PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Hak Cipta sebagai salah satu Hak Kekayaan Intelektual, memiliki konsep dasar
sebagai hak milik immaterial. Sedangkan yang dimaksud hak milik immateril adalah
suatu hak milik yang objek haknya adalah benda tidak berwujud (benda tidak bertubuh).
(O.K. Saidin, 2004). Dalam pengertian ini tidak berarti bahwa yang dihasilkan oleh Hak
Cipta adalah benda tidak berwujud. Dalam hal ini, Hak Cipta adalah hak atas
perwujudan suatu ide.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, pengertian hak cipta adalah
hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
menunjukkan bahwa hak cipta itu hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima
hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususnya yang boleh
menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek
lain yang menggangu atau yang menggunakannya tidak dengan cara yang
diperkenankan oleh aturan hukum. Dalam banyak yurisdiksi dikembangkan, paten
perangkat lunak semakin sering diberikan. Sementara perlindungan melalui paten
adalah bentuk terkuat perlindungan, kriteria yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat
untuk perlindungan paten relatif ketat. Sebaliknya, sedangkan kriteria untuk pemberian
perlindungan hak cipta secara signifikan kurang ketat, perlindungan tersedia melalui
hak cipta secara signifikan kurang.
Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa selain pencipta
maka orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptanya. Hak itu muncul
secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Hak cipta tidak dapat dilakukan dengan
cara penyerahan nyata karena ia mempunyai sifat manunggal dengan penciptanya dan
bersifat tidak berwujud sesuai dengan penjelasan pasal 4 ayat 1 dalam Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002. Sifat manunggal itu pula yang menyebabkan hak cipta tidak dapat
digadaikan, karena jika digadaikan itu berarti si pencipta harus pula ikut beralih ke
tangan kreditur.
Program komputer terdiri dari object program atau object code berasal dari kata
object berarti objek atau tujuan dan code yang berarti sandi, kode, perintah yang
diketikan, dan lambang yang memiliki arti. Jadi object code berari kode objek. Arti
istilah object code dianggap berkaitan erat dengan bahasa mesin yang didapatkan
setelah kode program dikompilasi. Source program atau source code yang dimasukkan
kedalam komputer didalam perangkat lunak yang umumnya ada dalam terminal,
kemudian Source program atau source code ini akan diubah kedalam bahsa mesin oleh
compiler atau interpreter yang disebut sebagai object code. Hanya jika Source program
atau source code ini sudah diubah kedalam kode-kode program dapat menjalankan
perintah yang diintruksikan oleh program. (Edmon Makarim, 2003). Perbedaan antara
source code dan object code inilah yang akan menimbulkan fenomena dari aspek
Hukum Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam Berne Convention, terdapat ketentuan
dimana untuk program komputer dilindungi oleh Hak Cipta. Hal ini dikarenakan bahwa
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan
atau memper- banyak ciptaannya maupun memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pem- batasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hak Cipta memberikan perlindungan terha- dap ekspresi dari sebuah ide dan
bukan melindungi idenya itu sendiri, maksudnya adalah Hak Cipta tidak memberikan
perlindungan apabila ide tersebut masih dalam bentuk gagasan, Hak Cipta akan
melindungi ide yang sudah dituangkan dalam bentuk yang nyata. Ada 2 (dua) elemen
penting dari sebuah program komputer, yaitu:
1. The Underlying Process dan sistem dari operasi algoritma;
2. Serangkaian instruksi yang menjelaskan proses secara detail. (Edmon
Makarim, 2003).
The Underlying Process dan sistem dari operasi algoritma, dapat dipersamakan
dengan proses atau sistem sehingga akan dilindungi oleh Paten. Sedangkan Serangkaian
instruksi yang menjelaskan proses secara detail merupakan ekspresi dari serangkaian
instruksi yang dituangkan dari bentuk tertulis, akan dilindungi oleh Hak Cipta. (Edmon
Makarim, 2003). Paten berbeda dengan Hak Cipta karena pihak yang menginginkan
perlindungan hukum atas hasil karya ciptanya tidak perlu mendaftarkan hak cipta agar
ciptaannya mendapatkan perlindungan hukum. Berdasarkan UU Hak Cipta, hak cipta
atas program komputer didapatkan secara otomatis pada saat dirinya menciptakan karya
inovasinya. Sedangkan Paten perlu melakukan pendaftaran.
BAB III
PEMBAHASAN
tanggal 7 Mei 1997 dengan Keppres No. 18/1997 dan dinotifikasikan ke WIPO pada
tanggal 5 September 1997. Berne Convention tersebut mulai berlaku efektif di
Indonesia tanggal 5 September 1997. Dengan berlakunya Berne Convention berarti
sebagai konsekuensinya Indonesia harus melindungi ciptaan dari seluruh anggota
Berne Convention.
Melindungi secara hukum sehingga tidak dapat digunakan oleh orang lain tanpa
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan berarti mengikuti prosedur perlindungan
terhadap karya orang yang diatur dalam undang-undang hak cipta. Undang-undang
hak cipta pertama kali di Indonesia, yaitu UU No. 6 Tahun 1982, yang kemudian
disempurnakan menjadi UU No. 7 Tahun 1987, dan kemudian disempurnakan lagi
menjadi UU No. 12 Tahun 1997. Pada tahun 2002, Pemerintah kembali
mengeluarkan Undang Undang Hak Cipta, yaitu UU No. 19 Tahun 2002, dengan
penambahan Hak Cipta tentang perangkat lunak. Pasal yang mengatur hak cipta atas
perangkat lunak tersebut adalah pasal 15 e yang berbunyi sebagai berikut :
Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan
cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga
ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non-komersial
semata-mata untuk keperluan aktivitasnya tidak melanggar undang-undang.
Perlindungan terhadap program komputer yang berada di bawah hukum hak
cipta sejalan dengan diratifikasinya TRIPs-WTO dan implementasinya dalam UU
No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, misalnya terkait dengan program komputer
seperti Linux yang saat ini tidak lagi hanya merupakan sebuah operating system
tetapi sudah merupakan sumber kekuatan penuh bagi para pengguna komputer.
Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UU Hak Cipta, bahwa ciptaan yang dilindungi
adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup
salah satunya adalah pro- gram komputer (software). Selain ketentuan dalam Pasal
12 ayat (1) UU Hak Cipta, ketentuan tersebut juga ditentukan dalam Pasal 4 WIPO
Copyrights Treaty (WCT), yang berbunyi:
mendidik
pengguna
tentang
penggunaan
secara
hukum
dari
software. NASSCOM juga telah secara aktif bekerja untuk menyediakan berbagai
langkah-langkah anti-pembajakan (8); itu juga telah berhasil memfasilitasi hukum
penegakan hukum terhadap pembajakan perangkat lunak di India dan telah terus
terlibat dengan pemerintah India untuk perubahan yang diperlukan dalam hukum
HKI, menjaga sejalan dengan WIPO dan hukum internasional lainnya dan
perjanjian. Ia bekerja sama dengan BSA untuk menegakkan hukum hak
cipta. Berikut merupakan perlindungan program komputer di bawah UU India:
3.2.1
paling modern di dunia. Pengembangan utama di bidang hak cipta selama tahun
1999 adalah amandemen terhadap Undang-Undang Hak Cipta 1957 untuk membuat
sepenuhnya kompatibel dengan ketentuan TRIPS. Memberikan perlindungan kepada
program komputer seperti bentuk dari karya cipta, sifat teknologi dan kompleksitas
program komputer. UU Hak Cipta India, 1957 tersebut khusus untuk perangkat
lunak komputer bukan bentuk lain dari karya cipta. UU Hak Cipta menganggap
program komputer sebagai karya sastra dan di samping hak eksklusif umum
diberikan kepada karya sastra lain, keuntungan hak eksklusif yang luar biasa kepada
pemilik program komputer seperti hak untuk menjual atau menawarkan, dan hak
untuk memberikan sewa komersial atau royalti. UU ini juga telah membebaskan
program komputer dari tindak pidana dengan pengecualian yaitu penggunaan
pribadi untuk penelitian dan kritik atau tinjauan kerja yang atau pekerjaan lain yang
tersedia dalam hal karya cipta lainnya. Selain memuaskan kriteria "orisinalitas,"
sebuah program komputer juga harus sesuai dengan kebutuhan publikasi pertama
untuk industri atau kombinasi dengan hardware tidak dipatenkan. Paten, di sisi lain,
memberikan perlindungan yang lebih aman dibandingkan dengan hak cipta atau
rahasia dagang, dimana perlindungan ditentukan oleh lingkup paten dan bukan
bagaimana pesaing mengembangkan produk. Dengan cara paten, batas yang tepat
dari perangkat lunak dipatenkan karena sifat dari 'klaim' yang ditetapkan oleh paten
dalam dokumen paten. Paten dapat digunakan untuk melindungi ide-ide dalam
perangkat lunak, untuk melindungi aspek fungsional dari perangkat lunak, dan dapat
ditegakkan terhadap siapapun yang mengimplementasikan fitur yang dipatenkan dan
disalin, membalikkan direkayasa atau dikembangkan secara mandiri. Pasal 27 ayat 1
dari Perjanjian TRIPS menyatakan bahwa:
Paten harus tersedia untuk setiap penemuan, apakah produk atau proses,
dalam semua bidang teknologi, asalkan mereka baru, melibatkan langkah inventif
dan mampu diaplikasikan.
Meskipun ketentuan ini dapat ditarik untuk memberikan perlindungan paten untuk
program komputer, seperti Pasal 10 dari TRIPS, tidak ada ketentuan eksplisit
mewajibkan suatu negara untuk memberikan perlindungan paten pada program
komputer . Oleh karena itu, Negara bebas menentukan tingkat perlindungan yang
akan diberikan kepada program komputer terkait penemuan dalam yurisdiksi
mereka masing-masing.
Pada ketentuan program komputer tentang hak paten diubah, UU di India mirip
dengan Pasal 52 dari Konvensi Paten Eropa (EPC), tetapi tidak ada pedoman yang
sesuai pada penemuan komputer terkait oleh Kantor Paten India, tidak seperti EPO
(1985), USPTO (1996) dan JPO (1997). Paten yang telah diubah Undang-Undang
membuat program komputer dipatenkan, tetapi tidak adanya pedoman pemeriksaan
resmi. Seperti dalam hak cipta, UU Paten memungkinkan tugas / izin atau
penciptaan kepentingan lainnya dalam paten oleh kesepakatan antara para pihak
yang harus secara tertulis, menentukan syarat dan ketentuan yang mengatur hak-hak
dan kewajiban mereka. Dokumen yang berisi kesepakatan harus terdaftar dengan
Controller Paten dalam waktu enam bulan dari pelaksanaan dokumen (Bagian 68,
Paten Act 1970).
3.2.3
Rahasia Dagang
Perdagangan software dapat mencakup ide, struktur atau desain spesifikasi.
Harus baru, berguna, dan menghasilkan 'non-hidup' dan 'hal yang nyata.'
Pelanggaran Hak Cipta terhadap hak ekonomis secara umum terjadi karena
perbanyakan dan pengumuman oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Adapun
definisi perbanyakan menurut Pasal 1 angka 6 UU Hak Cipta, yang berbunyi:
Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara
keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahanbahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan secara permanen
atau temporer.
Pelanggaran Hak Cipta juga terjadi apabila suatu produk ciptaan digunakan
tanpa izin (lisensi) dari pemilik Hak Cipta atau apabila bagian yang pokok dari suatu
ciptaan digunakan tanpa izin dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Untuk
pelanggaran Hak Cipta di bidang program komputer (software) selain karena
dilakukan perbanyakan, pengumuman dan pendisribusian tanpa izin dari pemegang
Hak Cipta, ada juga sebab lain yaitu apabila antara 2 (dua) buah program komputer
memiliki Source Code (kode sumber) yang sama. Apabila terdapat Source Code
(kode sumber) yang sama, maka dimungkinkan telah terjadi peniruan terhadap salah
satu program komputer. Namun pelanggaran Hak Cipta atas program komputer
(software) mengenai kesamaan antara Source Code (kode sumber) yang sama jarang
sekali ditemui. Pelanggaran hak cipta atas program komputer (software) yang sering
terjadi adalah perbanyakan, dimana banyak sekali ditemui program komputer
(software) yang dijual secara illegal. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran Hak cipta,
program komputer (software) adalah sebagai berikut:
1. Pemuatan Ke Harddisk. Biasanya dilakukan seseorang saat membeli personal
komputer di toko komputer, yang oleh penjual komputer atau toko komputer
membuat salinan program komputer atau menginstall satu sistem operasi yang
tidak sah ke dalam harddisk komputer pribadi si pembeli sebagai rangsangan
bagi konsumen untuk membeli hardware (perangkat keras) dari penjual atau
toko komputer tersebut.
diperlukan persyaratan untuk komputer untuk fungsi; perangkat lunak aplikasi yang
dirancang untuk melakukan tugas tertentu.
Pembajakan terjadi ketika hak cipta perangkat lunak yang tersedia untuk
pengguna untuk mendownload tanpa ekspres izin dari pemilik hak cipta. Software
ilegal seperti yang ditawarkan lebih dari sumber online seperti secara online iklan
newsgroup papan buletin layanan dan lelang situs. Pembajakan menghambat
kreativitas, menghalangi pengembangan perangkat lunak baru dan industri software
lokal dan akhirnya efek e-commerce. Pembajakan merugikan pemilik hak cipta dan
memiliki dampak negatif terhadap perekonomian lokal dan nasional. Konsumen
menjalankan risiko virus dan memiliki program rusak dan cacat. Menurut Nasscom
[7], pembajakan perangkat lunak melibatkan penggunaan, reproduksi atau distribusi
tanpa menerima izin dinyatakan dari penulis software. Pembajakan perangkat lunak
datang dalam empat bentuk umum:
1. Pertama adalah pengguna akhir pembajakan, dan itu terjadi ketika pengguna
software menginstal perangkat lunak pada mesin lebih dari yang mereka
berhak untuk di bawah perjanjian lisensi mereka.
2. Kedua adalah pemuatan hard disk, dan itu terjadi ketika dealer komputer
menginstal salinan ilegal dari perangkat lunak ke komputer sebelum
penjualan mereka.
3. Ketiga adalah pemalsuan perangkat lunak, dan melibatkan reproduksi ilegal,
dan penjualan berikutnya dari perangkat lunak dalam bentuk yang hampir
identik dengan produk asli.
4. Keempat adalah Internet pembajakan, dan itu terjadi ketika individu
menempatkan salinan tidak sah dari perangkat lunak di Internet untuk didownload
Sesuai
dengan
ketentuan
TRIPS,
Undang-Undang
Nomor
15
telah
program untuk tujuan yang telah disediakan atau membuat salinan cadangan
murni sebagai sementara perlindungan terhadap kehilangan, kerusakan atau
kerusakan dalam rangka hanya untuk memanfaatkan program komputer untuk
tujuan yang telah disediakan.
(b) Melakukan tindakan yang diperlukan untuk memperoleh informasi penting
untuk operasi interoperabilitas dari program komputer independen yang dibuat
dengan program lain oleh pemilik yang sah dari program komputer yang tersedia
bahwa informasi tersebut tidak dinyatakan tersedia.
(c) Observasi, studi atau tes fungsi dari program komputer untuk menentukan
ide-ide dan prinsip-prinsip yang menggarisbawahi setiap elemen dari program
saat melakukan seperti bertindak diperlukan untuk yang program komputer
disediakan.
(d) Membuat salinan atau adaptasi dari program komputer dari salinan pribadi
yang diperoleh secara legal untuk penggunaan pribadi non-komersial.
3.5 Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan Atas Pelanggaran Hak Cipta Program
Komputer
Atas pelanggaran Hak Cipta Program komputer maka upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh seseorang yang haknya telah dilanggar adalah orang yang haknya
telah dilanggar tersebut dapat menyelesaikan perkaranya melalui jalur pengadilan
ataupun di luar pengadilan.
3.5.1
komputer tapi perlindungan ini hanya berlaku untuk sumber kode komputer yang
berlaku sesuai hokum saat ini. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan oleh
Undang-Undang IT hanya untuk source code program komputer dari lembaga
pemerintahan dan 'source code' program komputer dari pengguna pribadi yang
berjalan tanpa perlindungan. Dengan amandemen UU Hak Cipta tahun 1994, situasi
yang berkaitan dengan penegakan hak cipta di India semakin ditingkatkan.
Perubahan besar pada Copyright Act diperkenalkan pada tahun 1994, yang paling
penting makhluk pengenaan hukuman berat dan denda untuk pelanggaran hak cipta
dari program-program komputer.
Untuk pertama kalinya di India, UU ini menjelaskan hak-hak dari pemegang hak
cipta, dari penyewaan program komputer dan hak-hak pengguna untuk membuat
salinan cadangan. Menurut Undang-Undang 1994, yang melanggar UU bisa di bawa
di bawah kedua hukum perdata dan pidana. Hal ini dilakukan untuk mengekang
praktek maraknya membuat salinan yang tidak sah dari program komputer (yang
mudah untuk menduplikasi dan copy biasanya sebagus aslinya). Menurut Pasal 14
Undang-undang ini, adalah ilegal untuk membuat atau mendistribusikan salinan dari
program komputer yang dilindungi hak cipta tanpa otorisasi yang tepat atau
khusus. Satu-satunya pengecualian diberikan oleh Pasal 52 dari Undang-Undang,
yang memungkinkan salinan cadangan murni sebagai perlindungan sementara
terhadap kerugian, distribusi atau kerusakan salinan asli. Amandemen tahun 1994
juga melarang penjualan atau perekrutan, atau menawarkan untuk dijual atau disewa
dari setiap salinan program komputer tanpa otorisasi khusus oleh pemegang hak
cipta. Dengan perubahan tersebut, bahkan hukuman pidana telah meningkat secara
substansial. UU menetapkan hukuman penjara minimal tujuh hari, yang dapat
diperpanjang hingga tiga tahun, dan denda tambahan hingga Rs 2,00,000.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
software.
Ketersediaan lega dan kriminal upaya hukum sangat penting untuk industri
perangkat lunak. Pengembang perangkat lunak sering mengandalkan mantan sipil
prosedur ganti parte untuk mengidentifikasi pelanggar.Namun, prosedur sipil di
banyak negara berkembang yang memakan waktu, biaya terlalu tinggi, dan
sebagian besar tidak efektif melawan penjahat profesional. Oleh karena itu,
pengembang perangkat lunak sering dipaksa untuk mengandalkan penuntutan
pidana oleh otoritas publik untuk mencegah pembajakan merajalela produk
mereka.
utama
untuk perangkat
lunak
komputer
di India
ditemukan dalam Hak Cipta Act, 1957. Ada sangat sedikit kasus yang
berkaitan dengan perlindungan software di India, kebanyakan dari mereka
dengan Microsoft Corporation sebagai pihak yang dirugikan.Dalam salah
satu kasus ini [8], Pengadilan Tinggi Delhi diberikan ganti rugi dan teladan
terhadap pelanggar yang terlibat dalam kegiatan pembajakan dengan hard-
hukum
untuk
menghilangkan
dan
menghentikan
pembajakan
software.
1.
Hak cipta adalah segala sesuatu hak yang dimiliki oleh sang pencipta karya, yang
dimana karya tersebut tidak boleh diambil alih dan apabila ada yang menggunakan sebagai
panutan harus meminta izin terlebih dahulu kepada si empunya karya.
2.
Hak cipta di Indonesia sendiri diatur pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002.
Didalamnya tercantum berbagai aspek tentang hak cipta.
3.
Untuk pendaftaran hak cipta, di Indonesia sendiri sudah diatur yaitu oleh bab IV
Undang-undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), yang kini berada di bawah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
4.
Batasan-batasan yang berlaku pada hak cipta program komputer di Indonesia telah
tertulis pada UUHC pasal 14 huruf g, yaitu terhadap pembuatan salinan cadangan suatu
program komputer oleh pemilik copy program komputer yang dilakukan semata-mata untuk
digunakan sendiri. Dimaksudkan setelah dicopy tidak di copy ke orang lain tanpa
sepengetahuan pemilik karya.
5.
Untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran hak cipta di Indonesia lebih khusus
ditekankan pada moral bangsa yang tidak ingin malu karena hanya bisa menggunakan barang
bajakan. Dan hal ini harus ditanamkan sejak dini kepada semua pemuda Indonesia.
3.2 Saran
Kepada para pembaca agar dapat kiranya memberikan penghargaan yang layak dan
sewajarnya atas Hak Cipta suatu Program Komputer. Sikap menghargai dan melindungi hak
milik orang lain ini selain tidak langsung dapat menunjukkan etika dalam melakukan suatu
usaha. Di sisi lain akan menghindari resiko adanya tuntutan-tuntutan hukum yang dapat
dilakukan oleh pemilik Hak Cipta karena adanya suatu pelanggaran.
Untuk melindungi dan memberikan jaminan yang pasti terhadap Hak Cipta kepada si
pencipta atau pemegang hak, agar aparat penegak hukum melakukan penyidikan secara tuntas
setiap hasil penindakan kasus pembajakan agar terjadi image positif terhadap penegak hukum
oleh Polri dan sekaligus sebagai daya cegah bagi pelaku lain.
Dan juga untuk mencegah banyaknya pelanggaran yang mungkin dirasa tidak akan
terpengaruh oleh hukum, seharusnya muncul kesadaran dari pribadi masing-masing, bahwa
setiap orang memang memiliki kebabasan untuk melakukan hal yang diinginkan, akan tetapi
kembali ke etika bagaimana seandainya para pembajak justru sebagai pembuat, pastinya akan
merasa emosi atas tindakan-tindakan pembajakan illegal atau sebagainya. Pada intinya, perbaiki
etika dan mulailah hormati karya orang lain. Hormatilah orang lain, maka apapun itu dari kita
pasti akan dihormati.
DAFTAR PUSTAKA
https://geumfia.wordpress.com/menu/6-uu-hak-cipta-software/ diakses tanggal 8
Desember 2015 pukul 20.00
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-4694-HennyMarlina.pdf
http://www.ipcsit.com/vol9/19-B006.pdf
http://www.123helpme.com/view.asp?id=36962
http://legalonline.blogspot.co.id/2011/03/copyright-protection-for-computer.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Copyright_law_of_India
https://geumfia.wordpress.com/menu/6-uu-hak-cipta-software/
http://www.ip-watch.org/2013/01/22/development-in-indian-ip-law-thecopyright-amendment-act-2012/