A. Latar Belakang
Pengetahuan
manusia,
(knowledge)
karena
pengetahuan
adalah
adalah
bagian
buah
differentia (fashl)
yang
dari
esensial-aksiden
"berfikir".
Berfikir
yang memisahkan
manusia
dari sesama genus-nya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Begitu
urgennya,
sehingga
ketika
mencoba
merumuskan
mengkritisi,
solusinya.
Hal
mencari
ini
lah
tahu
yang
persoalannya
tampak
dalam
kemudian
perkembangan
pemikiran ke-Islaman.
Dalam konteks Islam, sejarah menunjukkan bahwa saat ini dunia
Islam memiliki watak keilmuan yang stagnan atau statis. Para cendekiawan
muslim kontemporer berpendapat bahwa dalam Islam telah ada semacam
indoktrinasi terhadap khazanah warisan keilmuan klasik. Mereka antara
lain
M.
Arkoun,
menurutnya
dalam
Islam
telah
terjadi
pensyakralan
yang
semula
memberikan
bersifat
terbuka,
poly-interpretable
kemungkinan-kemungkinan
arti
yang
(multitidak
Sulhani, Muhammad Arkoun dan kajian pemikiran Islam, Jurnal DINIKA Vol:3, No:1
Januari 2004. H.101
yang
meneliti
secara
khusus
sistem-sistem
pengetahuan
masih
sistem
terbelenggu
pengetahuan
dengan
irfani
sistem
dan
byani
burhni.
yang
Sistem
dikontraskan
byani
yang
dengan
dominan
tersebut tidak lain merupakan warisan produk klasik yang telah berurat dan
2
berakar.
secara taken for granted tanpa adanya filterisasi, yang ia inginkan bukanlah
warisan seperti yang dipahami oleh nenek moyang kita dahulu atau seperti
yang termaktub dalam naskah-naskah kuno.
Berangkat dari kesadaran terhadap watak pemikiran Islam yang statis
tersebut, maka tidak aneh jika kemudian muncul pemikir-pemikir muslim
liberal dan kritis, mereka antara lain Fazlur rahman (Pakistan), M. Syahrur
(Syiria),
Hamid
Yusuf
Abu
Qardawi
Zayd
(Qatar),
(Mesir)
dan
Ali
di
Jumuah,
Indonesia
Djamaluddin
ada
dan
Nasrh
Hasby Ashsiddiqiey,
Munawir Sadzali, Ahmad Azhar Basyir dan Nurcholis Madjid, dan lain-lain.
Namun ide pemikiran brillian mereka berupa pemikiran ulang (reThingking)
dicemooh
atau
dan
pembaharuan
tak
jarang
(Tajdid)
diisolasikan
bukannya
dari
disambut,
percaturan
melainkan
pemikiran
Islam,
bahkan sampai vonis pada kekafiran berfikir, hal ini karena corak pemikiran
mereka yang dianggap liberal bahkan kafir.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sumber kritisisme atas
kegelisahan
2
intelektual
mereka
memiliki
akar,
serta
bertumpu,
pada
Ketika al Jabiri melontarkan ide ini banyak menuai kritik dari berbagai pihak karena
terkesan tendensius dan sangat berbau klise. Lihat tulisan Muhammad Aunul Abid Shad an
Sulaiman Mapiase dalam buku Islam Garda depan, Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah,
(Bandung : Mizan, 2001), hlm 305
ini
wacana-wacana
pada
dasarnya
modernitas.
memang
Epistemologi
menjadi
poros
adalah
sebuah
bagi
tumbuhnya
persoalan
yang
secara
filosofis
pengetahuan,
tentang
teori-teori
asal
dalam
mula,
ilmu
susunan,
metode-metode,
pengetahuan,
dan
segala
dengan
wacana
filsafat
keilmuan,
maka
wajar
jika
isu-isu
mengetahui
metode
dan
analisis
perbandingan
sumber
ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam.
Epistemologi Islam yang berdiri di atas sumber naqliyyah (wahyu)
ini
tidak
juga
mengabaikan
aspek-aspek
`aqliyyah
yang
berasaskan
ilmu
syariah
dan
akhlak
yang
akhirnya
membentuk
antara
tunjangan
ilmu
yang bersifat saintifik dan kemanusiaan seperti ilmu sains, teknologi, ekonomi
dan
3
yang lainya.
pandangan
menyatakan
bahawa
Pertama adalah
sains
ilmu
sains
daripada aritmetik,
al-Farabi
fisik (natural
itu
matematik
geometri,
dalam
(the
dan
muzik.
yang
Yang
al-`Ulum
kepada
mathematical
Seterusnya
Ihsa
dibahagikan
astronomi
science).
Kitab
science)
Yang
ketiga
keempat
lima
bagian.
yang
terdiri
kedua
adalah
adalah
ialah
yang
metafizik
sains
Politik
oleh
Ibn
Khaldun
dilihat
agak
mendatar
di
mana
beliau
Osman Bakar (1998), Classification Of Knowledge in Islam, Cambridge, (UK: The Islamic
Texts Society) h. 137-147.
mengkategorikan
ilmu
yang
menjadi
tumpuan
manusia
itu
kepada
dua
wahyu
terdiri
daripada
al-Quran
dan
al-Hadith.
Manakala
ilmu yang tidak bersumberkan wahyu pula terdiri daripada ilmu tafsir, ilmu
qiraat, ilmu hadith, ilmu usul fiqh, ilmu fiqh, ilmu faraid, ilmu kalam, ilmu
tasawuf dan ilmu tafsir mimpi.
Sementara itu,
klasifikasi
ilmu
pada
pandangan
al-Ghazali
dilihat
dalam
kitab
beliau
Ihya
`Ulum
al-Din
dan
al-Risalah
al-
Ladunniyah.
Sedangkan Naquib Al-Attas mengatakan bahwa sumber ilmu pertama
adalah datangnya dari Allah (The Islamic view of nature has its roots in the
6
Quran, the very word of God and the basis of Islam ) sebagai karunia-Nya
yang diberikan kepada manusia. Ilmu tersebut, hanya dapat diterima oleh
insan dengan daya usaha kerja amal ibadah serta kesucian hidupnya. Yakni
dengan keihsananya dan hikmah sejati ibadah kepada tuhannya yang hak itu
dengan ridhanya dan yang mungkin dapat menerimanya tergantung kepada
kehendak dan karunia Allah juga.
Apa
yang
dikemukakan
oleh
Naquib
sesuai
dengan
kesepakatan
dikalangan muslim yang telah memiliki landasan teologis, bahwa surah alAlaq ayat 1-5, diterima sebagai landasan bahwa Allah swt adalah sumber
segala ilmu. Mereka meyakini asal ilmu itu adalah Allah swt sendiri,
pencipta
alam
semesta
yang
diperuntukkan
bagi
hamba-Nya.
Selain
itu
sumber pengetahuan yang lainya berasal dari Intuisi, akal, wahyu, ilham,
pengalaman
dalam
dll.
tataran
Sedangkan
sistemik
ilmuan
yang
adalah
disebut
peramu
manusia
butiran-butiran
dalam
nama-nama
ilmu
yang
epistemologi
Islam
kedua
adalah
Al-Quran.
Al-Qur'an
Islam
yang
memiliki
kedudukan
konsultasi bagi
tinggi
ilmu
sebagai
sumber
sunnah.
Dalam
epistemologi
Islam
ketiga
adalah
Intuisi menurut Al-Attas bukan hanya pemahaman langsung oleh banyak subyek yang
mengetahui tentang dirinya, dalam kondisi sadar, tentang diri orang lain, tentang dunia luar
tentang kebenaran, nilai, rasional, dan universal. Instuisi juga merupakan pemahaman,
langsung tanpa perantara tentang kebenaran agama, tentang realitas wujud tuhan, realitas
eksitensi sebagai lawan realitas esensi, Instuisi yg tertinggi adalah tentang wujud tuhan itu
sendiri. Lihat al-Attas, Prolegomena to the methaphisis of Islam an exposition of the
fundamental elemen of the worldview of Islam,( Kuala Lumpur, ISTAC, 1995) H.119
Sunnah
wajib
menurut
diamalkan.
Ia
para
berada
ulama
dipandang
pada
posisi
dari
setelah
segi
keberadaannya
al-Quran
dilihat
dari
Di
samping
itu,
al-Quran
merupakan
pokok,
sedangkan
sunnah
dipahami
dengan
metodologi
masing-masing.
Al-Attas
berserta
pemikiranya
memiliki
andil
besar
dalam
perkembangan
Al-Attas, the concept of education in Islam: A framework for an Islamic Education, (Kuala
Lumpur, ISTAC, 1991) H. 7 ff; Osman Bakar mendiskusikan konsep tafsir Al-Attas ini
dalam the Question of Methodologhy in Islamic Science dalam tawhid and science: Essay
on the history and philosophy of Islamic science, (Penang dan Kuala Lumpur, Secretariat for
islamic Philosophy and science, Nurin Interprise, 19991) buku ini diterbitkan sesuai aslinya
dengan judul the history and philosophy of Islamic Science, (Cambrige, Islamic Text
society, 1999) H.13-38, penulis mendapatkan makalah ini dalam seminar Hamid Fahmy
Zarkasyi, Worldview Islam (asas Islamisasi ilmu social humaniora) H. 16
9
Ali raza tahir, Islam and Phylosophy (meaning and relationship), (Department of
Philosophy, University of the Punjab, Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research
In Business Copy Right 2013 Institute of Interdisciplinary Business Research
1287
January 2013 Vol 4, No 2.) H. 1297
hati,
akal
serta
bimbingan
Illahi.
Namun
sumber-sumber
tersebut
sumber
yang
membagi
pengetahuan
ilmu
empirik
pengetahuan
ini
kepada
diakui
dua
oleh
Ibn
bagian,
yakni
agama
menggunakan
(al-ilmu
metode
bi
al-din).
tajribiyyah
Ia
mengatakan
(empirisme)
bahwa
pengetahuan
dengan
tentang
al-
ilmu bi al-kainat dapat diperoleh. Menurutnya, tidak ada jalan untuk mengetahui
kebenaran,
kecuali
dengan
metode
ini.
Selanjutnya
ia
mengatakan
jika
babak
sejarahnya,
(periodesasi).
perkembangan
Pertama,
ilmu
sebelum
pengetahuan
15.00
tahun
dibagi
SM
dalam
(Sebelum
Masehi) dengan ciri utama manusia belajar dari alam sekitarnya. Manusia
menemukan cara-cara untuk tetap bertahan dengan cara mempelajari alam.
Dengan cara seperti itu, manusia mampu menundukan alam melalui daya
nalarnya yang pada saat itu masih dapat dikatakan terbatas. Sekitar 15.000
600 tahun SM, perioode awal, peradaban manusia telah mulai mengenal
membaca, menulis dan berhitung. Dalam kurun waktu yang relatif panjang
sejarah
peradaban
telah
banyak
melahirkan
para filosof
terkenal
seperti
oleh
August
Comte
melalui
Sosiologi
Positif.
Comte
ingin
Jujun
S.Suria
mencakup
bagaimana cara
sumantri
pengetahuan
ilmu
melakukan
10
pengetahuan
tentang
apa
pengkajian,
tentang
ilmu
dikaji
ilmu,
menyusun
tubuh
yang
dan
pengetahuannya, serta untuk apa pengetahuan ilmiah yang telah disusun itu
dipergunakan.
Ketiga hal
tersebut
dalam
terminologi
kefilsafatan
dikenal
epistemologi
(bagaimana),
dan
axiologi
(untuk
apa).
Dalam
Rasionalisme
pengetahuan
kita
idealis
dapat
berpegang
melampaui
teguh
kepada
pengalaman
keyakinan
panca
bahwa
indera
sejati.
rasio,
ilmuwan
dapat
melakukan
tiga
hal
penting
yang
dibalik
Descrates
paham
(1596-1650),
rasionalisme
Spinoza
ini
misalnya,
(1632-1677),
Leibniz
Augustinus,
Scotus,
(1646-1716),
Fichte
gegap
gempita
rasionalisme
telah
mampu
menyedot
perhatian ilmuwan seantero dunia, di sisi lain banyak pula yang mengkritik
atau
membantahnya.
Bantahan
terhadap
rasionalisme
misalnya:
(1)
a-priori,
pembawaan
dalam
individual
arti
masalah
psikologis
(tanggapan-tanggapan
yang
pembawaan)
merupakan
akan
berbeda
empirisme,
yang
yaitu
diperoleh
Suatu
terbatas
paham
hanya
yang
pada
berpendapat
bahwa
pengalaman.
Dalam
empirisme
konsiensialisme.
Empirisme
sensualisme
yaitu
proses
Sensualisme
pancaindera
bersifat
mengemukakan
ini
memiliki
semu.
bahwa
keterbatasan,
Sedangkan
Keputusan
yang
bahwa
empirisme
diambil
dari
kebenaran
konsiensialisme
pengalaman
panca
apakah
hasil
dan
(2)
yang memerlukan
pengamatan
nyata
Pengamatan
keputusan,
sedangkan
atau
hanya
situasi
keputusan
si
menghasilkan
psikis
si
pengamat
kenyataan
pengamat
akan
kedua
kutub
paham
yang
bersebrangan
secara
diameteral.
instasnsi,
yaitu
rasio
dan
pengalaman
inderawi.
Rasio
dan
pengalaman
saja
tidak
bisa
menghasilkan
pengetahuan
tanpa diolah
secara
paradigma
pengetahuan
mangakibatkan
orientasi
keilmuan
yang berbeda, juga akan menghasilkan produk pemikiran dan teknologi yang
berbeda pula. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sesuatu yang material
hanya memperoleh sebatas dimensi material. Analisa beberapa agamawan
mengatakan keilmuan Barat yang positivistic-materialistik itu
kering-bebas
pemikiran
dunia.
Sehingga
muncul
persoalan-persoalan
baru
yang
berdampak
pada
lingkungan,
Sumber
Ilmu
Pengetahuan
sosiologis,
psikologis
dan
11
sistem nilai.
Tokoh-tokoh
yang
11
pertama,
Tokoh
Rasionalisme
diantaranya
Perspektif
yakni
Barat
Sokrates,
http://hisyamnur.blogspot.com/2009/12/sumber-ilmu-pengetahuan-paradigma.html
adalah
Plato,
Aristoteles, dan Rene Descartes. Dalam hal ini yang akan penulis uraikan
pernyataannya Aristoteles dan Rene Descartes. Aristoteles, mengungkapkan
bahwa rasio dapat menangkap segala sesuatu yang ada. Objek rasio bersifat
sama sekali umum. Oleh karenanya rasio dapat menjadi segala sesuatu.
Rene Deskartes, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa
bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri
sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal
yang benar dan yang jelas. Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu
pasti yang dapat dijadikan model secara dinamis.
Yang kedua, Tokoh Empirisme, saya cantumkan Thomas Hobes dan
John Locke. Thomas Hobbes, baginya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau dengan merasionalisasikan sebabakibat. John Locke, menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman
dan tidak lebih dari itu. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya
sendiri,. Semula akal serupa dengan secarik kertas yang tanpa tulisan, yang
menerima
segala
membedakan
sesuatu
antara
yang
datang
dari
pengalaman.
pengalaman
dengan
pengetahuan
akal.
Locke
tidak
Satu-satunya
system
kefilsafatan
yang
berasal
dari
manusia.
Umpamanya
logika, yang sudah ada sejak zaman Aristoteles, kemudian matematika dan
kebenaran rasio diuji dengan verifikasi dan konsistensi logis. Kelebihan
rasionalisme adalah dalam hal
yang
Empirisme,
dalam
menurut
berpikir
kesejahteraan
saya
dan
dan
problema hidup.
(penulis)
dapat
dapat
membuka
mewujudkan
kemandirian
Karena dengan
serta
cakrawala
manusia
manusia
kepada
kehidupan
kedewasaan
cara berpikir
dalam
empirislah
menghadapai
maka manusia
dapat mengetahui asal usul dan sebab akibat yang terjadi dalam kehidupan di
dunia ini.
C. Analisis Perbandingan Sumber Ilmu Pengetahuan Islam dan Barat
Klasifikasi
ilmu
menurut
perspektif
Islam
amat
berbeda
jika
Islam,
pembagian
ilmunya
disusun
berdasarkan
keutamaan
dan
kepentingan ilmu yang didasari kepada al-Quran dan al-Sunnah. Ini dilihat
berbeda dengan klasifikasi ilmu Barat di mana ilmu dibagi berdasarkan
hierarki
yang
hanya
melihat
kepada
perspektif
dunia
semata-mata.
kebenaran
bisa
diperoleh
oleh
manusia,
bukan
dari
keraguan.
ciri
skeptis
atau
keragu-raguan
(kesangsian).
Aliran
skeptisisme
12
dengan
menyangsikan
segala-galanya.
Dalam
bidang
ilmiah
Wan Mohd Nor Wan Daud (2005), Falsafah Dan Amalan Pendidikan Islam Syed M.
Naquib al-Attas: Satu Huraian Konsep Asli Islamisasi, Kuala Lumpur: Penerbit Universiti
Malaya, h. 92
ada sesuatu pun yang dianggap pasti, semuanya dapat dipersoalkan dan pada
kenyataannya memang dipersoalkan juga, kecuali ilmu pasti.
Pengetahuan Barat menurut Naquib seolah-olah benar, namun pada
dasarnya
hanya
menghasilkan
kebingungan
dan
skeptisisme
( ).
(methodology,
unsur
Keraguan
epistemologis
ditinggikan
yang
posisinya
dan
memandang
istimewa
menjadi
dalam
metode
keraguan
mengejar
sebagai
kebenaran.
epistemologis.
Melalui
metode inilah kaum rasionalis dan sekularis percaya bahwa mereka akan
mencapai kebenaran. Tidak ada bukti, bahwa keraguan, dan bahkan sesuatu
lainnya yang mengantarkan mereka berada pada kebenaran. Sesungguhnya,
tambah
Naquib,
yang
mengantarkan
kepada
kebenaran
adalah
hidayah
Rasionalisme
Petunjuk
menurunkan
Al-Quran
Empirisme
setelah Tuhan)
As-Sunnah
Dualisme
Muhammad saw)
Akal
Intuisi
Wahyu
Indera
Ilham
Sesuatu
yang
benar
itu
seharusnya
mempunyai
elemen
yang
jelas,
di
mana
sebarang
keraguan
dan
kemungkinan
wujudnya
mungkin
ada
unsur
kekeliruan,
kesalahan
dan
kesamaran.
Istilah
yaqin adalah jauh berlawanan dengan shak, wahm dan dzann. Konsep
yaqin ini amat ditekankan dalam epistemologi Islam, di mana hal-hal yang
soal
akidah,
seorang
13
muslim
mempunyai
keyakinan
yang
S.W.T. Keyakinan
terhadap
melibatkan
yang
sesuatu
dengan ilmu
perkara
manusia iaitu
tiga
keyakinan
bersangkutan
13
Ashraf bin Md. Hashim (2001), Tahap Pembuktian di Dalam Kes-Kes Jenayah: Kajian
Perbandingan Antara Undang-Undang Islam, Jurnal Syariah, Jil. 9. bil. 2, Julai 2001, h. 15.
BAB III
PENUTUP
Dari berbagai tulisan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut Naquib Al-Attas sesuai dengan kesepakatan dikalangan muslim,
landasan teologis surah al-alaq ayat 1-5, diterima sebagai informasi
bahwa Allah itulah sumber segala ilmu yang kemudian diajarkan kepada
manusia. Mereka meyakini asal (origin) ilmu itu adalah Allah sendiri,
pencipta alam semesta yang diperuntukkan bagi hamba-Nya. Selain itu
sumber ilmu pengetahuan dari Islam bersumber dari Al-Quran, Assunnah / hadist Nabi Muhammad SAW, Akal, Wahyu, ilham, Panca
indra, pengalaman, Intuisi dll.
2. Dalam epistemologi Barat, cara memperoleh pengetahuan dikenal dengan
tiga
paham:
Pertama,
pendekatan
rasionalisme.
Suatu
paham
bahwa
pengetahuan terjadi karena bahan pemberian panca indera dan batin yang
diolah
oleh
akal.
berpendapat
bahwa
pengalaman.
Kedua,
pengetahuan
Ketiga,
menggabungkan
empirisme,
paham
atau
yang
yaitu
diperoleh
dualisme,
mendamaikan
Suatu
yang
hanya
pada
terbatas
Paham
kedua
paham
kutub
ini
berusaha
paham
yang
ilmu
menurut
perspektif
Islam
amat
berbeda
jika
ilmu
Islam,
pembagian
ilmu
itu
disusun
berdasarkan
keutamaan dan kepentingan ilmu yang didasari kepada al-Quran dan alSunnah. Ini dilihat berbeda dengan klasifikasi ilmu Barat di mana ilmu itu
dibagi berdasarkan hierarki yang hanya melihat kepada perspektif dunia
semata-mata. Berdasarkan kepada perspektif ini, umat Islam dilihat lebih
komprehensif
dan
teratur
dalam
mengklasifikasi
ilmu
yakni
Daftar pustaka
Ali
raza
tahir,
Islam
and
Phylosophy
(meaning
and
relationship),
Vol 4, No 2.)
Ashraf bin Md. Hashim (2001), Tahap Pembuktian di Dalam Kes-Kes
Jenayah: Kajian Perbandingan Antara Undang-Undang Islam, Jurnal
Syariah, Jil. 9. bil. 2, Julai 2001
Basri Bin Husin, Beberapa Aspek Epistemologi:
Sumber-Sumber
Ilmu
Dalam
Tradisi
Islam,
Usuluddin,
11/9/2010)
Fahmy Zarkasyi, Worldview Islam (asas Islamisasi ilmu social humaniora),
Jurnal
Ibn Khaldun, `Abd al-Rahman (1996M./1417H.), Muqaddimah Ibn Khaldun,
c. 3. Beirut: Dar al-Fikr
Muhammad Aunul Abid Shad an
Essay
Secretariat
for
islamic
Philosophy
and
science,
Nurin
Interprise, 1991) buku ini diterbitkan sesuai aslinya dengan judul the
history and philosophy of Islamic Science, (Cambrige, Islamic Text
society, 1999)
Soerjono
Soekanto,
Sosiologi
suatu
pengantar,
(Jakarta;
Raja
grafindo
persada, 2013)
Sulhani, Muhammad Arkoun dan kajian pemikiran Islam, Jurnal DINIKA
Vol:3, No:1 Januari 2004
Wan Mohd Nor Wan Daud (2005), Falsafah Dan Amalan Pendidikan Islam
Syed M. Naquib al-Attas: Satu Huraian Konsep Asli Islamisasi, Kuala
Lumpur: Penerbit Universiti Malaya,tt)
Yasmeen Mahnaz Faruqi, Islamic view of nature and values: Could these be
the answer to building bridges between modern
science,
(Flinders
faru0001@flinders.edu.au,
University,
International
School
Education
of
Journal,
Education
2007,