Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo, derajat
kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%,
lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. Status kesehatan akan
tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi
yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak
optimal), maka status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah optimal. 1 Keempat faktor
tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan
ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. 2
Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat
di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan
masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. 1 Hal ini mendorong pemerintah
untuk mencanangkan program program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya
melalui cakupan pengawasan sarana air bersih. 3
Dalam bidang kesehatan, air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan
dalam penularan penyakit karena dapat menjadi media pertumbuhan mikrobiologi. Menurut
WHO UNICEF sekitar sepuluh ribu penduduk di negara berkembang meninggal setiap
harinya karena penyakit yang disebabkan oleh air. Dari daftar urutan penyebab kunjungan
puskesmas atau balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok penyakit
penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Penyakit diare ini pun masih
menduduki urutan atas sebagai penyebab kematian di negara berkembang seperti di
Indonesia.
Penyediaan sarana air bersih yang memadai sebagai kebutuhan dasar masyarakat belum
sepenuhnya terwujud dengan baik. Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang belum
memiliki akses terhadap keberadaannya. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation
Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)/United
nations of childrens fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih
kekurangan air bersih.4
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 22 ayat (3)
menyatakan bahwa penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk
berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Pengertian air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari, seperti minum/ masak serta mandi/ cuci dll. 5-7
Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih
sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %. 8
Dari data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air
kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau) di
perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (92,0%). Data hasil
menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia
pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%,
dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang
menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%,
sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung yaitu 32,7%.5,
9-10
2. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang
dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)/United nations of childrens
fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan
air bersih.
3. Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air
bersih sebesar 90,1% sedangkan daerah pedesaan memiliki cakupan sumber air bersih
sebesar 67,6%.
4. Dari data Riskesdas 2013, jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di
Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa
sebesar 24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%.
5. Dari data Riskesdas 2013, di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang
menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar
28,6%, sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali
terlindung yaitu 32,7%.
6. Dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang periode Januari 2015 hingga
Desember 2015, rata-rata penduduk yang menggunakan SAB sebanyak 35,48%
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum :
1.3.1.1.
masalah yang terdapat di dalam program pengawasan sarana air bersih secara
menyeluruh melalui pendekatan sistem agar dapat meningkatkan mutu dan
jangkauan program pengawasan sarana air bersih secara optimal di Puskesmas
Kutawaluya periode Januari 2015 sampai Desember 2015 dengan harapan
dapat menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat faktor risiko
kesehatan lingkungan.
1.3.2. Tujuan Khusus :
1.3.2.1.Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih untuk
keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode Januari
2015 sampai dengan Desember 2015.
1.3.2.2.Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2015 sampai dengan
Desember 2015.
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator:
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air
bersih.
3
Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari beberapa program upaya kesehatan
lingkungan terutama sarana air bersih periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 di
UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang, antara lain:
1. Laporan bulanan program sarana air bersih di Puskesmas Kutawaluya, periode Januari
2.
3.
4.
5.
Kutawaluya.
6. Pencatatan dan Pelaporan
2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat digunakan untuk
menjawab permasalahan pelaksanaan program yang terjadi, baik di awal, di tengah, maupun
di akhir program dengan cara membandingkan apakah terdapat perbedaan antara cakupan
program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih di Puskesmas Kutawaluya
periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 terhadap tolok ukur yang telah
ditetapkan sehingga dapat dibuat usulan dan saran untuk permasalahan tersebut.
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Kerangka Teoritis
Lingkungan
Masukan
Proses
Keluaran
Dampak
masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan, dan dampak pada program pengawasan
sarana air bersih (SAB). Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam
program program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih. [Lampiran I]
Berdasarkan Pedoman Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Sanitasi dalam
Menghadapi Situasi Darurat, air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk
hidup sehari- hari. Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau
keperluan rumah tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari
kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.
Air yang memenuhi syarat kesehatan harus memenuhi kriteria secara fisik,
bakteriologis, dan kimia. Kriteria air bersih yang memenuhi syarat sebagai berikut :
-
Secara fisik, yaitu jernih, suhu lebih rendah dari suhu sekitar, tidak berwarna, tidak
dengan keadaan dan kebutuhan. Berikut ini adalah berbagai sarana air bersih yang digunakan
oleh masyarakat sebagai sarana air bersih :
1. Sumur Gali
Merupakan sarana penyediaan air bersih tradisional yang banyak dijumpai di
masyarakat pada umumnya. Sumur gali menampung air dangkal atau kurang dari 7
meter.
Persyaratan konstruksi sumur gali meliputi :
Bangunan sumur gali terdiri dari dinding sumur, lantai sumur, dan bibir sumur
diberi penutup agar air hujan dan kotoran lain tidak dapat masuk ke dalam sumur.
Lantai sumur harus kedap air, mempunyai luas dengan lebar minimal 1 meter
atau pompa tangan, jika menggunakan timba, timba tidak boleh diletakkan di atas
dari sumur.
2. Sumur Pompa
Merupakan sarana penyediaan air bersih yang mempergunakan pompa baik tangan
maupun listrik untuk menaikkan air lubang sumur. Sumur pompa tangan (SPT)
berdasarkan kedalaman muka air yang diisapnya terdapat 3 jenis sumur pompa
tangan, yaitu :
a. Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTDK)
Merupakan sumur yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa mengisap air
secara teoritis dengan tekanan 1 atmosfer, tetapi dalam praktek dapat menaikkan
air dari kedalaman 7 meter atau kurang. Pompa tangan dapat dipasang pada
sumur gali, atau membuat lubang atau sumuran dengan jalan pengeboran maupun
penyidukan.
b. Sumur Pompa Tangan Sedang (SPTS)
Merupakan sumur yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa mengisap air
dengan kedalaman lebih dari 7 meter sampai 20 meter. Pompa tangan ini bisa
dipasang pada sumur gali dengan kedalaman 7 meter atau lebih sesuai dengan
keadaan kedalaman sumur, namun biasanya membuat lubang atau sumuran
dengan jalan pengeboran atau penyidukan.
c. Sumur Pompa Tangan Dalam (SPTDL)
Merupakan lubang atau sumuran yang dilengkapi dengan pompa tangan yang
bisa mengisap air dengan kedalaman 20 meter sampai dengan 30 meter. Lubang
atau sumuran yang dibuat biasanya dengan cara pengeboran.
3. Sumur Pompa Listrik (SPL)
Pada prinsipnya, cara pembuatan dan cara kerja SPL sama dengan SPT. Bedanya,
SPL menggunakan tenaga listrik sedangkan SPT menggunakan tenaga manusia. Jenis
jenis SPL, antara lain SPL untuk sumur dangkal, yaitu 9 meter atau kurang, jet
pump untuk kedalaman sampai 30 meter, dan pompa selam (submersible pump)
untuk kedalaman sampai 30 meter.
Jenis- jenis sarana air bersih lainnya meliputi Penampungan Air Hujan (PAH), Perlindungan
Mata Air (PMA), kran umum, hydran umum, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Bab IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Kutawaluya tahun 2015.
Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, Puskesmas Kutawaluya,
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Desa Waluya
Desa Sampalan
Desa Sindangsari
Desa Sindangmulya
Desa Sindangkarya
Desa Sindangmukti
Desa Mulyajaya
4.2.2 Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah
pertanian seluas 1.638 Ha dan sisanya merupakan tanah dengan berbagai kegunaan
seluas 702 Ha, atau keseluruhannya 2.340 Ha.
4.2.3 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang berada pada
dataran rendah berdekatan dengan laut.
4.2.4 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan
temperatur udara rata-rata 27-29 C.
4.2.5 Kepercayaan Agama
Mayoritas penduduk di wilayah kerja puskesmas Kutawaluya
menganut agama
Data Khusus
4.3.1. Masukan
1. Tenaga
a. Dokter/ Kepala Puskesmas
b. Petugas kesehatan lingkungan
pelaksana program)
2. Dana
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari:
APBD
: tersedia
3. Sarana
a) Sarana medis:
Sanitarian kit
: Tidak ada
b) Sarana non medis:
Infocus
: Ada, 1 buah
Layar
: Ada, 1 buah
Leaflet
: Ada
Lembar balik
: Ada
Poster
: Ada
Alat tulis
: cukup
Buku pedoman Kesling
: Ada namun terbatas ( hanya 1)
Checklist pemeriksaan SAB
: Ada
Formulir pengiriman sampel
: Ada
Sarana transportasi
: Cukup
Botol steril, tas/ kotak pengepakan botol: Tidak ada
4. Metode
Pendataan jumlah dan sarana air bersih
11
Pendataan ini diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2015 Desember 2015, seperti
dibawah :
Jumlah sarana air = 6.448 buah yang terdiri dari SPT, SGL dan pompa listrik.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 kali setahun. Pemeriksaan
kualitas air bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
tidak keruh, tidak berasa, dan suhu dibawah suhu kamar.
Inspeksi dilakukan dengan syarat:
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan adalah :
-
hidup lagi.
Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak
pemakai.
Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur l,5
m dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 15% ke arah saluran pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan
12
Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan
panjangnya.
Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa
listrik.
Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi air
bersih dapat dirujuk di lampiran formulir inspeksi sanitasi air bersih.
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya. Untuk sumur pompa, sampel
diambil setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali, sampel diambil dengan
kedalaman 20 cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM, sampel diambil
setelah 2 menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil
sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5
liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril
dan bisa disterilkan dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml,
kemudian diberi etiket dan dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan
sampel secara lengkap terdapat di lampiran SOP pengambilan sampel.
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi
syarat kesehatan.
Kualitas bakteriologis ini dapat ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium, kemudian ditetapkan sesuai standar kualitas air bersih terhadap
kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.
Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi :
- AT (amat tinggi)
- T (tinggi)
- S (sedang)
- R (rendah)
Cara pemeriksaan lengkap dapat dilihat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.
Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke
dalam format pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang
diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta,
grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan
tahunan).
13
- Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada.
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Terdapat perencanaan tertulis dari Puskesmas Kutawaluya yaitu mengenai:
Pendataan jumlah sarana air bersih
Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan
jumlah pengguna.
Pemeriksaan / inspeksi sarana air bersih
Pemeriksaan terhadap sarana air bersih dilakukan 2 kali setahun oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih dengan
tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu selama
1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang dilakukan
air
dilakukan
di
dilakukan
untuk
mengetahui
4.3.2.2 Pengorganisasian
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya:
Kepala puskesmas
Dr. Cucu Siti Minpalah , M.Kes
14
4.3.2.4 Pengawasan:
15
Cakupan :
3873
------------------ X 100 % = 60,06%
6448
4.3.3.4 Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah sampel air SAB yang memenuhi
syarat bakteriologis
---------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis
4.3.4
Lokasi :
- Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang
ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.
Iklim :
- Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Walaupun sebagian
jalan masih berlubang-lubang dan becek tetapi tidak mempengaruhi
4.3.6 Dampak
Dampak langsung seperti menurunnya angka morbiditas dan mortalitas yang
disebabkan penyakit yang ditularkan langsung oleh air (penyakit kolera, demam
tifoid, Disentri, dan Diare.
Dampak tidak langsung, yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih
tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Bab V
Pembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-variabel dari Masalah
No
Variabel
Pencapaian
PKM Masalah
Kutawaluya / 1 Tahun
Keluaran :
- Cakupan
jumlah
penduduk
yang
mengunakan
air
dari
air
sarana
80%
(Januari Desember
64,43 %%
(Januari Desember
2015)
2015)
80%
(Januari Desember
60,06 %
(Januari Desember
2015)
2015)
(+)
15,57 %
bersih
Hasil
inspeksi
18
(+)
19,94%
Masukan :
Tenaga (Man)
Tersedianya
minimal
(+)
sebagai
sarana
air sana
pengawasan
Dana (Money)
bidangnya.
Tersedianya
dana
yang
Sarana
sebesar Rp 50.000.
Kurangnya penyerapan
dana BOK oleh petugas
kesehatan lingkungan,
disebabkan
petugas
(Material)
(+)
oleh
kesulitan
(+)
Formulir inspeksi
pengepakan botol
Formulir pengiriman
sampel
Formulir hasil
pemeriksaan sample
Alat tulis, sarana
transportasi
Medis:
Sanitarian kit : Tidak
ada
Non medis:
- Infocus : Ada, 1 buah
- Layar : Ada, 1 buah
- Leaflet : Ada
- Lembar balik : Ada
- Poster: Ada
- Alat tulis: Cukup
- Buku pedoman
Kesling : Ada namun
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
terbatas ( hanya 1)
- Checklist
pemeriksaan SAB
Ada
- Formulir pengiriman
sampel :Ada
- Sarana transportasi:
Cukup
- Botol steril, tas/ kotak
pengepakan botol
Tidak ada
-
Metode
19
(+)
Metode
pemeriksaan
1.Dilakukan pendataan
kualitas
air bersih
2.Dilakukan pemeriksaan
dilakukan berdasarkan
SAB
3.Dilakukan pengambilan kriteria fisik saja, tidak
sampel air
berbau, tidak berwarna,
4.Dilakukan pemeriksaan
tidak keruh dan tidak
bakteriologis air
berasa. Tidak dilakukan
5.Dilakukan pemeriksaan
pengambilan sampel,
risiko pencemaran air
pemeriksaan
bakteriologis.
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran)
6.1.1 Cakupan jumlah penduduk menggunakan SAB 64,43 %% dari target 80%, besar
masalah= 15,57%
6.1.2 Cakupan inspeksi SAB 60,06% dari target 80 %, besar masalah= 19,94%
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)
Masukan
Tenaga ( Man )
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan
pelaksana program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan
untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap 6448 Sarana Air Bersih
-
20
Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan pengawasan kualitas
air 2 x setahun.
pemeriksaan bakteriologi.
21
Bab VII
Prioritas Masalah
7.1 Masalah menurut keluaran:
A. Cakupan jumlah penduduk menggunakan SAB 64,43 % % dari target 80%. Besar
masalah adalah 15,57 %.
B. Cakupan inspeksi SAB 60,06% dari target 80 %. Besar masalah adalah 19,94%.
No
Parameter
Prioritas
Masalah
A
1
2
Besarnya masalah
Berat ringannya masalah
5
5
4
4
Tabel
Jumlah
23
21
Prioritas
2:
masalah
Keterangan derajat masalah:
5 = sangat penting; 4 = penting; 3 = cukup penting; 2 = kurang penting; 1 = tidak penting
Yang menjadi prioritas masalah:
1. Cakupan
jumlah
penduduk
yang
menggunakan
air
bersih
untuk
keperluan sehari-hari masih rendah, yaitu 64,43 % dari target 80 %. Besar masalah
15,57%
2. Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yaitu 60,06 % dari target 80 %. Besar
masalah 19,94%.
22
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1
Cakupan
jumlah
penduduk
yang
menggunakan
air
bersih
untuk
keperluan sehari-hari masih rendah, yakni 64,43 % dari target 80 % dengan besar masalah
15,57%
Penyebab masalah ini:
Tenaga
Kurangnya tenaga kesehatan lingkungan di bidang kesehatan lingkungan,
petugas merangkap jabatan memegang program yang lain.
Dana
Kurangnya penyerapan dana BOK oleh petugas kesehatan lingkungan, disebabkan
oleh petugas kesulitan dalam hal SPJ.
Pengorganisasian
Kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB
dengan bagian promkes, pusling dan bidan desa.
Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan bakteriologi.
Lingkungan fisik dan non-fisik
- Kondisi geografis Kecamatan Kutawaluya yang dekat dengan laut (Desa
-
kebutuhan sehari-hari.
Sarana air bersih yang terdapat di lingkungan masyarakat masih kurang.
Penyelesaian:
Tenaga
- Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kutawaluya.
- Pemberdayaan masyarakat terutama kader dan arisan jamban.
Dana
Dilakukan penyederhanaan format SPJ sehingga petugas kesehatan lingkungan dapat
membuat dan melakukan penyerapan dana untuk program kesehatan lingkungan.
Pengorganisasian
Meningkatkan pembinaan Kepala Puskesmas kepada koordinator program.
Pelaksanaan
Hal ini sebenarnya disebabkan kurangnya motivasi petugas kesehatan lingkungan
sehingga perlu peningkatan motivasi dari Kepala Puskesmas bagi petugas kesehatan
lingkungan untuk penyerapan dana BOK kegiatan kesling secara optimal dan
pemenuhan kebutuhan sarana kesling (sanitarian kit).
23
Ciampel.
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada Musrenbang.
8.2 Masalah 2
Hasil inspeksi sarana air bersih masih kurang, yakni 60,06% dari target 80 % dengan besar
masalah 19,94%.
Penyebab:
Tenaga
-
Sarana
- Tidak ada sanitary kit, botol steril, tas/ kotak pengepakan botol di Puskesmas.
Pengorganisasian
- Kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB
bakteriologi.
Penyelesaian:
Tenaga
Dana
-
Sarana
-
Pengorganisasian
-
Pelaksanaan
-
Bab IX
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih melalui cara pendekatan sistem,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Program Pengawasan Sarana Air Bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang pada periode Januari sampai
dengan Desember 2015 belum mencapai target. Dari hasil kegiatan program, ditemukan
beberapa hal yang menjadi masalah, yaitu:
a. Jenis sarana air bersih yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, yaitu
SGL, SPT, dan Pompa listrik, dengan jumlah seluruhnya, yaitu 6448 SAB.
b. Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 64,43 % %
dan besar masalah 15,57%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga yang terampil
di bidang kesehatan lingkungan, kurangnya dana, serta kurangnya koordinasi antara
penanggungjawab, koordinator, dan pelaksana program. Ditambah lagi masih
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya penggunaan air bersih,
25
perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari serta terbatasnya sarana air bersih.
c. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 60,06% dan besar
masalah 19,94% karena kurangnya tenaga, kurangya dana, dan tidak ada sanitary
kit, kurangnya koordinasi antara penanggungjawab, koordinator, dan pelaksana
program. koordinator dengan pelaksana program.
d. Cakupan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis air tidak
dilakukan.
e.
f.
g.
h.
i.
Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 64,43 %%
9.2 Saran
Saran bagi Puskesmas Kecamatan Kutawaluya
Mengajukan pelatihan kepada Dinas Kesehatan bagi petugas kesehatan lingkungan
dan pemenuhan sarana/ teknologi (sanitarian kit) kepada Dinas Kesehatan.
Melakukan penyuluhan intensif kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih
untuk keperluan sehari-hari dan penyakit yang ditimbulkan akibat air yang kurang
bersih.
Membuat rencana pendanaan serinci mungkin untuk setiap kegiatan yang dilakukan
di Puskesmas Tempuran.
Mengadakan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologis, dan menilai risiko
pencemaran air secara berkala (minimal 1 tahun 2 kali pemeriksaan), dengan
bekerja sama dengan laboratorium kesehatan dan Dinas Kesehatan.
Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat
berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.
26
Daftar Pustaka
1. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan
Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 2005
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi. Jakarta :
Depkes RI, 2004
3. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta:
Rineka Cipta. 2011
4. WHO/UNICEF. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report.Geneva.
2000.
5. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004
6. Direktorat Penyehatan Air. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air Perkotaan.
Jakarta.1990.
7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana
Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta. 1990
8. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 02 April 2016 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
9. Departemen Kesehatan. Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta. 2002
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air.
Jakarta : Depkes RI, 2007
27
11. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006
Lampiran
28
29