terhubung singkat, hubungan fasor antara ggl frekuensi slip E 2
yang dibangkitkan pada fasa patokan dari rotor patokan dan arus I
'
2
adalah
Z2 =
E2
= R2 + jsX 2 .(2.12a)
I2
'
'
Z 2=
E2
I
'
Dimana
Z 2 = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa berpatokan pada stator (Ohm)
E 2 s = s E 2 ..(2.13)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Dan
I 2 s = I 2 ..............................(2.14)
E 2S
sE 2
(2.15)
=
I 2S
I2
Didapat hubungan antara persamaan (2.14) dengan persamaan (2.15), yaitu
E 2S
sE 2
= R2 + jsX 2 .(2.16)
=
I 2S
I2
Dengan membagi persamaan (2.16) dengan s, maka didapat
E 2 R2
=
+ jX 2 ..(2.17)
s
I2
Dari persamaan (2.12) , (2.13) dan (2.17) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen
pada rotor sebagai berikut.
R2
E2 s
I2
R2
X2
sX 2
I2
E2
R2
s
X2
I2
E2
Gambar 2.12a Rangkaian ekivalen pada sisi rotor dalam keadaan berputar
R2
R
= 2 + R2 - R2
s
s
1
R2
= R2 + R2 ( 1) .(2.18)
s
s
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
1
R2 ( 1)
s
Pada saat rotor akan berputar, tegangan yang diinduksikan pada belitan rotor sebesar E 2 (
tegangan induksi pada rotor sebelum dipengaruhi oleh slip (s) ). Sehingga rangkaian
ekivalen pada rotor dapat digambarkan sebagai berikut.
R2
I2
X2
E2
Gambar 2.12(b) Rangkaian ekivalen pada sisi rotor saat akan berputar
Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka
dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa pada masing masing fasanya.
Perhatikan gambar di bawah ini.
R1
X1
Celah udara
Rc
Ic X m I m
sX 2
I2
I0
I1
V1
'
E1
sE2
R2
gambar
2.13 di atas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan
dapat digambarkan sebagai berikut.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
R1
I '2
X1
'
I0
I1
V1
X2
E1
Rc
Xm
Im
R2
s
'
Ic
I '2
X1
R'2
'
I0
I1
V1
X2
Xm
Rc
Im
E1
' 1
R2 ( 1)
s
Ic
Gambar 2.15 Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator
Dimana:
X '2 = a 2 X 2
R ' 2 = a 2 R2
Dalam teori transformator-statika,
analisa
rangkaian
ekivalen
sering
R1
I '2
X1
'
R'2
I0
I1
V1
X2
Xm
E1
' 1
R2 ( 1)
s
Gambar 2.16 Rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator
dengan mengabaikan Rc
Sebelum daya ditransfer melalui celah udara, motor induksi mengalami rugi-rugi
berupa rugi-rugi tembaga stator (PSCL) dan rugi-rugi inti stator (PC). Daya yang ditransfer
melalui celah udara (PAG) sama dengan penjumlahan rugi-rugi tembaga rotor (PRCL) dan
daya yang dikonversi (Pconv). Daya yang melalui celah udara ini sering juga disebut
sebagai daya input rotor.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
( )
= 3 I 2'
( ) R + 3(I ) R
R2'
= 3 I 2'
s
' 2
2
'
2
'
2
(1 s )
.............(2.21)
s
Diagram aliran daya motor induksi dapat dilihat pada Gambar 2.17 di bawah ini.
PAG
Pconv
Pout = load r
PSLL
PF&W
PRCL
PC
PSCL
Dimana :
- PSCL = rugi rugi tembaga pada kumparan stator (Watt)
- PC = rugi rugi inti pada stator (Watt)
- PAG = daya yang ditranfer melalui celah udara (Watt)
- PRCL = rugi rugi tembaga pada kumparan rotor (Watt)
- PF +W = rugi rugi gesek + angin (Watt)
- PSLL = stray losses (Watt)
- PCONV = daya mekanis keluaran (output) (Watt)
Hubungan antara rugi-rugi tembaga rotor dan daya mekanis dengan daya masukan
rotor dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
( )R
PRCL = 3 I 2'
( )
Pconv = 3 I 2'
'
2
(1 s ) '
R2 = (1 s ) PAG ( Watt )...........(2.23)
s
Dari gambar 2.17 dapat dilihat bahwa motor induksi juga mengalami rugi-rugi
gesek + angin (PF&W), sehingga daya mekanis keluaran sama dengan daya yang
dikonversi (Pconv) dikurangi rugi-rugi gesek + angin.
Pout = Pconv PF&W
Secara umum, perbandingan komponen daya pada motor induksi dapat dijabarkan
dalam bentuk slip yaitu :
Efisiensi motor induksi adalah ukuran keefektifan motor induksi untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanis yang dinyatakan sebagai perbandingan antara
masukan dan keluaran atau dalam bentuk energi listrik berupa perbandingan watt
keluaran dan watt masukan. Defenisi NEMA terhadap efisiensi energi adalah bahwa
efisiensi merupakan perbandingan atau rasio dari daya keluaran yang berguna terhadap
daya input total dan biasanya dinyatakan dalam persen Juga sering dinyatakan dengan
perbandingan antara keluaran dengan keluaran ditambah rugi-rugi, yang dirumuskan
dalam persamaan (2.2.4)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Dari persamaan terlihat bahwa efisiensi motor bergantung pada besar rugi-ruginya. Rugirugi pada persamaan tersebut adalah penjumlahan keseluruhan komponen rugi-rugi yang
dibahas pada sub bab sebelumnya.
Pada motor induksi pengukuran efisiensi motor induksi ini sering dilakukan
dengan beberapa cara seperti:
- Mengukur langsung daya elektris masukan dan daya mekanis keluaran
- Mengukur langsung seluruh rugi-rugi dan daya masukan
- Mengukur setiap komponen rugi-rugi dan daya masukan,
dimana pengukuran daya masukan tetap dibutuhkan pada ketiga cara di atas. Umumnya,
daya elektris dapat diukur dengan sangat tepat, keberadaan daya mekanis yang lebih sulit
untuk diukur. Saat ini sudah dimungkinkan untuk mengukur torsi dan kecepatan dengan
cukup akurat yang bertujuan untuk mengetahui harga efisiensi yang tepat. Pengukuran
pada keseluruhan rugi-rugi ada yang berdasarkan teknik kalorimetri. Walaupun
pengukuran dengan metode ini relatif sulit dilakukan, keakuratan yang dihasilkan dapat
dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan pengukuran langsung pada daya
keluarannya.
Kebanyakan pabrikan lebih memilih melakukan pengukuran komponen rugi-rugi
secara individual, karena dalam teorinya metode ini tidak memerlukan pembebanan pada
motor, dan ini adalah suatu keuntungan bagi pabrikan. Keuntungan lainnya yang sering
disebut-sebut adalah bahwa memang benar error pada komponen rugi-rugi secara
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
BAB III
PENGASUTAN MOTOR INDUKSI
3.1. Umum.
Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motormotor induksi tiga fasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut
(start) motor induksi kapasitas besar, besar arus listriknya cenderung melonjak dengan
tinggi sekali, walaupun memakan waktu yang cukup singkat namun kejadian tersebut
akan menimbulkan guncangan-guncangan tegangan pada jaringan listrik. Guncanganguncangan tersebut sangat mengganggu stabilitas jaringan listrik secara keseluruhan,
atau dapat pula menyebabkan pemutus daya terlepas (trip).
Untuk itulah telah dipikirkan cara-cara untuk melakukan pengasutan motor
induksi secara aman, adapun macam pengasutan yang umum adalah :
1.
Pengasutan Stator :
1) Langsung.
2) Dengan Saklar bintang segitiga.
3) Dengan kumparan hambat.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
4) Dengan Transformator.
2.
Pengasutan rotor :
Dengan kumparan/ tahanan hambat.
3.2.
Metoda-Metoda Start.
3.2.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Metoda pengasutan ini adalah yang paling umum diterapkan untuk motor-motor
induksi tiga fasa yang berkapasitas besar. Pada metoda pengasutan ini bertujuan untuk
menghindari adanya kejutan arus asut yang besar. Untuk lebih jelasnya
Dalam praktiknya saklar bintang segitiga ini umumnya dirangkai menjadi
rangkaian listrik yang otomatis. Berikut ini sket rangkaian motor induksi dengan
pengasutan dengan saklar bintang segitiga.
3.3.
dihubungkan dengan kumparan stator, kumparan hambat ini cukup untuk satu tahap
pengasutan. Adapun rangkaian dapat dilihat pada gambar.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
3.4.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
3.5.
belitan, dimana kumparan rotor ini merupakan kumparan tiga fasa yang memiliki jumlah
kutub yang sama dengan kutub pada kumparan stator. Adapun kumparan hambat ini
merupakan komponen pengasutan eksternal yang dihubungkan dengan kumparan rotor
seperti terlihat pada gambar berikut.
Peralatan Kontrol.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
3.3.1. Kontaktor.
Kontaktor adalah salah satu jenis peralatan listrik yang digunakan untuk
menghubungkan atau memutus rangkaian listrik (umumnya adalah motor listrik) yang
bekerja berdasarkan prinsip elektromagnet. Kontaktor mempunyai belitan dan jika dialiri
arus listrik akan menimbulkan gaya magnetic, sehingga gaya magnetic ini akan
mengoperasikan kontak-kontak dari kontaktor yang terdiri dari kontak utama yaitu
kontak yang digunakan untuk menghubungkan rangkaian daya dan kontak bantunya
digunakan pada rangkaian kontrol.
2, 4, 6
a, b
yang dikopel pada angker (inti gerak) pada posisi awalnya kontak NO dan kontak NC,
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
maka jika diberi tegangan kontak-kontak NO akan menutup dan NC akan membuka. Jika
tegangan dilepas, akan kembali ke posisi semula. Kumparan dari kontaktor umumnya
disupply dengan tegangan 220 V.
Relay.
Relay adalah suatu alat yang digunakan dalam suatu rangkaian control untuk
melengkapi system pengontrolan yang otomatis. Relay berfungsi untuk memonitor
besaran-besaran ukuran sesuai dengan batas-batas yang dikehendaki. Relay bekerja pada
tegangan dan arus yang kecil jadi berbeda dengan kontaktor.
Timer.
Timer adalah suatu relay waktu dimana pengoperasiannya dapat diatur berapa
lama on maupun offnya dengan setting waktu. Timer mempunyai kumparan dengan
nomor terminal a dan b atau 2 dan 10, dimana kedua terminal ini dihubungkan ke sumber
tegangan. Menurut pengoperasiannya timer dibagi dua jenis yaitu :
a.
On Delay.
Timer jenis on delay ini bekerja atas dasar penundaan waktu. Apabila koil timer
sudah diberi tegangan, namun lengan-lengan kontaknya masih belum bekerja,
dikarenakan setting waktu kerja yang sudah diatur. Setelah beberapa saat barulah
pegas dari timer on delay ini bekerja untuk menarik lengan-lengan kontak timer
untuk mensuplai arus ke rangkaian lain.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
b.
Off Delay.
Untuk kerja dari timer off delay merupakan kebalikan dari kerja on delay, dimana
waktu kerjanya dibatasi sampai waktu yang telah diatur. Pada saat koil timer
diberi tegangan, pegas dari timer juga langsung bekerja untuk menarik lenganlengan kontak timer.
Lampu Tanda.
Lampu tanda dipasang secara pararel dengan peralatan control sehingga kita dapat
mengetahui peralatan mana saja yang sedang bekerja dan tidak bekerja.
Peralatan Pengaman.
Tujuan tindakan pengamanan pada instalasi listrik adalah untuk melindungi
manusia atau peralatan yang tersambung dengan instalasi itu jika terjadi arus gangguan
akibat dari keadaan yang tidak normal. Untuk itu perlu dipakai pengaman seperti
sekering, MCB dll.
Yang menjadi dasar pertimbangan pengaturan pengaman adalah arus dan waktu
kerja suatu pengaman pada instalasi listrik. Karena itu besarnya arus hubung singkat baik
nilai maksimum maupun minimum harus dihitung untuk menentukan arus pengaturan.
Disamping itu waktu yang diperlukan oleh pengaman menanggapi gangguan juga
menentukan.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
3.4.1 Fuse.
Fuse atau pengaman lebur digunakan sebagai pengaman rangkaian listrik terhadap
arus hubung singkat yang terjadi karena kesalahan fasa dengan fasa, fasa dengan netral,
atau antara fasa dengan body pearalatan yang dihubungkan dengan penghantar
pentanahan. Fuse putus jika arus yang mengalir melaluinya melebihi kemampuannya.
Untuk mendapatkan pemutusan yang efektif hendaknya ukuran fuse lebih kecil
dibandingkan dengan arus yang melaluinya. Arus nominal adalah arus yang mengalir
secara terus menerus pada kondisi normal tanpa terjadi gangguan arus pada fuse tersebut.
Faktor fuse merupakan perbandingan arus maksimum yang tidak merusak fuse
pada waktu tertentu dengan arus kerjanya
Arus yang menyebabkan putus
Faktor fuse (ff) =
Arus kerja nominal
Faktor fuse yang digunakan Amerika, Jepang dan lain sebagainya digolongkan
atas 4 kelas untuk tegangan menengah dan tegangan rendah, yaitu :
Kelas P untuk factor fuse sampai dengan 2,5
Kelas Q1 untuk factor fuse sampai dengan 1,5
Kelas Q2 untuk factor fuse sampai dengan 1,75
Kelas K untuk factor fuse sampai dengan 1,75
Untuk mengetahui pemutusan fuse dan hubungannya dengan waktu dapat kita lihat
seperti pada gambar 3.7.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
A Merah Muda
A Coklat
A Hijau
10 A Merah
16 A Kelabu
20 A Biru
25 A Kuning
35 A Hitam
50 A Putih
60 A Warna Tembaga
Fuse yang beredar di pasaran mempunyai dua tipe yaitu tipe pemutusan lambat
dan tipe pemutusan cepat. Kedua tipe ini berbeda dalam hal sensitivitasnyaterhadap arus
gangguan. Untuk tipe pemutusan lambat, sensitivitasnya terhadap gangguan sangat kecil,
sedangkan untuk tipe pemutusan cepat lebih sensitivitas terhadap arus gangguan.
Berdasarkan kesensitivitasnya tersebut maka dalam menentukan rating fuse yang
digunakan mempunyai factor pemutusan yang berbeda.
IF = 3 x I (untuk pemutusan cepat)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Pada saat motor mengalami beban lebih maka kontak Bantu NC dari pengaman
ini akan memutuskan suplai daya ke kontaktor yang mengoperasikan motor tersebut
sehingga motor akan berhenti bekerja dan terhindar dari kerusakan akibat gangguan
tersebut.
Thermal ini dapat distel berdasarkan nilai arus oleh pabrik pembuatnya. Proteksi
ini dirancang sedemikian rupa sehingga arus jatuhnya kira-kira 10 % lebih tinggi dari
nilai stelnya. Jika arus nominal motor 20 A maka arus setting dari thermal adalah sebesar
22 A.
kenaikan arus 7 kali arus nominal, MCB akan trip pada waktu diatas 0,5 detik dan
untuk kenaikan 10 kali arus nominalnya MCB trip dibawah 0,5 detik.
2. MCB tipe G dengan kondisi tripping untuk kenaikan arus 6 kali arus nominalnya.
b. MCB karateristik L.
Pada umumnya kondisi tripping magnetiknya baru dapat bekerja apabila terjadi
kenaikan arus 3 5 kali arus nominalnya. MCB tipe L ini merupakan tingkat
pengaman yang lebih sensitif dibanding MCB tipe G. Biasanya MCB tipe L
digunakan pada instalasi rumah tangga, gedung-gedung perkantoran atau bersifat
komersil, dimana pada umumnya tempat-tempat tersebut menggunakan beban yang
bersifat resistif atau induktif ringan.
c. MCB Karateristik K.
Kondisi tripping magnetiknya baru dapat bekerja apabila kenaikan arus 8 12 kali
arus nominalnya. Biasanya digunakan untuk mengamankan kabel-kabel instalasi dan
beban induktif berat atau motor-motor penggerak mesin-mesin induksi yang langsung
distart dengan tegangan penuh. Operasi MCB dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Operasi thermal yaitu operasi pemutusan oleh MCB karena gangguan beban lebih
pada kondisi normal. Pada saat terjadi gangguan lebih pada suatu rangkaian maka
otomatis bimetal akan memutuskan rangkaian karena terjadi perbedaan
temperature yang disebabkan oleh arus yang mengalir melebihi batas nominalnya.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
2.
Operasi magnetic yaitu operasi pemutusan oleh MCB karena terjadi gangguan
hubung singkat, maka relay elektromagnetik akan terenergis dan berubah menjadi
magnet yang akan menarik kontak-kontaknya sehingga akan memutuskan
rangkaian.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
4.1.
Umum.
Proses produksi adalah teknik atau metode untuk membuat atau merubah suatu
barang atau jasa agar bertambah nilainya dengan menggunakan bantuan mesin induksi 3
phase sebagai penolong. Penggunaan mesin induksi sebagai motor listrik memiliki
banyak
keuntungan
diantaranya
dikarenakan
bentuknya
yang
sederhana
dan
konstruksinya yang cukup kuat, harga relatif murah dan dapat diandalkan, effisiensi
tinggi dimana dalam keadaan normal tidak memerlukan sikat (seperti motor arus searah)
sehingga rugi-rugi dapat dikurangi, perawatan minimum. Analisa starting motor induksi
pada bab ini akan dimulai dari perhitungan jumlah kutub dan besarnya slip yang
dihasilkan sebuah motor induksi.
4.2.
Spesifikasi Peralatan.
Adapun spesifikasi dari motor induksi yang digunakan sebagai berikut :
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
: Belitan
Merk :TECO
HP
: 125 HP
: 380 Volt
Ampere : 168 A
F
: 50 Hz
Rpm
R1 = 0,32
X1 = 1,12
R2 = 0,32
X2 = 1,12
Rc = 131
Xm = 15,32
4.3.
Di PT Berlian Unggas Sakti sistem rangkaian wiring yang dipakai untuk menjalankan
motor seperti yang terlihat pada gambar berikut :
ON
0V
OFF
95 96
K1
220VAC
OLR
8 6 NC
K3
Cara Kerja :
Apabila salar ON ditekan, maka coil kontaktor K1 bekerja. Bekerjanya coil
kontaktor K1 diikuti dengan bekerjanya juga coil kontaktor K2 dan coil timer TR. Karena
coil Kontaktor K1 bekerja membuat lengan-lengan kontak bantunya ikut bekerja. Pada
kondisi pertama ini motor terhubung dalam kondisi star/Y. Dan dalam waktu beberapa
saat kemudian (sesuai setting sebelum motor berputar 100 % atau 70 % putarannya)
timer merubah lengan kontaknya secara otomatis dari NC menjadi NO, sehingga
kontaktor-kontaktor yang bekerja adalah K1 dan K3. Pada kondisi ini motor sudah
terhubung delta.
Adanya lengan kontak bantu NC K2 berfungsi untuk memproteksi agar benarbenar kontaktor K3 dalam posisi OFF. Begitu juga adanya NC K3 adalah untuk
mencegah agar kontak K2 benar-benar OFF.
Adapun rangkaian dayanya digambarkan sebagai berikut :
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
4.4
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Untuk proses grinding (penggilingan) bahan baku di PT. Berlian Unggas Sakti
dipakai alat yang disebut Hammer Mill. Adapun spesifikasi dari motor induksi yang
digunakan sebagai berikut :
Motor induksi 3 phasa merk TECO, 50 Hz, 125 HP dengan putaran 2900 ppm pada
keadaan tanpa beban dan 2860 ppm pada keadaan beban penuh.
Dari data di atas maka dapat di analisa beberapa hal sebagai berikut :
Pada keadaan beban nol s sehingga Ns Nbn, maka :
p=
Jumlah kutub pada motor hammer mill adalah sebanyak 2 buah (sepasang).
Ns =
s (%) =
Ns Nr
3000 2860
x100% =
x100% = 4,67 %
Ns
3000
Persentase harga slip dari motor adalah sebesar 4,67 %. Harga slip dari sebuah motor
induksi bervariabel tergantung dari perubahan kecepatan putarannya.
Kondisi putaran rotor (Nr) dan putaran stator (Ns) yang merupakan penentu besarnya slip
dijelaskan sebagai berikut :
Ns 0
x100% = 100 %
Ns
Sedangkan,
Pada saat sinkron, Nr = Ns
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
s=
Ns Ns
x100% = 0 % (motor keadaan diam)
Ns
2 N
93.250
2 x3,14 x 2860
93.250
17.960,8
= 5,19
Masukan rotor = Tg x 2 x Ns
= 5,19 x 2 x 3,14 x 3000
= 97.780 Watt
Maka P in = 97.780 Watt
Cos =
Pin
3.VI
97.780
3.380.168
97.780
110.575
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
= 0,87
=
Pout
x 100 %
Pin
93.250
x 100 %
97.780
= 95,3 %
4.5.
Menghitung Besarnya Arus pada Beban Penuh Maupun Beban Nol (diam).
Analisa kemudian dilanjutkan untuk mencari besarnya arus yang terjadi pada saat start
pada keadaan beban penuh maupun keadaan beban nol (diam), dari data-data yang ada
diperoleh analisa sebagai berikut :
Motor induksi bekerja pada tegangan 380 Volt, terhubung segitiga dengan slip pada
beban penuh adalah 4,67 % dengan besaran karakteristik sebagai berikut :
R1 = 0,32
X1 = 1,12
R2 = 0,32
X2 = 1,12
Rc = 131
Xm = 15,32
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Maka untuk mengetahui besarnya arus dalam keadaan beban penuh dapat dihitung
sebagai berikut :
I0 =
380
380
+
Rc
jXm
380
380
+
131
j15,32
= 2,9 j 24,8
380
I2 =
( R1 +
R 2'
) + j ( X 1 + X 2' )
s
380
=
(0,32 +
0,37
) + j (1,12 + 1,12)
0,0467
380
(0,32 + 7,9) + j (2,24)
380
(8,22) + j (2,24)
380
8,5115,24 0
= 44,65 15,24 0
= 44,65 j 15,24
I1 = I0 + I2
= 2,9 j 24,8 + 44,65 j 15,24
= 47,55 j 40,04
= 62,16 40,09 0
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
Maka IL =
3 x 62,16 40,09 0
Sedangkan untuk mencari nilai arus pada keadaan diam dapat dilakukan analisa sebagai
berikut :
I0 =
380
380
+
Rc
jXm
380
380
+
131
j15,32
= 2,9 j 24,8
380
I2 =
( R1 +
R 2'
) + j ( X 1 + X 2' )
s
380
=
(0,32 +
0,37
) + j (1,12 + 1,12)
1
380
(0,32 + 0,37) + j (2,24)
380
(0,69) + j (2,24)
380
2,3472,87 0
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
= 162,4 72,87 0
= 162,4 j 72,87
I1 = I0 + I2
= 2,9 j 24,8 + 162,4 j 72,87
= 165,3 j 97,6
= 191,96 30,5 0
Maka IL =
3 x 191,96 30,5 0
JENIS MOTOR
PEMUTUS SIRKIT
PENGAMAN LEBUR
250
400
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
autotransformator
atau
200
400
150
400
4.6.1. MCCB.
Dalam hal ini MCB fungsinya sebagai pengaman terhadap gangguan arus hubung
singkat walaupun pada prakteknya dapat juga berfungsi sebagai pengaman beban lebih.
Sesuai dengan PUIL bahwa rating pengaman pemutus daya motor belitan adalah
150 % dari arus nominal motor
Maka rating MCCB
= 150 % x 168 A
= 252 A
BAB V
KESIMPULAN
1.
Dari analisa yang dilakukan arus pada keadaan beban penuh arus yang masuk
sebesar 167,14 Ampere sedangkan pada slip = 1 sebesar 309,8 Ampere sedangkan
setelah adanya penambahan tahanan luar maka arus yang masuk sebesar 271,93
Ampere
2.
Untuk pemakaian pengaman pada motor hammer mill sudah sesuai dengan standar
yang digunakan sesuai dengan Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository 2009