Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dari dunia program komputer mengalami perkembangan
yang sangat cepat sejak pertama kali program komputer dikembangkan. Di masa
lalu, program komputer yang sering dijual sebagai bagian integral dari sistem
komputer, sedangkan hari ini, produk perangkat lunak yang umumnya
dipasarkan, dijual atau berlisensi dalam bentuk media komputer yang dapat
dibaca, misalnya disket dan CD-ROM atau langsung dari Internet. Mereka
dikomersialkan secara terpisah dari perangkat keras komputer.
Perkembangan tersebut di khawatirkan akan menimbulkan dampak yang
merugikan bagi programmer, misalnya dalam hal pelanggaran hak cipta program
komputer. Hal ini mudah dilakukan karena program komputer dapat disalin
secara efektif tanpa biaya. Begitu banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang
terjadi di Indonesia dan India, tentunya merupakan suatu hal yang meresahkan
para pencipta suatu karya. Suatu bentuk kreativitas seseorang yang harusnya
dihargai, justru dijadikan sebagai kesempatan untuk mencari keuntungan bagi
berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab. Kasus ini harusnya dijadikan
kasus utama yang harus segera diatasi, bukan dianggap sebagai sesuatu yang
tidak penting. Sebagian besar masyarakat mungkin tidak memandang hal ini
sebagai suatu masalah besar, sehingga masalah ini tidak segera diatasi dan
memberikan sanksi jera bagi orang yang melanggar hak cipta.
Permasalahannya adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap program
komputer di Indonesia dan India, tindakan apa saja yang biasa dilakukan dalam
pelanggaran hak cipta program komputer, serta upaya hukum apa yang dapat
dilakukan atas pelanggaran hak cipta tersebut.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka metode yang digunakan


adalah normatif yuridis. Kesimpulannya adalah bahwa program komputer di
Indonesia dan India merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi oleh UU Hak
Cipta dari masing-masing Negara tersebut. Di Indonesia, program komputer
dilindungi oleh UU Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta
dan program komputer dan perlindungan hukum terhadap program komputer di
Indonesia dalam rezim Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sama halnya di India,
program komputer juga dilindungi oleh Rencana Aksi IT India yang dibentuk
pemerintah pada Mei 1995, membentuk Satuan Tugas Nasional Teknologi
Informasi dan Pengembangan Perangkat Lunak pada Mei 1998, dan pasal 10
ayat 1 pada TRIPS (Trade related aspects of intellectual property rights).
Program komputer terdiri dari source code dan object code. Source code dan
Object code inilah yang disebut sebagai karya sastra karena berisikan kodekode, instruksi-instruksi berupa tulisan (Literary Works), sehingga terlihat
ekspresi dari si pembuat program. Bentuk pelanggaran hak cipta program
komputer yang sering terjadi adalah pemuatan ke Harddisk, Softlifting,
Pemalsuan, dan Downloading Illegal, pelanggaran tersebut dapat juga terjadi
apabila terdapat kesamaan source code. UU Hak Cipta memberikan
perlindungan yang bersifat kualitatif yaitu lebih menekankan seberapa
pentingkah bagian dari Source Code yang ditiru, sehingga apabila mengambil
bagian yang menjadi ciri atau khas dari suatu ciptaan meskipun itu kurang dari
10% (sepuluh persen), maka dikatakan sebagai pelanggaran Hak Cipta. Upaya
hukum yang dilakukan atas pelanggaran hak cipta program komputer adalah
orang yang hak-nya telah dilanggar dapat mengajukan ke pengadilan atau di luar
pengadilan. Apabila melalui pengadilan maka dapat mengajukan gugatan
perdata ke pengadilan niaga dan juga dapat melaporkan ke Polisi untuk di proses
secara pidana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan perlindungan program komputer di Negara Indonesia
dan perlindungan program komputer di India?

2. Apa yang menjadi penyebab perlindungan program komputer di Indonesia


tidak menggunakan Hak Paten seperti perlindungan program komputer di
India?
3. Tindakan apa saja yang biasa dilakukan dalam pelanggaran Hak Cipta
program komputer di Indonesia dan India?
4. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan atas pelanggaran Hak Cipta
program komputer?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan perlindungan program komputer
di Indonesia dan perlindungan program komputer di India
2. Mengetahui penyebab perlindungan program komputer di Indonesia tidak
menggunakan Hak Paten seperti perlindungan program komputer di India
3. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang bisa dilakukan dalam pelanggaran
Hak Cipta program
4. Mengetahui upaya hokum yang dilakukan atas pelanggaran Hak Cipta
program komputer

BAB II
LANDASAN TEORI

Hak Cipta sebagai salah satu Hak Kekayaan Intelektual, memiliki konsep dasar
sebagai hak milik immaterial. Sedangkan yang dimaksud hak milik immateril adalah
suatu hak milik yang objek haknya adalah benda tidak berwujud (benda tidak bertubuh).
(O.K. Saidin, 2004). Dalam pengertian ini tidak berarti bahwa yang dihasilkan oleh Hak
Cipta adalah benda tidak berwujud. Dalam hal ini, Hak Cipta adalah hak atas
perwujudan suatu ide.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah
hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima
hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh
menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek
lain yang menggangu atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang
diperkenankan oleh aturan hukum. Dalam banyak yurisdiksi dikembangkan, paten
perangkat lunak semakin sering diberikan. Sementara perlindungan melalui paten
adalah bentuk terkuat perlindungan, kriteria yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat
untuk perlindungan paten relatif ketat. Sebaliknya, sedangkan kriteria untuk pemberian
perlindungan hak cipta secara signifikan kurang ketat, perlindungan tersedia melalui
hak cipta secara signifikan kurang.
Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa selain pencipta
maka orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptanya. Hak itu muncul
secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Hak cipta tidak dapat dilakukan dengan
cara penyerahan nyata karena ia mempunyai sifat manunggal dengan penciptanya dan
bersifat tidak berwujud sesuai dengan penjelasan pasal 4 ayat 1 dalam Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002. Sifat manunggal itu pula yang menyebabkan hak cipta tidak dapat
digadaikan, karena jika digadaikan itu berarti si pencipta harus pula ikut beralih ke
tangan kreditur.

Pengertian Hak Cipta menurut World Intellectual Property Organization (WIPO)


adalah:
Copyright is a legal form describing right given to creator for their literary
and artistic works
Artinya: (Hak Cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang
diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra).
Pada dasarnya, Hak Cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu Ciptaan yang
berupa perwujudan dari suatu ide Pencipta di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.
(Tim Lindsay, 2002).
Pengertian program komputer menurut Pasal 1 angka 8 UU Hak Cipta, yang
berbunyi:
Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam
bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan
media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja
untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk men- capai hasil yang khusus,
termasuk penyiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.
Pengertian program komputer menurut World Intelectual Property Organization
(WIPO):
for the purpose of the law: computer program means a set of instruction
capable, when incorporated in a machine-readable medium, of causing a machine
having information-processing capabilities to indicate, perform or achieve a particular
function, task or result.
Artinya: (Untuk tujuan di bidang hukum, program komputer berarti sekumpulan
instruksi yang mam-pu, bila suatu media yang dapat dibaca oleh mesin, sehingga mesin
mempunyai kemampuan memproses informasi atau menerima fungsi-fungsi khusus,
tugas atau suatu hasil).

Program komputer terdiri dari object program atau object code berasal dari kata
object berarti objek atau tujuan dan code yang berarti sandi, kode, perintah yang
diketikan, dan lambang yang memiliki arti. Jadi object code berari kode objek. Arti
istilah object code dianggap berkaitan erat dengan bahasa mesin yang didapatkan
setelah kode program dikompilasi. Source program atau source code yang dimasukkan
kedalam komputer didalam perangkat lunak yang umumnya ada dalam terminal,
kemudian Source program atau source code ini akan diubah kedalam bahsa mesin oleh
compiler atau interpreter yang disebut sebagai object code. Hanya jika Source program
atau source code ini sudah diubah kedalam kode-kode program dapat menjalankan
perintah yang diintruksikan oleh program. (Edmon Makarim, 2003). Perbedaan antara
source code dan object code inilah yang akan menimbulkan fenomena dari aspek
Hukum Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam Berne Convention, terdapat ketentuan
dimana untuk program komputer dilindungi oleh Hak Cipta. Hal ini dikarenakan bahwa
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan
atau memper- banyak ciptaannya maupun memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pem- batasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hak Cipta memberikan perlindungan terha- dap ekspresi dari sebuah ide dan
bukan melindungi idenya itu sendiri, maksudnya adalah Hak Cipta tidak memberikan
perlindungan apabila ide tersebut masih dalam bentuk gagasan, Hak Cipta akan
melindungi ide yang sudah dituangkan dalam bentuk yang nyata. Ada 2 (dua) elemen
penting dari sebuah program komputer, yaitu:
1. The Underlying Process dan sistem dari operasi algoritma;
2. Serangkaian instruksi yang menjelaskan proses secara detail. (Edmon
Makarim, 2003).
The Underlying Process dan sistem dari operasi algoritma, dapat dipersamakan
dengan proses atau sistem sehingga akan dilindungi oleh Paten. Sedangkan Serangkaian
instruksi yang menjelaskan proses secara detail merupakan ekspresi dari serangkaian
instruksi yang dituangkan dari bentuk tertulis, akan dilindungi oleh Hak Cipta. (Edmon
Makarim, 2003). Paten berbeda dengan Hak Cipta karena pihak yang menginginkan

perlindungan hukum atas hasil karya ciptanya tidak perlu mendaftarkan hak cipta agar
ciptaannya mendapatkan perlindungan hukum. Berdasarkan UU Hak Cipta, hak cipta
atas program komputer didapatkan secara otomatis pada saat dirinya menciptakan karya
inovasinya. Sedangkan Paten perlu melakukan pendaftaran.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perlindungan Program Komputer di Indonesia


Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, perkembangan dari program
komputer pun tak terhindari lagi. Para pemilik hak cipta dari program komputer
mulai diresahkan dengan banyaknya pelanggaran yang terjadi pada perangkat
komputer, contohnya pembajakan ke dalam bentuk CD, floppy disk dan
semacamnya yang tidak memerlukan biaya dan dengan cara yang relatif mudah
dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah mulai mengetatkan perlindungan hak cipta
dari program komputer agar para pemilik hak cipta tidak merasa dirugikan dengan
adanya kecurangan seperti ini.
Konsep UU Hak Cipta Indonesia tidak memberikan perlindungan yang bersifat
kuantitatif, yaitu yang mengatur seberapa besar kemiripan antara kedua program
komputer. Jadi tidak terdapat batasan (berapa persen) kesamaan antara kedua
program sehingga dikatakan melanggar Hak Cipta orang lain. UU Hak Cipta
memberikan perlindungan secara kualitatif yang lebih menekankan seberapa
pentingkah bagian dari Source Code (kode sumber) yang ditiru sehingga apabila
mengambil bagian yang paling penting atau khas atau yang menjadi ciri dari suatu
ciptaan meskipun itu kurang dari 10%(sepuluh persen), maka dikatakan sebagai
pelanggaran Hak Cipta.
3.1.1

Perlindungan Program Komputer di bawah UU Hak Cipta


Pemberian perlindungan hak kekayaan intelektual ini dimaksudkan untuk

melindungi inovasi di dalam program komputer tersebut. Berdasarkan pasal 1 ayat


(1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, Hak Cipta adalah hak ekslusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Indonesia saat ini telah
meratifikasi konvensi internasional di bidang Hak Cipta, yaitu : Berne Convention

tanggal 7 Mei 1997 dengan Keppres No. 18/1997 dan dinotifikasikan ke WIPO pada
tanggal 5 September 1997. Berne Convention tersebut mulai berlaku efektif di
Indonesia tanggal 5 September 1997. Dengan berlakunya Berne Convention berarti
sebagai konsekuensinya Indonesia harus melindungi ciptaan dari seluruh anggota
Berne Convention.
Melindungi secara hukum sehingga tidak dapat digunakan oleh orang lain tanpa
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan berarti mengikuti prosedur perlindungan
terhadap karya orang yang diatur dalam undang-undang hak cipta. Undang-undang
hak cipta pertama kali di Indonesia, yaitu UU No. 6 Tahun 1982, yang kemudian
disempurnakan menjadi UU No. 7 Tahun 1987, dan kemudian disempurnakan lagi
menjadi UU No. 12 Tahun 1997. Pada tahun 2002, Pemerintah kembali
mengeluarkan Undang Undang Hak Cipta, yaitu UU No. 19 Tahun 2002, dengan
penambahan Hak Cipta tentang perangkat lunak. Pasal yang mengatur hak cipta atas
perangkat lunak tersebut adalah pasal 15 e yang berbunyi sebagai berikut :
Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan
cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga
ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non-komersial
semata-mata untuk keperluan aktivitasnya tidak melanggar undang-undang.
Perlindungan terhadap program komputer yang berada di bawah hukum hak
cipta sejalan dengan diratifikasinya TRIPs-WTO dan implementasinya dalam UU
No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, misalnya terkait dengan program komputer
seperti Linux yang saat ini tidak lagi hanya merupakan sebuah operating system
tetapi sudah merupakan sumber kekuatan penuh bagi para pengguna komputer.
Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UU Hak Cipta, bahwa ciptaan yang dilindungi
adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup
salah satunya adalah pro- gram komputer (software). Selain ketentuan dalam Pasal
12 ayat (1) UU Hak Cipta, ketentuan tersebut juga ditentukan dalam Pasal 4 WIPO
Copyrights Treaty (WCT), yang berbunyi:

Computer programs are protected as literary works within the meaning of


Article 2 of the Berne Convention. Such protection applies to computer programs,
whatever may be the mode or form of their expression.
Artinya: (Program-program komputer dilindungi sebagai karya-karya cipta sastra
dalam artian pasal 2 Konvensi Bern. Perlindungan tersebut berlaku pada programprogram komputer, dapat berupa model atau bentuk ekspresinya).
Hak cipta untuk program komputer biasanya hanya berlaku untuk jangka waktu
50 tahun. Setelah masa waktu itu berakhir, biasanya ciptaan menjadi milik umum.
Biasanya, pemilik hak cipta kembali memperbaharui hak cipta dari produknya
dengan melakukan revisi dan mendaftarkan kembali ke lembaga Hak Cipta. Tetapi
pada dasarnya di Indonesia sendiri tidak pernah mengenal perlindungan paten
terhadap program komputer (software). Di Indonesia program komputer (software)
masuk ke dalam lingkup hak cipta, sehingga program komputer (software)
dilindungi dengan hak cipta bukan dengan paten. Karena berdasarkan Pasal 12 ayat
(1) UU Hak Cipta, bahwa ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup salah satunya adalah program
komputer (software) dan juga berdasarkan Pasal 4 WIPO Copyrights Treaty (WCT).
3.2 Perlindungan Program Komputer di India
Di India, pertumbuhan program komputer dan layanan yang terkait industri telah
menjadi fenomena sejak tahun 1990-an, yang telah mencatat pertumbuhan tahunan
yang konsisten ditambah ekspor software di atas 50 persen. Dalam industri global,
India telah mampu meningkatkan pangsa pasar dari 51 persen pada 2009 menjadi 58
persen pada tahun 2011. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini disebabkan pada
bagian layanan ekspor program komputer. Pangsa pasar India dalam program
komputer secara global sejauh ini memiliki tingkat yang rendah yaitu sebesar 0,5
persen dibandingkan dengan 23,1 persen tetapi telah disesuaikan. Untuk menjaga
sektor program komputer secara global, Pemerintah India menyusun Rencana Aksi
IT India pada Mei 1995, dan membentuk Satuan Tugas Nasional Teknologi
Informasi dan Pengembangan Perangkat Komputer Mei 1998 dengan mandat untuk

merumuskan Kebijakan IT Nasional. India telah mengadopsi sebagian besar


keterangan dari instrumen internasional yang dibahas di atas dan telah memasukkan
hukum sendiri tentang perlindungan perangkat lunak berbasis pada penting dari
instrumen ini. National Association of Software dan Layanan Perusahaan
("NASSCOM") adalah pendukung setia hukum kekayaan intelektual yang kuat di
India. Pada tahun 1990, NASSCOM mulai kampanye kesadaran masyarakat aktif
untuk

mendidik

pengguna

tentang

penggunaan

secara

hukum

dari

software. NASSCOM juga telah secara aktif bekerja untuk menyediakan berbagai
langkah-langkah anti-pembajakan (8); itu juga telah berhasil memfasilitasi hukum
penegakan hukum terhadap pembajakan perangkat lunak di India dan telah terus
terlibat dengan pemerintah India untuk perubahan yang diperlukan dalam hukum
HKI, menjaga sejalan dengan WIPO dan hukum internasional lainnya dan
perjanjian. Ia bekerja sama dengan BSA untuk menegakkan hukum hak
cipta. Berikut merupakan perlindungan program komputer di bawah UU India:
3.2.1

UU Hak Cipta India 1957 (Copyright Act 1957)


Copyright Act 1957 merupakan salah satu hukum perlindungan hak cipta yang

paling modern di dunia. Pengembangan utama di bidang hak cipta selama tahun
1999 adalah amandemen terhadap Undang-Undang Hak Cipta 1957 untuk membuat
sepenuhnya kompatibel dengan ketentuan TRIPS. Memberikan perlindungan kepada
program komputer seperti bentuk dari karya cipta, sifat teknologi dan kompleksitas
program komputer. UU Hak Cipta India, 1957 tersebut khusus untuk perangkat
lunak komputer bukan bentuk lain dari karya cipta. UU Hak Cipta menganggap
program komputer sebagai karya sastra dan di samping hak eksklusif umum
diberikan kepada karya sastra lain, keuntungan hak eksklusif yang luar biasa kepada
pemilik program komputer seperti hak untuk menjual atau menawarkan, dan hak
untuk memberikan sewa komersial atau royalti. UU ini juga telah membebaskan
program komputer dari tindak pidana dengan pengecualian yaitu penggunaan
pribadi untuk penelitian dan kritik atau tinjauan kerja yang atau pekerjaan lain yang
tersedia dalam hal karya cipta lainnya. Selain memuaskan kriteria "orisinalitas,"
sebuah program komputer juga harus sesuai dengan kebutuhan publikasi pertama

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Karya Cipta harus pertama kali


diterbitkan di India dan jika diterbitkan di luar India, maka penulis harus menjadi
warga negara India pada saat publikasi. Berdasarkan UU Copyright Act 1957, hak
cipta berlangsung selama 60 tahun. Dalam kasus asli sastra, dramatis, musik, dan
karya seni dilinduni hak cipta selama 60 tahun dihitung dari tahun penerbitan.
3.2.2

UU Paten 1970 (Paten Act 1970)


Paten Act 1970 menyatakan bahwa program komputer selain aplikasi teknis

untuk industri atau kombinasi dengan hardware tidak dipatenkan. Paten, di sisi lain,
memberikan perlindungan yang lebih aman dibandingkan dengan hak cipta atau
rahasia dagang, dimana perlindungan ditentukan oleh lingkup paten dan bukan
bagaimana pesaing mengembangkan produk. Dengan cara paten, batas yang tepat
dari perangkat lunak dipatenkan karena sifat dari 'klaim' yang ditetapkan oleh paten
dalam dokumen paten. Paten dapat digunakan untuk melindungi ide-ide dalam
perangkat lunak, untuk melindungi aspek fungsional dari perangkat lunak, dan dapat
ditegakkan terhadap siapapun yang mengimplementasikan fitur yang dipatenkan dan
disalin, membalikkan direkayasa atau dikembangkan secara mandiri. Pasal 27 ayat 1
dari Perjanjian TRIPS menyatakan bahwa:
Paten harus tersedia untuk setiap penemuan, apakah produk atau proses,
dalam semua bidang teknologi, asalkan mereka baru, melibatkan langkah inventif
dan mampu diaplikasikan.
Meskipun ketentuan ini dapat ditarik untuk memberikan perlindungan paten untuk
program komputer, seperti Pasal 10 dari TRIPS, tidak ada ketentuan eksplisit
mewajibkan suatu negara untuk memberikan perlindungan paten pada program
komputer . Oleh karena itu, Negara bebas menentukan tingkat perlindungan yang
akan diberikan kepada program komputer terkait penemuan dalam yurisdiksi
mereka masing-masing.
Pada ketentuan program komputer tentang hak paten diubah, UU di India mirip
dengan Pasal 52 dari Konvensi Paten Eropa (EPC), tetapi tidak ada pedoman yang
sesuai pada penemuan komputer terkait oleh Kantor Paten India, tidak seperti EPO

(1985), USPTO (1996) dan JPO (1997). Paten yang telah diubah Undang-Undang
membuat program komputer dipatenkan, tetapi tidak adanya pedoman pemeriksaan
resmi. Seperti dalam hak cipta, UU Paten memungkinkan tugas / izin atau
penciptaan kepentingan lainnya dalam paten oleh kesepakatan antara para pihak
yang harus secara tertulis, menentukan syarat dan ketentuan yang mengatur hak-hak
dan kewajiban mereka. Dokumen yang berisi kesepakatan harus terdaftar dengan
Controller Paten dalam waktu enam bulan dari pelaksanaan dokumen (Bagian 68,
Paten Act 1970).
3.2.3

Rahasia Dagang
Perdagangan software dapat mencakup ide, struktur atau desain spesifikasi.

Mereka kadang-kadang dapat digunakan untuk melindungi aspek fungsional


program komputer. Pendekatan ini tergantung pada sifat dari perangkat lunak dan
bagaimana itu didistribusikan. Program komputer yang didistribusikan hanya
sebagai kode objek sebagian dapat dilindungi sebagai rahasia dagang jika kode
sumber dirahasiakan. Tapi rahasia dagang sebagai modus perlindungan memiliki
keterbatasan tertentu. Pemilik tidak memiliki jalan lain terhadap pihak yang mampu
membalik rahasia dari informasi publik yang tersedia. Kode yang terdapat di
program komputer mudah untuk melakukan reverse engineering, dan tidak cocok
untuk perdagangan perlindungan kerahasiaan. Bahkan, teknologi apapun, seperti
teknologi perangkat lunak, yang mudah untuk menyalin, tidak cocok untuk
perlindungan oleh rahasia dagang. Di India, saat ini, tidak ada undang-undang
khusus untuk melindungi perdagangan rahasia.
3.3 Penyebab Mengapa Indonesia Tidak Menggunakan Hak Paten dalam Perlindungan
Program Komputer
Di India, Paten Act, 1970, sebelum revisi pada tahun 2002 dan 2005, tidak
secara eksplisit mengecualikan paten dalam perangkat lunak komputer. Sebuah
penemuan untuk dapat dipatenkan, berdasarkan Bagian 2 ayat (1) harus
mengandung syarat seperti:

Harus baru, berguna, dan menghasilkan 'non-hidup' dan 'hal yang nyata.'

Penemuan didefinisikan sebagai setiap baru dan berguna


Seni, proses, metode atau cara pembuatan
Mesin, peralatan atau artikel lainnya
Zat yang diproduksi oleh manufaktur, dan termasuk perbaikan baru dan
berguna dari salah satu dari mereka dan sebuah penemuan dugaan.

Undang-undang tidak secara khusus menyebutkan program komputer. Tetapi


dengan definisi 'penemuan', program komputer seperti dalam bentuk algoritma
matematika tidak bisa dipatenkan, karena tidak menimbulkan menjadi sesuatu yang
nyata. Tetapi perangkat lunak dikombinasikan dengan mesin atau komputer, di
bawah pengaruhnya menjadi mesin baru atau komputer dan menjadi dipatenkan.
Dengan demikian, di bawah pra-revisi Undang-Undang, program perangkat lunak
sendiri tidak memenuhi syarat untuk perlindungan tanpa hardware, tapi sistem
tertanam sebagai bagian dari hardware berhak paten. Sehingga program komputer
dapat didaftarkan sebagai paten hanya jika berada dalam kombinasi dengan
hardware dan bukan sebaliknya.
Sedangkan di Indonesia, Paten berbeda dengan Hak Cipta karena pihak yang
menginginkan perlindungan hukum atas hasil karya ciptanya tidak perlu
mendaftarkan hak cipta agar ciptaannya mendapatkan perlindungan hukum. Namun
apabila program komputer (software) dilindungi dengan paten, dimungkinkan saja.
Tetapi bila program komputer (software) tersebut dilin-dungi dengan paten, maka
program komputer (software) harus memenuhi syarat-syarat paten antara lain, yaitu:
1. Kebaruan (Novelty); Paten akan diberikan apabila penemuan (in- vensi)
tersebut mengandung unsur kebaruan, dalam artian invensi tersebut tidak pernah
diumumkan sebelumnya.
2. Langkah Inventif (Inventive Step); penemuan (invensi) tersebut harus
mengandung langkah inventif, jika invensi tersebut bagi sese- orang yang
mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat
diduga sebelumnya.

3. Dapat diterapkan dalam industri (Industrial Applicable); Apabila suatu invensi


tersebut dapat dilaksa- nakan dalam industri.
Selain harus memenuhi syarat-syarat paten, program komputer (software)
tersebut baru akan mendapat perlindungan hukum, apabila program komputer
(software) dimintakan permohonan pendaftaran paten atau sudah didaftarkan pada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum Dan Hak Asasi
Manusia. Program komputer (software) yang telah didaftarkan, maka akan
mendapat perlindungan hukum. Namun apabila permohonan pendaftaran paten
terhadap program komputer (software) tersebut didaftarkan di suatu negara, maka
program komputer (software) tersebut hanya akan dilindungi di negara yang
didaftarkan paten saja. Sedangkan untuk negara-negara yang tidak didaftarkan
permohonan paten, maka program komputer (software) tersebut tidak akan
dilindungi di negara-negara yang tidak didaftarkan paten.
Berdasarkan UU Hak Cipta, hak cipta atas program komputer didapatkan secara
otomatis pada saat dirinya menciptakan karya inovasinya. Sedangkan Paten perlu
melakukan pendaftaran. Paten sederhana jangka waktunya adalah selama 10
(sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang, apabila tidak diperpanjang maka akan
menjadi milik umum. Sedangkan Hak Cipta untuk program komputer jangka waktu
perlindungannya selama 50 (lima puluh) tahun sejak diumumkan dan tidak dapat
diperpanjang apabila jangka waktu perlindungan telah selesai maka ciptaan tersebut
akan menjadi milik umum. Paten terhadap program komputer ini diakui disejumlah
negara, termasuk Amerika Serikat dan Australia. Sementara Uni Eropa tengah
merumuskan UU Paten baru dan masih mempertimbangkan paten peranti lunak.
Namun Indonesia tidak pernah mengenal perlindungan paten terhadap program
komputer sehingga pengembang peranti lunak lebih bebas dalam membangun
produk baru. UU Hak Cipta Indonesia, tidak mengatur perlindungan hak paten
terhadap suatu program komputer.
3.4 Tindakan apa saja yang bisa dilakukan dalam pelanggaran Hak Cipta program
3.4.1 Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia

Pelanggaran Hak Cipta terhadap hak ekonomis secara umum terjadi karena
perbanyakan dan pengumuman oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Adapun
definisi perbanyakan menurut Pasal 1 angka 6 UU Hak Cipta, yang berbunyi:
Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara
keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahanbahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan secara permanen
atau temporer.
Pelanggaran Hak Cipta juga terjadi apabila suatu produk ciptaan digunakan
tanpa izin (lisensi) dari pemilik Hak Cipta atau apabila bagian yang pokok dari suatu
ciptaan digunakan tanpa izin dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Untuk
pelanggaran Hak Cipta di bidang program komputer (software) selain karena
dilakukan perbanyakan, pengumuman dan pendisribusian tanpa izin dari pemegang
Hak Cipta, ada juga sebab lain yaitu apabila antara 2 (dua) buah program komputer
memiliki Source Code (kode sumber) yang sama. Apabila terdapat Source Code
(kode sumber) yang sama, maka dimungkinkan telah terjadi peniruan terhadap salah
satu program komputer. Namun pelanggaran Hak Cipta atas program komputer
(software) mengenai kesamaan antara Source Code (kode sumber) yang sama jarang
sekali ditemui. Pelanggaran hak cipta atas program komputer (software) yang sering
terjadi adalah perbanyakan, dimana banyak sekali ditemui program komputer
(software) yang dijual secara illegal. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran Hak cipta,
program komputer (software) adalah sebagai berikut:
1. Pemuatan Ke Harddisk. Biasanya dilakukan seseorang saat membeli personal
komputer di toko komputer, yang oleh penjual komputer atau toko komputer
membuat salinan program komputer atau menginstall satu sistem operasi yang
tidak sah ke dalam harddisk komputer pribadi si pembeli sebagai rangsangan
bagi konsumen untuk membeli hardware (perangkat keras) dari penjual atau
toko komputer tersebut.

2. Softlifting. Jika sebuah lisensi dipakai melebihi kapasitas penggunanya,


misalnya membeli satu software secara resmi tapi kemudian meng-install-nya di
sejumlah komputer melebihi jumlah lisensi untuk menginstall yang diberikan.
3. Pemalsuan. Yaitu memproduksi serta menjual software-software bajakan
biasanya dalam bentuk CD ROOM, yang banyak dijumpai di toko buku atau
pusat-pusat perbelanjaan.
4. Downloading Illegal. Mendownload sebuah program komputer secara illegal
melalui internet.
Dari keempat bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta terhadap program komputer
(software),

maka yang termasuk kategori perbanyakan adalah pemuatan ke

Harddisk, Softlifting, Pemalsuan, dan Downloading Illegal. Bentuk-bentuk


pelanggaran terhadap program komputer (software) tersebut merupakan cara illegal
yang dilakukan untuk mendapatkan program komputer secara murah dengan cara
mengcopy atau meniru program komputer (software) asli yang telah ada. Tingginya
permintaan akan komputer yang tidak dibarengi dengan taraf ekonomi yang tinggi
menjadi salah satu penyebab mengapa hal ini terjadi. Selain itu, kemudahan akan
informasi, terutama dalam era globalisasi sekarang, turut mem- perkeruh keadaan
ini. Walaupun pelanggaran hak cipta terhadap program komputer (software) masih
marak terjadi di Indonesia, namun usaha-usaha untuk melindungi program komputer
(software) terus diupayakan oleh pemerintah.
3.4.2

Pelanggaran Hak Cipta di India


Pembajakan software didefinisikan sebagai satu set instruksi yang bila

digabungkan dalam bentuk yang dapat dibaca mesin mampu menyebabkan


komputer untuk melakukan tugas tertentu. Sederhananya, itu adalah serangkaian
perintah yang dapat dipahami oleh mesin. Ada tiga jenis penting dari perangkat
lunak yang membantu berfungsi dengan komputer, kode mikro yang merupakan
program yang mengontrol rincian eksekusi, sistem operasi software yang
mengontrol sumber komputer dan mengelola tugas-tugas rutin dan yang merupakan

diperlukan persyaratan untuk komputer untuk fungsi; perangkat lunak aplikasi yang
dirancang untuk melakukan tugas tertentu.
Pembajakan terjadi ketika hak cipta perangkat lunak yang tersedia untuk
pengguna untuk mendownload tanpa ekspres izin dari pemilik hak cipta. Software
ilegal seperti yang ditawarkan lebih dari sumber online seperti secara online iklan
newsgroup papan buletin layanan dan lelang situs. Pembajakan menghambat
kreativitas, menghalangi pengembangan perangkat lunak baru dan industri software
lokal dan akhirnya efek e-commerce. Pembajakan merugikan pemilik hak cipta dan
memiliki dampak negatif terhadap perekonomian lokal dan nasional. Konsumen
menjalankan risiko virus dan memiliki program rusak dan cacat. Menurut Nasscom
[7], pembajakan perangkat lunak melibatkan penggunaan, reproduksi atau distribusi
tanpa menerima izin dinyatakan dari penulis software. Pembajakan perangkat lunak
datang dalam empat bentuk umum:
1. Pertama adalah pengguna akhir pembajakan, dan itu terjadi ketika pengguna
software menginstal perangkat lunak pada mesin lebih dari yang mereka
berhak untuk di bawah perjanjian lisensi mereka.
2. Kedua adalah pemuatan hard disk, dan itu terjadi ketika dealer komputer
menginstal salinan ilegal dari perangkat lunak ke komputer sebelum
penjualan mereka.
3. Ketiga adalah pemalsuan perangkat lunak, dan melibatkan reproduksi ilegal,
dan penjualan berikutnya dari perangkat lunak dalam bentuk yang hampir
identik dengan produk asli.
4. Keempat adalah Internet pembajakan, dan itu terjadi ketika individu
menempatkan salinan tidak sah dari perangkat lunak di Internet untuk didownload
Sesuai

dengan

ketentuan

TRIPS,

Undang-Undang

Nomor

15

telah

mengklarifikasi bahwa tindakan-tindakan berikut bukan merupakan pelanggaran hak


cipta dalam perangkat lunak:
(a) Membuat salinan atau adaptasi dari program komputer oleh pemilik sah
salinan program komputer tersebut dari copy tersebut untuk memanfaatkan

program untuk tujuan yang telah disediakan atau membuat salinan cadangan
murni sebagai sementara perlindungan terhadap kehilangan, kerusakan atau
kerusakan dalam rangka hanya untuk memanfaatkan program komputer untuk
tujuan yang telah disediakan.
(b) Melakukan tindakan yang diperlukan untuk memperoleh informasi penting
untuk operasi interoperabilitas dari program komputer independen yang dibuat
dengan program lain oleh pemilik yang sah dari program komputer yang tersedia
bahwa informasi tersebut tidak dinyatakan tersedia.
(c) Observasi, studi atau tes fungsi dari program komputer untuk menentukan
ide-ide dan prinsip-prinsip yang menggarisbawahi setiap elemen dari program
saat melakukan seperti bertindak diperlukan untuk yang program komputer
disediakan.
(d) Membuat salinan atau adaptasi dari program komputer dari salinan pribadi
yang diperoleh secara legal untuk penggunaan pribadi non-komersial.

3.5 Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan Atas Pelanggaran Hak Cipta Program
Komputer
Atas pelanggaran Hak Cipta Program komputer maka upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh seseorang yang haknya telah dilanggar adalah orang yang haknya
telah dilanggar tersebut dapat menyelesaikan perkaranya melalui jalur pengadilan
ataupun di luar pengadilan.
3.5.1

Perlindungan Hukum di Indonesia


Gugatan Perdata meliputi:
1. Gugatan ganti rugi oleh pengadilan niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan
meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan
ciptaan.
2. Gugatan pemegang hak cipta untuk memohon kepada Pengadilan Niaga
memerintahkan pe- nyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang

diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan


atau pameran karya yang merupakan pelanggaran hak cipta.
Gugatan pidana meliputi:
Tindak pidana dalam pelanggaran hak cipta merupakan delik biasa. Delik
biasa merupakan delik yang penuntutannya tidak memerlukan pengaduan,
sehingga apabila terjadi pelanggaran dapat segera dilakukan penindakan oleh
penegak hukum (polisi dan PPNS) tanpa perlu menunggu adanya penga- duan
dari pemegang Hak Cipta yang dilanggar. Namun dalam hal ini, tetap tidak
mengurangi hak dari pemegang Hak Cipta untuk melaporkan terlebih dahulu
kejadian pelanggaran tersebut pada pihak kepolisian. Ketentuan pidana terhadap
pelanggaran hak cipta yaitu berdasarkan Pasal 72 ayat (1) UU Hak Cipta, yang
berbunyi:
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau deda paling banyak
Rp.5.000.000.000,-(lima milyar rupiah).
Ketentuan yang terdapat pada Pasal 72 ayat (2) UU Hak Cipta, merupakan
pelanggaran hak cipta yang terjadi karena penjualan program komputer (software)
bajakan. Sedangkan ketentuan pidana menurut Pasal 72 ayat (3) UU Hak Cipta, yang
berbunyi:
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunan
untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah).
Ketentuan yang terdapat pada Pasal 72 ayat (3) UU Hak Cipta,
merupakan pelanggaran hak cipta yang terjadi karena penggunaan perbanyakan
program komputer (software) bajakan. Selain konsekuensi hukum yang diterima
bagi pelanggar hak cipta, ada juga konsekuensi yang diterima bagi orang-orang

yang menggunakan barang-barang hasil pelanggaran hak cipta khu- susnya


program komputer (software) bajakan adalah sebagai berikut:
1. Mendapat resiko yang lebih besar atas program virus, disk yang korup (filenya rusak; biasanya dapat merusak sistem operasi komputer) atau program yang
cacat dalam bentuk lainnya.
2. Dokumentasi yang kurang atau tidak sama sekali sehingga tidak ada garansi.
3. Tidak mendapat Tech Support (bantuan teknis dari si penerbit program) yang
biasanya didapatkan oleh pengguna program asli.
4. Tidak tersediannya pilihan Upgrade, biasanya Upgrade ataupun service pack
berguna untuk memperbaiki program tersebut dari bug-bug yang mereka baru
temukan setelah program tersebut mereka luncurkan.
3.5.2

Perlindungan Hukum di India


IT Act 2000 menyediakan hukuman pengrusakan 'source code' dari program

komputer tapi perlindungan ini hanya berlaku untuk sumber kode komputer yang
berlaku sesuai hokum saat ini. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan oleh
Undang-Undang IT hanya untuk source code program komputer dari lembaga
pemerintahan dan 'source code' program komputer dari pengguna pribadi yang
berjalan tanpa perlindungan. Dengan amandemen UU Hak Cipta tahun 1994, situasi
yang berkaitan dengan penegakan hak cipta di India semakin ditingkatkan.
Perubahan besar pada Copyright Act diperkenalkan pada tahun 1994, yang paling
penting makhluk pengenaan hukuman berat dan denda untuk pelanggaran hak cipta
dari program-program komputer.
Untuk pertama kalinya di India, UU ini menjelaskan hak-hak dari pemegang hak
cipta, dari penyewaan program komputer dan hak-hak pengguna untuk membuat
salinan cadangan. Menurut Undang-Undang 1994, yang melanggar UU bisa di bawa
di bawah kedua hukum perdata dan pidana. Hal ini dilakukan untuk mengekang
praktek maraknya membuat salinan yang tidak sah dari program komputer (yang
mudah untuk menduplikasi dan copy biasanya sebagus aslinya). Menurut Pasal 14

Undang-undang ini, adalah ilegal untuk membuat atau mendistribusikan salinan dari
program komputer yang dilindungi hak cipta tanpa otorisasi yang tepat atau
khusus. Satu-satunya pengecualian diberikan oleh Pasal 52 dari Undang-Undang,
yang memungkinkan salinan cadangan murni sebagai perlindungan sementara
terhadap kerugian, distribusi atau kerusakan salinan asli. Amandemen tahun 1994
juga melarang penjualan atau perekrutan, atau menawarkan untuk dijual atau disewa
dari setiap salinan program komputer tanpa otorisasi khusus oleh pemegang hak
cipta. Dengan perubahan tersebut, bahkan hukuman pidana telah meningkat secara
substansial. UU menetapkan hukuman penjara minimal tujuh hari, yang dapat
diperpanjang hingga tiga tahun, dan denda tambahan hingga Rs 2,00,000.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Software bajakan mempengaruhi pengembang perangkat lunak, pemilik


toko ritel dan juga semua pengguna perangkat lunak. Selanjutnya, duplikasi ilegal
dan distribusi perangkat lunak memiliki dampak yang signifikan terhadap
perekonomian. Ini panggilan untuk perlindungan hukumnya kuat. Perlindungan
utama software di India ditemukan dalam Hak Cipta Act, 1957. Ada sangat sedikit
kasus yang berkaitan dengan perlindungan software di India, kebanyakan dari
mereka dengan Microsoft Corporation sebagai pihak yang dirugikan. Dalam salah
satu kasus ini (17), Pengadilan Tinggi Delhi diberikan ganti rugi dan teladan
terhadap pelanggar yang terlibat dalam kegiatan pembajakan dengan hard-disk
pemuatan. Dengan konsep yang berkembang dari taman teknologi perangkat lunak
dan pentingnya perangkat lunak di setiap bisnis, semakin banyak perusahaan
menginginkan perlindungan di bawah rezim hukum untuk menghindarkan
pembajakan

software.

Ketersediaan lega dan kriminal upaya hukum sangat penting untuk industri
perangkat lunak. Pengembang perangkat lunak sering mengandalkan mantan sipil
prosedur ganti parte untuk mengidentifikasi pelanggar.Namun, prosedur sipil di
banyak negara berkembang yang memakan waktu, biaya terlalu tinggi, dan
sebagian besar tidak efektif melawan penjahat profesional. Oleh karena itu,
pengembang perangkat lunak sering dipaksa untuk mengandalkan penuntutan
pidana oleh otoritas publik untuk mencegah pembajakan merajalela produk
mereka.

Perangkat lunak digandakan dan bajakan mempengaruhi semua pengguna


perangkat lunak. Ada kebutuhan untuk perlindungan hukum yang lebih
kuat. Perlindungan

utama

untuk perangkat

lunak

komputer

di India

ditemukan dalam Hak Cipta Act, 1957. Ada sangat sedikit kasus yang
berkaitan dengan perlindungan software di India, kebanyakan dari mereka
dengan Microsoft Corporation sebagai pihak yang dirugikan.Dalam salah
satu kasus ini [8], Pengadilan Tinggi Delhi diberikan ganti rugi dan teladan
terhadap pelanggar yang terlibat dalam kegiatan pembajakan dengan hard-

disk pemuatan. Dengan pertumbuhan pentingnya perangkat lunak di setiap


bisnis, semakin banyak perusahaan menginginkan perlindungan di bawah
rezim

hukum

untuk

menghilangkan

dan

menghentikan

pembajakan

software.
1.
Hak cipta adalah segala sesuatu hak yang dimiliki oleh sang pencipta karya, yang
dimana karya tersebut tidak boleh diambil alih dan apabila ada yang menggunakan sebagai
panutan harus meminta izin terlebih dahulu kepada si empunya karya.
2.
Hak cipta di Indonesia sendiri diatur pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002.
Didalamnya tercantum berbagai aspek tentang hak cipta.
3.
Untuk pendaftaran hak cipta, di Indonesia sendiri sudah diatur yaitu oleh bab IV
Undang-undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), yang kini berada di bawah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
4.
Batasan-batasan yang berlaku pada hak cipta program komputer di Indonesia telah
tertulis pada UUHC pasal 14 huruf g, yaitu terhadap pembuatan salinan cadangan suatu
program komputer oleh pemilik copy program komputer yang dilakukan semata-mata untuk
digunakan sendiri. Dimaksudkan setelah dicopy tidak di copy ke orang lain tanpa
sepengetahuan pemilik karya.
5.
Untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran hak cipta di Indonesia lebih khusus
ditekankan pada moral bangsa yang tidak ingin malu karena hanya bisa menggunakan barang
bajakan. Dan hal ini harus ditanamkan sejak dini kepada semua pemuda Indonesia.

3.2 Saran
Kepada para pembaca agar dapat kiranya memberikan penghargaan yang layak dan
sewajarnya atas Hak Cipta suatu Program Komputer. Sikap menghargai dan melindungi hak
milik orang lain ini selain tidak langsung dapat menunjukkan etika dalam melakukan suatu
usaha. Di sisi lain akan menghindari resiko adanya tuntutan-tuntutan hukum yang dapat
dilakukan oleh pemilik Hak Cipta karena adanya suatu pelanggaran.
Untuk melindungi dan memberikan jaminan yang pasti terhadap Hak Cipta kepada si
pencipta atau pemegang hak, agar aparat penegak hukum melakukan penyidikan secara tuntas
setiap hasil penindakan kasus pembajakan agar terjadi image positif terhadap penegak hukum
oleh Polri dan sekaligus sebagai daya cegah bagi pelaku lain.
Dan juga untuk mencegah banyaknya pelanggaran yang mungkin dirasa tidak akan
terpengaruh oleh hukum, seharusnya muncul kesadaran dari pribadi masing-masing, bahwa
setiap orang memang memiliki kebabasan untuk melakukan hal yang diinginkan, akan tetapi
kembali ke etika bagaimana seandainya para pembajak justru sebagai pembuat, pastinya akan

merasa emosi atas tindakan-tindakan pembajakan illegal atau sebagainya. Pada intinya, perbaiki
etika dan mulailah hormati karya orang lain. Hormatilah orang lain, maka apapun itu dari kita
pasti akan dihormati.

DAFTAR PUSTAKA
https://geumfia.wordpress.com/menu/6-uu-hak-cipta-software/ diakses tanggal 8
Desember 2015 pukul 20.00
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-4694-HennyMarlina.pdf
http://www.ipcsit.com/vol9/19-B006.pdf
http://www.123helpme.com/view.asp?id=36962
http://legalonline.blogspot.co.id/2011/03/copyright-protection-for-computer.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Copyright_law_of_India
https://geumfia.wordpress.com/menu/6-uu-hak-cipta-software/
http://www.ip-watch.org/2013/01/22/development-in-indian-ip-law-thecopyright-amendment-act-2012/

Anda mungkin juga menyukai