penanganan premanisme ini harus dilihat berbagai aspek, khususnya aspek social sehingga
tidak saja Polri sebagai ujung tombak pemberantasan premanisme tetapi harus juga
didukung oleh berbagai instansi pemerintah yang berkaitan dengan masalah social tersebut.
- penanganan premanisme tidak cukup dengan hanya menggunakan pendekatan hukum
positif. Karena pada dasarnya orang yang dihukum sudah pasti ingin berubah, tetapi
bagaimana dengan orang miskin/kelas bawah yang mempunyai kesulitan dalam mengakses
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Dari masalah seperti inilah perlu adanya
pembekalan serta dukungan dari instansi-instansi atau badan social pemerintah dalam
menangani fenomena premanisme ini.
- kedudukan hukum pada bidang ekonomi, social dan politik adalah sama, dimana ketiga
komponen tersebut seharusnya dapat bersinergi dengan hukum untuk mencegah terjadinya
atau timbulnya kegiatan menyimpang di masyarakat seperti premanisme.
a.Secara ekonomi yaitu bagaimana pemerintah mempu meningkatkan taraf hidup
masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah.
b.
c.Secara politik yaitu bagaimana pemerintah membuat aturan-aturan atau perundangundangan yang lebih pro kepada masyarakat sehingga kemampuan taraf hidup seseorang
dapat berkembang secara merata.
Kalau hukum beserta 3 aspek ini dapat berjalan secara dinamis, saya yakin perilaku-perilaku
menyimpang seperti premanisme ini dapat diatasi secara efektif dan optimal.
4. Adakah tugas-tugas polmas (polisi masyarakat) lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi
premanisme?
Jawab:
Banyak tugas-tugas polmas yang secara efektif dapat mengatasi tindakan-tindakan
premanisme antara lain adalah:
a. Melakukan patrol pada daerah-daerah rawan kejahatan
II. Tuliskanlah pengalaman Sdr sendiri semasa bertugas di daerah atau kota terkait suatu kasus
yang harus Sdr tangani. Kasus tersebut menunjukkan adanya pilihan-pilihan hukum antara
hukum negara, hukum adat, hukum agama kebiasaan. atau hukum hibryda (pertemuan antara
macam-macam hukum negara dan hukum-hukum lain).
Kemudian jawablah pertanyaan ini:
1. Tunjukkan bahwa dalam pengalaman itu terdapat pluralisme hukum. Dengan demikian,
apakah pluralisme hukum dalam pandangan Sdr terkait pengalaman Sdr sendiri?
Jawab:
pengalaman saya selama berdinas di polda Kalimantan barat adalah penanganan kasus
asusila yang dilakukan oleh anggota saya sendiri sehingg menyebabkan seorang gadis desa
hamil. Dalam penanganan kasus ini dapat dilihat jelas pluralisme hukum berjalan di tengahtengah masyarakat.
-
Kronologis singkat:
a. Salah satu anggota polsek yang saya pimpin diduga telah menghamili seorang gadis
suku dayak.
b. Keluarga dari korban menuntut pertanggungjawaban dari anggota tersebut.
c. Terjadi polemik di tengah-tengah masyarakat antara pro dan kontra terkait kasus
tersebut
d. Keluarga korban juga memnutut agar pelaku dihukum secara adat
Dari uraian diatas, terdapat Pluralisme hukum dalam penanganan kasus ini. Walaupun anggota
harus dikorbankan demi menjaga agar hukum positif dapat berwibawa di tengah masyarakat,
walaupun tuntutan akan hukum adat juga harus dilaksanakan.
-
signifikasi pluralisme hukum dalam konteks ini adalah untuk menjelaskan situasi empirik
di dalam masyarakat, dimana terdapat lebih dati satu system hukum pada bidang social
yang sama.
yaitu dengan memanfaatkan cara pandang antropologi hukum yang melihat hukum
sebagai bagian dari kebudayaan yang memiliki kemampuan sebagai alat control social
sehingga dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat memiliki cara hukumnya masingmasing (Ihromi, 1993)
2. Dalam konteks apa Sdr sebaiknya menangani kasus semacam itu dengan menggunakan
hukum negara? Dan dalam konteks apa sebaiknya Sdr menggunakan hukum adat atau
mendorong digunakannya forum penyelesaian sengketa dalam masyarakat?
Jawab:
- Dalam konteks penegakan hukum positif secara efektif agar masyarkat melihat bahwa
hukum positif berlaku kepada siapa saja termasuk anggota polri dan wibawa hukum positif
bisa terjaga di tengah masyarakat.
- Hukum adat adat digunakan dalam konteks agar hukum positif juga dapat ditularkan dan
dilaksanakan oleh masyarakat adat dengan mengedepankan nilai-nilai positif. Forum adat
digunakan dalam upaya penyelesaian sengketa agar diantara pihak-pihak yang bersengketa
atau bermasalah dapat terikat oleh keputusan bersama yang juga dilandasi oelh nilai
keariafan lokal, sehingga dampak yang lebih luas dapat dicegah.
Bagaimanapun hukum berada dalam masyarakat sehingga untuk mengetahui beroperasinya
hukum maka harus dilihat bagaimana masyarakat menanggapi, menanggapi dan memberikan
interpretasi terhadap hukum, yang akan tergantung pada apakah hukum tersebut aspiratif dan
akomodatif terhadap kepentingan masyarakat luas.