Case Konjungtivitis
Case Konjungtivitis
PENDAHULUAN
Konjungtiva merupakan membran yang tipis dan transparan melapisi bagian anterior dari
bola mata (konjungtiva bulbi), serta melapisi bagian posterior dari palpebra (konjungtiva
palpebrae). Karena letaknya paling luar itulah sehingga konjungtiva sering terpapar terhadap
banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Salah satu penyakit
konjungtiva yang paling sering adalah konjungtivitis.
Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata yang paling umum didunia.
Penyakit ini bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata sampai konjungtivitis
berat
dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya umumnya eksogen, namun dapat endogen.
Berdasarkan agen penyebabnya maka konjungtivitis dapat dibedakan konjungtivitis
bakterial, konjungtivitis virus, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis rickettsia, konjungtivitis
fungal, konjungtivitis parasit, konjungtivitis alergika, konjungtivitis kimia atau iritatif,
konjungtivitis yang penyebabnya tidak diketahui, serta konjungtivitis yang berhubungan dengan
penyakit sistemik. Kalau berdasarkan atas lamanya penyakit maka konjungtivitis dapat
dibedakan menjadi akut dan kronik.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
Agama
Suku
: Ny. EY
: 43 tahun
: Ibu rumah tangga
: KP Moyan RT1/4, Bogor
: Islam
: Sunda
1
Status
: menikah
Tanggal Pemeriksaan : 5/6/2013
II.
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan utama : Pasien datang ke Poli Mata RS Marzoeki Mahdi tanggal 5 Juni 2013, dengan
kedua mata perih sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak + 5 bulan yang lalu pasien mengeluh kedua matanya sering perih. Perih dirasakan
hilang timbul dan sering kambuh. Pasien juga mengeluh matanya akan merah pabila perih.
Kedua mata terasa gatal dan berair, sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya. Pasien
juga merasa terdapat belekan di mata. Tidak ada pandangan mata kabur dan silau pada kedua
mata dan keluhan lain yang mengganggu aktivitasnya. Saat pagi hari tidak keluar kotoran dari
mata kanannya, tidak sulit membuka mata. Sebelum berobat ke poliklinik Mata, pasien sering
membeli obat tetes mata di apotek, keluhan sempat sembuh namun kambuh lagi sehingga pasien
berobat ke poliklinik mata RS Marzoeki Mahdi. Tidak ada riwayat trauma pada kedua mata. Os
menyangkal kedua mata kemasukan benda asing.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os belum pernah mengalami keadaan seperti ini sebelumnya. Terdapat riwayat alergi
sebelumnya. pasien mempunyai hipertensi, namun berobat tidak teratur. Riwayat DM tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga os tidak ada yang mengalami hal yang sama dengan os.
Riwayat kebiasaan :
Suka menonton tv.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Kesadaran
Sikap
Kooperasi
: Baik
: Compos Mentis
: Aktif
: Kooperatif
Status Oftalmikus
Ocular Dextra
Ocular Sinistra
2
Normal
Hiperemis (+),injeksi (+)
Palpebra
Konjungtiva
Normal
Hiperemis (+),injeksi (+)
1.0 f
IV.
Kornea
COA
Pupil
Lensa
Gerakan Bola Mata
Visus
1,0 f
RESUME
Pasien wanita, umur 40 tahun, mengeluh kedua matanya perih sejak 5 bulan lalu. Perih
dirasakan hilang timbul dan sering kambuh. Pasien juga mengeluh matanya akan merah pabila
perih. Kedua mata terasa gatal dan berair, sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya.
Pasien juga merasa terdapat belekan di mata. Sebelum berobat ke poliklinik Mata, pasien sering
membeli obat tetes mata di apotek, keluhan sempat sembuh namun kambuh lagi sehingga pasien
berobat ke poliklinik mata RS Marzoeki Mahdi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada mata kanan hiperemis,injeksi konjungtiva dan
episklera, dan terdapat sekret. Visus OD 1.0f. Mata kiri terdapat hiperemis,injeksi konjungtiva
dan episklera, dan terdapat sekret. Visus OS 1.0f.
V.
DIAGNOSIS
ODS konjungtivitis kronis.
VI.
VII.
PENATALAKSANAAN
Minidose LFX 4 dd gtt I ODS
Posop 4 dd gtt 1 ODS
Vitanorm 2 dd I
PROGNOSIS
3
Dubia ad bonam
VIII. ANJURAN
Jangan menggosok-gosok mata
Minum obat dan menggunakan tetes mata secara teratur
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan berbeda derajatnya.
Sebuah pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel tetap
utuh. Sebuah membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel dan jika diangkat akan
meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval
yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi
lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat
daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan
fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat
mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian
menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan
fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan funginya mirip
kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks
atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.
3.4 Klasifikasi
3.4.1 Konjungtivitis Karena agen infeksi
A. Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab
konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti
Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan
memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian
antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis
purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat
menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.
Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan
terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika
yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical
dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium
telah diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus
dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk
mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara
Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a) Demam Faringokonjungtival
keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus
preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia
konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul
dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau
pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama
terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun
menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam,
neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosoklomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jarijari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian
larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin
terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau
silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan memakai penetes steril
pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur
di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata
khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan
dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan
keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi
superinfeksi bacterial. 1
c) Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Laboratorium
Tidak ditemukan
bakteri
di
dalam
kerokan
atau
dalam
biakan.
Jika
10
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi
infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam
tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini
pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti
sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-radang
dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi
sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak
inti ke satu sisi.3
Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau
krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.
b) Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
adalah sekuele. 1
Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel raksasa dan
banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada varicella dan zoster
mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel sel
embrio manusia. 1
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi pada
awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat penyakit. 1
c) Keratokonjungtivitis Morbilli
penyakit mata ini seringkali disertai infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S
pneumonia, H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis
purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes
dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan
pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang. 1,3
Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada
pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa mengandung sel-sel
raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan,
C.
Terapi
Perbaikan klinik mencolok umumnya dicapai dengan tetracycline,1-1,5 g/ hari per os
dalam empat dosis selama 3-4 minggu ; doxycycline,100 mg per os 2 kali sehari selama 3
minggu; atau erythromycin, 1 g / hari per os dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu.
Kadang-kadang diperlukan beberapa kali kur ( pengobatan) agar benar benar sembuh.
Tetracycline sistemik jangan diberi pada anak dibawah umur 7 tahun atau untuk wanita
hamil. Karena tetracycline mengikat kalsium pada gigi yang berkembang dan tulang yang
tumbuh dan dapat berakibat gigi permanen menjadi kekuningan dan kelainan kerangkan
(mis, clavicula).
Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin
dan rifampin, empat kali sehari selama enam minggu, sama efektifnya. Saat mulai terapi,
efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10 12 minggu. Karena itu, tetap adanya
folikel pada trasesus superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai
sebagai bukti kegagalan terapi.
Koreksi bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial untuk
mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang kadang
dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang dilatih kusus.
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000 yang diberikan
secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres
dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon
langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat
dihilangkan.
2) Konjungtivitis Vernalis
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis musiman atau
konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. 1,3 Penyakit ini
lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu
lebih parah selama musim semi, musim panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10 tahun. Penyakit ini
lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
berbentuk polygonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan
3) Konjungtivitis Atopik
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat
sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg)
ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac
dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat,
plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea
berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman
penglihatannya. 1,3
1) Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat terhadap protein
mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus spp, Candida albicans,
Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan Chlamydia trachomatis serotype L1, L2,
dan L3. 1
Tanda dan Gejala
Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah, menimbul, dan
dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga, dengan apeks mengarah
ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang segera menjadi ulkus dan mereda
dalam 10-12 hari. Phlyctenule pertama pada pasien dan pada kebanyakan kasus kambuh
terjadi di limbus, namun ada juga yang di kornea, bulbus, dan sangat jarang di tarsus. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata, namun
phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat. Phlyctenulosis sering
dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan defisiensi diet.
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi sistemik
lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi reduksi sebagian
besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam berikutnya. Antibiotika topical
hendaknya ditambahkan untuk blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan
hendaknya ditujukan terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila efektif, hendaknya
hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang menetap. Parut kornea
berat mungkin memerlukan tranplantasi. 1
2) Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika spectrum
luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis infiltrate ringan yang
menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi mata mukoid ringan, dan sedikit
iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa sering hanya menampakkan sedikit sel epitel
matim, sedikit sel polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil. 1
18
Gejala:
-
Khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding dengan tandatanda radang.
Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang siang atau
malam hari rasa sakit semakin hebat.
Pengobatan:
-
yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir
sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat
iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran
terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae.
Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa neutrofil
polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan
agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan.
Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya
setelah penyebabnya dihilangkan.
2) Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke saccus
conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,
deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis
kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan
pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang
terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama berjamjam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang
masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar
kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala
utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu.
Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
20
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya
buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang
terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998
4. Conjunctivitis. Available at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001010.htm.
21