Anda di halaman 1dari 31

10/18/2016

5-7

Menurut ASTM D 653-67, Kuat tarik dari suatu material


didefinisikan sebagai Tegangan tarik maksimum yang
dapat dikembangkan oleh suatu material.
Secara praktis Kuat Tarik dipandang sebagai nilai
tegangan maksimum yg dikembangkan oleh suatu contoh
material dlm suatu pengujian tarikan yang dilakukan untuk
memecah batuan dibawah kondisi tertentu.
Dalam mekanika batuan, pengetahuan tentang kuat tarik
batuan penting untuk menganalisis kekuatan batuan dan
kestabilan dari atap atau kubah (dome) dari lubang bukaan
bawah tanah dari zona tarik dibatuan, dalam
penambangan mineral, utk preparasi kegiatan pemboran
dan penggalian dan mungkin juga utk area lain dlm
rekayasa batuan.

10/18/2016

Uji Brazilian sebagai salah satu metode uji


kuat tarik secara tidak langsung, dilakukan
untuk mengetahui kuat tarik secara tidak
langsung dari contoh uji batuan .

Menurut Bieniawski (1967) dan


Howkes&Mellor (1971) serta ISRM
(1981)

t = Kuat Tarik tak langsung, MPa


D = Diameter contoh, mm
F = Beban, N
t = Tebal contoh, mm
UTS << UCS
UCS/UTS = Toughness ratio = Brittleness Index (BI)
BI semakin besar, kinerja alat gali potong meningkat beberapa
kali lipat

Brittleness dapat diubah dengan linear combination of load


and displacement

10/18/2016

10/18/2016

Kramadibrata, 1996

Metode uji kuat tarik langsung pada batuan


prinsipnya sama dgn pengujian kuat tarik
pada logam. Tetapi kesulitannya terletak
pada bagaimana menjepit (gripping) contoh
dan membuat beban yg bekerja berada pd
posisi paralel dgn sumbu contoh batuan
(sentris).
Beberapa metode pelaksanaan uji tarik
langsung batuan dan bentuk contohnya telah
dilakukan dgn tujuan mendapatkan kuat tarik
batuan dgn lebih tepat.

10/18/2016

Obert, Windels & Duval (1946)


menggunakan penjepit dengan
pelapis leadit compound utk menguji
kuat tarik langsung dr contoh
marmer, gamping, granit dan
batupasir. Lead compound berfungsi
sebagai pelapis agar pemegang tidak
menyentuh contoh, agar saat ditarik
contoh tidak mengalami kerusakan.
Hasil pengujian diperoleh bahwa
leadit compound tidak mampu
menahan teganagan tarik > 8,27Mpa.
Grosvenor (1966) melakukan
pengujian yg sama namun mengganyi
lead compound digunakan sulphur
conical plug dan ternyata saat diuji
bagian yg runtuh adalah bagian sulfur
tersebut. Selain itu juga melakukan
pengujian dgn cara menjepit , yg
hasilnya contoh batuan pecah pada
bagian yang dijepit.

Untuk mengatasi kesulitan pada sistem penjepit, Fairhurst


(1961)

menemukan

suatu

bentuk

model

dengan

menggunakan contoh bentuk silinder dengan perekat epoxy


yg diletakkan pada kedua ujungnya dan contoh dilemkan
pada logam yg ditarik secara fleksibel oleh kabel baja.

Dengan metode ini berbagai bentuk contoh silider, kubus dan


persegipanjang dpt dipergunakan tanpa ada kesulitan.

Metode ini yg terpenting adalah contoh pd kondisi simetris


dgn pelat. Hanya saja metode ini kemungkinan akan sukar
ditemukan jenis lem yg kuat untuk batuan yang sangat kuat

10/18/2016

a. Uji kuat tarik langsung dengan sistem grip (obert, windes & Duval, 1946)
b. Uji kuat tarik langsung dengan sistem lem (Fairhurst, 1961)

10/18/2016

Menurut Russell (1988), ada 3 metode sistem


pemberian beban terhadap uji tarik langsung,
yaitu : Metode Bonded, metode End-pull dan
metode grip.

10/18/2016

Alat Uji Tarik terdiri dari beberapa


bagian yakni :
1. Rangka (frame)
2. Piston
3. Pemegang Contoh (caps)
4. Load cell dgn digital strain indikator
5. Power pack
6. Rantai
7. Dial gauge utk mengukur deformasi
aksial.

10/18/2016

Kuat tarik dinamik batuan jauh lebih kecil


daripada kuat tekan statiknya.
Kuat tarik dinamik sangat penting untuk
diketahui dalam proses penggalian mekanis dan
peledakan.
Tegangan tarik tangensial harus lebih besar
daripada kuat tarik dinamik agar terjadi rekahan
radial
Bila spalling diinginkan untuk terjadi, kuat tarik
dinamik harus lebih kecil daripada tegangan tarik
radial yang dihasilkan dari pantulan pulsa
tegangan tekan awal di bidang bebas.

10/18/2016

Segala aktifitas yg dilakukan manusia pada batuan


seperti masalah fondasi, pemakaian batu sebagai bahan
bangunan, penggalian batuan dibawah permukaan
tanah untuk bangunan sipil dan penggalian tambang
bawah tanah akan erat dengan persoalan dlm mekanika
batuan.
Salah satu uji didalam mekanika batuan adalah uji
triaksial yang digunakan utk menentukan kekuatan
batuan dibawah 3 komponen tegangan melalui
persamaan kriteria keruntuhan.
Pengujian ini menggunakan beberapa contoh batuan,
minimum 5 contoh kemudian diberikan diberikan
tekanan pemampatan (3) yg berbeda-beda.

10

10/18/2016

Uji

ini untuk mengukur kekuatan contoh


batu berbentuk silinder dibawah tekanan
triaxial.
Data hasil pengujian sangat diperlukan
untuk perhitungan:
strength envelope (kurva intrinsic)
Kuat Geser/shear strength ()
sudut geser dalam ()
kohesi (C)
Tegangan Normal (n)

Kekuatan batuan pada kondisi tegangan


triaksial akan sangat berguna sebagai
parameter rancangan pembuatan lubang
bukaan bawah tanah.
Kriteria keruntuhan yg sering digunakan
dalam pengolahan data uji triaksial adalah
kriteria Mohr-Coulomb yg ditulis dengan
persamaan berikut :

= c + n tan

11

10/18/2016

Secara grafis melalui kurva, nilai kuat tekan


uniaksial (c) dpt diketahui melalui nilai
tegangan aksial (1) pada saat nilai tekanan
pemampatan (3)=0. Sedangkan nilai tekanan
pemampatan yg diperoleh pd saat nilai
tegangan aksial dibuat nol (1=0) adalah
merupakan nilai kuat tarik batuan (3=t).
Pada uji ini, contoh batuan dimasukkan
kedalam sel triaksial, diberikan tekanan
pemampatan (3) dan dibebani secara aksial
(1) sampai runtuh. Pada Uji ini tegangan
menengah dianggap sama dengan tekanan
pemampatan (2=3)

Sel triaksial didalamnya


terdapat fluida
bertekanan yg dialirkan
dgn menggunakan
pompa hidraulik,
berfungsi sebagai
tekanan pemampatan
(3) yg diberikan kepada
contoh batuan. Untuk
mencegah fluida masuk
kedalam contoh batuan
maka contoh batuan
dibungkus dgn selubung
karet.

12

10/18/2016

13

10/18/2016

14

10/18/2016

Semakin tingginya tekanan pori pd contoh


batuan akan menurunkan kekuatan contoh
batuan tersebut.

15

10/18/2016

Secara umum
temperatur dapat
membuat contoh
batuan semakin duktil
sehingga akan
mengurangi kekuatan
batuan.
Batuan mengalami
perubahan sifat getas
menjadi lebih duktil
pada suhu tinggi.
Perubahan terlihat
pada bentuk kurva yg
lebih landai.

16

10/18/2016

Meningkatnya tekanan pemampatan (3) akan


meningkatkan kekuatan batuan karena pd saat
bersamaan pengembangan rekahan batuan akan
terhambat.
Berdasarkan penelitian Von Karmen (1911) pd batuan
marmer Carrara dpt dilihat dgn adanya tekanan
pemampatan pd contoh batuan mengakibatkan
kenaikan tekanan aksial dan bersifat lebih duktil.
Gambar dibawah menunjukkan semakin tingginya
tegangan puncak (peak) jika tekanan pemampatannya
semakin besar.

17

10/18/2016

Secara umum kuat tekan batuan akan naik


seiring kenaikan laju deformasi.

18

10/18/2016

Sifat anisotropik adalah salah satu faktor yg


memperngaruhi perilaku batuan, tapi sifatnya
bervariasi terhadap arah.
Anisotropik disebabkan oleh kehadiran foliasi,
cleavage, skistositi, kekar, fisur dan bidang
perlapisan.
Studi dlm bidang anisotropik menunjukkan bahwa
kekuatan minimum batuan minimum terjadi pada
sudut orientasi =30derajat dan maksimum
keruntuhan pada salah satu apakah pada =0 derajat
atau =90 derajat.
Anisotropik dari geomaterial dpt dibagi menjadi dua
komponen yaitu : anisotropik akibat gangguan
tegangan (stress induced anisotropy) dan anisotropik
murni (inherent anisotropy).

19

10/18/2016

Pengamatan yg dilakukan pd pengaruh tekanan


pemampatan terhadap bentuk kurva tegangan
regangan dan fraktur yg terjadi pada contoh batuan
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya tekanan
pemampatan maka kurva tegangan regangan
semakin menunjukkan perubahan perilaku batuan
dari Getas ke Duktil, mengakibatkan kenaikan
kekuatan puncak batuan dan fraktur yg terjadi pd
batuan juga semakin kompleks.
Hal ini dpt dijelaskan bahwa pd uji triaksial, tekanan
pemampatan diberikan pd batuan agar rekahanrekahan yg terbentuk akibat pembebanan secara
aksial dpt tertutup kembali dan meningkatkan
kekuatan batuan itu sendiri, sehingga batuan lebih
bersifat duktil.

20

10/18/2016

21

10/18/2016

Bila dilihat dari deformasi yg terjadi sebelum


contoh batuan runtuh, dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu frakture getas dan
keruntuhan duktil.
Frakture getas terjadi pd tekanan pemampatan
yg rendah, temperatur yg rendah dan laju
deformasi yg besar.
Sebaliknya keruntuhan duktil lebih sering terjadi
pd tekanan pemampatan yg tinggi, temperatur yg
tinggi dan laju deformasi yg rendah.

22

10/18/2016

Griggs & Handin(1960) menjelaskan


deformasi makroskopik yg dialami batuan pd
tekanan pemampatan yg tinggi dalam uji
triaksial. Mereka mendapati 5 tipe deformasi
yg terjadi yg dialami contoh batuan saat
diberikan tekanan pemampatan yg tinggi dan
laju deformasi dlm uji triaksial.

23

10/18/2016

Tipe 1. menunjukkan deformasi getas yg ditandai


oleh bentuk runtuh atau pecah berupa splitting.
Tipe 2. menunjukkan deformasi getas, sudah
terlihat adanya deformasi plasitik sebelum
contoh batuan runtuh. Belahan berbentuk
kerucut.
Tipe 3. sudah menunjukan transisi dari getas ke
duktil. Penambahan tekanan pemampatan
menyebabkan contoh batuan runtuh dlm geser.
Tipe 4. contoh batuan sudah mulai bersifat
plastis. Tekanan pemempatan naik, contoh
batuan mulai terdeformasi secara duktil.
Tipe 5. Apabila tekanan pemampatan dinaikkan
kembali, maka contoh batuan akan bersifat
sangat plastis dan sukan mendapatkan kekuatan
puncaknya.

24

10/18/2016

Menurut Hook(2000), utk menentukan sifat


mekanik batuan dgn uji triaksial konvensional
memerlukan sekurang-kurangnya 5 contoh
batuan.
Uji dilakukan dgn memasukkan sampel ke sel
triaksial kemudian diberi tekanan
pemampatan (3) yg konstan dan diberikan
beban aksial (1) scr kontinyu sampai batuan
runtuh. Pengujian diulangi sampai lima
contoh dengan lima tekanan pemampatan yg
berbeda-beda.

25

10/18/2016

Perilaku cepatrambat gelombang ultrasonik pd


pengujian triaksial konvensional dpt diamati dgn baik.
Pd saat awal pembebanan terjadi kenaikan cepat rambat
gelombang uktrasonik karena terjadi penutupan rekahan
awal batuan sehingga struktur antar butiran semakin
rapat dan ruang kosong semakin sempit.
Cepat rambat gelombang ultrasonik meningkat seiring
dgn pembebanan aksial, kemudian mengalami
penurunan setelah menlewati titik tertentu, hal ini
mengindikasikan bahwa contoh batuab sebentar lg akan
mengalami keruntuhan yg disebabkan terbentuknya
rekahan minor yg nantinya akan mengalami failure.
Sudut dan kondisi retakan saat failure utk conth batuan
pd uji triaksial konvensional dgn tekanan menengah dpt
dikatakan homogeneus shear failure dan menurut Griggs
dan Handin (1960) termasuk Tipe 3.

26

10/18/2016

Merupakan variasi dari uji triaksial yg


menghasilkan sifat mekanik batuan yg
dihitung pd tekanan pemampatan yg berbeda
dgn menggunakan satu contoh batuan.
Tujuan utama dari pengujian multitahap ini
adalah mendapatkan sifat-sifat mekanik
batuan yg ekuivalen terhadap hasil yg
didapatkan memalui pengujian triaksial
konvensional.

Pengujian Kovari&Tisa (1975), dilakukan dgn 2 metode.


Metode Pertama dgn melihat kecenderungan gaya yg
diterima oleh contoh batuan melalui grafik tegangan aksial
terhadap regangan aksial dan Metode Kedua disebut juga

strain controlled test.

Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa nilai tekanan


aksial yg dicapai siklus pertama dan ketiga adalah sama,
walaupun pada siklus ketiga sebelumnya telah diberikan
tekanan pemampatan yg berbeda. Metode ini dpt
diaplikasikan dgn mudah pd peralatan triaksial
konvensional.
Sedangkan pd metode kedua atau metode regangan
terkontrol (Strain controlled test), tekanan pemampatan
awal diberikan sampai menunjukkan tanda-tanda akan
runtuh (ditunjukkan oleh titik belok kurva teganganregangan garis A-B). Setelah itu tegangan aksial dinaikkan
kembali diiringi dgn penyesuaian tekanan pemampatan
agar tingkat pereganan dpt dikendalikan (garis A-B
menjadi linier)

27

10/18/2016

28

10/18/2016

Contoh batuan mengalami


pemempatan sampai 4kali
yaitu 2 Mpa, 5Mpa, 7,5MPa
dan 10 Mpa.

29

10/18/2016

30

10/18/2016

31

Anda mungkin juga menyukai