Anda di halaman 1dari 35

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja

Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

LATAR BELAKANG
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang

menyebabkan menurunnya produktifitas kerja dan kualitas hidup. Low Back Pain dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis, hingga mobilisasi
yang salah, yang dimana keluhan seperti ini banyak sering kita temukan dalam praktek
sehari-hari. 1
Sebuah penelitian yang dilakukan di Eastman Kodak Company, New York
menemukan bahwa sebanyak 35% dari tenaga kerja yang melakukan pekerjaannya selalu
dalam posisi duduk, berobat ke Rumah Sakit dengan keluhan sakit pada punggung bagian
bawah (Low Back Pain). Pada penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI
(Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia) pada 14 rumah sakit pendidikan Indonesia, pada bulan
Maret 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total
kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) adalah penderita nyeri punggung bawah.
Penelitian yang dilakukan oleh Community Oriented Program for Controle of Rheumatic
Disease (COPORD), Indonesia menunjukkan prevalensi LBP 18,2 % pada laki-laki dan 13,
6% pada wanita. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2012, dari 200 pengemudi di negara
malaysia, 97 pengemudi taksi (48,5%) melaporkan bahwa mereka mengalami Low Back Pain
pada tahun lalu. Sedangkan pada pengemudi taksi di kota Dhaka ditemukan bahwa 192 orang
yang menderita Low Back Pain dari 246 data yang terkumpul. Banyak faktor yang membuat
pengemudi taksi berbeda dari pengemudi kendaraan lainnya antara lain dalam hal : ruang
mengemudi yang sempit dan cukup terbatas, guncangan akibat permukaan jalan, jam kerja
sebagai pengemudi taksi yang cukup panjang dibandingkan pengemudi kendaraan lainnya,
serta faktor ergonomi seperti posisi duduk yang salah pada saat mengemudikan taksinya.
Beberapa faktor tersebut dapat menjadi pemicu untuk terjadinya Low Back Pain pada
pengemudi taksi. 2,3,4
Berdasarkan data yang terkumpul di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II pada
bulan Januari - Juni 2013, keluhan tentang penyakit otot menduduki peringkat 5 dari 10
penyakit terbanyak, dimana 50 % dari penyakit otot tersebut adalah Low Back Pain. Dari
pengamatan peneliti di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II, pada bulan agustus 2013
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
1

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

terdapat diantaranya 2 orang dari 20 orang pasien lainnya yang menderita Low Back Pain
tersebut memiliki pekerjaan sebagai pengemudi taksi. Berdasarkan hasil temuan tersebut,
maka dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara lama duduk pada
pekerjaan pengemudi taksi dengan kejadian Low Back Pain di wilayah kerja Puskesmas
Meruya Selatan II.
I.2
I.2.1

PERUMUSAN MASALAH
Pernyataan Masalah
Banyaknya penderita Low Back Pain pada pengemudi taksi di wilayah kerja

Puskesmas Keluharan Meruya Selatan II, Jakarta Barat.


I.2.2

PertanyaanMasalah
1. Berapa rerata lama duduk saat mengemudi pada pengemudi taksi yang bekerja di
wilayah Kelurahan Meruya Selatan II?
2. Berapa rerata lama duduk pada pengemudi taksi yang bekerja di wilayah
Kelurahan Meruya Selatan II yang menderita Low Back Pain?
3. Adakah hubungan antara lama duduk pada pengemudi taksi yang bekerja di
wilayah Kelurahan Meruya Selatan II dengan kejadian Low Back Pain yang
terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II?

I.3 TUJUAN

Tujuan umum
Diturunkannya jumlah penderita Low Back Pain pada pengemudi taksi di wilayah
kerja Puskesmas Keluharan Meruya Selatan II, Jakarta.

Tujuan khusus
1. Diketahuinya rerata lama duduk saat mengemudi pada pengemudi taksi yang
bekerja di wilayah Kelurahan Meruya Selatan II
2. Diketahuinya rerata lama duduk pengemudi taksi yang bekerja di wilayah
Kelurahan Meruya Selatan II yang menderita Low Back Pain
3. Diketahuinya hubungan antara lama duduk pada pengemudi taksi yang bekerja di
wilayah Kelurahan Meruya Selatan II dengan Low Back Pain yang terjadi di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II.

I.4 MANFAAT PENELITIAN


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
2

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Manfaat penelitian bagi responden :

Dapat diketahui adakah pengaruh lama duduk terhadap Low Back Pain pada
pengemudi taksi yang bekerja di wilayah Kelurahan Meruya Selatan II.
Manfaat bagi puskesmas :

Puskesmas mendapat informasi mengenai hubungan lama duduk dengan Low Back
Pain pada pasien dengan pengemudi taksi sehingga dapat dipergunakan sebagai
kumpulan data dan bahan bagi Puskesmas untuk program pembinaan atau penyuluhan
pada wilayah kerjanya.
Manfaat penelitian bagi peneliti :
1. Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan

penelitian kesehatan masyarakat.


2. Peneliti dapat memperkaya wawasannya dalam bidang kesehatan masyarakat

pada umumnya terutama yang berkaitan dengan Low Back Pain akibat duduk
lama dalam posisi mengemudi.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan atau acuan untuk penelitian selanjutnya.
4. Peneliti dapat lebih mengerti dan menguasai tentang Low Back Pain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Low Back Pain
II.1.1 Definisi Low Back Pain
Menurut The International Association for the Study of Pain, nyeri didefinisikan
sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan. Nyeri juga diklasifikasikan menjadi 2 golongan besar yakni:
1. Nyeri nosiseptif yang terbagi lagi menjadi :
a. Nyeri somatik
b. Nyeri viseral
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
3

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

2. Nyeri nonnosiseptif yang terbagi lagi menjadi :


a. Nyeri neuropatik
b. Nyeri psikogenik
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul akibat perangsangan pada nosiseptor
(serabut a-delta dan serabut c) oleh rangsang mekanik, termal dan chemical. Nyeri somatik
adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral (organ berongga) termasuk disini Low Back
Pain. Nyeri viseral adalah nyeri yang berasal dari organ viseral biasanya diakibatkan oleh
distensi organ berongga. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang timbul akibat iritasi atau trauma
pada saraf. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang timbul akibat kelainan psikosomatik, dan
tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri neuropatik.5
Low Back Pain biasanya terjadi di daerah sakrum maupun lumbal (dibawah arcus
costae ke dua belas sampai diatas gluteal fold inferior) dan dapat disertai atau tanpa nyeri
yang menjalar pada kaki. Low Back Pain merupakan permasalahan yang sering muncul
dalam suatu masalah kesehatan dengan gejala umum yang dirasakan pada bagian
lumbosacral, otot gluteal, paha atau ekstremitas bawah. Ketika gejala ini muncul maka
diperlukan suatu penegakan diagnosa dan cara penanganan yang tepat.6

II.1.2 Anatomi dan fisiologi tulang belakang 7


Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah, diantara ruasruas tersebut dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang
belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah depan dan belakangnya terdapat
kumpulan serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang. Tulang
belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas


Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas
Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas
Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas
Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
4

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Gambar 2.1. Spinal column (www.nlm.nih.gov)

Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di

antaranya.
Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas
lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis,
ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum,
serta kapsul sendi.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
5

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Gambar 2.1 Spinal vertebrae (www.backkrack.co.uk)

Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai
beberapa facies (dataran) yaitu :facies anterior berbentuk konvek dari arah
samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf
pada lumbal 4-5.

Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus menuju
dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah lateral
yang disebut procesus spinosus.

Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila dilihat
dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluranyang
disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis.

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi aktif. Untuk
stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan
anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
6

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian


posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk

mengontrol gerakanfleksi.
ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi
melindungi medulla spinalis dari posterior.
ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi
mengontrol gerakan fleksi.

Gambar 2.3. Spine segment (www.energycenter.com)

II.1.3 Etiologi Low Back Pain 8,9


Etiologi Low Back Pain multifaktorial dan penyebab pastinya belum dapat diketahui
secara jelas, dapat dihubungkan dengan beberapa hal berikut:
1.

Proses Degeneratif
Perubahan degeneratif pada vertebralumbosakral dapat terjadi pada korpus vertebra di
daerah arkus maupun prosesus artikularis serta ligamentum-ligamentum yang
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses
ini dikenal sebagai osteoartrosis deformans, tapi sekarang dikenal dengan spondilosis.
Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang annulus fibrosis diskus intervertebralis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
7

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

yang bila robek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya
menyebabkan Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Bagian tulang belakang lain yang sering
mengalami proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis yang dikenal sebagai
osteoarthritis.
2.

Penyakit Inflamasi
Nyeri Punggung Bawah akibat inflamasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Artritis Rematoid yang sering timbul sebagai penyakit akut dengan ciri persendian
keempat anggota gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu.
b. Spondilitis Angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung atau sakit pinggang yang
sifatnya pegal sampai kaku dan semakin bertambah nyeri saat udara dingin atau
lembab.

3.

Osteoporosis
Nyeri yang terjadi pada pinggang orang tua ataupun pada lansia, terutama pada kaum
wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Nyeri ini bersifat radikular.

3.

Kelainan Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakral sering dianggap sebagai penyebab Low Back Pain meskipun tidak
selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau terdapat 6 vertebra lumbal bukan 5
seperti pada manusia normal yang merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung
arti patologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu terdapat 4 corpus vertebra lumbal
bukan sebanyak 5 corpus.

5.

Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominal dapat membangkitkan rasa nyeri yang hebat dan dapat
menyerupai HNP. Gangguan pada sistem sirkulasi yang lain adalah trombosis aorta yang
perlu mendapat perhatian karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut
sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang paha dan kedua
tungkai.

6.

Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma, atau tumor ganas primer seperti mieloma
multipel maupun sekunder (metastasis).

7.

Toksik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
8

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Keracunan logam berat, misalnya radium.


8.

Infeksi
Infeksi akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafiloccoccus, streptoccoccus) dan
infeksi kronik contohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur,
osteomielitis kronik.

9.

Problem Psikoneurotik
Histeria, depresi, dan malingering dapat menimbulkan Low Back Pain kompensatorik
yakni Low Back Pain yang tidak berdasarkan pada kelainan organik yang tidak sesuai
dengan kerusakan jaringan.

II.1.4

Klasifikasi Low Back Pain


Low Back Pain dapat diklasifikasikan berdasarkan lama terjadinya yaitu akut, subakut

dan kronik. Disebut akut jika waktu terjadinya kurang dari 5-7 minggu, subakut minimal 5-7
minggu tetapi tidak lebih dari 12 minggu sedangkan disebut kronik jika berlangsung lebih
dari 12 minggu.10
II.1.5 Manifestasi klinis Low Back Pain
Manifestasi klinis yang terjadi pada Low Back Pain tergantung pada etiologi yang
menyebabkan rasa nyeri tersebut.8,11
1. Low Back Pain akibat sikap tubuh yang salah
a) Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal dan panas pada pinggang, kaku dan tidak enak
namun lokasinya tidak jelas
b) Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal,
namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun
hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
c) Lordosis yang menonjol
d) Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, maupun penurunan refleks pada
tendon
e) Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang bermakna.

2. Low Back Pain pada Herniasi Diskus Lumbal

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
9

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

a) Low Back Pain yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak,
sering intermiten, walau kadang onsetnya mendadak dan berat.
b) Diperberat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga dan juga mengedan, batuk maupun
bersin
c) Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit
difleksikan.
d) Sering terdapat spasme otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga
membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
e) Setelah periode tertentu timbul iskialgia.

3. Low Back Pain Bawah pada Spondilosis


a) Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilosis
b) Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena.
c) Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks.
d) Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang menekan
medula spinalis. Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila
terdapat stenosis kanal lumbal.

4. Low Back Pain pada Spondilitis Tuberkulosis


a) Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat malam,
demam subfebris, maupun kakeksia. Pada umumnya gejala klasik ini sering tidak
menonjol.
b) Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/ lokal dan menghilang bila
istirahat.
c) Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus (akibat
abses dingin)
d) Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis)
e) Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti
paraparesis yang lambat laun makin berat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan
refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang
vertebra.
f) Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
10

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

5. Low Back Pain pada Spondilitis Ankilopoetika


a) Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.
b) Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.
c) Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal dan
seluruh tulang belakang lumbal. Laju endap darah umumnya meningkat.
d) Terjadi osifikasi ligamentum interspinosa.
II.1.6 Patofisiologi Low Back Pain 6,9,12
Penyebab Nyeri Punggung Bawah umumnya disebabkan oleh suatu peristiwa trauma
akut, yang tingkat keparahannya sangat bervariasi. Patofisiologi mekanik Low Back Pain
sifatnya multifaktorial. Beberapa struktur anatomi dan elemen dari tulang belakang
(misalnya, tulang, ligamen, tendon, diskus, maupun otot), semuanya memiliki peran yang
saling berkaitan satu sama lain. Banyak dari komponen tulang belakang vertebra memiliki
inervasi sensorik yang dapat menghasilkan sinyal nosiseptif yang mewakili respon terhadap
rangsangan dari jaringan yang rusak.
Secara biomekanika, gerakan dari tulang belakang lumbal terdiri dari gerakan
kumulatif dari tulang belakang, dengan 80-90% dari ekstensi maupun fleksi lumbal terjadi
pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1 yang merupakan bagian yang menjadi titik
tumpuan terberat. Posisi tulang belakang lumbal yang paling berisiko untuk menyebabkan
Low Back Pain adalah posisi fleksi ke depan (membungkuk ke depan), rotasi, dan
mengangkat benda berat. Beban yang ringan dapat ditahan oleh serat kolagen anulus dalam
diskus, tetapi beban yang berat dan berlangsung lama dapat menyebabkan tekanan pada
anulus fibrosus.
Beban kompresi pada diskus meningkatkan resiko terjadinya robekan pada
anulus.Sehingga isi dari anulus tersebut (nucleus pulposus) dapat keluar melalui robekan
anulus tersebut.
Obesitas juga berperan dalam menyebabkan robekan pada anulus. Berat badan yang
berlebih akan disalurkan pada daerah lumbal yang merupakan daerah yang paling rentan
terhadap timbulnya Low Back Pain Beban tersebut akan menimbulkan tekanan yang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
11

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

berlebihan sehingga akan menyebabkan kelemahan dan rusaknya struktur maupun elemen
dari tulang belakang itu sendiri.13
Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada akhir abad ke 20 menunjukkan bahwa
komponen yang dihasilkan dari nucleus pulposus, terutama enzim fosfolipase A2 (PLA2)
memainkan peran dalam mengatur respon inflamasi dan berkerja pada jaringan saraf yang
secara langsung bermanifestasi sebagai Low Back Pain.

2.1.7 Pemeriksaan pada Low Back Pain 10,11


Pemeriksaan fisik
Terdapat beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk memeriksa gejala yang
terdapat pada Low Back Pain di antaranya :
a. Test Laseque
Pada test ini pada awalnya pasien di posisikan dalam posisi terlentang telapak kaki
pasien dalam sudut 0 derajat kemudian di dorong kearah atas. Tungkai kaki di lipat
membentuk pertama sudut 40 kemudian sudut 90o.Hal ini dilakukan untuk meregangkan
nervus ischiadicus. Hasil positif jika pasien merasakan nyeri.

b. Test Kerniq
Test ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di panggul dan sendi sakroilliaca.
Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi, ekstensi pada kedua kaki.

c. Test Patrick dan kontra patrick


Test ini untuk memastikan letak kelainannya di sendi sakroilliaca. Pasien tidur
terlentang dan calcaneus menyentuh patella dan tangan pemeriksa berada di atas SIAS

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
12

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

dan bagian medial dari lutut, setalah itu lakukan kompresi, apabila terjadi nyeri maka ada
kelainan di sakroilliaka. Untuk kontra patrick dilakukan sebaliknya.

Pemeriksaan Penunjang 3,8


1. X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif
pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan
lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi. Xray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan
pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi
nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI
atau CTscan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior(AP),lateral, dan bila perlu
oblique kanan dan kiri.
2.

Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi

merupakan tindakan invasif, yaitu kontras disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram
digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
3.

Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan

pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. MRI dapat menunjukkan gambaran
tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena
tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
13

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

sesuai dengan yang dikehendaki dan dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves,
dan jaringan lainnya pada punggung.
4.

Electro Miography ( EMG ) / Nerve Conduction Study ( NCS )


EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk

pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

Adanya kerusakan pada saraf


Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf

II.2 Faktor resiko Low Back Pain 9,11

Lama duduk
Posisi kerja tidak ergonomis
Angkat beban berat
Merokok
Riwayat trauma pinggang
Obesitas
Usia lanjut

A. Lama duduk
Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi
tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Apabila ini berlanjut terus, akan
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia
nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang yang berdiri dianggap 100 %,
maka orang yang duduk tegak dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut
sebesar 140 %. Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190 % bila duduk dengan badan
membungkuk ke depan. Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot
punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih
ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar, bila seseorang duduk dengan tungkai
atas berada pada posisi 90 maka daerah lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang
dapat menimbulkan keadaan kifosis keadaan ini terjadi karena sendi panggul hanya berotasi
sebesar 60, mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang sebesar 30 untuk menyesuaikan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
14

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

tungkai atas yang berada pada posisi 90. Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan
ligamentum longitudinalis posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus
intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus
posterior dan penekanan pada nukleus pulposus.14
Magora menemukan prevalensi Low Back Pain sebesar 12,6% pada orang yang sering
bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan 25,9% jarang duduk
dengan waktu kurang dari 2 jam. Pada orang yang bekerja dengan posisi duduk selama
setengah hari waktu kerja atau lebih memiliki risiko relatif 1,6 lebih besar untuk terjadinya
Low Back Pain, dimana risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir dan paling
besar pada supir truk. Penelitian yang dilakukan oleh Emami dkk menunjukkan bahwa Low
Back Pain tidak meningkat selama duduk satu jam per hari. Namun, Low Back Pain berkaitan
dengan duduk lebih dari 4 jam.14,15
Beberapa orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah karena masalah duduk
yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan
duduk. Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih, maka
mulai dirasakan Low Back Pain pada duduk lebih dari 4 jam. Jok mobil dan sofa merupakan
tempat duduk yang ideal karena antara alas dan sandaran membentuk sudut 100-110
sehingga orang dapat duduk dengan posisi flexi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul,
namun untuk jangka waktu lama, akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot otot
hamstring dan ligamentum longitudinale posterior.16

B. Posisi kerja tidak ergonomis 17


Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja
yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah
kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working
life).
Aplikasi / penerapan ergonomis:
Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Aplikasi /
penerapan tersebut antara lain:
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
15

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

C. Angkat beban berat 18,19


Semakin meningkat beban kerja, konsumsi oksigen akan meningkat secara
proposional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang
tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik disebabkan oleh kandungan oksigen
yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa
lelah yang di tandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat. Pada sensasi nyeri
punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah
batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus
intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen
dan otot paravertebralis.
Berdasarkan Manual Handling Code, berat beban yang dapat diangkat oleh manusia
adalah sebagai berikut:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
16

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Berat beban antara 16 sampai 55 kg, maka resiko terjadinya Low Back Pain
akan semakin meningkat.

Sedangkan untuk berat beban lebih dari 55 kg tidak diperkenankan


mengangkat sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berat beban > 15 kg dapat meningkatkan resiko
timbulnya Low Back Pain.
D. Riwayat merokok 19,20
Merokok merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko terjadinya Low Back
Pain. Rokok mengandung zat-zat berbahaya seperti tar, karbon monoksida (CO), dan
nikotin. Efek nikotin pada rokok menyebabkan vasokontriksi dari mikrosirkulasi darah.
Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah diskus
berupa aterosklerosis plak sehingga aliran darah ke diskus berkurang atau nikotin itu
sendiri secara langsung mempengaruhi fisiologi diskus, target organ, dan otot. Merokok
dapat menurunkan pertukaran kapasitas zat terlarut di diskus intervertebralis dan
mengurangi sirkulasi di luar diskus.
Beberapa peneliti juga melaporkan merokok dapat meningkatkan level karbon
monoksida di alveoli paru-paru dan darah, sehingga menyebabkan berkurangnya
penghantaran dan pemanfaatan oksigen pada jaringan muskuloskeletal.
E. Riwayat trauma pinggang 21
Trauma dibedakan menjadi 2, yaitu trauma besar dan trauma kecil. Trauma besar
meliputi jebolnya insersi otot erector trunci. Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk
daerah yang nyeri tekan pada daerah tersebut (udem setempat dan hematom), ruptur
ligament interspinosum secara mutlak atau parsial mengakibatkan nyeri tajam pada
tempat rupture yang makin berat jika pasien membungkuk. Trauma kecil meliputi
regangan/ tegangan sakroilliaca joint dan lumbosakral joint. Hal ini disebabkan daerah
tersebut merupakan penunjang utama dari tubuh dan aktivitas fisiknya.
F. Obesitas 11,20
Berat badan adalah salah satu faktor resiko yang dapat memicu timbulnya Low Back
Pain. Berat badan merupakan salah satu ekspresi dari gaya hidup, semakin tidak teratur
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
17

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

gaya hidup seseorang semakin meningkat pula kemungkinan terjadinya obesitas


sehingga kemungkinan terjadi Low Back Pain juga semakin meningkat.
Obesitas dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya Low Back Pain sampai 5 kali lipat
dibandingkan orang normal. Hasil ini didapatkan dari penelitian Richard dan Weistein.
Ketika seseorang mengalami kelebihan berat badan, beban tersebut akan disalurkan pada
daerah lumbal seseorang. Beban tersebut menimbulkan tekanan yang berlebih pada
tulang vertebra terutama bagian lumbal. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya kerusakan dari struktur tulang belakang tersebut.

G. Usia 11
Usia merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya Low Back Pain,
sehingga biasanya hal ini dapat terjadi pada orang lanjut usia karena telah terjadi
penurunan fungsi-fungsi tubuhnya, terutama pada tulang sehingga tidak seperti di waktu
muda. Pada orang tua terjadi suatu proses degeneratif sehingga memicu timbulnya Low
Back Pain. Dengan bertambahnya usia seseorang maka angka kejadian Low Back Pain
juga semakin sering. Proses degeneratif yang terjadi pada orang tua sering dikaitkan
dengan rusaknya struktur punggung akibat proses sklerosis. Bagian dari vertebra yang
paling sering terkena proses degeneratif pada orang tua adalah L4-S1 karena bagian ini
adalah bagian yang paling besar sekaligus daerah yang paling banyak mengandung
kartilago.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
18

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

II. 3. KERANGKA TEORI

Duduk
lama

Angkat beban
berat>15kg

Low Back Pain


Usia lanjut

Riwayat merokok

Gambar II.9 Kerangka Teori Low Back Pain

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
19

Posisi kerja
tidak
ergonomis

Riwayat
trauma di
pinggang

Obesitas

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
III.1

Kerangka Konsep
Dari beberapa faktor resiko yang menyebabkan Low Back Pain, penulis memilih

untuk meneliti hubungan antara lama duduk dengan kejadian Low Back Pain pada pengemudi
taksi, karena banyak respoden yang memiliki riwayat duduk lama ketika sedang mengemudi
taksi.
Skema hubungan antara lama duduk pada pengemudi taksi dan Low Back Pain
Variabel bebas
Variabel tergantung

III.2

Lamanya duduk pada

Low Back Pain


Hipotesispengemudi taksi
Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat hubungan bermakna antara rerata lama duduk

dengan Low Back Pain pada pengemudi taksi yang bekerja di wilayah Meruya Selatan II.
III.3

Definisi Operasional

III.3.1 Low Back Pain


Definisi Operasional : Nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah, dan
pada pemeriksaan fisik yaitu tes laseque, tes kernig, tes Patrick,
tes kontra Patrick, terdapat minimal satu pemeriksaan yang
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
III.3.2 Lama duduk
Definisi variabel
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur

menunjukan hasil positif.


: Wawancara dan pemeriksaan fisik (tes laseque, tes kernig, tes
Patrick, tes kontra Patrick)
: Kuesioner
: 1. Responden yang didiagnosa Low Back Pain
2. Responden yang tidak didiagnosa Low Back Pain
: Data kategorik, skala nominal
: Lama duduk (jam) responden pada posisi mengemudi taksi
dalam sehari.
: Wawancara
: Kuesioner
: Lama duduk mengemudi (jam)
: Data numerik, skala rasio

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
20

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 METODE
IV.I.1. Desain Penelitian dan variabel
Desain penelitian menggunakan metode analitik Cross Sectional dengan lama duduk
sebagai variabel bebas dan Low Back Pain sebagai variabel tergantung.
IV.I.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di pangkalan taksi yang berada di wilayah Meruya Selatan II,
selama 2 hari yaitu pada tanggal 16, 19, dan 23 agustus 2013.
IV.I.3 Populasi
IV.1.3.1 Populasi target
Semua pengemudi taksi di wilayah Meruya Selatan II
IV.1.3.2 Populasi terjangkau
Semua pengemudi taksi yang berada di pangkalan taksi wilayah kerja
Kelurahan

Puskesmas

Meruya

Selatan

II pada saat

pengambilan data dan pemeriksaan Low Back Pain.


IV.I.4 Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
21

dilakukannya

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

IV.I.4.1 Kriteria Inklusi

Pengemudi taksi yang berusia 20-65 tahun


Sudah bekerja sebagai pengemudi taksi minimal 1 bulan.

IV.I.5 Sampel pengemudi taksi di pangkalan taksi wilayah kerja Kelurahan Puskesmas
Meruya Selatan II pada saat dilakukannya pengambilan data dan pemeriksaan Low Back
Pain.

IV.I.5.1 Perhitungan besar sampel


P1
P2

: Proporsi penderita Low Back Pain tanpa duduk lama (P1 = 0,3)
: Proporsi penderita Low Back Pain dengan duduk lama
P2 = P1 + (10% x P1)
P2= 0,3 + (10% x 0.3)
P2 = 0.33

ditetapkan 5% untuk Interval Kepercayaan 95% (Z = 1,96)


ditetapkan 20% dengan Power 80% (Z = 0,84)
P = (P1 + P2)/2
= (0,3 + 0,33)/2
= 0,32
Q=1P

Q1 = 1 P1

Q2 = 1 P2

= 1 0,32

= 1 0,3

= 1 0,33

= 0,68

= 0,7

= 0,67

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
22

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

N1, N2 (besar sample untuk masing-masing, kelompok yang terpapar dan


tidak terpapar)
Rumus besar sampel :
n1 n 2
n1 n 2

2 PQ Z P1Q1 P2 Q2

1,96

P1 P2 2

2(0,32)(0,68) 0,842 (0,3)(0,68) (0,33)(0,67)

0,3 0,33 2

n1 n 2

(1,96 0.44 0,842 (0,42 ) 2


0,001

n1 n2

(1,3 0,54) 2 3,386

3386
0,001
0,001

Dengan demikian untuk masing-masing kelompok diperlukan 3386 orang ,


sehingga total sampel untuk penelitian adalah 6772 orang.
IV.1.5.2 Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dengan non-random sampling secara consecutive
dilakukan pada semua pengemudi taksi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kelurahan
Meruya Selatan II yang berusia 20 65 tahun, sudah bekerja sebagai pengemudi taksi
minimal 1 bulan, dan berada di pangkalan taksi saat pengambilan data selama periode
penelitian (16, 19, dan 23 Agustus 2013).

IV.1.6 Tata cara pengumpulan data


Penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari kepala Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan
2. Penelitian dilakukan oleh 4 orang peneliti. Peneliti A bertanya kepada semua pengemudi
taksi mengenai keluhan dan gejala klinis Low Back Pain. Peneliti B melakukan wawancara
dengan kuesioner untuk melihat faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi terjadinya Low
Back Pain, seperti lama duduk dalam posisi mengemudi taksi, usia, kebiasaan merokok,
riwayat trauma pinggang, angkat beban > 15kg, serta posisi duduk yang tidak ergonomis.
Peneliti C melakukan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT). Peneliti D melakukan pemeriksaan fisik Low Back Pain seperti
tes Laseque, Kernig, Patrick, dan kontra Patrick.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
23

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Gambar IV.1.6 Alur pengumpulan data


Semua pengemudi taksi yang berada di pangkalan taksi pada saat dilakukan penelitian.

Memenuhi kriteria inklusi:


Pengemudi taksi yang berusia 20-65
tahun.
Sudah bekerja sebagai pengemudi
taksi minimal 1 bulan.

tidakk

Keluar (tidak diikut sertakan


dalam penelitian)

Ya
tidak

Bersedia

Wawancara
faktor-faktor
(kuesioner I):

risiko

LBP

Lama duduk.
Posisi kerja tidak ergonomis.
Angkat beban > 15 kg.
Riwayat trauma dipinggang.
Riwayat merokok.
Riwayat terpapar rokok
Usia lanjut.
Obesitas

IV.1.7. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Kuesioner, terdapat 2 macam kuesioner:
Untuk menilai gejala klinis Low Back Pain

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
24

Wawancara dan pemeriksaan


fisik LBP

Tidak

Ya

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Untuk menilai hubungan lamanya duduk dalam posisi mengemudi taksi

dengan Low Back Pain serta faktor faktor lain yang meningkatkan resiko
kejadian Low Back Pain

IV.8 Pengolahan Data


IV.8.1 Analisis Asosiasi
IV.8.1.1 Uji Statistik Logistic Regression
Pada penelitian ini, analisis asosiasi statistik yang digunakan adalah uji
statistik metode Logisic Regression dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS untuk melihat adakah perbedaan kemaknaan antara variabel bebas yang
berskala numerik dengan variabel tergantung yang berskala kategorik.

Jika p-value <0.05 maka hasil penelitian bermakna secara


statistik

Jika p-value 0.05 maka hasil penelitian tidak bermakna secara


statistik.

Persamaan Logistic Regression:


Log [P (y = 1) (y = 0)] = 0 + 1X1 + ... + nXn
atau
P (y = 1) / (y = 0) = exp (0 + 1X1 + ... + nXn)

IV.8.1.2 Asosiasi Epidemiologi


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
25

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Pada penelitian ini, analisis hasil studi didapatkan dengan menentukan


Prevalence Ratio (PR) yang digunakan sebagai indikator adanya kemungkinan
hubungan sebab akibat antara lama duduk dan Low Back Pain. Nilai PR
didapatkan dari nilai Odds Ratio (OR) karena menggunakan uji statistik
Logistic Regression.
Interpretasi PR:

Jika Prevalence Ratio = 1 resiko lama duduk tidak ada pengaruhnya dalam
terjadinya Low Back Pain

Jika Prevalence Ratio > 1 lama duduk merupakan faktor resiko terjadinya
Low Back Pain

Jika Prevalence Ratio < 1 lama duduk bukan merupakan faktor resiko
terjadinya Low Back Pain

BAB V
HASIL PENELITIAN
V.I Univariat
Dari 57 responden laki-laki yang sudah menikah rerata usia didapatkan 45,68 tahun
(dengan pembulatan menjadi 46 tahun) dengan nilai simpang baku 7,68. Rerata berat badan
responden adalah 73,65 kg (dengan pembulatan menjadi 74 kg) dengan nilai simpang baku
9,21. Rerata tinggi badan responden didapatkan 164 cm dengan nilai simpang baku 0,06.
Responden dengan kategori berat badan berlebih sebanyak 43 responden (75,40%),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
26

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

responden dengan kategorik berat badan normal sebanyak 14 responden (24,60%).


Responden yang memiliki rerata lama duduk (jam) sebanyak 14,98 jam (dengan pembulatan
menjadi 15 jam) dengan nilai simpang baku 3,85. Responden yang memiliki kebiasaan lama
duduk >8 jam sebanyak 53 responden (93,00%). Responden yang memiliki kebiasaan posisi
duduk yang salah sebanyak 17 responden (29,80%). Responden yang memiliki kebiasaan
angkat beban lebih dari 15 kg sebanyak 25 responden (43,90%). Responden dengan riwayat
trauma pada daerah punggung sebanyak 5 responden (8,80%). Responden yang memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 42 responden (73,70%). Responden dengan riwayat terpapar
rokok didapatkan 51 responden (89,50%). Responden yang memiliki lama kerja sebagai
pengemudi taksi lebih dari 10 tahun sebanyak 15 responden (26,30%). Responden yang
memiliki lama kerja sebagai pengemudi taksi selama 5 10 tahun sebanyak 20 responden
(35,10%). Responden yang memiliki lama kerja sebagai pengemudi taksi selama kurang dari
5 tahun sebanyak 22 responden (38,60%). Responden dengan riwayat LBP sebanyak 42
responden (73,70%).
Tabel V.I Karakteristik dan demografi responden dari pengemudi taksi yang berada di
pangkalan taksi di wilayah kerja Puskesmas Meruya Selatan II

Karakteristik
Jumlah (%)
Usia
Agama
Islam
56 (98,2%)
Kristen katolik
1 (1,8%)
Pendidikan
SD
20 (35,1%)
SMP
23 (40,4%)
SMA
12 (21,1%)
Perguruan tinggi
1 (1,8%)
Tidak sekolah
1 (1,8%)
LBP
Ya
29 (50,9%)
Tidak
28 (49,1%)
Lama duduk posisi mengemudi (jam)
Kelompok lama duduk
(jam)
8 jam
4 (7%)
> 8 jam
53 (93%)
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
27

Mean SD
45,68 7,679

Median (Min, Max)


45 ( 33, 63 )

14,98 3,848

15 ( 3, 20)

73,65 9,209
1,64 0,064

73 ( 58, 95 )
1.64 ( 1.53, 1.80 )

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

IMT (kg/m)
Kategori IMT
Normal
14 (24,6%)
Overweight
43 (75,4%)
Posisi duduk
Salah
17 (29,8%)
Benar
40 (70,2%)
Angkat beban >15 kg
Ya
25 (43,9%)
Tidak
32 (56,1%)
Riwayat trauma punggung
Ya
5 (8,8%)
Tidak
52 (91,2%)
Merokok
Ya
42 (73,7%)
Tidak
15 (26,3%)
Riwayat terpapar rokok
Ya
51 (89.5%)
Tidak
6 (10,5%)
Lama kerja sebagai pengemudi
> 10 tahun
15 (26,3%)
5 - 10 tahun
20 (35,1%)
< 5 tahun
22 (38,6%)
Riwayat LBP
Ya
42 (73,7%)
Tidak
15 (26,3%)

27,27 3,032

27.14 (22.10, 34.89)

V.II. Bivariat
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 29 responden yang LBP didapatkan rerata umur
47,17 tahun (dengan pembulatan menjadi 47 tahun) dengan simpang baku 7,29 tahun dan dari
28 responden yang tidak LBP didapatkan rerata umur 44,14 tahun (dengan pembulatan
menjadi 44 tahun) dengan simpang baku 7,90 tahun. Dari 23 responden yang LBP didapatkan
rerata tinggi badan 1,64 meter dengan simpang baku 0,07 meter dan dari 28 responden yg
tidak LBP didapatkan rerata tinggi badan 1,64 meter dengan simpang baku 0,06 meter.
Dari 29 responden yang LBP didapatkan rerata berat badan 73,90 kg (dengan
pembulatan menjadi 74 kg) dengan simpang baku 9,36 kg dan dari 28 responden yang tidak
LBP didapatkan rerata berat badan 73,39 kg (dengan pembulatan menjadi 73 kg) dengan
simpang baku 9,22 kg. Dari 29 responden yang LBP didapatkan rerata IMT 27,35 kg/m 2
dengan simpang baku 3,13 kg/m2 dan dari 28 responden yang tidak LBP didapatkan rerata
IMT 27,19 kg/m2 dengan simpang baku 2,99 kg/m2. Dari 29 responden yang LBP didapatkan
rerata lama duduk mengemudi 14,45 jam (dengan pembulatan menjadi 14 jam) dengan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
28

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

simpang baku 4,50 jam dan dari 28 responden yang tidak LBP didapatkan lama duduk
mengemudi 15,54 jam (dengan pembulatan menjadi 16 jam) dengan simpang baku 3,01 jam.
Diantara 53 responden yang lama duduk > 8 jam didapatkan 26 responden (49,10%)
yang mengalami LBP. Diantara 4 responden yang lama duduk 8 jam didapatkan 3
responden (75,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 43 responden yang kategorik IMT overweight didapatkan 22 responden
(51,20%) yang mengalami LBP. Diantara 14 responden yang kategorik IMT normal
didapatkan 7 responden (50,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 17 responden yang mengemudi dengan posisi duduk yang salah didapatkan 9
responden (52,90%) yang mengalami LBP. Diantara 40 responden yang mengemudi dengan
posisi duduk yang benar didapatkan 20 responden (50,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 25 responden yang mengangkat beban >15 kg didapatkan 11 responden
(44,00%) yang mengalami LBP. Diantara 32 responden yang tidak mengangkat beban >15 kg
didapatkan 18 responden (56,30%) yang mengalami LBP.
Diantara 5 responden yang memiliki riwayat trauma pada punggung didapatkan 4
responden (80,00%) yang mengalami LBP. Diantara 52 responden yang tidak memiliki
riwayat trauma pada punggung didapatkan 25 responden (48,10%) yang mengalami LBP.
Diantara 42 responden yang memiliki riwayat merokok didapatkan 18 responden
(42,90%) yang mengalami LBP. Diantara 15 responden yang tidak memiliki riwayat merokok
didapatkan 11 responden (73,30%) yang mengalami LBP.
Diantara 51 responden yang memiliki riwayat terpapar asap rokok didapatkan 26
responden (51,00%) yang mengalami LBP. Diantara 6 responden yang tidak memiliki riwayat
terpapar asap rokok didapatkan 3 responden (50,00%) yang mengalami LBP.
Diantara 15 responden yang memiliki lama kerja sebagai pengemudi > 10 tahun
didapatkan 7 orang (46,70%) yang mengalami LBP. Diantara 20 responden yang memiliki
lama kerja 5-10 tahun sebagai pengemudi didapatkan 9 responden (45,00%) yang mengalami
LBP. Diantara 22 responden yang memiliki lama kerja sebagai pengemudi < 5 tahun
didapatkan 13 responden (59,10%) yang mengalami LBP.
Tabel. V.II Hasil analisis penelitian berbagai variabel dengan Low Back Pain pada 57
responden di Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II
LBP (n=29)
Karakteristik
Umur (tahun)
Tinggi badan (m)

Jumlah(%)

Mean SD
47,17 7,285
1,64 0,0708

Tidak LBP (n=28)


Median
(min,max)
46 (34, 60)
1,64
(1,53,
1,80)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
29

Jumlah(%)

Mean SD
44, 14 7,901
1,64 0,0564

Median
(min,max)
44,5 (33,
63)
1,64
(1,55

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta
1,80)
70,5
73,9 9,355

Berat badan (kg)

74 (58, 95)

73,39 9,219

27,39 (22.10 ,
IMT (kg/m)

27,35 3,1283

(59,

94)
26,69
(22.58

34.89)

27,19 2,9857

33.3)

15,54 3,01

5 (6, 20)

Kategori IMT
Overweight
Normal
Lama duduk

22 (51,2%)

21 (48,8%)

7 (50%)

7 (50%)

mengemudi

(jam) *

14,45 4,50

16 (3, 20)

Kelompok lama duduk


> 8 jam

26 (49,1%)

27 (50,9%)

8 jam

3 (75%)

1 (25%)

Salah

9 (52,9%)

8 (47,1%)

Benar
Angkat beban >15 kg dalam

20 (50%)

20 (50%)

11 (44%)

14 (56%)

18 (56,3%)

14 (43,8%)

Ya

4 (80%)

1 (20%)

Tidak

25 (48,1%)

27 (51,9%)

Ya

18 (42,9%)

24 (57,1%)

Tidak

11 (73,3%)

4 (26,7%)

26 (51%)

25 (49%)

3 (50%)

3 (50%)

> 10 tahun

7 (46,7%)

8 (53,3%)

5 - 10 tahun

9 (45%)

11 (55%)

< 5 tahun

13 (59,1%)

9 (40,9%)

Ya

24 (57,1%)

18 (42,9%)

Tidak

5 (33,3%)

10 (66,7%)

Posisi duduk

sehari
Ya
Tidak
Riwayat

trauma

pada

punggung

Riwayat merokok

Riwayat terpapar rokok


Ya
Tidak
Lama

kerja

sebagai

pengemudi

Riwayat LBP

*OR= 1,08, p-value = 0,289


V.1.2 Bivariat Analitik
Dengan menggunakan program SPSS versi 18, dilakukan analisa menggunakan
Logistic Regression dengan variabel tergantung Low Back Pain dan variabel bebas lama
duduk didapatkan OR=1,080 dan p-value = 0,29.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
30

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Ho= Lama duduk tidak berhubungan dengan penyakit Low Back Pain
Berdasarkan hasil uji statistik, Ho gagal ditolak. Sedangkan berdasarkan uji epidemiologi,
orang yang memiliki rerata lama duduk 14,45 jam memiliki risiko 1, 08 kali untuk menderita
Low Back Pain.

BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1 Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis epidemiologi terdapat hubungan antara lama duduk dengan
Low Back Pain (OR=1,080). Temuan ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan
duduk dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan Low Back Pain. Duduk lama akan
menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak
sekitarnya. Apabila ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf
tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. 14
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan sebuah penelitian di negara Malaysia pada
sekelompok pengemudi taksi pada tahun 2012, bahwa dari 200 pengemudi taksi, 73 orang
(64,6%) yang duduk mengemudi lebih dari 8 jam sehari memiliki resiko 4,9 kali lebih besar
untuk menderita Low Back Pain (OR = 4,9).
Berdasarkan hasil uji statistik, tidak ditemukan hubungan bermakna antara lama
duduk dengan Low Back Pain ( p-value = 0,29 ). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
keterbatasan penelitian yang dilakukan, seperti jumlah sampel yang kurang besar.
VI.2 Keterbatasan Penelitian
VI.2.1 Bias Seleksi
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
31

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

Dalam penelitian ini bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena cara
pengambilan sampel adalah consecutive non-random sampling. Pada cara
pengambilan sampel ini, besarnya kesempatan untuk terpilih sebagai sampel antara
yang terpapar dan tidak terpapar tidak sama, sehingga menyebabkan distribusi faktor
resiko dan penyakit antara sampel dengan keadaan sesungguhnya tidak sama.
VI.2.2 Bias Informasi
Bias informasi yang terjadi berupa recall bias dan respondent bias karena
pasien mengetahui hubungan antara lama duduk dengan Low Back Pain. Pada
peneliti, interviewer bias dan observer bias diminimalkan dengan cara variabel bebas
dan variabel tergantung diteliti oleh peneliti yang berbeda.
.
VI.2.4 Chance
Chance adalah besarnya peluang untuk diperolehnya hasil penelitian ini secara
kebetulan (memperkirakan besar kesalahan dalam menolak H0). Chance dapat
disingkirkan dengan hasil perhitungan (kesalahan tipe I) dan (kesalahan tipe II).
Kemungkinan ditemukan hubungan antara lama duduk dengan Low Back Pain secara
kebetulan tidak dapat disingkirkan, karena berdasarkan perhitungan didapatkan =
91,2% (pada = 0,20) dan = 10,9% (pada = 0,05).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
32

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 57 orang pengemudi taksi di
pangkalan taksi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II pada tanggal 16
Agustus 23 Agustus 2013, dapat disimpulkan :
1. Rerata lama duduk saat mengemudi pada pengemudi taksi yang bekerja di wilayah
Kelurahan Meruya Selatan II adalah 14,98 jam dengan simpang baku 3,848.
2. Rerata lama duduk pengemudi taksi yang bekerja di wilayah Kelurahan Meruya
Selatan II yang menderita Low Back Pain adalah 14,45 jam dengan simpang baku
4,50.
3. Berdasarkan uji epidemiologi, orang yang memiliki rerata lama duduk 14,45 jam
memiliki risiko 1,08 kali untuk menderita Low Back Pain (OR=1,080), meskipun
secara statistik tidak ditemukan hubungan antara lama duduk dengan Low Back Pain
pada pengemudi taksi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Meruya Selatan II (pvalue = 0,29).

VII.2 Saran
1. Untuk responden diharapkan menghindari faktor resiko Low Back Pain
2. Untuk puskesmas disarankan untuk mengadakan penyuluhan mengenai faktor
resiko Low Back Pain.
3. Kepada peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian ulang tentang hal yang
sama kami sarankan untuk melakukan penelitian dengan jumlah responden yang
lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
33

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

1. Karnath, B. Clinical Signs of Low Back Pain. Turner White Communications, 2003,
pp. 39-44, 56. Available from www.turner-white.com/pdf/hp_may03_signs.pdf
2. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, volume 2, Nomor 1, tahun 2013, diakses dari :
http//ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
3. Vismara et al. Effect of Obesity and Low Back Pain on Spinal Mobility: A cross
Sectional Study in Women. Journal of Neuroengineering and Rehabilitation. 2010,
7(3): 1-8. Available from http://www.jneuroengrehab.com/content/7/1/3
4. Journal of low back pain, Universitas Sumatra Utara, diakses

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25851/5/Chapter%20I.pdf

5.
6. Clinical Practice Guidelines Linked to the International Classification of Functioning,
Disability, and Health from the Orthopaedic section of the American Physical Therapy
Association : J Orthop sports Phys Ther.2012;42(4);A1-A57
doi:10.2519/jospt.2012.0301.
7. I.E. Jayson, 1992; Giles et al.,1993; Braggins, 1994; Waddell, 1999; Adams et al.,
2002.
8.

Zhang, YG et al.Clinical Diagnosis for Discogenic Low Back Pain. Ivyspring


International Publisher, 2009, 5(7): 647-658. Available from http://www.biolsci.org

9. University of Southampton Research Repository. Available from


http://eprints.soton.ac.uk
10. Adelaide Health Technology Assesment (AHTA) Disclipine Public Health School of
population Health and Clinical Practice University Of Adelaide. Available from http//
www.workcover.com.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
34

Hubungan Lama Duduk dengan Low Back Pain pada Pengemudi Taksi bulan agustus 2013 di Wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Meruya Selatan 2 Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Provinsi DKI Jakarta

11. TS, Vrbanic. Low Back PainFrom Definition to Diagnosis. Unbound Medline,
2011, 58(2): 1-2. Available from
http://www.unboundmedicine.com/medline/ebm/record/22232956/full.pdf
12. Devereaux, Michael. Low Back Pain. Med Clin N Am 93, 2009: 477-501
13. Shiri, Rahman et al. The Association Between Obesity and Low Back Pain: A Meta
Analysis. American Journal of Epidemiology, 2009, 171(2): 135-154. Available from
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20007994
14. Samara.Diana, 2006. Bagian Anatomi Fakultas Trisakti, Lama dan sikap duduk
sebagai faktor risiko terjadinya Nyeri Pinggang Bawah, Jurnal Kedokteran Trisakti.
15. Fysh P, editor. Back Pain. Available from
http//www.chiroweb.com/archives/a3/06/19.html.
16. Posture for a healthy back. Clevealand Clinic Spine Center. Available from
http://www.clevealandclinic.org/spine/patient/posture.htm.
17. Pusat kesehatan kerja Departemen Kesehatan RI, ergonomi diakses dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF.
18. South Australian Government. Code of practice for manual handling. Workcover
corporation; 2005, pp16
19. Eriksen W, Natvig B, Bruusgaard D. Smoking, heavy physical work and low back
pain: a four-year prospective study. Oxford Journal; 1999, 49(3): 155-60.
occmed.oxfordjournals.org/content/ 49/3/155.full.pdf
20. Ezzati, M. Comparative Quantification of Health Risks, Volume 1. Jenewa: World
health Organization,2004: 1651 1652

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juli 28 September 2013
35

Anda mungkin juga menyukai