Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
menyebabkan menurunnya produktifitas kerja dan kualitas hidup. Low Back Pain dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis, hingga mobilisasi
yang salah, yang dimana keluhan seperti ini banyak sering kita temukan dalam praktek
sehari-hari. 1
Sebuah penelitian yang dilakukan di Eastman Kodak Company, New York
menemukan bahwa sebanyak 35% dari tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya selalu
dalam posisi duduk, berobat ke Rumah Sakit dengan keluhan sakit pada punggung bagian
bawah (Low Back Pain). Pada penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI
(Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia) pada 14 rumah sakit pendidikan Indonesia, pada bulan
Maret 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total
kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) adalah penderita nyeri punggung bawah.
Penelitian yang dilakukan oleh Community Oriented Program for Controle of Rheumatic
Disease (COPORD), Indonesia menunjukkan prevalensi LBP 18,2 % pada laki-laki dan 13,
6% pada wanita. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2012, dari 200 pengemudi di negara
malaysia, 97 pengemudi taksi (48,5%) melaporkan bahwa mereka mengalami Low Back Pain
pada tahun lalu. Sedangkan pada pengemudi taksi di kota Dhaka ditemukan bahwa 192 orang
yang menderita Low Back Pain dari 246 data yang terkumpul. Banyak faktor yang membuat
pengemudi taksi berbeda dari pengemudi kendaraan lainnya antara lain dalam hal : ruang
mengemudi yang sempit dan cukup terbatas, guncangan akibat permukaan jalan, jam kerja
sebagai pengemudi taksi yang cukup panjang dibandingkan pengemudi kendaraan lainnya,
serta faktor ergonomi seperti posisi duduk yang salah pada saat mengemudikan taksinya.
Beberapa faktor tersebut dapat menjadi pemicu untuk terjadinya Low Back Pain pada
pengemudi taksi. 2,3,4
Berdasarkan data yang terkumpul di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II pada
bulan Januari - Juni 2013, keluhan tentang penyakit otot menduduki peringkat 5 dari 10
penyakit terbanyak, dimana 50 % dari penyakit otot tersebut adalah Low Back Pain. Dari
pengamatan peneliti di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II, pada bulan agustus 2013
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
1
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
terdapat diantaranya 2 orang dari 20 orang pasien lainnya yang menderita Low Back Pain
tersebut memiliki pekerjaan sebagai pengemudi taksi. Berdasarkan hasil temuan tersebut,
maka dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara lama duduk pada
pekerjaan pengemudi taksi dengan kejadian Low Back Pain di wilayah kerja Puskesmas
Meruya Selatan II.
I.2
I.2.1
PERUMUSAN MASALAH
Pernyataan Masalah
Banyaknya penderita Low Back Pain pada pengemudi taksi di wilayah kerja
PertanyaanMasalah
1. Berapa rerata lama duduk saat mengemudi pada pengemudi taksi yang bekerja di
wilayah Kelurahan Meruya Selatan II?
2. Berapa rerata lama duduk pada pengemudi taksi yang bekerja di wilayah
Kelurahan Meruya Selatan II yang menderita Low Back Pain?
3. Adakah hubungan antara lama duduk pada pengemudi taksi yang bekerja di
wilayah Kelurahan Meruya Selatan II dengan kejadian Low Back Pain yang
terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II?
I.3 TUJUAN
Tujuan umum
Diturunkannya jumlah penderita Low Back Pain pada pengemudi taksi di wilayah
kerja Puskesmas Keluharan Meruya Selatan II, Jakarta.
Tujuan khusus
1. Diketahuinya rerata lama duduk saat mengemudi pada pengemudi taksi yang
bekerja di wilayah Kelurahan Meruya Selatan II
2. Diketahuinya rerata lama duduk pengemudi taksi yang bekerja di wilayah
Kelurahan Meruya Selatan II yang menderita Low Back Pain
3. Diketahuinya hubungan antara lama duduk pada pengemudi taksi yang bekerja di
wilayah Kelurahan Meruya Selatan II dengan Low Back Pain yang terjadi di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Dapat diketahui adakah pengaruh lama duduk terhadap Low Back Pain pada
pengemudi taksi yang bekerja di wilayah Kelurahan Meruya Selatan II.
Manfaat bagi puskesmas :
Puskesmas mendapat informasi mengenai hubungan lama duduk dengan Low Back
Pain pada pasien dengan pengemudi taksi sehingga dapat dipergunakan sebagai
kumpulan data dan bahan bagi Puskesmas untuk program pembinaan atau penyuluhan
pada wilayah kerjanya.
Manfaat penelitian bagi peneliti :
1. Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
pada umumnya terutama yang berkaitan dengan Low Back Pain akibat duduk
lama dalam posisi mengemudi.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
4. Peneliti dapat lebih mengerti dan menguasai tentang Low Back Pain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Low Back Pain
II.1.1 Definisi Low Back Pain
Menurut The International Association for the Study of Pain, nyeri didefinisikan
sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan. Nyeri juga diklasifikasikan menjadi 2 golongan besar yakni:
1. Nyeri nosiseptif yang terbagi lagi menjadi :
a. Nyeri somatik
b. Nyeri viseral
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
3
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :
antaranya.
Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas
lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis,
ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum,
serta kapsul sendi.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai
beberapa facies (dataran) yaitu :facies anterior berbentuk konvek dari arah
samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf
pada lumbal 4-5.
Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus menuju
dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah lateral
yang disebut procesus spinosus.
Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila dilihat
dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluranyang
disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis.
Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi aktif. Untuk
stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :
ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan
anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
mengontrol gerakanfleksi.
ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi
melindungi medulla spinalis dari posterior.
ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi
mengontrol gerakan fleksi.
Proses Degeneratif
Perubahan degeneratif pada vertebralumbosakral dapat terjadi pada korpus vertebra di
daerah arkus maupun prosesus artikularis serta ligamentum-ligamentum yang
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses
ini dikenal sebagai osteoartrosis deformans, tapi sekarang dikenal dengan spondilosis.
Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang annulus fibrosis diskus intervertebralis
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
yang bila robek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya
menyebabkan Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Bagian tulang belakang lain yang sering
mengalami proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis yang dikenal sebagai
osteoarthritis.
2.
Penyakit Inflamasi
Nyeri Punggung Bawah akibat inflamasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Artritis Rematoid yang sering timbul sebagai penyakit akut dengan ciri persendian
keempat anggota gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu.
b. Spondilitis Angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung atau sakit pinggang yang
sifatnya pegal sampai kaku dan semakin bertambah nyeri saat udara dingin atau
lembab.
3.
Osteoporosis
Nyeri yang terjadi pada pinggang orang tua ataupun pada lansia, terutama pada kaum
wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Nyeri ini bersifat radikular.
3.
Kelainan Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakral sering dianggap sebagai penyebab Low Back Pain meskipun tidak
selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau terdapat 6 vertebra lumbal bukan 5
seperti pada manusia normal yang merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung
arti patologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu terdapat 4 corpus vertebra lumbal
bukan sebanyak 5 corpus.
5.
Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominal dapat membangkitkan rasa nyeri yang hebat dan dapat
menyerupai HNP. Gangguan pada sistem sirkulasi yang lain adalah trombosis aorta yang
perlu mendapat perhatian karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut
sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang paha dan kedua
tungkai.
6.
Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma, atau tumor ganas primer seperti mieloma
multipel maupun sekunder (metastasis).
7.
Toksik
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Infeksi
Infeksi akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafiloccoccus, streptoccoccus) dan
infeksi kronik contohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur,
osteomielitis kronik.
9.
Problem Psikoneurotik
Histeria, depresi, dan malingering dapat menimbulkan Low Back Pain kompensatorik
yakni Low Back Pain yang tidak berdasarkan pada kelainan organik yang tidak sesuai
dengan kerusakan jaringan.
II.1.4
dan kronik. Disebut akut jika waktu terjadinya kurang dari 5-7 minggu, subakut minimal 5-7
minggu tetapi tidak lebih dari 12 minggu sedangkan disebut kronik jika berlangsung lebih
dari 12 minggu.10
II.1.5 Manifestasi klinis Low Back Pain
Manifestasi klinis yang terjadi pada Low Back Pain tergantung pada etiologi yang
menyebabkan rasa nyeri tersebut.8,11
1. Low Back Pain akibat sikap tubuh yang salah
a) Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal dan panas pada pinggang, kaku dan tidak enak
namun lokasinya tidak jelas
b) Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal,
namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun
hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
c) Lordosis yang menonjol
d) Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, maupun penurunan refleks pada
tendon
e) Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang bermakna.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
a) Low Back Pain yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak,
sering intermiten, walau kadang onsetnya mendadak dan berat.
b) Diperberat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga dan juga mengedan, batuk maupun
bersin
c) Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit
difleksikan.
d) Sering terdapat spasme otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga
membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
e) Setelah periode tertentu timbul iskialgia.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
berlebihan sehingga akan menyebabkan kelemahan dan rusaknya struktur maupun elemen
dari tulang belakang itu sendiri.13
Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada akhir abad ke 20 menunjukkan bahwa
komponen yang dihasilkan dari nucleus pulposus, terutama enzim fosfolipase A2 (PLA2)
memainkan peran dalam mengatur respon inflamasi dan berkerja pada jaringan saraf yang
secara langsung bermanifestasi sebagai Low Back Pain.
b. Test Kerniq
Test ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di panggul dan sendi sakroilliaca.
Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi, ekstensi pada kedua kaki.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
dan bagian medial dari lutut, setalah itu lakukan kompresi, apabila terjadi nyeri maka ada
kelainan di sakroilliaka. Untuk kontra patrick dilakukan sebaliknya.
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi
merupakan tindakan invasif, yaitu kontras disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram
digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
3.
Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan
pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. MRI dapat menunjukkan gambaran
tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena
tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
sesuai dengan yang dikehendaki dan dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves,
dan jaringan lainnya pada punggung.
4.
pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
Lama duduk
Posisi kerja tidak ergonomis
Angkat beban berat
Merokok
Riwayat trauma pinggang
Obesitas
Usia lanjut
A. Lama duduk
Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi
tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Apabila ini berlanjut terus, akan
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia
nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang yang berdiri dianggap 100 %,
maka orang yang duduk tegak dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut
sebesar 140 %. Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190 % bila duduk dengan badan
membungkuk ke depan. Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot
punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih
ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar, bila seseorang duduk dengan tungkai
atas berada pada posisi 90 maka daerah lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang
dapat menimbulkan keadaan kifosis keadaan ini terjadi karena sendi panggul hanya berotasi
sebesar 60, mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar 30 untuk menyesuaikan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
14
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
tungkai atas yang berada pada posisi 90. Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan
ligamentum longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus
intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus
posterior dan penekanan pada nukleus pulposus.14
Magora menemukan prevalensi Low Back Pain sebesar 12,6% pada orang yang sering
bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan 25,9% jarang duduk
dengan waktu kurang dari 2 jam. Pada orang yang bekerja dengan posisi duduk selama
setengah hari waktu kerja atau lebih memiliki risiko relatif 1,6 lebih besar untuk terjadinya
Low Back Pain, dimana risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir dan paling
besar pada supir truk. Penelitian yang dilakukan oleh Emami dkk menunjukkan bahwa Low
Back Pain tidak meningkat selama duduk satu jam per hari. Namun, Low Back Pain berkaitan
dengan duduk lebih dari 4 jam.14,15
Beberapa orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah karena masalah duduk
yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan
duduk. Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih, maka
mulai dirasakan Low Back Pain pada duduk lebih dari 4 jam. Jok mobil dan sofa merupakan
tempat duduk yang ideal karena antara alas dan sandaran membentuk sudut 100-110
sehingga orang dapat duduk dengan posisi flexi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul,
namun untuk jangka waktu lama, akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot otot
hamstring dan ligamentum longitudinale posterior.16
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Berat beban antara 16 sampai 55 kg, maka resiko terjadinya Low Back Pain
akan semakin meningkat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berat beban > 15 kg dapat meningkatkan resiko
timbulnya Low Back Pain.
D. Riwayat merokok 19,20
Merokok merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko terjadinya Low Back
Pain. Rokok mengandung zat-zat berbahaya seperti tar, karbon monoksida (CO), dan
nikotin. Efek nikotin pada rokok menyebabkan vasokontriksi dari mikrosirkulasi darah.
Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah diskus
berupa aterosklerosis plak sehingga aliran darah ke diskus berkurang atau nikotin itu
sendiri secara langsung mempengaruhi fisiologi diskus, target organ, dan otot. Merokok
dapat menurunkan pertukaran kapasitas zat terlarut di diskus intervertebralis dan
mengurangi sirkulasi di luar diskus.
Beberapa peneliti juga melaporkan merokok dapat meningkatkan level karbon
monoksida di alveoli paru-paru dan darah, sehingga menyebabkan berkurangnya
penghantaran dan pemanfaatan oksigen pada jaringan muskuloskeletal.
E. Riwayat trauma pinggang 21
Trauma dibedakan menjadi 2, yaitu trauma besar dan trauma kecil. Trauma besar
meliputi jebolnya insersi otot erector trunci. Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk
daerah yang nyeri tekan pada daerah tersebut (udem setempat dan hematom), ruptur
ligament interspinosum secara mutlak atau parsial mengakibatkan nyeri tajam pada
tempat rupture yang makin berat jika pasien membungkuk. Trauma kecil meliputi
regangan/ tegangan sakroilliaca joint dan lumbosakral joint. Hal ini disebabkan daerah
tersebut merupakan penunjang utama dari tubuh dan aktivitas fisiknya.
F. Obesitas 11,20
Berat badan adalah salah satu faktor resiko yang dapat memicu timbulnya Low Back
Pain. Berat badan merupakan salah satu ekspresi dari gaya hidup, semakin tidak teratur
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
17
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
G. Usia 11
Usia merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya Low Back Pain,
sehingga biasanya hal ini dapat terjadi pada orang lanjut usia karena telah terjadi
penurunan fungsi-fungsi tubuhnya, terutama pada tulang sehingga tidak seperti di waktu
muda. Pada orang tua terjadi suatu proses degeneratif sehingga memicu timbulnya Low
Back Pain. Dengan bertambahnya usia seseorang maka angka kejadian Low Back Pain
juga semakin sering. Proses degeneratif yang terjadi pada orang tua sering dikaitkan
dengan rusaknya struktur punggung akibat proses sklerosis. Bagian dari vertebra yang
paling sering terkena proses degeneratif pada orang tua adalah L4-S1 karena bagian ini
adalah bagian yang paling besar sekaligus daerah yang paling banyak mengandung
kartilago.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Duduk
lama
Angkat beban
berat>15kg
Riwayat merokok
Posisi kerja
tidak
ergonomis
Riwayat
trauma di
pinggang
Obesitas
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
III.1
Kerangka Konsep
Dari beberapa faktor resiko yang menyebabkan Low Back Pain, penulis memilih
untuk meneliti hubungan antara lama duduk dengan kejadian Low Back Pain pada pengemudi
taksi, karena banyak respoden yang memiliki riwayat duduk lama ketika sedang mengemudi
taksi.
Skema hubungan antara lama duduk pada pengemudi taksi dan Low Back Pain
Variabel bebas
Variabel tergantung
III.2
dengan Low Back Pain pada pengemudi taksi yang bekerja di wilayah Meruya Selatan II.
III.3
Definisi Operasional
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 METODE
IV.I.1. Desain Penelitian dan variabel
Desain penelitian menggunakan metode analitik Cross Sectional dengan lama duduk
sebagai variabel bebas dan Low Back Pain sebagai variabel tergantung.
IV.I.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di pangkalan taksi yang berada di wilayah Meruya Selatan II,
selama 2 hari yaitu pada tanggal 16, 19, dan 23 agustus 2013.
IV.I.3 Populasi
IV.1.3.1 Populasi target
Semua pengemudi taksi di wilayah Meruya Selatan II
IV.1.3.2 Populasi terjangkau
Semua pengemudi taksi yang berada di pangkalan taksi wilayah kerja
Kelurahan
Puskesmas
Meruya
Selatan
II pada saat
dilakukannya
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
IV.I.5 Sampel pengemudi taksi di pangkalan taksi wilayah kerja Kelurahan Puskesmas
Meruya Selatan II pada saat dilakukannya pengambilan data dan pemeriksaan Low Back
Pain.
: Proporsi penderita Low Back Pain tanpa duduk lama (P1 = 0,3)
: Proporsi penderita Low Back Pain dengan duduk lama
P2 = P1 + (10% x P1)
P2= 0,3 + (10% x 0.3)
P2 = 0.33
Q1 = 1 P1
Q2 = 1 P2
= 1 0,32
= 1 0,3
= 1 0,33
= 0,68
= 0,7
= 0,67
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
2 PQ Z P1Q1 P2 Q2
1,96
P1 P2 2
0,3 0,33 2
n1 n 2
n1 n2
3386
0,001
0,001
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
tidakk
Ya
tidak
Bersedia
Wawancara
faktor-faktor
(kuesioner I):
risiko
LBP
Lama duduk.
Posisi kerja tidak ergonomis.
Angkat beban > 15 kg.
Riwayat trauma dipinggang.
Riwayat merokok.
Riwayat terpapar rokok
Usia lanjut.
Obesitas
Tidak
Ya
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
dengan Low Back Pain serta faktor faktor lain yang meningkatkan resiko
kejadian Low Back Pain
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Jika Prevalence Ratio = 1 resiko lama duduk tidak ada pengaruhnya dalam
terjadinya Low Back Pain
Jika Prevalence Ratio > 1 lama duduk merupakan faktor resiko terjadinya
Low Back Pain
Jika Prevalence Ratio < 1 lama duduk bukan merupakan faktor resiko
terjadinya Low Back Pain
BAB V
HASIL PENELITIAN
V.I Univariat
Dari 57 responden laki-laki yang sudah menikah rerata usia didapatkan 45,68 tahun
(dengan pembulatan menjadi 46 tahun) dengan nilai simpang baku 7,68. Rerata berat badan
responden adalah 73,65 kg (dengan pembulatan menjadi 74 kg) dengan nilai simpang baku
9,21. Rerata tinggi badan responden didapatkan 164 cm dengan nilai simpang baku 0,06.
Responden dengan kategori berat badan berlebih sebanyak 43 responden (75,40%),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
26
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Karakteristik
Jumlah (%)
Usia
Agama
Islam
56 (98,2%)
Kristen katolik
1 (1,8%)
Pendidikan
SD
20 (35,1%)
SMP
23 (40,4%)
SMA
12 (21,1%)
Perguruan tinggi
1 (1,8%)
Tidak sekolah
1 (1,8%)
LBP
Ya
29 (50,9%)
Tidak
28 (49,1%)
Lama duduk posisi mengemudi (jam)
Kelompok lama duduk
(jam)
8 jam
4 (7%)
> 8 jam
53 (93%)
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
27
Mean SD
45,68 7,679
14,98 3,848
15 ( 3, 20)
73,65 9,209
1,64 0,064
73 ( 58, 95 )
1.64 ( 1.53, 1.80 )
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
IMT (kg/m)
Kategori IMT
Normal
14 (24,6%)
Overweight
43 (75,4%)
Posisi duduk
Salah
17 (29,8%)
Benar
40 (70,2%)
Angkat beban >15 kg
Ya
25 (43,9%)
Tidak
32 (56,1%)
Riwayat trauma punggung
Ya
5 (8,8%)
Tidak
52 (91,2%)
Merokok
Ya
42 (73,7%)
Tidak
15 (26,3%)
Riwayat terpapar rokok
Ya
51 (89.5%)
Tidak
6 (10,5%)
Lama kerja sebagai pengemudi
> 10 tahun
15 (26,3%)
5 - 10 tahun
20 (35,1%)
< 5 tahun
22 (38,6%)
Riwayat LBP
Ya
42 (73,7%)
Tidak
15 (26,3%)
27,27 3,032
V.II. Bivariat
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 29 responden yang LBP didapatkan rerata umur
47,17 tahun (dengan pembulatan menjadi 47 tahun) dengan simpang baku 7,29 tahun dan dari
28 responden yang tidak LBP didapatkan rerata umur 44,14 tahun (dengan pembulatan
menjadi 44 tahun) dengan simpang baku 7,90 tahun. Dari 23 responden yang LBP didapatkan
rerata tinggi badan 1,64 meter dengan simpang baku 0,07 meter dan dari 28 responden yg
tidak LBP didapatkan rerata tinggi badan 1,64 meter dengan simpang baku 0,06 meter.
Dari 29 responden yang LBP didapatkan rerata berat badan 73,90 kg (dengan
pembulatan menjadi 74 kg) dengan simpang baku 9,36 kg dan dari 28 responden yang tidak
LBP didapatkan rerata berat badan 73,39 kg (dengan pembulatan menjadi 73 kg) dengan
simpang baku 9,22 kg. Dari 29 responden yang LBP didapatkan rerata IMT 27,35 kg/m 2
dengan simpang baku 3,13 kg/m2 dan dari 28 responden yang tidak LBP didapatkan rerata
IMT 27,19 kg/m2 dengan simpang baku 2,99 kg/m2. Dari 29 responden yang LBP didapatkan
rerata lama duduk mengemudi 14,45 jam (dengan pembulatan menjadi 14 jam) dengan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
28
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
simpang baku 4,50 jam dan dari 28 responden yang tidak LBP didapatkan lama duduk
mengemudi 15,54 jam (dengan pembulatan menjadi 16 jam) dengan simpang baku 3,01 jam.
Diantara 53 responden yang lama duduk > 8 jam didapatkan 26 responden (49,10%)
yang mengalami LBP. Diantara 4 responden yang lama duduk 8 jam didapatkan 3
responden (75,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 43 responden yang kategorik IMT overweight didapatkan 22 responden
(51,20%) yang mengalami LBP. Diantara 14 responden yang kategorik IMT normal
didapatkan 7 responden (50,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 17 responden yang mengemudi dengan posisi duduk yang salah didapatkan 9
responden (52,90%) yang mengalami LBP. Diantara 40 responden yang mengemudi dengan
posisi duduk yang benar didapatkan 20 responden (50,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 25 responden yang mengangkat beban >15 kg didapatkan 11 responden
(44,00%) yang mengalami LBP. Diantara 32 responden yang tidak mengangkat beban >15 kg
didapatkan 18 responden (56,30%) yang mengalami LBP.
Diantara 5 responden yang memiliki riwayat trauma pada punggung didapatkan 4
responden (80,00%) yang mengalami LBP. Diantara 52 responden yang tidak memiliki
riwayat trauma pada punggung didapatkan 25 responden (48,10%) yang mengalami LBP.
Diantara 42 responden yang memiliki riwayat merokok didapatkan 18 responden
(42,90%) yang mengalami LBP. Diantara 15 responden yang tidak memiliki riwayat merokok
didapatkan 11 responden (73,30%) yang mengalami LBP.
Diantara 51 responden yang memiliki riwayat terpapar asap rokok didapatkan 26
responden (51,00%) yang mengalami LBP. Diantara 6 responden yang tidak memiliki riwayat
terpapar asap rokok didapatkan 3 responden (50,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 15 responden yang memiliki lama kerja sebagai pengemudi > 10 tahun
didapatkan 7 orang (46,70%) yang mengalami LBP. Diantara 20 responden yang memiliki
lama kerja 5-10 tahun sebagai pengemudi didapatkan 9 responden (45,00%) yang mengalami
LBP. Diantara 22 responden yang memiliki lama kerja sebagai pengemudi < 5 tahun
didapatkan 13 responden (59,10%) yang mengalami LBP.
Tabel. V.II Hasil analisis penelitian berbagai variabel dengan Low Back Pain pada 57
responden di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II
LBP (n=29)
Karakteristik
Umur (tahun)
Tinggi badan (m)
Jumlah(%)
Mean SD
47,17 7,285
1,64 0,0708
Jumlah(%)
Mean SD
44, 14 7,901
1,64 0,0564
Median
(min,max)
44,5 (33,
63)
1,64
(1,55
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
1,80)
70,5
73,9 9,355
74 (58, 95)
73,39 9,219
27,39 (22.10 ,
IMT (kg/m)
27,35 3,1283
(59,
94)
26,69
(22.58
34.89)
27,19 2,9857
33.3)
15,54 3,01
5 (6, 20)
Kategori IMT
Overweight
Normal
Lama duduk
22 (51,2%)
21 (48,8%)
7 (50%)
7 (50%)
mengemudi
(jam) *
14,45 4,50
16 (3, 20)
26 (49,1%)
27 (50,9%)
8 jam
3 (75%)
1 (25%)
Salah
9 (52,9%)
8 (47,1%)
Benar
Angkat beban >15 kg dalam
20 (50%)
20 (50%)
11 (44%)
14 (56%)
18 (56,3%)
14 (43,8%)
Ya
4 (80%)
1 (20%)
Tidak
25 (48,1%)
27 (51,9%)
Ya
18 (42,9%)
24 (57,1%)
Tidak
11 (73,3%)
4 (26,7%)
26 (51%)
25 (49%)
3 (50%)
3 (50%)
> 10 tahun
7 (46,7%)
8 (53,3%)
5 - 10 tahun
9 (45%)
11 (55%)
< 5 tahun
13 (59,1%)
9 (40,9%)
Ya
24 (57,1%)
18 (42,9%)
Tidak
5 (33,3%)
10 (66,7%)
Posisi duduk
sehari
Ya
Tidak
Riwayat
trauma
pada
punggung
Riwayat merokok
kerja
sebagai
pengemudi
Riwayat LBP
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Ho= Lama duduk tidak berhubungan dengan penyakit Low Back Pain
Berdasarkan hasil uji statistik, Ho gagal ditolak. Sedangkan berdasarkan uji epidemiologi,
orang yang memiliki rerata lama duduk 14,45 jam memiliki risiko 1, 08 kali untuk menderita
Low Back Pain.
BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1 Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis epidemiologi terdapat hubungan antara lama duduk dengan
Low Back Pain (OR=1,080). Temuan ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan
duduk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan Low Back Pain. Duduk lama akan
menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak
sekitarnya. Apabila ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf
tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. 14
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan sebuah penelitian di negara Malaysia pada
sekelompok pengemudi taksi pada tahun 2012, bahwa dari 200 pengemudi taksi, 73 orang
(64,6%) yang duduk mengemudi lebih dari 8 jam sehari memiliki resiko 4,9 kali lebih besar
untuk menderita Low Back Pain (OR = 4,9).
Berdasarkan hasil uji statistik, tidak ditemukan hubungan bermakna antara lama
duduk dengan Low Back Pain ( p-value = 0,29 ). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
keterbatasan penelitian yang dilakukan, seperti jumlah sampel yang kurang besar.
VI.2 Keterbatasan Penelitian
VI.2.1 Bias Seleksi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
31
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
Dalam penelitian ini bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena cara
pengambilan sampel adalah consecutive non-random sampling. Pada cara
pengambilan sampel ini, besarnya kesempatan untuk terpilih sebagai sampel antara
yang terpapar dan tidak terpapar tidak sama, sehingga menyebabkan distribusi faktor
resiko dan penyakit antara sampel dengan keadaan sesungguhnya tidak sama.
VI.2.2 Bias Informasi
Bias informasi yang terjadi berupa recall bias dan respondent bias karena
pasien mengetahui hubungan antara lama duduk dengan Low Back Pain. Pada
peneliti, interviewer bias dan observer bias diminimalkan dengan cara variabel bebas
dan variabel tergantung diteliti oleh peneliti yang berbeda.
.
VI.2.4 Chance
Chance adalah besarnya peluang untuk diperolehnya hasil penelitian ini secara
kebetulan (memperkirakan besar kesalahan dalam menolak H0). Chance dapat
disingkirkan dengan hasil perhitungan (kesalahan tipe I) dan (kesalahan tipe II).
Kemungkinan ditemukan hubungan antara lama duduk dengan Low Back Pain secara
kebetulan tidak dapat disingkirkan, karena berdasarkan perhitungan didapatkan =
91,2% (pada = 0,20) dan = 10,9% (pada = 0,05).
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 57 orang pengemudi taksi di
pangkalan taksi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II pada tanggal 16
Agustus 23 Agustus 2013, dapat disimpulkan :
1. Rerata lama duduk saat mengemudi pada pengemudi taksi yang bekerja di wilayah
Kelurahan Meruya Selatan II adalah 14,98 jam dengan simpang baku 3,848.
2. Rerata lama duduk pengemudi taksi yang bekerja di wilayah Kelurahan Meruya
Selatan II yang menderita Low Back Pain adalah 14,45 jam dengan simpang baku
4,50.
3. Berdasarkan uji epidemiologi, orang yang memiliki rerata lama duduk 14,45 jam
memiliki risiko 1,08 kali untuk menderita Low Back Pain (OR=1,080), meskipun
secara statistik tidak ditemukan hubungan antara lama duduk dengan Low Back Pain
pada pengemudi taksi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II (pvalue = 0,29).
VII.2 Saran
1. Untuk responden diharapkan menghindari faktor resiko Low Back Pain
2. Untuk puskesmas disarankan untuk mengadakan penyuluhan mengenai faktor
resiko Low Back Pain.
3. Kepada peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian ulang tentang hal yang
sama kami sarankan untuk melakukan penelitian dengan jumlah responden yang
lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
1. Karnath, B. Clinical Signs of Low Back Pain. Turner White Communications, 2003,
pp. 39-44, 56. Available from www.turner-white.com/pdf/hp_may03_signs.pdf
2. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, volume 2, Nomor 1, tahun 2013, diakses dari :
http//ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
3. Vismara et al. Effect of Obesity and Low Back Pain on Spinal Mobility: A cross
Sectional Study in Women. Journal of Neuroengineering and Rehabilitation. 2010,
7(3): 1-8. Available from http://www.jneuroengrehab.com/content/7/1/3
4. Journal of low back pain, Universitas Sumatra Utara, diakses
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25851/5/Chapter%20I.pdf
5.
6. Clinical Practice Guidelines Linked to the International Classification of Functioning,
Disability, and Health from the Orthopaedic section of the American Physical Therapy
Association : J Orthop sports Phys Ther.2012;42(4);A1-A57
doi:10.2519/jospt.2012.0301.
7. I.E. Jayson, 1992; Giles et al.,1993; Braggins, 1994; Waddell, 1999; Adams et al.,
2002.
8.
Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
11. TS, Vrbanic. Low Back PainFrom Definition to Diagnosis. Unbound Medline,
2011, 58(2): 1-2. Available from
http://www.unboundmedicine.com/medline/ebm/record/22232956/full.pdf
12. Devereaux, Michael. Low Back Pain. Med Clin N Am 93, 2009: 477-501
13. Shiri, Rahman et al. The Association Between Obesity and Low Back Pain: A Meta
Analysis. American Journal of Epidemiology, 2009, 171(2): 135-154. Available from
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20007994
14. Samara.Diana, 2006. Bagian Anatomi Fakultas Trisakti, Lama dan sikap duduk
sebagai faktor risiko terjadinya Nyeri Pinggang Bawah, Jurnal Kedokteran Trisakti.
15. Fysh P, editor. Back Pain. Available from
http//www.chiroweb.com/archives/a3/06/19.html.
16. Posture for a healthy back. Clevealand Clinic Spine Center. Available from
http://www.clevealandclinic.org/spine/patient/posture.htm.
17. Pusat kesehatan kerja Departemen Kesehatan RI, ergonomi diakses dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF.
18. South Australian Government. Code of practice for manual handling. Workcover
corporation; 2005, pp16
19. Eriksen W, Natvig B, Bruusgaard D. Smoking, heavy physical work and low back
pain: a four-year prospective study. Oxford Journal; 1999, 49(3): 155-60.
occmed.oxfordjournals.org/content/ 49/3/155.full.pdf
20. Ezzati, M. Comparative Quantification of Health Risks, Volume 1. Jenewa: World
health Organization,2004: 1651 1652