Anda di halaman 1dari 5

KISAH ALI BIN ABU THALIB

Pada suatu masa, wilayah Mekkah dan sekitarnya mengalami musim kemarau yang panjang.
Akibatnya banyak penduduk wilayah Arab yang mengalami krisis makanan. Begitu juga
dengan keluarga Abu Thalib, Kebun kurma milik keluarga Abu Thalib tidak dapat dipanen
karena banyak yang mati. Binatang ternaknya juga banyak yang mati. Abu Thalib kesulitan
memenuhi kebutuhan keluarganya, padahal ia memiliki banyak tanggungan keluarga.
Saat dalam keadaan sulit, kerabatnya, Muhammad dan Abbas datang menolong keluarga Abu
Thalib. Mereka bermaksud meringankan beban Abu Thalib. Oleh karena itu, mereka akan
mengasuh anak-anak Abu Thalib, sedangkan Abbas mengasuh Jafar bin Abu Thalib. Sejak
itu, Ali bin Abu Thalib tinggal bersama Nabi Muhammad.
Keislaman Ali bin Abu Thalib
Pada suatu masa, Nabi Muhammad telah mendapat wahyu dari Allah. Ia juga mendapat
perintah untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam. Pada awalnya, Nabi
Muhammad menyampaikan ajarannya kepada istrinya, Khadijah. Khadijah pun menjadi
orang yang pertama kali beriman kepada ajaran Islam.
Pada suatu ketika, Ali bin Abu Thalib yang masih berumur sepuluh tahun melihat Nabi
Muhammad dan Khadijah sedang beribadah bersama. Setelah Nabi Muhammad selesai
beribadah, Ali bertanya,Wahai paman, apa yang sering engkau kerjakan itu? Nabi
Muhammad menjawab bahwa dirinya dan Khadijah sedang menyembah Allah Rabbul
Alamin. Kemudian, Ali bertanya, Siapakah Allah Rabbul Alamin? Rasulullah menerangkan
bahwa Allah Rabbul Alamin adalah Allah Pencipta Alam semesta yang mampu mematikan
dan menghidupkan semua mahluk-Nya. Saat itu pula, Nabi Muhammad mengajak Ali untuk
mengikuti ajaran agama Islam. Ia adalah orang kedua yang memeluk agama Islam setelah
Khadijah.
Pada suatu hari, Nabi Muhammad hendak berdakwah kepada kaum kerabatnya. Untuk itu,
Nabi Muhammad meminta Ali untuk mengumpulkan kaum kerabat dari Bani Hasyim dan
Bani Muthalib. Ali segera melaksanakan perintah Nabi Muhammad.

Setelah seluruh kerabat berkumpul, Rasulullah mulai berdakwah. Ia meminta mereka untuk
percaya kepada Allah swt, dan memperkenalkan dirinya sebagai Rasul Allah. Ia mengajak
kaum kerabatnya untuk menjadi pengikut ajaran agama Islam. Namun tidak ada yang
menyambut baik dakwah Nabi Muhammad, kecuali Ali. Ali berkata dengan lantang, Ya
Rasulullah, Aku menjadi pengikutmu. Kemudian, Nabi Muhammad kembali mengulangi
seruannya hingga tiga kali. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang bersedia. Hanya Ali yang
menyatakan kesediannya. Setelah itu, Rasulullah berkata sambil mengangkat tangan Ali, Dia
adalah saudaraku, penerima wasiatku, dan penerusku. Hendaklah kalian menaatinya.
Kegaduhan pun terjadi.
Pada hari-hari selanjutnya, Nabi Muhammad terus berdakwah dari kerabatnya hingga kepada
penduduk Mekkah pada umumnya. Namun, dakwahnya tidak banyak mendapat tanggapan
dari penduduk Mekkah. Hanya sedikit orang yang mempercayai ajaran agama Islam.
Meskipun demikian, Rasulullah tidak berputus asa.
Ali bin Abu Thalib Berhijrah Ke Madinah
Pada suatu masa, Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk berhijrah ke Madinah. Hal
itu membuat kaum musyrik Quraisy sangat khawatir. Mereka mengira bahwa kaum muslim
akan bergabung dengan suku Aus dan suku Khazraj yang terkenal sangat pemberani.
Keadaan demikian membuat kaum musyrik Quraisy bersepakat untuk membunuh Rasulullah.
Setelah itu, beberapa orang kaum musyrik Quraisy mengepung rumah Rasulullah. Sementara
itu, Rasulullah yang ada di dalam rumah meminta Ali untuk tidur di tempat tidur Rasulullah.
Selain itu, Rasulullah juga meminta Ali untuk menggunakan selimut Rasulullah. Ketika itu,
Ali telah menjadi seorang pemuda yang gagah. Ali pun segera melaksanakan permintaan
Rasulullah. Setelah itu, Nabi Muhammad meninggalkan rumahnya menuju ke rumah Abu
Bakar. Dari rumah Abu Bakar, Rasulullah dan Abu Bakar berhijrah ke Madinah.
Orang-orang musyrik yang mengintip rumah melihat seseorang berselimut. Mereka
menganggap orang yang berselimut itu adalah Rasulullah. Selanjutnya, mereka mendobrak
pintu dan berlari ke arah tempat tidur Rasulullah. Namun, mereka terkejut ketika melihat
orang yang terbaring bukanlah Rasulullah, tetapi Ali bin Abu Thalib. Mereka tidak
menyerang Ali karena Ali bukanlah sasaran mereka.

Setelah beberapa lama, Ali dan kerabat-kerabatnya yang perempuan meninggalkan Kota
Mekkah menuju ke Madinah. Karena itu, beberapa orang musyrik mengejar rombongan Ali.
Saat mengetahuinya, Ali bersiap diri menghadapi orang-orang yang mengejarnya. Ia
menempatkan kerabat perempuan dan unta-untanya di tempat yang aman. Setelah itu, ia
menghadang orang-orang mengejarnya. Seorang pemuda musyrik menentangnya sehingga
terjadi perkelahian. Perkelahian itu berakhir dengan tewasnya pemuda musyrik tersebut.
Mengetahui temannya terbunuh, mereka ketakutan dan berlari meninggalkan Ali.
Ali dan rombongannya melanjutkan perjalanan ke Madinah. Mereka menempuh perjalanan
yang sangat melelahkan. Sementara itu, Rasulullah yang telah berada di Quba sangat cemas
karena di dalam rombongan Ali juga terdapat putri kesayangannya, yaitu Fatimah Az-Zahra.
Ketika Rasulullah melihat kedatangan Ali dan rombongannya, ia sangat gembira dan lega.
Rasulullah juga terharu ketika melihat Ali yang sangat kelelahan hingga tidak mampu
berjalan. Kaki Ali membengkak karena jauhnya perjalanan. Kemudian, Rasulullah mengusap
kaki Ali dengan air liurnya. Seketika, kaki Ali yang membengkak menjadi sembuh.
Ali bin Abu Thalib Menikah Dengan Fatimah Az-Zahra
Setelah beberapa lama tinggal di Madinah, beberapa sahabat melamar putri Rasulullah,
Fatimah Az-Zahra. Di antara sahabat yang melamar ialah Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Namun semuanya ditolak oleh Rasulullah dengan halus.
Pada saat itu, diantara sahabat yang terdekat dengan Rasulullah hanya Ali yang tidak
melamar Fatimah. Abu Bakar menanyakan hal itu kepada Ali. Sebenarnya, Ali sangat
mencintai Fatimah. Namun, Ali merasa tidak memilik apa-apa. Mengetahui hal itu, Abu
Bakar memberi semangat dan mendorongnya untuk melamar Fatimah.
Akhirnya, Ali memberanikan diri untuk melamar Fatimah. Ketika datang ke rumah
Rasulullah, Ali disambut hangat oleh Rasulullah. Lamaran Ali pun diterima Rasulullah,
kemudian Rasulullah menikahkan Ali dengan Fatimah dengan maskawin baju besi. Dengan
pernikahan tersebut, hubungan kekerabatan Ali dan Rasulullah semakin dekat. Ali bin Abu
Thalib adalah sepupu dan menantu Rasulullah.

Ali bin Abu Thalib Pembawa Bendera Islam


Ali bin Abu Thalib bukan hanya pendukung dakwah Rasulullah, ia juga berjuang bersama
Rasulullah di medan perang. Dengan keahliannya memainkan pedang, Ali menggempur
musuh-musuh Allah.
Suatu masa, Ali bin Abu Thalib turut serta bertempur di Uhud. Pasukan Quraisy berhasil
mendesak pasukan muslim. Saat itu, Mushab bin Umair menjadi pembawa bendera Islam.
Pasukan Quraisy berhasil mendesak pasukan muslim dan Mushab pun gugur. Ketika
bendera Islam jatuh dari tangan Mushab, Ali segera mengambil bendera Islam tersebut.
Tangan kirinya memegang bendera dan tangan kanannya memegang pedang untuk
menangkis serangan musuh.
Pada masa perang Khaibar, Ali juga membuktikan keberaniannya, ketika itu, Pasukan
muslim mengalami kesulitan dalam menembus benteng pertahanan musuh. Rasulullah
berkata, Esok hari, aku akan menyerahkan bendera Islam kepada seseorang yang mencintai
dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, melalui tangannya , kita akan menang di Perang
Khaibar ini.
Pada pagi harinya, Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib. Ternyata, Rasulullah
menyerahkan bendera Islam kepada Ali, Bawahlah dan jagalah dengan baik bendera Islam
ini hingga Allah memberikan kemenangan kepadamu.
Ali memimpin pasukan Islam untuk menyerang benteng musuh, Ali menerobos benteng
musuh seorang diri, saat itu musuh menghujaninya dengan anak panah. Namun Ali tetap
menerobos benteng dengan menaiki pintu gerbang. Setelah berhasil masuk ke dalam benteng,
Ali membuka pintu gerbangnya. Dengan demikian, pasukan muslim dapat masuk melewati
benteng musuh. Akhirnya, pasukkan Islam mampu melumpuhkan perlawanan musuh,
perkataan Rasulullah pun benar-benar terjadi dan terbukti.
Ali bin Abu Thalib Menjadi Khalifah
Para sahabat memandang Ali bin Thalib sebagai seorang yang memiliki kedudukkan yang
penting. Tidak mengherankan jika khalifah sering kali meminta nasihat kepada Ali. Pada saat
Abu Bakar menjadi khalifah, ia sering kali meminta pertimbangan kepada Ali. Ketika Umar
bin Khattab menjadi khalifah, ia juga meminta nasihat kepada Ali. Masa itu, Ali juga

menyarankan agar Khalifah Umar bin Khattab membuat perhitungan tahun dengan mengacu
pada peristiwa hijrahnya Rasulullah. Saran itu diterima oleh Umar bin Khattab, sehingga
sejak itu berlaku penanggalan tahun Hijriah.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Ali juga menjadi penasihat Utsman. Ia sering
kali mengingatkan Utsman tentang kebijakkannya yang mengangkat pegawai dari kaum
kerabatnya sendiri. Apabila para pegawai melakukan kesalahan, Utsman tidak berani
memecat mereka. Pada masa itu banyak terjadi pemberontakan. Ali juga turut serta dalam
meredam

pemberontakan.

Namun,

kekuatan

pemberontakkan

begitu

kuat

hingga

pemberontakan tersebut menyebabkan Utsman terbunuh pada saat sedang membaca AlQuran.
Setelah Utsman mati syahid, kaum muslim bermusyawarah untuk memilih khalifah yang
baru, Saat itu mereka memutuskan untuk mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah.
Setelah itu menjadi khalifah yang keempat, Ali memindahkan pusat pemerintahan ke Kufah,
Irak.
Sekali pun telah menjadi seorang khalifah, Ali dan keluarganya tetap hidup sederhana. Ia
pernah terlihat membeli barang di pasar sendirian, ia membawa sendiri barang-barang yang
telah dibelinya. Ia sering kali memantau keadaan rakyatnya. Jika ada rakyatnya yang
membutuhkan pertolongan, ia akan langsung membantunya. Demikianlah, Ali menjadi
pemimpin yan bijaksana dan sangat sederhana.

Anda mungkin juga menyukai