Anda di halaman 1dari 29

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo, derajat
kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%,
lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. Status kesehatan akan
tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi
yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal), maka status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah optimal. 1 Keempat faktor
tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan
ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. 2
Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat
di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan
masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. 1 Hal ini mendorong pemerintah
untuk mencanangkan program program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya
melalui cakupan pengawasan sarana air bersih. 3
Dalam bidang kesehatan, air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan
dalam penularan penyakit karena dapat menjadi media pertumbuhan mikrobiologi. Menurut
WHO UNICEF sekitar sepuluh ribu penduduk di negara berkembang meninggal setiap
harinya karena penyakit yang disebabkan oleh air. Dari daftar urutan penyebab kunjungan
puskesmas atau balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok penyakit
penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Penyakit diare ini pun masih
menduduki urutan atas sebagai penyebab kematian di negara berkembang seperti di
Indonesia.
Penyediaan sarana air bersih yang memadai sebagai kebutuhan dasar masyarakat belum
sepenuhnya terwujud dengan baik. Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang belum
memiliki akses terhadap keberadaannya. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation
Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)/United
nations of childrens fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih
kekurangan air bersih.4
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 22 ayat (3)
menyatakan bahwa penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk

berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Pengertian air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari, seperti minum/ masak serta mandi/ cuci dll. 5-7
Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih
sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %. 8
Dari data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air
kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau) di
perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (92,0%). Data hasil
menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia
pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%,
dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang
menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%,
sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung yaitu 32,7%.5,
9-10

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002, Indonesia sedang


mengalami transformasi kesehatan yang ditandai dengan peningkatan penyakit berbasis
lingkungan, yakni penyakit yang berkaitan dengan lingkungan fisik, penyakit-penyakit ini
cenderung Angka kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan (Depkes 2010) antara lain
Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare sebesar 9,0% dari total jumlah penduduk meningkat bila
tidak diambil langkah-langkah antisipatif. Sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kutawaluya, dari laporan tahunan pada tahun 2014 didapatkan angka kejadian Diare sebesar
6,44% dan ISPA sebesar 18,73%. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan,
mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan,
dimana salah satunya adalah kebutuhan akan air bersih. 11
Sementara itu, dari laporan penilaian kinerja cakupan pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang sebanyak pada
periode Januari 2015 hingga Desember 2015 didapatkan cakupan sarana air bersih sebesar
71,84%.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah
dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi
faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:
1. Menurut WHO UNICEF sekitar sepuluh ribu penduduk di negara berkembang
meninggal setiap harinya karena penyakit yang disebabkan oleh air.

2. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang
dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)/United nations of childrens
fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan
air bersih.
3. Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air
bersih sebesar 90,1% sedangkan daerah pedesaan memiliki cakupan sumber air bersih
sebesar 67,6%.
4. Dari data Riskesdas 2013, jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di
Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa
sebesar 24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%.
5. Dari data Riskesdas 2013, di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang
menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar
28,6%, sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali
terlindung yaitu 32,7%.
6. Dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang periode Januari 2015 hingga
Desember 2015, rata-rata penduduk yang menggunakan SAB sebanyak 35,48%
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum :
1.3.1.1.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program dan masalah-

masalah yang terdapat di dalam program pengawasan sarana air bersih secara
menyeluruh melalui pendekatan sistem agar dapat meningkatkan mutu dan
jangkauan program pengawasan sarana air bersih secara optimal di Puskesmas
Kutawaluya periode Januari 2015 sampai Desember 2015 dengan harapan
dapat menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat faktor risiko
kesehatan lingkungan.
1.3.2. Tujuan Khusus :
1.3.2.1.Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih untuk
keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode Januari
2015 sampai dengan Desember 2015.
1.3.2.2.Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2015 sampai dengan
Desember 2015.
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator:
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air
bersih.
3

1.4.1.3 Mengetahui banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah


yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara
lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
1.4.1.4 Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
1.4.1.5 Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi:
1.4.2.1 Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
1.4.2.2 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
1.4.2.3 Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi:
1.4.3.1 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya
kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih di ruang lingkup kerja
puskesmas Kutawaluya.
1.4.3.2 Dapat mengetahui kendala apa saja yang ditemui pada saat pelaksanaan
program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.
1.4.3.3 Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program
agar dapat berjalan dengan baik.
1.4.4 Bagi Masyarakat:
1.4.4.1 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Kutawaluya.
1.4.4.2 Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan
prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berhubungan dengan
program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.
1.4.4.3 Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi
contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
1.5. Sasaran
Seluruh Rumah Tangga di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat pada periode Januari 2015 hingga periode Desember 2015.

Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari beberapa program upaya kesehatan
lingkungan terutama sarana air bersih periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 di
UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang, antara lain:
1. Laporan bulanan program sarana air bersih di Puskesmas Kutawaluya, periode Januari
2.
3.
4.
5.

2015 - Desember 2015


Data tentang jumlah sarana air bersih yang ada.
Data jenis sarana air bersih yang ada.
Data jumlah penduduk yg menggunakan sarana air bersih.
Data hasil inspeksi sarana air bersih keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Kutawaluya.
6. Pencatatan dan Pelaporan
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat digunakan untuk
menjawab permasalahan pelaksanaan program yang terjadi, baik di awal, di tengah, maupun
di akhir program dengan cara membandingkan apakah terdapat perbedaan antara cakupan
program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih di Puskesmas Kutawaluya
periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 terhadap tolok ukur yang telah
ditetapkan sehingga dapat dibuat usulan dan saran untuk permasalahan tersebut.

Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Kerangka Teoritis

Lingkungan

Masukan

Proses

Keluaran

Dampak

Bagan 1. Gambar Teori Sistem


Gambar di atas menerangkan
sistemBalik
adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
Umpan
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
3.2. Tolok Ukur Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem meliputi variabel
6

masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan, dan dampak pada program pengawasan
sarana air bersih (SAB). Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam
program program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih. [Lampiran I]
Berdasarkan Pedoman Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Sanitasi dalam
Menghadapi Situasi Darurat, air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk
hidup sehari- hari. Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau
keperluan rumah tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari
kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.
Air yang memenuhi syarat kesehatan harus memenuhi kriteria secara fisik,
bakteriologis, dan kimia. Kriteria air bersih yang memenuhi syarat sebagai berikut :
-

Secara fisik, yaitu jernih, suhu lebih rendah dari suhu sekitar, tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa.


Secara bakteriologis dan kimiawi sesuai Kepmenkes No. 907 tahun 2002.
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih diperlukan sarana air bersih yang sesuai

dengan keadaan dan kebutuhan. Berikut ini adalah berbagai sarana air bersih yang digunakan
oleh masyarakat sebagai sarana air bersih :
1. Sumur Gali
Merupakan sarana penyediaan air bersih tradisional yang banyak dijumpai di
masyarakat pada umumnya. Sumur gali menampung air dangkal atau kurang dari 7
meter.
Persyaratan konstruksi sumur gali meliputi :
Bangunan sumur gali terdiri dari dinding sumur, lantai sumur, dan bibir sumur

yang harus dibuat dari bahan kuat dan kedap air.


Dinding sumur sedalam minimal 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah

merembesnya air ke dalam sumur.


Bibir sumur harus setinggi minimal 0,8 meter dari permukaan tanah, harus kedap
air untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur, sebaiknya bibir sumur

diberi penutup agar air hujan dan kotoran lain tidak dapat masuk ke dalam sumur.
Lantai sumur harus kedap air, mempunyai luas dengan lebar minimal 1 meter

dari tepi bibir atau dinding sumur dengan tebal 10 cm.


Saluran air limbah minimal sepanjang lebih kurang 10 m dan sumur peresapan
air buangan yang dibuat dari bahan kedap air dan licin dengan kemiringan 2 % ke

arah pengolahan air buangan atau badan penerima.


Bangunan sumur gali harus dilengkapi dengan sarana untuk mengambil dan
menimba air, seperti timba dengan kerekan, timba dengan gulungan untuk timba

atau pompa tangan, jika menggunakan timba, timba tidak boleh diletakkan di atas

lantai sumur, untuk menghindari pencemaran sehingga kualitasnya terjamin.


Dasar sumur lebih baik diberi kerikil atau pecahan batu atau pecahan marmer
untuk menahan endapan lumpur, agar tidak terbawa sewaktu pengambilan air

dari sumur.
2. Sumur Pompa
Merupakan sarana penyediaan air bersih yang mempergunakan pompa baik tangan
maupun listrik untuk menaikkan air lubang sumur. Sumur pompa tangan (SPT)
berdasarkan kedalaman muka air yang diisapnya terdapat 3 jenis sumur pompa
tangan, yaitu :
a. Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTDK)
Merupakan sumur yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa mengisap air
secara teoritis dengan tekanan 1 atmosfer, tetapi dalam praktek dapat menaikkan
air dari kedalaman 7 meter atau kurang. Pompa tangan dapat dipasang pada
sumur gali, atau membuat lubang atau sumuran dengan jalan pengeboran maupun
penyidukan.
b. Sumur Pompa Tangan Sedang (SPTS)
Merupakan sumur yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa mengisap air
dengan kedalaman lebih dari 7 meter sampai 20 meter. Pompa tangan ini bisa
dipasang pada sumur gali dengan kedalaman 7 meter atau lebih sesuai dengan
keadaan kedalaman sumur, namun biasanya membuat lubang atau sumuran
dengan jalan pengeboran atau penyidukan.
c. Sumur Pompa Tangan Dalam (SPTDL)
Merupakan lubang atau sumuran yang dilengkapi dengan pompa tangan yang
bisa mengisap air dengan kedalaman 20 meter sampai dengan 30 meter. Lubang
atau sumuran yang dibuat biasanya dengan cara pengeboran.
3. Sumur Pompa Listrik (SPL)
Pada prinsipnya, cara pembuatan dan cara kerja SPL sama dengan SPT. Bedanya,
SPL menggunakan tenaga listrik sedangkan SPT menggunakan tenaga manusia. Jenis
jenis SPL, antara lain SPL untuk sumur dangkal, yaitu 9 meter atau kurang, jet
pump untuk kedalaman sampai 30 meter, dan pompa selam (submersible pump)
untuk kedalaman sampai 30 meter.
Jenis- jenis sarana air bersih lainnya meliputi Penampungan Air Hujan (PAH), Perlindungan
Mata Air (PMA), kran umum, hydran umum, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Kutawaluya tahun 2015.
Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, Puskesmas Kutawaluya,

Karawang periode Januari 2015 sampai Desember 2015.


Laporan Bulanan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan, Puskesmas Kutawaluya,
Karawang periode Januari 2015 sampai Desember 2015.

4.2. Data Umum


4.2.1. Geografi
4.2.1.1 Luas Wilayah dan Batas-batas
a. Lokasi gedung Puskesmas Kutawaluya terletak di Jl. Raya sampalan,
Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang.
b. Luas wilayah kerja 2.340 Ha, terdiri dari 7 desa, 96 RT dan 51 dusun.
c. Batas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kutamukti
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rawamerta
3) Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok.
4) Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kertamukti
4.2.1.2 Wilayah Administrasi Puskesmas Kutawaluya mencakup 7 desa:
9

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Desa Waluya
Desa Sampalan
Desa Sindangsari
Desa Sindangmulya
Desa Sindangkarya
Desa Sindangmukti
Desa Mulyajaya

4.2.2 Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah
pertanian seluas 1.638 Ha dan sisanya merupakan tanah dengan berbagai kegunaan
seluas 702 Ha, atau keseluruhannya 2.340 Ha.
4.2.3 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang berada pada
dataran rendah berdekatan dengan laut.
4.2.4 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 C.
4.2.5 Kepercayaan Agama
Mayoritas penduduk di wilayah kerja puskesmas Kutawaluya

menganut agama

Islam, yaitu sebesar 99,9


.
4.2.6 Data Demografi
1. Jumlah penduduk Kelurahan Wilayah Kutawaluya adalah 30.074 jiwa yang terdiri
dari :
a. Jumlah RW
: 31 RW
b. Jumlah RT
: 96 RT
c. Jumlah KK
: 10.007 KK
d. Jumlah rumah
: 8750 rumah
Dapat umum selengkapnya dapat dilihat pada lampiran II.
2. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kutawaluya adalah 7 desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata
kepadatan penduduk Kecamatan Kutawaluya adalah 14 Jiwa/ Ha.
Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.
3. Penduduk berpendidikan SD sebesar 37,48 % (12.364 orang).
Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.
4. Penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar 29,34% (9.480
orang).
Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.
5. Sebagian besar penduduk di Kutawaluya merupakan penduduk miskin yaitu
sebesar 65,20% (21509 orang).
Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.
10

4.2.7 Jenis sarana kesehatan


Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya antara
lain :
1. Puskesmas pembantu
: 2 buah
2. Posyandu
: 39 buah
3. Praktek perorangan
a. Dokter Umum
:2
b. Dokter Gigi
:1
c. Bidan
: 18
4. Klinik 24 jam
:0
5. Dokter praktek swasta
:1
Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran II.
4.3

Data Khusus
4.3.1. Masukan
1. Tenaga
a. Dokter/ Kepala Puskesmas
b. Petugas kesehatan lingkungan

: 1 orang (sebagai penanggung jawab)


: 1 orang (sebagai koordinator sekaligus

pelaksana program)
2. Dana
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari:
APBD
: tersedia
3. Sarana
a) Sarana medis:
Sanitarian kit
: Tidak ada
b) Sarana non medis:
Infocus
: Ada, 1 buah
Layar
: Ada, 1 buah
Leaflet
: Ada
Lembar balik
: Ada
Poster
: Ada
Alat tulis
: cukup
Buku pedoman Kesling
: Ada namun terbatas ( hanya 1)
Checklist pemeriksaan SAB
: Ada
Formulir pengiriman sampel
: Ada
Sarana transportasi
: Cukup
Botol steril, tas/ kotak pengepakan botol: Tidak ada
4. Metode
Pendataan jumlah dan sarana air bersih

11

Pendataan ini diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2015 Desember 2015, seperti
dibawah :
Jumlah sarana air = 6.448 buah yang terdiri dari SPT, SGL dan pompa listrik.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 kali setahun. Pemeriksaan
kualitas air bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
tidak keruh, tidak berasa, dan suhu dibawah suhu kamar.
Inspeksi dilakukan dengan syarat:
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan adalah :
-

Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari


tembok yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat (tidak mudah
retak/longsor) untuk mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam
sumur. Kedalaman 3 m diambil karena bakteri pada umunya tidak dapat

hidup lagi.
Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak

disemen, tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.


Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur 1 meter dari
lantai, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air
sekitarnya tidak masuk ke dalam sumur, serta juga untuk keselamatan

pemakai.
Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur l,5
m dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 15% ke arah saluran pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan

mudah mengalir ke saluran air limbah.


Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya
tidak dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan

di bawah/lantai tetapi digantung.


Adanya sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air limbah

harus kedap air, minimal 2% ke arah pengolahan air buangan/peresapan.


Persyaratan sumur pompa sebagai berikut :
- Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan tanah
-

yang mengandung air.


Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan
sekurang-kurang 3 m.

12

Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan

lebarnya 1 m sekeliling pompa.


Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10 m

panjangnya.
Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa

listrik.
Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi air
bersih dapat dirujuk di lampiran formulir inspeksi sanitasi air bersih.
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya. Untuk sumur pompa, sampel
diambil setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali, sampel diambil dengan
kedalaman 20 cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM, sampel diambil
setelah 2 menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil
sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5
liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril
dan bisa disterilkan dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml,
kemudian diberi etiket dan dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan
sampel secara lengkap terdapat di lampiran SOP pengambilan sampel.
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi
syarat kesehatan.
Kualitas bakteriologis ini dapat ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium, kemudian ditetapkan sesuai standar kualitas air bersih terhadap
kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.
Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi :
- AT (amat tinggi)
- T (tinggi)
- S (sedang)
- R (rendah)
Cara pemeriksaan lengkap dapat dilihat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.
Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke
dalam format pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang
diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta,
grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan
tahunan).
13

- Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada.
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Terdapat perencanaan tertulis dari Puskesmas Kutawaluya yaitu mengenai:
Pendataan jumlah sarana air bersih
Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan

jumlah pengguna.
Pemeriksaan / inspeksi sarana air bersih
Pemeriksaan terhadap sarana air bersih dilakukan 2 kali setahun oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih dengan
tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu selama
1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang dilakukan

pemeriksaan sebulan sekali selama 1 tahun.


Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan sesuai dengan jenis sarana air
bersih. Perkara pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alatalatnya seperti kotak air/ termos/ botol steril, tempat penyimpanan
botol/ kotak/ termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.

Kemudian, ditentukan titik pengambilan sampel.


Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel

air

dilakukan

di

laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap


kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes No 416 tahun 1990.
Sedangkan persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes

No 492 tahun 2010.


Pemeriksaan risiko pencemaran
Pemeriksaan sarana air bersih

dilakukan

untuk

mengetahui

kemungkinan adanya pencemaran.


Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.2 Pengorganisasian
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya:
Kepala puskesmas
Dr. Cucu Siti Minpalah , M.Kes
14

Koordinator & Pelaksana Kesehatan Lingkungan


(Pak Suhendi, A.Md)

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas


Kutawaluya

Pengorganisasian dalam program SAB dibagi berdasarkan jabatan:


Kepala Puskesmas (dr. Cucu Siti Minpalah , M.Kes):
- Sebagai penanggung jawab program.
- Monitoring pelaksanaan Kesehatan Lingkungan tingkat kecamatan.
- Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan
Lingkungan di wilayah kerja.
Koordinator Kesehatan Lingkungan (Pak Suhendi, A.Md):
- Koordinator program.
- Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari
wilayah setempat.
- Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan
hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan dalam waktu
tiap bulan.
4.3.2.3 Pelaksanaan:
Pendataan jumlah sarana air bersih
Pendataan dilakukan.1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan
jumlah pengguna.
Pemeriksaan sarana air bersih
Pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada dilakukan
oleh petugas kesehatan lingkungan dibantu staf promkes dan RT sekitar
dengan mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah
kerja Puskesmas Kutawaluya dan memberikan formulir inspeksi sanitasi

untuk diiisi oleh kepala keluarga (perwakilan).


Pengambilan sampel air
Tidak dilakukan pengambilan sampel air.
Pemeriksaan bakteriologis
Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan risiko pencemaran
Tidak dilakukan pemeriksaan risiko pencemaran
Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan
: dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
Pelaporan
: dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.4 Pengawasan:

15

Adanya pencatatan yang sistemik secara berkala tentang kegiatan pengawasan


kualitas sarana dan air bersih dilaksanakan 12 kali per tahun. Kemudian data
ini dilaporkan ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali. Rapat bulanan
puskesmas dilaksanakan oleh kepala puskesmas dan dibantu oleh staf.
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih
(Data selengkapnya terdapat pada Lampiran IV)
Jumlah rumah tangga dilokasi yang
ada sarana air bersih
--------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah rumah tangga di lokasi
6448
Cakupan : ------------- X 100 % = 64,43 %
10.007
Target : 80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab.
Karawang)
4.3.3.2 Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)
Metode : Pencatatan rumah yang menggunakan SAB setiap bulan dibalai
desa wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten Karawang periode
Jumlah SABKutawaluya,
yang diinspeksi
---------------------------------x 100%
Januari Desember
2015
Jumlah SAB yang ada

Cakupan :

3873
------------------ X 100 % = 60,06%
6448

(Target : 80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab.


Karawang)
Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)
4.3.3.3 Cakupan
Metode pengambilan
: Mendatangisampel
rumah air
penduduk yang menggunakan SAB di wilayah
kerja Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang periode Januari Desember
2015, dan memberikan Formulir Inspeksi Sanitasi untuk diiisi oleh kepala
Jumlah SAB yang diambil Sampelnya
---------------------------------------------- x 100%
Jumlah SAB yang ada
Cakupan
: tidak dilakukan
Target
: 80 % dalam setahun (Berdasarkan
Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)
16

4.3.3.4 Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah sampel air SAB yang memenuhi
syarat bakteriologis
---------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis

4.3.4

Cakupan : tidak dilakukan


Target kualitas air bersih bebas bakteri patogen 100 %
(Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)
Lingkungan
1. Lingkungan Fisik

Lokasi :
- Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang
ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda

motor.
Iklim :
- Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Walaupun sebagian
jalan masih berlubang-lubang dan becek tetapi tidak mempengaruhi

pelaksanaan program secara signifikan (Sindang Sari dan Mulya Jaya).


Kondisi Geografis :
- Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air bersih
Berdasarkan keterangan petugas kesehatan lingkungan
Puskesmas Kutawaluya, masih didapatkan air yang terasa asin
pada penggalian/pengeboran. Hal ini mungkin disebabkan
karena daerahnya yang dekat dengan laut (Sindangsari dan

Sindangmukti berbatasan dengan Cilebar)


2. Lingkungan Non Fisik
Perilaku masyarakat
- Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan
mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan
limbah keluarga. Tidak ada data penggunaan air sungai sebagai sumber
air minum.
4.3.5 Umpan Balik.
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali

yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan


Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang
ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan
program pengawasan sarana air bersih selanjutnya.
17

4.3.6 Dampak
Dampak langsung seperti menurunnya angka morbiditas dan mortalitas yang
disebabkan penyakit yang ditularkan langsung oleh air (penyakit kolera, demam
tifoid, Disentri, dan Diare.
Dampak tidak langsung, yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih
tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Bab V
Pembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-variabel dari Masalah
No

Variabel

Tolok Ukur Target PKM

Pencapaian

PKM Masalah

Kutawaluya dan Provinsi

Kutawaluya / 1 Tahun

Jawa Barat/ 1 Tahun


1

Keluaran :
- Cakupan

jumlah

penduduk

yang

mengunakan

air

dari

air

sarana

80%
(Januari Desember

64,43 %%
(Januari Desember

2015)

2015)

80%
(Januari Desember

60,06 %
(Januari Desember

2015)

2015)

(+)
15,57 %

bersih

Hasil

inspeksi

sarana air bersih


(SAB)

18

(+)
19,94%

Masukan :
Tenaga (Man)

Tersedianya

minimal

2 1 orang tenaga yang

orang sebagai koordinator merangkap

(+)

sebagai

dan pelaksana program koordinator dan pelakpengawasan

sarana

air sana

pengawasan

bersih yang terampil di sarana air bersih.


-

Dana (Money)

bidangnya.
Tersedianya

dana

yang

cukup, berasal dari APBD


dan BOK untuk petugas,
-

Sarana

sebesar Rp 50.000.

Kurangnya penyerapan
dana BOK oleh petugas
kesehatan lingkungan,
disebabkan
petugas

(Material)

(+)

oleh
kesulitan

(+)

dalam hal SPJ.


-

Formulir inspeksi

sanitasi air bersih


Botol steril, tas/kotak

pengepakan botol
Formulir pengiriman

sampel
Formulir hasil

pemeriksaan sample
Alat tulis, sarana
transportasi

Medis:
Sanitarian kit : Tidak
ada
Non medis:
- Infocus : Ada, 1 buah
- Layar : Ada, 1 buah
- Leaflet : Ada
- Lembar balik : Ada
- Poster: Ada
- Alat tulis: Cukup
- Buku pedoman
Kesling : Ada namun

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

terbatas ( hanya 1)
- Checklist
pemeriksaan SAB

Ada
- Formulir pengiriman
sampel :Ada
- Sarana transportasi:
Cukup
- Botol steril, tas/ kotak
pengepakan botol
Tidak ada
-

Metode
19

(+)

Metode

pemeriksaan

1.Dilakukan pendataan
kualitas
air bersih
2.Dilakukan pemeriksaan
dilakukan berdasarkan
SAB
3.Dilakukan pengambilan kriteria fisik saja, tidak
sampel air
berbau, tidak berwarna,
4.Dilakukan pemeriksaan
tidak keruh dan tidak
bakteriologis air
berasa. Tidak dilakukan
5.Dilakukan pemeriksaan
pengambilan sampel,
risiko pencemaran air
pemeriksaan
bakteriologis.

Bab VI
Perumusan Masalah
6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran)
6.1.1 Cakupan jumlah penduduk menggunakan SAB 64,43 %% dari target 80%, besar
masalah= 15,57%
6.1.2 Cakupan inspeksi SAB 60,06% dari target 80 %, besar masalah= 19,94%
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)
Masukan
Tenaga ( Man )
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan
pelaksana program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan
untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap 6448 Sarana Air Bersih
-

yang tersebar di 7 desa, dengan area kerja seluas 2.340 Ha.


Dana ( Money )

20

Kurangnya penyerapan dana yang berasal dari BOK oleh petugas


kesehatan lingkungan. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi dari

petugas kesling, salah satunya karena SPJ.


Sarana (Material)

Tidak adanya sanitarian kit dan tas/kotak pengepakan botol untuk


pemeriksaan kualitas air

yang digunakan untuk membantu program

pengawasan sarana air bersih..


Metode

Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis.


Proses
Pengorganisasian

Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator


program (programmer) sudah ada, namun koordinator dan pelaksana sama,
sehingga kurangnya tenaga kerja dapat memengaruhi kuantitas sarana air
bersih yang diperiksa, maupun kualitas pemeriksaan.

Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan pengawasan kualitas
air 2 x setahun.

Namun tidak dilakukan pengambilan sampel dan

pemeriksaan bakteriologi.

21

Bab VII
Prioritas Masalah
7.1 Masalah menurut keluaran:
A. Cakupan jumlah penduduk menggunakan SAB 64,43 % % dari target 80%. Besar
masalah adalah 15,57 %.
B. Cakupan inspeksi SAB 60,06% dari target 80 %. Besar masalah adalah 19,94%.
No

Parameter

Prioritas
Masalah
A

1
2

Besarnya masalah
Berat ringannya masalah

5
5

4
4

Keuntungan sosial karena terselesainya masalah

Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah

Teknologi yang tersedia

Tabel

Jumlah

23

21

Prioritas

2:

masalah
Keterangan derajat masalah:
5 = sangat penting; 4 = penting; 3 = cukup penting; 2 = kurang penting; 1 = tidak penting
Yang menjadi prioritas masalah:
1. Cakupan

jumlah

penduduk

yang

menggunakan

air

bersih

untuk

keperluan sehari-hari masih rendah, yaitu 64,43 % dari target 80 %. Besar masalah
15,57%
2. Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yaitu 60,06 % dari target 80 %. Besar
masalah 19,94%.

22

Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1
Cakupan
jumlah

penduduk

yang

menggunakan

air

bersih

untuk

keperluan sehari-hari masih rendah, yakni 64,43 % dari target 80 % dengan besar masalah
15,57%
Penyebab masalah ini:
Tenaga
Kurangnya tenaga kesehatan lingkungan di bidang kesehatan lingkungan,
petugas merangkap jabatan memegang program yang lain.
Dana
Kurangnya penyerapan dana BOK oleh petugas kesehatan lingkungan, disebabkan
oleh petugas kesulitan dalam hal SPJ.
Pengorganisasian
Kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB
dengan bagian promkes, pusling dan bidan desa.
Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan bakteriologi.
Lingkungan fisik dan non-fisik
- Kondisi geografis Kecamatan Kutawaluya yang dekat dengan laut (Desa
-

Sindangsari dan Sindangmukti berbatasan dengan kecamatan Cilebar).


Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.
Sarana air bersih yang terdapat di lingkungan masyarakat masih kurang.

Penyelesaian:
Tenaga
- Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kutawaluya.
- Pemberdayaan masyarakat terutama kader dan arisan jamban.
Dana
Dilakukan penyederhanaan format SPJ sehingga petugas kesehatan lingkungan dapat
membuat dan melakukan penyerapan dana untuk program kesehatan lingkungan.
Pengorganisasian
Meningkatkan pembinaan Kepala Puskesmas kepada koordinator program.
Pelaksanaan
Hal ini sebenarnya disebabkan kurangnya motivasi petugas kesehatan lingkungan
sehingga perlu peningkatan motivasi dari Kepala Puskesmas bagi petugas kesehatan
lingkungan untuk penyerapan dana BOK kegiatan kesling secara optimal dan
pemenuhan kebutuhan sarana kesling (sanitarian kit).
23

Lingkungan fisik dan non-fisik


- Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
-

penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.


Kegiatan arisan jamban ditambah SAB seperti yang sudah berjalan di RW Siaga

Ciampel.
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada Musrenbang.

8.2 Masalah 2
Hasil inspeksi sarana air bersih masih kurang, yakni 60,06% dari target 80 % dengan besar
masalah 19,94%.
Penyebab:
Tenaga
-

Kurangnya kompetensi tenaga kesehatan lingkungan untuk melakukan


inspeksi kualitas sarana air bersih. Petugas bukan sanitarian, melainkan perawat

serta merangkap jabatan memegang program yang lain.


Dana
- Kurangnya penyerapan dana BOK oleh petugas kesehatan lingkungan disebabkan
adanya kesulitan dalam hal pembuatan SPJ

Sarana
- Tidak ada sanitary kit, botol steril, tas/ kotak pengepakan botol di Puskesmas.
Pengorganisasian
- Kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB

dengan bagian promkes, pusling dan bidan desa.


Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan

bakteriologi.
Penyelesaian:
Tenaga

Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kutawaluya.


Pemberdayaan masyarakat.

Dana
-

Dilakukan penyederhanaan format SPJ sehingga petugas kesehatan lingkungan


dapat membuat dan melakukan penyerapan dana BOK untuk program kesehatan
lingkungan.

Sarana
-

Mengkoordinasi dengan pusat untuk bahan-bahan yang diperlukan dari dinas


kesehatan.

Pengorganisasian
-

Meningkatkan pembinaan Kepala Puskesmas kepada koordinator program.


24

Pelaksanaan
-

Hal ini sebenarnya disebabkan kurangnya motivasi petugas kesehatan


lingkungan dan sarana yang mendukung (sanitarian kit) sehingga perlu
peningkatan motivasi dari Kepala Puskesmas bagi petugas kesehatan lingkungan
dan pemenuhan kebutuhan sarana kesling (sanitarian kit).

Bab IX
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih melalui cara pendekatan sistem,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Program Pengawasan Sarana Air Bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang pada periode Januari sampai
dengan Desember 2015 belum mencapai target. Dari hasil kegiatan program, ditemukan
beberapa hal yang menjadi masalah, yaitu:
a. Jenis sarana air bersih yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, yaitu
SGL, SPT, dan Pompa listrik, dengan jumlah seluruhnya, yaitu 6448 SAB.
b. Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 64,43 % %
dan besar masalah 15,57%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga yang terampil
di bidang kesehatan lingkungan, kurangnya dana, serta kurangnya koordinasi antara
penanggungjawab, koordinator, dan pelaksana program. Ditambah lagi masih
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya penggunaan air bersih,

25

perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari serta terbatasnya sarana air bersih.
c. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 60,06% dan besar
masalah 19,94% karena kurangnya tenaga, kurangya dana, dan tidak ada sanitary
kit, kurangnya koordinasi antara penanggungjawab, koordinator, dan pelaksana
program. koordinator dengan pelaksana program.
d. Cakupan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis air tidak
dilakukan.
e.
f.
g.
h.
i.

Penyerapan dana BOK oleh petugas kesling yang masih kurang.


Sarana yang kurang memadai.
Kurangnya koordinasi antara programmer pengawasan SAB dengan staf lainnya.
Kondisi geografis yang dekat dengan laut sehingga menghasilkan air yang terasa asin.
Masih banyaknya masyarakat dengan kebiasaan masyarakat yang masih
menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.

Dengan prioritas masalah :

Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 64,43 %%

dan besar masalah 15,57 %


Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 60,06% dan besar
masalah 19,94 %.

9.2 Saran
Saran bagi Puskesmas Kecamatan Kutawaluya
Mengajukan pelatihan kepada Dinas Kesehatan bagi petugas kesehatan lingkungan
dan pemenuhan sarana/ teknologi (sanitarian kit) kepada Dinas Kesehatan.
Melakukan penyuluhan intensif kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih
untuk keperluan sehari-hari dan penyakit yang ditimbulkan akibat air yang kurang
bersih.
Membuat rencana pendanaan serinci mungkin untuk setiap kegiatan yang dilakukan
di Puskesmas Tempuran.
Mengadakan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologis, dan menilai risiko
pencemaran air secara berkala (minimal 1 tahun 2 kali pemeriksaan), dengan
bekerja sama dengan laboratorium kesehatan dan Dinas Kesehatan.
Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat
berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.

26

Melakukan tinjauan langsung untuk melihat perkembangan mengenai pelaksanaan


program kesehatan lingkungan.

Daftar Pustaka

1. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan
Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 2005
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi. Jakarta :
Depkes RI, 2004
3. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta:
Rineka Cipta. 2011
4. WHO/UNICEF. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report.Geneva.
2000.
5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004
6. Direktorat Penyehatan Air. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air Perkotaan.
Jakarta.1990.
7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana
Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta. 1990
8. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 02 April 2016 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
9. Departemen Kesehatan. Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta. 2002
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air.
Jakarta : Depkes RI, 2007

27

11. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006

Lampiran

28

29

Anda mungkin juga menyukai