Anda di halaman 1dari 4

Media Kedokteran Hewan

Vol. 21, No. 3, September 2005

Pengaruh Ekstrak Rimpang Dringo (Acorus Calamus Linn.) Terhadap Penurunan


Kadar Kortisol Tikus Putih
The Effect of Acorus calamus Linn. Rhizome Extract on Lowering the Blood Cortisol
Concentrations in Albino Rats
Setiawan M.W.
Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala, Surabaya.

Abstract
A study has been performed to find out the effect of Acorus calamus Linn. rhizome extract on
decreasing the blood cortisol concentration in albino male rats which stimulated by electro shock. 30
Wistar albino male rats, weight 150-175 grams were, divided into 6 groups which received orally
respectively PGA 3%, PGA 3% by electro shock, Acorus calamus Linn. rhizome extract 500 mg/kg BB,
1000 mg/kg BB, and 1500 mg/kg BB with electro shock, and diazepam 0,2 mg/kg BB as control also
with electro shock. The blood samples were taken in a certain time to measure the blood cortisol
concentration by fluorescent polarized immunoassay method. The data was analyzed by Simple
Anova, continued by HSD 5%, concluded that Acorus calamus Linn. rhizome extract showed the effect
on decreasing blood cortisol concentration , and the biggest effect showed by th e dose of 1500 mg/kg
BB.
Key words: Acorus calamus Linn. rhizome; blood cortisol; albino male rats

Pendahuluan

Penduduk Indonesia telah mengenal pengobatan


menggunakan obat dari tumbuh-tumbuhan untuk
meningkatkan kesehatan tubuh maupun mengobati
penyakit yang dideritanya. Salah satu tanaman yaitu
Dringo (Acorus calamus Linn.) pada pengobatan
tradisional dipakai untuk mengobati demam nifas,
gastritis, stress, ulcer lambung, anoreksia (Newall,
1996; Depkes RI, 1978). Secara alamiah reaksi stress
merupakan suatu reaksi emosi yang berguna bagi
tubuh dalam kehidupan sehari-hari, namun terlalu
banyak stress dalam kehidupan sehari-hari dapat
merugikan kesehatan. Sebagai reaksi terhadap stress,
kelenjar anak ginjal didorong untuk mensekresi
hormon adrenalin, noradrenalin, dan kortisol.
Kortisol adalah hormon steroid yang diproduksi oleh
kortek adrenal (anak ginjal) sebagai reaksi terhadap
stress yang terjadi secara fisik maupun psikis. Sekresi
kortisol akan meningkat sebagai respon atas stress
yang terjadi dimana akan terjadi peningkatan sekresi
Corticotropin Releasing Factor (CRF) pada hipotalamus.
Kortisol berlebihan selama waktu yang lama akibat
stress dapat mengacaukan regulasi sistem imun (Tan
and Raharja, 2002). Suatu studi farmakologi
menunjukkan adanya efek sedatif dan transquilizer
dari Acorus calamus Linn. (Bopaiah, 2000). Suatu
bahan yang memiliki efek transquilizer dapat

119

mengurangi stress yang terjadi dengan cara


menenangkan, menghilangkan ketakutan dan ketegangan berlebihan. Oleh karena Acorus calamus
memiliki efek transquilizer maka diharapkan dapat
menurunkan kadar kortisol sebagai tanda bahwa
tingkat stress yang terjadi menjadi berkurang.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dilakukan
penelitian untuk mengetahui efek ekstrak rimpang
Dringo dengan berbagai macam konsentrasi. Untuk
mengetahui apakah Dringo memiliki efek menurunkan kadar kortisol dan apakah ada hubungan dosis
yang diberikan dengan efek yang ditimbulkan
dibandingkan dengan diazepam. Pada penelitian ini
digunakan diazepam karena diazepam yang merupakan kelompok benzodiazepin termasuk salah satu
obat transquilizer.

Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah
rimpang Dringo (Acorus calamus Linn.) yang dibuat
ekstrak dengan etanol 70% dengan cara perkolasi ,
PGA 3%, diazepam, AxSYM Cortisol Reagent Pack,
AxSym Cortisol Standard Calibrators, AxSYM Cortisol
Controls, AxSYM Probe Cleaning Solution, AxSYM
Solution 4

Setiawan M.W.; Pengaruh Ekstrak Rimpang Dringo (Acorus Calamus Linn.) Terhadap Penurunan...

Hewan yang digunakan adalah tikus putih


jantan galur wistar sebanyak 30 ekor dengan berat
badan rata-rata 150-175 gram, dan umur 3-4 bulan.
Alat-alat yang digunakan adalah perkolator,
vacum rotavapor, Electric foot shock, timbangan, sonde,
restrainer, The Abbot Axsym System Automated
Immunoassay
Analyzer
(Abbot
Laboratories
Diagnostics Division, Abbot Park, USA, List No.
7A67, 69-2115 / R8 ), sample cup ( List No. 8A76-01 ),
reaction vessel / RV ( List No. 9518-05 ; Lot No.
304021A PT 8 ), refrigerator unit.
Perlakuan Terhadap Tikus Percobaan
Dari orientasi didapat kadar kortisol pada tikus
yang dibuat stress, meningkat mulai hari ke-4,
mencapai puncak pada hari ke-7 dan pada hari ke-14
menurun. Oleh karena itu penelitian dilakukan
selama 14 hari. 30 ekor tikus yang telah diadaptasi
dibagi 6 kelompok dimana masing-masing kelompok
menerima PGA 3% 1 ml/kg BB, PGA 3% 1 ml/kg BB
disertai dengan pemberian stressor, ekstrak Acorus
calamus Linn. dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kg BB,
dan 1500 mg/kg BB serta suspensi diazepam 0,2
mg/kg BB, disusul dengan pemberian stress selama
14 hari dengan cara diberi renjatan listrik pada kaki
tikus dengan alat electric foot shock berpedoman pada
penelitian Sumintarti (1997) dan kadar kortisol
ditentukan pada hari ke- 0, 7, 14.
Pemeriksaan Kortisol Darah
Darah diambil 1 ml melalui mata, lalu diambil
serumnya dengan cara pemusingan dengan
kecepatan 2000 rpm selama 15 menit lalu ditentukan
kadar kortisol dengan AxSym System Automated
Fluorescence Polarized Immunoasssay Anlyzer (AxSym
FPIA). Proses dalam FPIA dibagi 2 tahap yaitu
pemeriksaan dengan menambahkan zat yang akan
dianalisa yang telah diberi label fluoresen lalu
diinkubasi dengan campuran tadi. Jumlah antibodi
yang tidak terikat pada zat yang diberi label
tergantung pada jumlah kompleks yang terbentuk
(Stanley,2002).

Hasil dan Pembahasan

Individu yang mendapat stresor menahun akan


mengalami penurunan
fungsi respon imun
(Putra,1999). Notosoedirdjo (1998,1999) mengatakan
bahwa stress menyebabkan supresi sistem imun
sehingga resiko untuk terserang penyakit dan
autoimun menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan
karena glukokortikoid yang mensupresi aktivitas
sistem imun disekresi dalam jumlah besar. Menurut
penelitian Keller (1983), renjatan listrik pada mencit
dapat mengakibatkan penurunan jumlah limfosit
dalam darah. Penurunan jumlah limfosit ini

disebabkan oleh pelepasan glukokortikoid yang


dipicu oleh stress (Notosoedirdjo,1998).
Pada suatu studi farmakologi, pemberian
ekstrak Ayurvedic yang mengandung Acorus calamus
Linn., Nardostachys DC, Piper longum, Plumbago
zeylanica Linn., dan Allium sativum Linn. Pada tikus
menunjukkan adanya efek anti depresan dari ekstrak
tersebut. Salah satu kandungan ekstrak Ayurvedic
tersebut adalah Acorus calamus Linn. Selain itu pada
sebuah studi farmakologi yang lain menemukan
adanya efek sedatif dan tranquilizer dari Acorus
calamus Linn. (Bopaiah,2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil pengukuran kadar kortisol darah tikus
putih dengan pemberian renjatan listrik dan suspensi
PGA 3% dengan volume 1 ml/kg BB, didapatkan
kadar kortisol darah pada hari ke-7 dan 14 meningkat
bila dibandingkan hari ke-0.
Pada pengukuran kadar kortisol darah tikus
putih dengan pemberian renjatan listrik dan ekstrak
rimpang Dringo dosis 500 mg/kg BB dengan volume
1 ml/kg BB, didapatkan kadar kortisol pada hari ke-7
mengalami kenaikan yang agak tinggi bila dibandingkan dengan hari ke-0. Hal ini dapat diakibatkan oleh
terjadinya stress yang berlebihan dan sebagai respon
atas stress yang terjadi maka dikeluarkan hormon
kortisol sehingga terjadi kenaikan pada hari ke-7,
selain itu dosis ekstrak rimpang Dringo yang diberikan mungkin terlalu kecil sehingga efek penurunan
yang diberikan tidak terlalu besar. Pada hari ke-14
kortisol mengalami penurunan (Tabel 1), yang dapat
mengindikasikan bahwa stress yang terjadi telah
berkurang sehingga tubuh tidak lagi mengeluarkan
hormon kortisol secara berlebihan.
Pada pengukuran kadar kortisol darah tikus
putih dengan pemberian renjatan listrik dari ekstrak
rimpang Dringo dengan dosis 1000 mg/kg BB dan
1500 mg/kg BB dengan volume 1 ml/kg BB,
didapatkan kadar kortisol pada hari ke-7 mengalami
kenaikan. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya
stress dan sebagai respon atas stress yang terjadi
maka dikeluarkan hormon kortisol yang berlebihan
sehingga terjadi kenaikan pada hari ke-7. Jika
dibandingkan dengan kelompok dosis ekstrak Dringo
500 mg/kgBB, kenaikan yang terjadi pada kelompok
1000 mg/kgBB dan 1500 mg/kgBB tidak terlalu besar
namun pada hari ke-14 kelompok 1500 mg/kgBB
mengalami penurunan yang lebih besar (Tabel 1),
yang dapat mengindikasikan bahwa stress yang
terjadi telah berkurang, sehingga tubuh tidak lagi
mengeluarkan hormon kortisol secara berlebihan.
Penurunan kadar kortisol untuk kelompok dosis 1500
mg/kgBB lebih besar jika dibandingkan dengan
kelompok dosis 1000 mg/kgBB pada hari ke-14, hal
ini menunjukkan bahwa dosis yang lebih besar akan

120

Media Kedokteran Hewan

Vol. 21, No. 3, September 2005

memberikan efek penurunan kadar kortisol yang


lebih besar.
Pada pengukuran kadar kortisol darah tikus
putih dengan pemberian renjatan listrik dengan
suspensi diazepam 2 mg/kgBB dengan volume 2,5
ml/kg BB, kadar kortisol darah rata-rata pada hari
ke-7 dan 14 mengalami penurunan (Tabel 1). Hal itu
menunjukkan bahwa dengan pemberian diazepam
maka tidak terjadi stress pada kelompok yang
diberikan stressor. Efek penurunan kadar kortisol
darah pada percobaan ini dapat jelas terlihat pada
Gambar 1.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka pemberian ekstrak Dringo dapat menurunkan kadar kortisol
darah tikus yang diberikan renjatan listrik sebag ai
usaha untuk memberikan stressor. Penurunan kadar

kortisol darah tersebut dapat mengindikasikan berkurangnya stress yang terjadi.


Penurunan kadar kortisol yang terjadi setelah
pemberian ekstrak Dringo pada berbagai macam dosis
menunjukkan semakin tinggi dosis ekstrak Dringo
yang diberikan akan memberikan efek penurunan
yang lebih besar terhadap kadar kortisol darah yang
data-datanya dapat dilihat pada Tabel 2 dan kurva
regresi linearnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Perbandingan penurunan kortisol ekstrak
Dringo dengan obat standar yaitu diazepam
menunjukkan efek penurunan yang tidak terlalu
berbeda, hal ini dapat mengindikasikan Dringo
memiliki efek penurunan kortisol yang kurang lebih
sama dengan obat standar yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu diazepam.

Tabel 1. Kadar Hormon Kortisol Rata-Rata pada Waktu Tertentu


Kadar Kortisol Darah (g/dl)
Hari ke 0

Hari ke-7

Hari ke-14

PGA 3% tanpa renjatan listrik

2,4 0,9

2,3 0,3

2,4 0,9

PGA 3% + renjatan listrik

2,4 0,9

3,8 0,7

5,2 0,6

Ekstrak Dringo 500 mg/kg BB+renjatan listrik

2,4 0,9

3,8 0,7

2,9 0,6

Ekstrak Dringo 1000 mg/kg BB+renjatan listrik

2,4 0,9

2,8 1,1

2,5 0,5

Ekstrak Dringo 1500 mg/kg BB+renjatan listrik

2,4 0,9

2,8 0,7

2,2 0,7

Diazepam 0,2 mg/kg BB+renjatan listrik

2,4 0,9

2,3 0,6

1,9 0,3

Gambar 1. Histogram Kadar Kortisol Darah Rata-rata (g/dl) Terhadap Waktu


Tabel 2. Penurunan Kadar Kortisol Darah (dalam %)
Hari Ke-

121

Penurunan Kadar Kortisol Darah (%)


Kel. 3

Kel. 4

Kel. 5

Kel. 6

26,3

26,3

39,5

14

44,2

51,9

57,7

63,5

Setiawan M.W.; Pengaruh Ekstrak Rimpang Dringo (Acorus Calamus Linn.) Terhadap Penurunan...

Gambar 2. Kurva Regresi Linear Persentase Penurunan Kadar Kortisol Darah

Kesimpulan

Pemberian ekstrak rimpang Dringo dosis 500


mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, dan 1500 mg/kg BB
dapat menurunkan kadar hormon kortisol pada tikus
putih jantan galir wistar yang diberi renjatan listrik
sebagai usaha memberikan keadaan stress. Semak in
besar dosis ekstrak rimpang Dringo, efek penurunan
kadar kortisol darah yang terjadi lebih besar.

Daftar Pustaka
Asnar STP E., 2001. Peran perubahan limfosit
penghasil sitokin dan peptida motilitas usus
terhadap modulasi respons imun mukosal tikus
yang stress akibat stressor renjatan listrik.
Disertasi Program Doktor, Program Pasca
Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya. hal. 86,
94, 96, 107-109, 111-112.

Bopaiah C.P., 2000. Pharmacological study on


antidepresant activity of 50% ethanol extract of a
formulated ayurvedic product in rats. Journal of
Ethnopharmacology, 72, 411-419
Houghton, P.J., 1999. The Scientific Basis for Reputed
Activity of Valerian. Journal of Pharmacy and
Pharmacology 51 (5), 505-512.
Newall, C.A. , 1996. Herbal Medicine, A guide for
Health-Care Profesionals. London The Pharmaceutical Press, London, 55-57.
Tan H.T. & Rahardja K., 2002. Obat-Obat Penting:
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingan. Edisi kelima. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 679-687, 357-359, 366-36.

122

Anda mungkin juga menyukai