Case Meningitis TB
Case Meningitis TB
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi central nervous
sistem, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada arachnoid dan
piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai kasus, seperti
agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa
bakteri, virus, ricketsia, protozoa, dan jamur.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang
belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan
kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis
ETIOLOGI
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus,
bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1. Bakteri:
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
Enterovirus
3. Jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
PATOFISIOLOGI
Agen penyebab
Kerusakan neurologist
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak
yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis
cranii yang memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.
MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun.tanda Kernigs dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel
muncul bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat
gerakan tidak beraturan.
Gejala meningitis meliputi :
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan gejala
dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut, peningkatan
tekanan
intrakranial
dan
rangsang
meningeal
perlu
diperhatikan.
Untuk
mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa tes darah dan
cairan sumsum tulang belakang.
Cairan sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi
lumbal (lumbal puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan
tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyedap contoh cairan sumsum tulang
belakang. Tekanan cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan
terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak
terlalu menyakitkan. Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit
kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari.
KLASIFIKASI
MENINGITIS BAKTERI atau PURULENTA
Meningitis bakteri atau purulenta adalah radang selaput otak yang
menimbulkan proses eksudasi berupa pus yang disebabkan oleh kuman non spesifik
dan non virus.
Meningitis bakteri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang
susunan saraf pusat, mempunyai risiko tinggi dalam menimbulkan kematian dan
kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan
meningitis bakteri. Penyebab meningitis purulenta yang tersering adalah Haemophilus
influenza, Diplococcus pneumonia, Neisseria meningitides, Streptococcus B
haemolitikus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella sp.
Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitides
ETIOLOGI
1. Neonatus : Escherichia coli, Streptokokus, Listeria
2. Anak : Haemophilus influenza, Neisseria meningitides (meningokokus),
Pneumokokus
3. Dewasa: Neisseria meningitides, Pneumokokus, Streptococcus,
Staphylococcus
PATOGENESA
Bakteri mencapai selaput otak dan ruang subarachnoid melalui :
- Trauma terbuka kepala
- Operasi
- Fraktur basis kranium
- Langsung dari infeksi telinga, sinus paranasalis, tulang
- Hematogen: sepsis, radang paru, infeksi jantung, infeksi kulit, infeksi gigi dan mulut
Patogenesa dari meningitis dapat terjadi melalui beberapa fase :
1. Penyebaran kuman ke tuan rumah
2. Pembentukan kolonisasi pada nasofaring
3. Invasi ke dalam traktus respiratorius
4. Penyebaran hematogen
5. Invasi ke susunan saraf pusat
Bila bakteri mencapai ruang subarachnoid akan terjadi proses inflamasi.
Neutropil masuk ke dalam ruang subarachnoid menghasilkan eksudat yang purulen.
Dalam penilaian secara dasar tampak eksudat berwarna kuning keabu-abuan atau
kuning kehijauan. Eksudat paling banyak terdapat dalam sisterna pada daerah basal
otak dan seluruh permukaan dari hemisfer dalam mulkus Sylvii dan Rolandi.
Eksudat purulen terkumpul dalam sisterna ini dan meluas ke dalam sisterna basal dan
di atas permukan posterior dari medulla spinalis. Eksudat juga dapat meluas ke dalam
selubung arachnoid dari saraf cranial dan ruang perivaskuler dari korteks. Dalam
jumlah kecil eksudat dapat ditemukan dalam cairan ventrikel dan melekat pada
dinding ventrikel dan pleksus choroideus, sehingga cairan ventrikel tampak berawan
dan hal ini terjadi pada akhir minggu pertama.
GEJALA KLINIS
TRIAS MENINGITIS :
Demam
Sakit kepala
- Muntah, photophobia
- Kejang, defisit fokal neurologik (hemiparesis, paresis saraf cranial)
- Letargi, iritabilitas, gangguan intelektual, penurunan kesadaran
- Gambaran klinis yang khas
: -Meningococcus
Eksantema
: -Pneumococcus
-Haemophilus influenza
Artritis, artralgia
: -Meningococcus
-Haemophilus influenza
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lumbal pungsi :
-Pemeriksaan LCS (warna keruh, sel meningkat, dominan PMN, protein
meningkat)
-Pemulasan gram
-Kultur dan sensitivitas
2. EEG
: perlambatan difus
3. Darah
dada)
Diagnosa pasti ditegakkan melalui pemeriksaan lumbal pungsi dan
terdapatnya organisme atau antigennya dalam cairan cerebrospinal. Pada pemeriksaan
cairan cerebrospinal didapatkan :
1. Warna opalesen atau keruh dapat terjadi pada hari pertama atau kedua
2. Jumlah sel meningkat lebih dari 100 sel/ml
3. Jenis sel terutama PMN
4. Kadar gula darah turun antar 0-20 mg/ml
5. Kadar protein meningkat, tergantung lama sakit
6. Pada sediaan gram bakteri (+) hampir pada 80% kasus bila belum mendapat
pengobatan sebelumnya.
7. Kadar asam laktat dan pH meningkat
8. Pada sediaan dengan methylene blue (+)
PENATALAKSANAAN
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif
suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil
pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari, selama minimal 10
hari atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenzae.
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol disuntikkan
intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan minimal 10 hari. Bila
pasien alergis terhadap penisilin, berikan kloramfenikol saja.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien alergi
terhadap penisilin: Vankomisin 2 gram intravena per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui.
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi
dikombinasi dengan kloramfenikol
MENINGITIS TUBERCULOSA
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di
Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi
sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru.
Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak
langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra
yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid.
Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan
meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama
pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa
dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis.
Meningitis tuberculosa adalah penyulit dari tuberkulosa yang mempunyai
morbiditas dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh karena itu penyakit ini
memerlukan diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang cepat, tepat dan rasional.
Insidensi meningkat pada pasien dengan :
- resistensi obat
- program pemberantasan tidak adekuat
- infeksi HIV / AIDS
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
PATOFISIOLOGI
BTA masuk tubuh
Multiplikasi
Penyebaran hematogen
Meningens
Membentuk tuberkel
1
0
BTA tidak aktif / dormain
Bila daya tahan tubuh menurun
MENINGITIS
Terjadi peningkatan inflamasi granulomatous di leptomeningen
arachnoid) dan korteks serebri di sekitarnya
(piamater dan
1
1
-Sel meningkat
-Limfositer
-Protein meningkat
-Glukosa menurun
Periksa :
-Ziehl-Neelsen ( ZN )
-PCR ( Polymerase Chain Reaction )
2. Rontgen thorax
-TB apex paru
-TB milier
3. CT scan otak
- Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
- Tuberkuloma
- Komplikasi
: hidrosefalus
4. MRI
TERAPI
1. Rifampicin ( R )
Efek samping
: Hepatotoksik
2. INH ( H )
Efek samping
3. Pyrazinamid ( Z )
Efek samping
: Hepatotoksik
4. Streptomycin ( S )
Efek samping
5. Ethambutol ( E )
Efek samping
Nama Obat
INH
: Neuritis optika
DOSIS
Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari
Anak : 20 mg/kgBB/hari
+ piridoksin 50 mg/hari
1
2
Streptomisin
Etambutol
Rifampisin
Steroid
Diberikan untuk:
Mencegah perlekatan
Indikasi:
Kesadaran menurun
Dosis:
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2
minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
DIAGNOSA BANDING
- Meningitis bakteri dengan terapi tidak adekuat
- Infeksi jamur
- Encefalitis viral
1
3
MENINGITIS VIRAL
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir / sequel
dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes
simpleks dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan
pada pemeriksaan cairan cerebrospinal tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi
terjadi pada korteks cerebri, white matter, dan lapisan menigens. Terjadinya kerusakan
jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini
akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan
gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut
terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis.
ETIOLOGI
- Sering : ENTEROVIRUS
Coxsackie dan Echovirus termasuk dalam family Enterovirus merupakan
hampir 50% penyebab dari meningitis virus (meningitis aseptic).
- Virus neurotropik
GAMBARAN KLINIS
- TRIAS MENINGITIS :
Sakit kepala
Demam
Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Kerniq, Brudzinski)
- Muntah, irritabilitas, malaise, photophobia, myalgia
DIAGNOSA
1. Pungsi lumbal
LCS : -Tekanan meningkat
-Sel meningkat (awal PMN limfositer)
- Warna jernih
- Peotein normal/ sedikit meningkat
1
4
-Glukosa normal
Periksa :
-PCR ( Polymerase Chain Reaction ) : DNA / RNA virus
-Kultur virus
-Titer antibodi
2. Darah
-Titer antibodi
3. Swab orofaring, feses
-Kultur virus
TERAPI
1. Simptomatik
MENINGITIS JAMUR
Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang
ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas, angka
kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para
klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur tidak
langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit / infeksi dan jamur tidak sering
ditemukan dalam cairan cerebrospinal (CSS) pasien yang terinfeksi oleh karena jamur
hanya dapat ditemukan dalam beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya.
ETIOLOGI
1. Cryptococcus neoformans
Cryptococcus neoformans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada
dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur sistemik
yang disebut cryptococcis, dahulu dikenal dengan nama Torula hystolitica. Jamur
ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur dan merupakan
penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas.
Cryptococcus neoformans dapat ditemukan pada kotoran burung (terutama
merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia (colonized human).
1
5
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tambahan
seperti laboratorium cairan cerebrospinal. Gambaran cairan cerebrospinal infeksi
Cryptococcus sama dengan meningitis tuberculosa. Diagnosa dapat dibuat dengan
1
6
Warna
Sel
Protein
PURULENTA
TUBERKULOSA
VIRUS
Tekanan >180 mm
H2O
Bila didiamkan
terbentuk pelikula
Mikroskopis :
kuman TBC
Pemeriksaan
Kultur bakteri negatif
mikroskopik
Biakan cairan otak
Pemeriksaan serologik
serum dan cairan otak
Jernih
Jernih
Keruh sampai
purulen
Leukosit meningkat
95 % PMN
Jernih atau
xantokrom
Meningkat,
<500/mm3, MN
dominan
Meningkat, >75 mg% meningkat
JAMUR
Normal / sedikit
meningkat
Meningkat
1
7
Klorida
menurun
Normal
Glukosa
Menurun, <40 mg %,
atau < 40 % gula
darah
menurun
Normal
DAFTAR PUSTAKA
2007.
Apa
Itu
Meningitis.
URL:
http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html
4. Ellenby, M., Tegtmeyer, K., Lai, S., and Braner, D. 2006. Lumbar
Puncture.The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL:
http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf
5. Harsono.
2003.
Meningitis.
Kapita
Selekta
Neurologi.
URL:
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
6. Japardi,I. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL:
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
England
Journal
of
Medicine.
336
708-16
URL:
http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf
8. Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503.
URL: http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503
1
8
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama
: Ny. D
: 70 tahun
Alloanamnesis :
Seorang pasien, Ny. D, perempuan, umur 70 tahun dirawat di bangsal
Neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 29 Oktober 2013 dengan:
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penurunan kesadaran sejak1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
1 minggu yang lalu pasien berobat ke bidan dan dikasih obat demam tapi
demam tidak turun
nafsu makan menurun sejak satu minggu yamg lalu, 3 hari ini tidak mau
makan
Demam tinggi dan nyeri kepala hebat di bagian samping kepala sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. 2 hari kemudian pasien kelihatan sangat
mengantuk dan hanya menyahut bila dipanggil, tampak anggota gerak kanan
1
9
Pasien tidak pernah mengalami batuk-batuk lama, sakit gigi, infeksi telinga,
hidung dan trauma sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum (23 agustus 2010)
Keadaan umum : sedang
Kesadaran
Nadi/ irama
Pernafasan
Tekanan darah
: 140/70 mmHg
Suhu
: 38,2oC
Turgor kulit
: baik
Aksila
Inguinal
2
0
Rambut
Mata
Torak
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak membuncit
Palpasi
Perkusi
: timpani
: deformitas (-)
Palpasi
: gibus (-)
Alat kelamin
III.
: tidak diperiksa
Status neurologikus
1. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk
: (+)
Brudzinsky I
: (-)/(+)
Brudzinsky II
: (-)/(+)
Tanda Kernig
: (+)
Pupil anisokor, diameter 3m/4mm, reflek cahaya +/+, papil edema (-)
2
1
: hipertonus
Tropi
: eutrofi
6. Sensorik
Nyeri
Defekasi
: terganggu
: ++/++
Triseps
: ++/++
KPR
: ++/++
2
2
APR
: ++/++
: +/+
Chaddok
: +/-
Oppenheim
: +/-
Schaefer
: +/-
Gordon
: +/-
Kimia darah
: Hb
: 10,5 gr/dl
Leukosit
: 23.200/mm3
Trombosit
: 357.000/mm3
Hematokrit
: 32%
LED
: 132 mm/jam
: Ureum
: 113 mg/dl
Kreatinin
: 1,2 mg/dl
: 148/5,6/115 mmol/L
Pemeriksaan penunjang
LP
Analisa LCS:
Makroskopis : volume 1 cc, kekeruhan tidk keruh, warna bening
jernih
Mikroskopis : Jumlah sel 4/mm3, hitung jenis PMN 74 %, hitung jenis
MN 26 %
Kimia : protein reagen tidak ada, glukosa 360 mg/dl
2
3
Diagnosis :
Diagnosis Klinis
Dianosis Topik
Diagnosis Etiologi
: infeksi bakteri
: dubia ed malam
Quo ad sanam
: dubia ed malam
Quo ad fungsionam
: dubia ed malam
Terapi :
Anjuran pemeriksaan
2
4
1. Brain CT-Scan
2. Pemeriksaan BTA sputum
3. Biakan LCS
4. Pemeriksaan IgG anti TB
FOLLOW UP
27 Juli 2010 :
S/ Penurunan kesadaran
Demam (+)
Kedua mata bengkak dan merah
O/
KU
Berat
Kesadaran
Soporus
TD
140/80
Nd
80 x/ menit
Nf
24 x/menit
T
390C
2
5
Visus
Palpasi
Konjungtiva
+, kemosis +
Kornea
Bening
COA
Cukup dalam
Pupil
Bulat, RC +/+
Lensa
Bening
Gerak
Belum bisa dinilai
Kesan : Selullitis orbita ODS
+, kemosis +
Bening
Cukup dalam
Bulat, RC +/+
Bening
Belum bisa dinilai
Anjuran:
Tunggu hasil LCS
Cek GDR
Konsul penyakit dalam
Terapi :
28 Juli 2010 :
S/ Penurunan kesadaran
Demam (+)
2
6
Kesadaran
Soporus
TD
150/80
Nd
78 x/menit
Nf
26 x/menit
T
38,90C
Hiperglikemia
Anjuran:
IVFD RL 4 jam/kolf
Antibiotik dan kombinasi
Cek gula darah tiap 4 jam
Bila GD
< 200
2
7
200 250
250 300
301 350
> 350
Terapi : lanjut
5 unit
10 unit
15 unit
20 unit
29 Juli 2010 :
S/ belum ada perbaikan
Demam (+)
O/
KU
Berat
Kesadaran
Soporus
TD
130/70
Nd
80 x/menit
Nf
22 x/menit
T
38,20C
2
8
Otonom : baik
P/ IVFD RL
- Citicolin 2 x 250 mg (IV)
Ranitidin 2 x 1 amp
Cefotaxim 1 x 1
Metil prednisolon 1 x 1
Kesadaran
CM Afasia
TD
110/70
Nd
92 x/menit
Nf
22 x/menit
T
37,80C
TIK : (-)
Nervus kranialis: pupil anisokor, 3mm/4mm, refleks cahaya +/
+, refleks kornea +/+, refleks muntah ()
Motorik : dengan rangsangan nyeri, kanan kurang aktif
Sensorik : respon terhadap nyeri baik
Otonom : terpasang kateter
RF : ++/++
RP : +/+
D/ hemiparese dextra + parese N VII, XII dextra tipe sentral + meningitis sub akut
DS/ Sepsis
Sellulitis orbita ODS
Hiperglikemia
2
9
Th/: lanjut
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berumur 82 tahun sejak tanggal 06
November 2009 di RS Ahmad Mochtar dengan diagnosis klinik penurunan kesadaran
ec stroke hemoragik. Diagnosa topik yaitu korteks serebri dan diagnosa etiologi stroke
hemoragik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien datang dengan penurunan
kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit .Dirasakan tiba-tiba saat pasien
tertidur. Demam dialami sejak 4 hari yang lalu,disertai dengan batuk.Pasien juga
menderita hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.Penyakit jantung baru diketahui.Riwayat
trauma kepala disangkal.Riwayat kejang disangkal.. Hal ini mendukung untuk stroke
hemoragik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien somnolen dengan GCS 11
(E3M5V3). Pada status neurologi sulit dinilai pada nervus kranialis namun didapatkan
kaku kuduk, brudzinki, babinski group positif.
Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan CT scan kranial yang bertujuan
unutk mengetahui lokasi dari stroke hemoragik. Karena berdasarkan dari hasil
pemeriksaan penunjang, dapat di berikan terapi khusus yang sesuai.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pemberian citicolin sebagai
metabolit activator,ranitidine sebagai anti histamine,metilprednisolon sebagai anti
udem,dan cefotaxim sebagai antibiotic.
Prognosis pada pasien dengan stroke hemoragik ini mengarah ke
perburukan,dilihat dari keadaan umum pasien.Dan harus segera diterapi sesuai dengan
etiologi yang di dapat secara teratur
3
0
3
1