Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya.NPB merupakan keluhan muskuluskeletal yang sering dikeluhkan oleh
pasien. Bahkan seringkali menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, disabilitas
dan produktifitas penderitanya.
NPB dapat dialami siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian
keluhan NPB jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin
berhubungan dengan beberapa faktor etiologi tertentu yang sering dijumpai pada
usia yang lebih tua.Hampir 70-80% penduduk di Negara maju pernah mengalami
NPB. Setiap tahun 14-45% orang dewasa menderita NPB sekitar usia 35-55
tahun. Data epidemiologi mengenai NPB di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17%
Jumlah penderita perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penderita
laki-laki. Jumlah penderita NPB yang terbanyak pada tahun 2007 dengan
pekerjaan sebagai pegawai negeri dan diikuti oleh pensiunan kemudian oleh ibu
rumah tangga, sedangkan yang terbanyak pada tahun 2008 dengan pekerjaan
sebagai pegawai negeri diikuti oleh ibu rumah tangga kemudian oleh pensiunan
Faktor risiko terjadinya NPB antara lain usia, indeks massa tubuh,
kehamilan dan faktor psikologi. Seorang yang berusia lanjut akan mengalami
NPB karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulang, sehingga tidak
lagi elastis seperti diwaktu muda. Sedangkan postur merupakan faktor pendukung
NPB. Kesalahan postur seperti bahu melengkung ke depan, perut menonjol ke
depan dan lordosis lumbal berlebihan dapat menyebabkan spasme otot
(ketegangan otot). Hal ini merupakan penyebab terbanyak dari NPB.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah (NPB) atau sering disebut juga low back pain
(LBP) merupakan masalah kesehatan di hampir semua negara. Hampir bisa
dipastikan 50-80% orang berusia 20 tahun ke atas pernah mengalami nyeri
punggung bawah. Bahkan umumnya, perempuan usia 60 tahun ke atas lebih
sering merasakan sakit pinggang. NPB merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik, yang
sering dialami oleh orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami
oleh orang usia muda.
NPB dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan
psikologis dan mobilisasi yang salah. NPB dapat didefinisikan sebagai gangguan
muskuloskeletal pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai
penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik atau merupakan sindroma klinik
yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan
tidak nyaman di daerah punggung bagian bawah. NPB sering menjadi kronis,
menetap atau kadang berulang kali dengan memerlukan biaya yang tinggi dalam
penanganannya sehingga tidak boleh dipandang sebelah mata.
Berdasarkan patofisiologi NPB dibagi menjadi NPB spesifik dan non spesifik.
NPB spesifik (Specific low back pain) berupa gejala yang disebabkan oleh
mekanisme patologi yang spesifik, seperti hernia nuclei pulposi (HNP), infeksi,
osteoporosis, rheumatoid arthritis, fraktur, atau tumor. Sedangkan NPB non spesifik
(Non-specific low back pain) berupa gejala tanpa penyebab yang jelas, diagnosisnya
berdasarkan eklusi dari patologi spesifik. Kata non spesifik mengidentifikasi bahwa
tidak terdapat struktur yang jelas yang menyebabkan nyeri. NPB non spesifik
termasuk diagnosa seperti lumbago, mysofascial syndromes, muscle spasm,
mechanical LBP, back sprain, dan back strain. Setiap kondisi ini termasuk nyeri di
area lumbar yang mungkin menjalar ke satu atau kedua paha, tapi tidak dibawah lutut

2.2 Etiologi
Etiologi nyeri punggung bawah menurut John W.Engstrom dalam
Johannes (2010) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kongenital/
perkembangan, trauma minor (tegang atau keseleo, tertarik), fraktur, herniasi
diskus

intervertebral,

degeneratif,

artritis,

metastase

neoplasma/

tumor,

infeksi/inflamasi, metabolik, dan lainnya yaitu psikiatri, diseksi arteri vertebral,


postural. Postural dalam hal ini adalah contohnya sikap duduk, dimana sikap
duduk yang tidak baik seperti membungkuk ke depan, tidak tegap, kepala
menunduk, dada kempis, dinding perut menonjol dan cekung kedepan pada
kurvatura lumbal yang berlebihan (hiperlordotic). Semua posisi diatas akan
menyebabkan pusat gaya berat jatuh kedepan. Sebagai kompensasinya, punggung
tertarik kebelakang, menyebabkan hiperlordotic pada daerah lumbal. Jika keadaan
ini berlangsung lama maka akan menyebabkan tulang punggung beserta jaringan
tendon dan otot dipaksa untuk menjaga tubuh bagian atas secara berlebihan,
sehingga terjadi kelelahan pada otot punggung, terutama otot -otot daerah lumbal.
2.3 Patofisiologi
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam
bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan
silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat
bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior. Berbagai struktur
yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung bawah. Struktur tersebut adalah
periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis,
fasia dan otot. Semua struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka
terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang
oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri,
hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk
memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk
mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi
pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan
munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.
Postur membungkuk yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama
disertai dengan kelemahan otot-otot paravertebral memicu proses adaptasi postur

yang berkontribusi terhadap terjadinya pembebanan abnormal pada tepi anterior


dari korpus vertebra. Pembebanan ini ditransmisikan pada seluruh segmen tulang
belakang termasuk di dalamnya diskus intervertebralis. Pembebanan anterior ini
menyebabkan kerobekan pada struktur lamellar dari annulus fibrosus. Kerobekan
ini kemudian digantikan oleh sel-sel fibroblast yang berdampak pada proliferasi
jaringan fibrous. Hal ini menurunkan kemampuan tension serabut annulus
fibrosus, menyebabkan adanya protrusi nucleus pulposus yang kemudian akan
menekan struktur dibagian belakang diskus.
2.4 Faktor Internal dan Eksternal Terjadinya Nyeri Punggung Bawah
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan pada punggung
bawah meliputi faktor internal dan eksternal. Berikut adalah faktor-faktor internal
yang mempengaruhi terjadinya nyeri punggung bawah menurut Erizal (2013),
yaitu :
a. Umur
Secara teori, nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja dan pada
umur berapa saja. Namun demikian, pada kelompok usia 0-10 tahun keluhan ini
jarang dijumpai, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik
tertentu yang lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini
mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi
dijumpai pada dekade kelima. Pada umumnya, nyeri punggung bawah menyerang
remaja yang mempunyai kehidupan sosial yang aktif (20-24 tahun), dan mencapai
puncaknya pada mereka yang berusia lebih dari 40.
b. Riwayat Penyakit
Merupakan penyakit yang berhubungan dengan keluhan otot-otot skeletal
yang sudah dimiliki oleh pekerja dari sebelum mulai bekerja, jadi penyakit
tersebut timbul bukan karena pekerjaannya. Contohnya adalah skoliosis, yaitu
kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan yang lebih
besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat mengakibatkan NPB. Skoliosis
pada orang dewasa didapat dari riwayat skoliosis saat kecil yang tidak diobati.

HNP juga merupakan penyebab tersering terjadinya NPB. Hernia Nucleus


Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas
tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan di salah
satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh.
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya
nyeri punggung bawah lebih tinggi karena beban pada sendi penumpu berat badan
akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pada punggung
bawah. Tinggi badan juga berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
d. Aktivitas
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri punggung bawah yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan NPB. Misalnya,
seorang pelajar/mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada
waktu menulis.
Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut
diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang
seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas
dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan
posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari dapat pula
meningkatkan risiko timbulnya nyeri punggung bawah.

e. Posisi Tubuh

Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya NPB meliputi


gerakan fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban yang berat dengan tangan
yang terbentang. Beban aksial pada jangka pendek ditahan oleh serat kolagen
annular di diskus. Beban aksial yang lebih lama akan memberi tekanan pada
fibrosis annular dan meningkatkan tekanan pada lempeng ujung. Jika annulus dan
lempeng ujung utuh, maka beban dapat ditahan. Akan tetapi, daya kompresi dari
otot dan beban muatan dapat meningkatkan tekanan intradiskus yang melebihi
kekuatan annulus, sehingga menyebabkan robeknya annulus dan gangguan diskus.
Ukuran panjang tungkai juga berpengaruh terhadap postur tubuh seseorang ketika
dalam posisi duduk jika kursi yang digunakan tidak sesuai dengan ukuran
antropometri penggunanya. Semakin panjang tungkai seseorang maka akan
semakin kecil derajat yang dibentuk ketika dalam posisi duduk ergonomis
Sedangkan faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi terjadinya
keluhan pada punggung bawah meliputi :
a. Panas
Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan
waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu
koordinasi saraf perasa dan motoris (Sumamur, 1996).
b. Getaran
Dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
c. Stasiun Kerja
Jika terjadi sikap kerja yang tidak alamiah, berarti ada kekurangserasian
antara manusia dan stasiun kerjanya, sehingga menimbulkan banyak keluhan,
kesalahan dan berkurangnya produktivitas.

d. Peralatan Kerja

Suatu peralatan kerja yang belum sesuai akan cepat menimbulkan


kelelahan,

perasaan

kurang

nyaman,

termasuk

didalamnya

keluhan

musculoskeletal.

2.5 Gejala Klinis


Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya
sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri punggung dapat
sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Gejala tersebut meliputi:
1. Sakit
2. Kekakuan
3. Rasa baal / mati rasa
4. Kelemahan
5. Rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum)
Nyeri tersebut bisa berawal dari pada punggung, namun nyeri dapat
menjalar turun ke bokong, tungkai bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah berat
atau berlangsung dalam waktu yang lama, maka anda dapat mengalami kesulitan
buang air kecil, kesulitan tidur, dan depresi.
Salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur
derajat nyeri adalah visual analogue scale (VAS), merupakan instrumen penilaian
derajat nyeri berdasarkan keluhan subyektif nyeri yang dirasakan oleh pasien. Di
bawah instruksi lisan dan tertulis (memberikan contoh), pasien diminta untuk
memberi tanda pada suatu garis lurus horizontal sepanjang 10 cm (100mm) yang
kosong (tanpa tanda). Ujung kiri garis tertulis tanpa nyeri dan ujung kanan garis
tersebut tertulis nyeri terhebat yang mungkin dirasakan. Tanda yang diberikan
pasien pada garis tersebut menunjukkan derajat nyeri yang dirasakanya.

2.6 Penatalaksanaan

Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB: konservatif dan operatif.
Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), mobilisasi, medikamentosa,
fisioterapi, dan traksi pelvis.
1. Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas
keras dan atau bisa juga dengan posisi semi Flowler. Posisi ini berguna untuk
mengelimir gravitasi, mempertahankan kurvatura anatomi vertebra, relaksasi
otot, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan mengurangi tekanan intradiskal.
2. Mobilisasi, pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan korset.
Manfaat pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak, mengurangi
aktivitas otot (relaksasi otot), membantu mengurangi beban terhadap vertebra
dan otot paraspinal, dan mendukung vertebra dengan peninggian tekanan intra
abdominal. Mobilisasi sebaiknya dimulai dengan gerakan-gerakan ringan untuk
jangka pendek. Kemudian diperberat dan diperlama.
3. Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat
yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal.
4. Pada fisioterapi, biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkauan permukaan yang lebih dalam). Terapi panas bertujuan untuk
memperbaiki sirkulasi lokal, merelaksasi otot, memperbaiki extensibilitas
jaringan ikat.
2.7 Back Exercise (Latihan Punggung)
Back Exercise adalah suatu latihan yang pertama kali di kenalkan dan
digunakan untuk memulihkan kekuatan, ketahanan dan fleksibilitas otot-otot
punggung. Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan tubuh pada facet dan
meregangkan otot daerah lumbal serta mengoreksi tubuh yang salah.
Program latihan tersebut mencakup segala hal mengenai takaran latihan,
frekuensi latihan, waktu latihan, dan prinsip-prinsip latihan lainnya. Program
latihan ini disusun secara sistematis, terukur, dan disesuaikan dengan tujuan
latihan yang dibutuhkan. Latihan fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk

mendapatkan hasil yang optimal. Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat
diperoleh secara instan, tidak dapat diperoleh dalam satu atau dua minggu.
Latihan olahraga harus meliputi empat macam, yaitu: (1) intensitas latihan,
(2) lamanya latihan, (3) frekuensi latihan, dan (4) macam aktivitas latihan, yang
masing-masing dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Intensitas Latihan
Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai
intensitas. Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan
aerobik menggunakan patokan kenaikan detak jantung seperti yang secara umum
intensitas latihan kebugaran adalah 60% - 90% detak jantung maksimal dan secara
khusus besarnya intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan. Latihan untuk
membakar lemak tubuh menggunakan intensitas 65% - 75% detak jantung
maksimal yang dilakukan 20- 60 menit setiap latihan dan dilakukan 3-5 kali
perminggu (Pekik, 2004).
b. Lamanya Latihan
Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi adalah 45-120 menit
dalam training zone,. Takaran lamanya latihan untuk olahraga kesehatan antara
20-30 menit dalam zone latihan selama 15 menit sebelum kerja dan 15menit
setelah kerja, Maksudnya yaitu bahwa latihan-latihan tidak akan efisien, atau
kurang membuahkan hasil jika takaran latihan di atas tidak terpenuhi.
c. Frekuensi Latihan
Dalam melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakan tiga
sampai lima kali seminggu baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga
prestasi. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per minggu.
Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama latihan.
Latihan tiga kali seminggu secara tidak berurutan baik untuk olahraga kesehatan
karena ketahanan tubuh akan menurun setelah 48 jam berhenti melakukan
latihan .Frekuensi latihan tiga kali seminggu dimana akan terjadi proses
metabolism tubuh yang semakin baik ,jika metabolism semakin baik

pengangkutan sisa metabolism juga semakin baik maka nyeri punggung akan
berkurang.
d. Macam Aktivitas Latihan
Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan
yang tepat. Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan.
Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacammacam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, senam aerobik, atau jalan kaki.
Latihan yang tepat hendaknya juga menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna
mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang.
Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama
latihan. Latihn tiga kali seminggu secara tidak berurutan baik untuk olahraga
kesehatan karena ketahanan tubuh akan menurun setelah 48 jam berhenti
melakukan latihan .Frekuensi latihan tiga kali seminggu dimana akan terjadi
proses metabolism tubuh yang semakin baik ,jika metabolism semakin baik
pengangkutan sisa metabolism juga semakin baik maka nyeri punggung akan
berkurang . ,
d. Macam Aktivitas Latihan
Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan
yang tepat. Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan.
Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacammacam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, senam aerobik, atau jalan kaki.
Latihan yang tepat hendaknya juga menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna
mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang.

2.8 Pencegahan Nyeri Punggung Bawah


1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat atau mencegah
orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a. Lakukan aktivitas yang cukup yang tidak terlalu berat
b. Selalu duduk dalam posisi yang tepat.Duduk harus tegap, sandaran tempat
duduk harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti
membebani tulang belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi
yang tidak tepat. Sementara pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu
setengah kali berat badan normal.
c. Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam
hingga dua jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan
duduk lagi lima menit kemudian.
d. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat
badan agar seimbang pada kaki.
e. Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras (kasur)
yang kuat (firm), sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik
adalah tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang
dibengkokkan. Bila tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil di
bawah lutut.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi
dan mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah sakit. Pencegahan
sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan
pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan
mengadakan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik
dan menolong penderita NPB agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah
dan dapat menjalani kehidupan yang lebih normal.
a. Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita NPB menghindari pekerjaan
atau aktivitas berat.
b. Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan, atau stress yang
dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya NPB.
c. Bagi penderita NPB yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet
untuk menurunkan berat badan.
d. Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan fungsional direkomendasikan
dengan program back exercise.
e. Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang benar.
f. Menggunakan perabotan yang dibuat berdasarkan prinsip ergonomik.

BAB III
PERMASALAHAN

Pengamatan selama di poli dan berinteraksi dengan peserta penyuluhan,


didapatkan beberapa permasalahan yakni:
1.

Masih banyak peserta yang belum mengetahui mengenai NPB

2.

Masih banyak peserta yang belum mengetahui posisi yang benar ketika
melakukan pekerjaan sehari-hari

3.

Banyak dari peserta yang belum mengetahui penanganan awal yang harus
dilakukan ketika mengalami NPB
Grafik berikut merupakan data kunjungan pasien nyeri punggung bawah di

poli umum Puskesmas Unit 1 Kecamatan Sumbawa bulan Januari - Oktober 2016

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang dijumpai di poliklinik umum dan lansia serta


pada saat kegiatan penyuluhan, maka penting bagi petugas kesehatan memberikan
penyuluhan secara berkala mengenai nyeri punggung bawah, Pemberian materi
penyuluhan meliputi :
1.

Memberikan informasi terkait NPB berupa penyebab, faktor resiko dan

2.

penanganan awal.
Memberikan informasi

3.

memposisikan tubuh yang benar saat melakukan suatu pekerjaan.


Memberikan informasi bagaimana penanganan awal yang dapat dilakukan

dan

mempraktekkan

bagaimana

cara

saat mengalami NPB dan mempraktikkan terapi fisik sederhana sebagai upaya
pengurangi nyeri yang terjadi.

BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
5.1 Waktu Dan Tempat Kegiatan

Tempat
Waktu
Peserta
Pelaksana

: Aula Puskesmas Unit 1 Sumbawa


: Jumat, 11 November 2016
: Peserta Kelas Lansia Puskesmas Unit 1 Sumbawa
: Petugas kesehatan dari Puskesmas Unit 1 Sumbawa

5.2 Metode Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dalam bentuk pemaparan tentang judul yang


disampaikan dalam bentuk edukasi dan penjelasan tentang penanganan awal pada
nyeri punggung bawah, kegiatan penyuluhan terlampir dalam tabel berikut:
No
1.

Waktu
Pembukaan
(3 menit)

2.

Pelaksanaan
(10 menit)

Kegiatan Penyuluhan
Respon
Media
Memberi salam
Peserta menjawab salam Leaflet
Memperkenalkan diri
Peserta
memahami
Menyampaikan tujuan
maksud dan tujuan
penyuluhan
Menyampaikan materi Mendengarkan
materi Leaflet
Sesi Tanya jawab
penyuluhan yang di
sampaikan
Peserta memperhatikan

3.

Penutup

Menyimpulkan materi
Mengevaluasi dengan
menanyakan

kepada

jalannya penyuluhan.
Warga bertanya.
Mendengarkan,
menjawab

pertanyaan,

dan menjawab salam

sasaran tentang materi


yang telah diberikan.
Mengakhiri pertemuan
dengan salam

BAB VI
KESIMPULAN
NPB merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada kelompok usia
tua, hal ini diakibatkan oleh penurunan fungsi tulang dan saraf, selain itu
pergerakan dan posisi tubuh yang salah saat beraktivitas dan bekerja juga
merupakan faktor yang akan memperberat terjadinya NPB.
Penting bagi petugas kesehatan melakukan upaya pencegahan berupa
penyuluhan meliputi penjelasan dan penanganan awal pada NPB. Serta
menjelaskan dan mempraktikkan bagaimana melakukan pekerjaan sehari-hari
dengan posisi dan cara yang benar.

Leaflet

DAFTAR PUSTAKA

Fathoni H, Handoyo, Girindra S. Hubungan Sikap dan Posisi Kerja Dengan Low
Back Pain pada Perawat di RSUD Purbalingga. The Soedirman Journal of
Nursing. 2009; 4:131-139.
Garnadi. Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah. 2012 (cited 2014 Jan 5). Diunduh
dari : http://familiamedika.net/group-masalah-punggung/faktor-risiko-penyebabkeluhan-nyeri-punggung-bawah.html#.Ut1LJShm7EY
Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight Sebagai Faktor Resiko Low
Back Pain pada Pasien Poli Saraf RSUD PROF.DR. Margono Soekarjo
Purwokerto. Mandala of Health. 2010; 4:26-32.

Soebhi T. Profil Penderita Nyeri Punggung Bawah di Poliklinik Saraf RSU.Prof


Dr. R.D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2008.
(KTIS).Manado: FK UNSRAT;2009.

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2. Leaflet Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai