Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

SISTEM PEMBIAYAAN BERBASIS DIAGNOSIS


Latar Belakang Sistem Pembiayaan Kesehatan

Disusun oleh Kelompok 1:


Putri Kusumaningtyas

(G41130595)

Nindia Cancer Putriyani

(G41130598)

Nungki Agnes Palupi

(G41130599)

Novi Kristanti Purnama S.

(G41130624)

Saniatu Syaadah

(G41130632)

Dwi Suci Sri Rahayu

(G41130646)

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


Jalan Mastrip Po.Box 164 Jember 68101 Jawa Timur
Telepon 0331 333532 Fax 0331 333531
Website : www.polije.ac.id
Email: politeknik@polije.ac.id

A.

Latar Belakang Sistem Pembiayaan Kesehatan.


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan


kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, Dengan tujuan guna
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesehatan
juga merupakan komponen utama dalam Indeks Pembangunan Manusia. Dalam
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Mahalnya biaya pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor
yang mendorong harus adanya sistem pembiayaan kesehatan yang di atur oleh
pemerintah dengan baik. Hal biaya ini sangat berhubungan dengan kondisi sosial
dan ekonomi mayoritas masyarakat Indonesia, dimana kondisi perekonomian
masyarakat Indonesia berada pada menengah ke bawah. Keadaan ini bisa
mengakibatkan masyarakat yang tergolong miskin tidak bisa atau sanggup dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal.
Menurut Azrul Azwar (1996), biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai
upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Sistem pembiayaan kesehatan dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem yang mengatur mengenai besarnya alokasi dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut Miller
(2007) tujuan dari pembiayaan kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu,
mendorong layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi, tidak memberikan
reward terhadap provider yang melakukan over treatment, under treatment
maupun melakukan adverse event dan mendorong pelayanan tim.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004, subsistem pembiayaan kesehatan
adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung untuk

memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan kesehatan guna meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam pembiayaan
kesehatan di Indonesia saat ini sudah banyak menggunakan asuransi kesehatan.
Asuransi kesehatan mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya
kesehatan dari kantong sendiri out of pocket, dalam jumlah yang sulit diprediksi
dan kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar. Untuk itu diperlukan
suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan karena peserta membayar premi
dengan besaran tetap. Dengan demikian pembiayaan kesehatan ditanggung
bersama secara gotong royong oleh keseluruhan peserta, sehingga tidak
memberatkan secara orang per orang.
Dalam mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan
Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial, maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan
pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan yang
disertai berbagai terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa
Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
upaya pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer sebagai
terobosan pemantapan dan percepatan peningkatan pemeliharaan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, Jaminan Kesehatan Semesta, dan
program lainnya.
SKN 2009 sebagai pengganti SKN 2004 dan SKN 2004 sebagai pengganti
SKN 1982 pada hakekatnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, penting untuk dimutakhirkan menjadi SKN 2012 yang


pada hakekatnya merupakan pengelolaan kesehatan agar dapat mengantisipasi
berbagai tantangan perubahan pembangunan kesehatan dewasa ini dan di masa
depan, sehingga perlu mengacu pada visi, misi, strategi, dan upaya pokok
pembangunan kesehatan sebagaimana ditetapkan dalam:
a. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 20052025 (RPJP-N).
b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
(RPJP-K).

Daftar Pustaka
Permenkes nomor 23, 1992. tentang kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional, 2004.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksra

Anda mungkin juga menyukai