Anda di halaman 1dari 8

Proceeding

National Symposium on Thermofluids VIII 2016


Yogyakarta, 10 November 2016

Pengaruh Tegangan Permukaan Terhadap Liquid Hold-Up dan Kecepatan


Gelombang Aliran Annular Cair-Gas Pada Pipa Horisontal
Khasani1, Prasetyo2, Deendarlianto1 dan Indarto1
1

Departemen Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada,


Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281
2
Program Studi S-2 Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281
E-mail: khasani@ugm.ac.id

Abstract
The purpose of this present study is to investigate the effects of surface tension on liquid
hold-up and wave velocity in a horizontal liquid-gas of annular two-phase flow as the
function of time. To vary the liquid surface tension, different ratio of mixed liquid has
been added with buthanol. In the present work, time variation of liquid hold-up in a
horizontal liquid-gas annular flow (16 mm ID and 9.5 m in total length) has been
investigated experimentally. It was investigated by measuring the instantaneous local
liquid hold-up with a Constant Electric Current Method (CECM). In this experiment,
three pairs of liquid hold-up sensors arranged with an axial spacing of 215 mm were
utilized. The wave velocity was computed by using the cross correlation of two
successive liquid hold-up sensors. As a result it was found that the liquid hold-up signal
obtained by CECM can be used to determine the liquid hold-up profile and the wave
velocity of annular flow. The surface tension has an important role on the liquid hold-up
and wave velocity.
Keywords: Annular Flow, Liquid Hold-Up, Wave Velocity, Surface Tension, CECM.

1. Pendahuluan
Pola aliran annular merupakan salah satu pola
aliran dua fasa yang dapat dijumpai pada sistem
perpipaan pembangkit listrik tenaga panas bumi
terutama pada pipa arah horisontal [1]. Definisi aliran
annular adalah aliran di mana aliran gas berada pada
bagian tengah (core) dari penampang pipa dan aliran
cairannya berada pada bagian dinding pipa yang
membentuk lapisan film.
Pada penelitian ini akan dilakukan analisa visual
dan sinyal tentang pengaruh tegangan permukaan
terhadap liquid hold-up dan kecepatan gelombang
aliran annular cair-gas pada pipa horizontal.
Kondisi penelitian ini dilakukan pada tekanan
atmosfir dan diasumsikan tidak ada transfer panas
yang terjadi. Fluida panas bumi mempunyai
temperatur
yang
besarnya
tergantung
pada
reservoirnya, dan sebagaimana diketahui bahwa
tegangan permukaan dapat berubah dengan adanya
faktor kenaikan temperatur dan tekanan. Dengan
demikian penelitian mengenai pengaruh tegangan
permukaan terhadap karakteristik cairan menjadi
sangat penting.
Analisa sinyal output sensor meliputi liquid holdup sebagai fungsi waktu, cross correlation sebagai
fungsi waktu, probability distribution fuction (PDF),
frekuensi yang paling dominan (PSD) dan kecepatan
gelombang [2]. Hal-hal tersebut merupakan bagian
penting untuk mengetahui karakteristik aliran.

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

Metode untuk mendapatkan data liquid hold-up


umumnya menggunakan metode konduktansi.
Sekoguchi dkk (1982) mengukur besar liquid hold-up
dengan menggunakan metode needle contact dan
constant current. Data yang dihasilkan melalui kedua
metode tersebut berupa data local liquid hold-up dan
liquid hold-up. Pengamatan dilakukan pada pipa ID 26
dengan posisi saluran horisontal [3].
Fukano dan Ousaka (1988), menggunakan metode
needle contact dan constant current guna mendapatkan
nilai local liquid hold-up dan liquid hold-up sebagai
fungsi waktu. Dari data tersebut dapat diketahui
karakteristik aliran annular serta distribusi lapisan
film. Pengamatan dilakukan pada pipa dengan ID 26
mm dengan posisi saluran -100, 00, 100, 150 [4].
Fukano
(1989)
mengembangkan
metode
konduktansi yang dikenal dengan Constant Electric
Current Method (CECM). Dalam CECM, sumber
tenaga arus konstan digunakan untuk memberi tenaga
listrik pada dua buah elektroda. Sumber arus ini yang
digunakan sensor untuk mendapatkan sinyal.
Keutamaan CECM adalah keluaran elektroda
sensor tidak tergantung pada lokasi fluida, sensivitas
mendeteksi perubahan hold up lebih tinggi, dan
interaksi di antara kedua elektroda diabaikan.

ISBN : XXXX

Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

xxxdengan campuran buthanol


5%.FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF
FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF
FFFFFFFFFFFF

Gambar 1. Skema alat penelitian.


2. Metode dan Peralatan
Penelitian ini menggunakan pipa acrilic dengan
diameter 16 mm dengan panjang total 9,5 m. Pipa
acrilic yang digunakan transparan sehingga pola aliran
yang terjadi dapat diamati dengan baik. Pengambilan
data pada seksi uji dilakukan pada jarak 5 m dari mulai
awal masuknya fluida. Dengan demikian diharapkan
fluida sudah terbentuk secara sempurna. Pada
penelitian ini digunakan surfaktan buthanol untuk
menurunkan tegangan permukaan (Tabel 1). Hal ini
dikarenakan buthanol dapat menurunkan tegangan
permukaan dengan persentase yang rendah.

ini keterlambatan waktu didapat melalui cross


correlation dari 2 buah sensor.
Prinsip kerja dari CECM didasarkan pada tahanan
cairan dan gas yang melewati sensor, di mana tahanan
cair dan gas memiliki perbedaan. Tahanan gas lebih
besar dibandingkan dengan tahanan cair. Dari prinsip
inilah Fukano mengembangkan metode CECM
sebagai metode berbasis sinyal.
Tahanan dua fasa RTP dapat diekspresikan dengan
[5]:

Tabel 1. Properti fluida kerja yang digunakan.


Dimana : RG = Tahanan dari fase gas yang
menempati luasan potongan
pipa.
RL = Tahanan dari fase cairan yang
menempati luasan potongan
pipa.

Tabel 2. Matrik penelitian

Pengambilan data sinyal menggunakan metode


Constant Electric Current Method (CECM). Untuk
mendapatkan sinyal liquid hold-up digunakan 3 buah
sensor dan 2 buah elektroda dengan jarak masingmasing sensor dan elektroda 215 mm. Elektroda ini
berfungsi mengalirkan arus listrik konstan yang
bersumber dari power suplai. Sinyal liquid hold-up
yang mengalir melalui sensor akan dikuatkan oleh
amplifier dan diteruskan melalui Analog Digital
Converter (ADC). ADC berfungsi mengubah sinyal
analog menjadi digital sehingga sinyal dapat terdeteksi
oleh komputer seperti terlihat pada Gambar 1.
Perhitungan kecepatan gelombang didapat dari rasio
perbandingan antara jarak sensor (215 mm) dengan
keterlambatan waktu antara 2 buah sensor. Dalam hal

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

Liquid hold-up dinyatakan dengan tegangan dalam


satuan panjang, (VTP) ketika arus konstan diberikan
(I0). Pada kasus dua fase udara-air kondisi RG>>RL,
maka liquid hold-up dinyatakan dengan Persamaan
(2):

Dimana :

VL = Drop tegangan saat liquid


mengalir memenuhi permukaan
penampang dari sensor.

Pada analisis sinyal, rata-rata keterlambatan waktu


(time lag) antara dua sensor liquid hold-up dapat
dihitung dari fungsi cross correlation, untuk proses X1
dan X2, yaitu:

ISBN : XXXX

Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

Gambar 3. Foto aliran annular JL = 0,05 m/s dan JG =


12 m/s untuk air 100%.
Dimana :

12 = fungsi cross-correlation yang


dinormalisasi
= time lag antara dua sinyal
liquid hold-up.

Fungsi cross correlation (R) dinyatakan dalam

Dimana E adalah nilai rata-rata.


Sedangkan Power Spectra Density (PSD)
digunakan untuk menggambarkan sinyal dalam
frekuensi domain yang menggunakan fast fourier
transform dan dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 4. Foto aliran wavy pada JL = 0,05 m/s dan JG


= 12 m/s untuk campuran buthanol 5%.
Gambar 5 memperlihatkan nilai probability
distribution function (PDF) untuk nilai liquid hold-up
paling dominan dengan persentase terbesar bernilai
0,05 sebesar 28%, sedangkan pada campuran buthanol
5% (Gambar 6) persentase terbesar bernilai 0,04
sebesar 24,5%. Gambar 5 dan 6 memperlihatkan
sebaran nilai liquid hold-up. Sebaran ini didapat dari
jumlah data yang dikumpulkan dan diklasifikasikan.
Penyebaran nilai liquid hold-up terjadi karena
kecepatan superfisial yang masih rendah.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Pengukuran liquid hold-up
Gambar 2 memperlihatkan grafik liquid hold-up
terhadap fungsi waktu (JL = 0,05 m/s dan JG = 12 m/s).
Terlihat pengaruh tegangan permukaan terhadap
mekanisme pembentukan aliran annular pada fluida
cair 100% (Gambar 3) di mana aliran yang terjadi
sudah terbentuk yaitu aliran annular walaupun lapisan
film pada bagian atas penampang pipa masih terlihat
samar-samar. Hal ini ditandai dengan adanya grafik
liquid hold-up yang bernilai tinggi yang menandakan
adanya persentase liquid yang besar dari suatu
penampang, sedangkan pada campuran buthanol 5%
(Gambar 4) belum terbentuk secara sempurna (terlihat
sebagai aliran wavy).

Gambar 5. PDF pada JL = 0,05 m/s dan JG = 12 m/s


untuk 100% air.

Gambar 6. PDF pada JL = 0,05 m/s dan JG = 12 m/s


untuk campuran buthanol 5%.

Gambar 2. Liquid hold-up pada JL = 0,05 m/s dan JG =


12 m/s.

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

Power Spektral Density (PSD) diperlihatkan pada


Gambar 7 dan 8. Dapat dilihat bahwa pada aliran wavy
tegangan permukaan berpengaruh terhadap frekuensi
dominannya (first peak). Pada aliran ini, rendahnya
nilai tegangan permukaan berpengaruh pada
rendahnya nilai frekuensi dominan.

ISBN : XXXX

Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

Gambar 10. Foto aliran annular pada JL = 0,05 m/s dan


JG = 18 m/s untuk air 100%.

Gambar 7. PSD pada JL = 0.05 m/s dan JG = 12 m/s


untuk 100% air.

Gambar 11. Foto aliran annular padaJL = 0,05 m/s dan


JG = 18 m/s untuk campuran buthanol 5%.
Dari analisa probability distribution function (PDF)
terlihat jelas bahwa pengaruh tegangan permukaan
sangat berperan. Terlihat nilai liquid hold-up yang
dominan berbeda untuk air 100% nilai liquid hold-up
terbesar pada 0,05 sebesar 35,5% (Gambar 12),
sedangkan campuran buthanol 5% (Gambar 13)
terbesar pada 0,03 sebesar 45,6%.

Gambar 8. PSD pada JL = 0,05 m/s dan JG = 12 m/s


untuk campuran buthanol 5%.
Gambar 9 memperlihatkan grafik liquid hold-up
terhadap waktu dengan JL = 0,05 m/s dan JG = 18 m/s.
Kecepatan superfisial gas berada pada daerah transisi.
Dari Gambar 10 (air 100%) dan Gambar 11 (campuran
buthanol 5%) terlihat untuk daerah transisi
pembentukan aliran annular sudah sempurna, sehingga
tegangan permukaan tidak berpengaruh pada pola
aliran yang terjadi pada daerah transisi dari aliran
wavy ke aliran annular.

Gambar 12. PDF pada JL = 0,05 m/s dan JG = 18 m/s


untuk 100% air.

Gambar 13. PDF pada JL = 0,05 m/s dan JG = 18 m/s


untuk campuran buthanol 5%.

Gambar 9. Liquid hold-up pada JL = 0,05 m/s dan JG =


18 m/s.

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

Dari analisa Power Spektral Density (PSD),


(Gambar 14 dan 15) memperlihatkan nilai frekuensi

ISBN : XXXX

Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

dominannya mendekati antar keduanya, sebanding


dengan meningkatnya kecepatan superfisial dari gas.

Gambar 17. Foto aliran annular pada JL = 0,05 m/s dan


JG = 40 m/s untuk air 100%.

Gambar 14. PSD pada JL = 0,05 m/s dan JG = 18 m/s


untuk 100% air.
Gambar 18. Foto aliran annular pada JL = 0,05 m/s dan
JG = 40 m/s untuk campuran buthanol 5%.
Dari analisa probability distribution function (PDF)
terlihat jelas bahwa pengaruh tegangan permukaan
sangat berperan. Terlihat pada nilai liquid hold-up
dominan yang berbeda untuk air 100% (Gambar 12)
dan campuran buthanol 5% (Gambar 13). Semakin
besar nilai superfisial gas maka nilai liquid hold-up
semakin bernilai rendah.

Gambar 15. PSD pada JL = 0,05 m/s dan JG = 18 m/s


untuk campuran buthanol 5%.
Gambar 16 memperlihatkan grafik liquid hold-up
terhadap waktu untuk JL = 0,05 m/s dan JG = 40 m/s.
Gambar 17 (air 100%) dan Gambar 18 (campuran
buthanol 5%) menunjukkan bahwa pembentukan
aliran annular sudah sempurna. Tegangan permukaan
berpengaruh pada nilai liquid hold-up serta gelombang
yang terjadi mendekati bentuk ripple.

Gambar 19. PDF pada JL = 0,05 m/s dan JG = 40 m/s


untuk 100% air.

Gambar 20. PDF pada JL = 0,05 m/s dan JG = 40 m/s


untuk campuran buthanol 5%.
Gambar 16. Liquid hold-up pada JL = 0,05 m/s dan JG
= 40 m/s.

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

ISBN : XXXX

Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

Analisa
Power
Spektral
Density
(PSD)
diperlihatkan pada Gambar 21 dan 22. Dapat dilihat
bahwa pada aliran annular frekuensi dominan air
100% bernilai lebih rendah dibandingkan dengan
campuran buthanol 5%.

Gambar 23. Hubungan antara kecepatan superfisial


udara (JG) dan kecepatan superfisial air (JL) terhadap
nilai rata-rata liquid hold-up.
Dengan menurunnya nilai tegangan permukaan
maka nilai liquid hold-up rata-rata akan menurun,
demikian juga akan sebanding dengan meningkatnya
kecepatan superfisial gas, di mana semakin besar nilai
kecepatan superfisial gas maka nilai liquid hold-up
rata-rata akan semakin kecil.
3.3 Kecepatan gelombang
Perhitungan kecepatan gelombang rata-rata
ditentukan dari keterlambatan waktu () pada puncak
pertama dari fungsi cross correlation [6].

Gambar 21. PSD pada JL = 0,05 m/s dan JG = 40 m/s


untuk 100% air.

Gambar 24. Keterlambatan waktu (time lag) sesaat


antara 2 sensor metode cross correlation (Jl = 0,05 m/s
dan JG = 25 m/s).

Gambar 22. PSD pada JL = 0,05 m/s dan JG = 40 m/s


untuk campuran buthanol 5%.
3.2 Liquid hold-up rata-rata
Dari grafik liquid hold-up rata-rata (Gambar 23)
terlihat bahwa nilainya dipengaruhi oleh tegangan
permukaan.

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

Gambar 24 merupakan contoh keterlambatan


waktu () yang didapat menggunakan metode cross
correlation.
Gambar 25 menunjukkan grafik fungsi dari
kecepatan gelombang. Terlihat pengaruh tegangan
permukaan, yaitu dengan menurunnya nilai tegangan
permukaan maka nilai kecepatan gelombang akan
menurun untuk kecepatan superfisial gas yang sama.
Akan tetapi, untuk fenomena naiknya kecepatan
superfisial gas maka grafik cenderung naik.

ISBN : XXXX

Proceeding
National Symposium on Thermofluids VIII 2016
Yogyakarta, 10 November 2016

Gambar25. Hubungan antara kecepatan


superfisial udara (JG) dan kecepatan superfisial air (JL)
terhadap kecepatan gelombang.

4. Kesimpulan
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode Constant Electric Current Method
(CECM) dapat digunakan untuk mengukur
karakteristik liquid hold-up terhadap fungsi waktu
dengan nilai amplitudo yang sangat kecil. Nilai ini
dapat terlihat jelas pada kecepatan superfisial gas
yang tinggi pada campuran buthanol sebesar 5%.
2. Pengaruh tegangan permukaan terhadap nilai
liquid hold-up sangat kuat. Hal ini ditandai dengan
nilai liquid hold-up yang rendah yang sebanding
dengan menurunnya nilai tegangan permukaan.
3. Pengaruh tegangan permukaan terhadap kecepatan
gelombang sangat besar yaitu bahwa untuk nilai
tegangan permukaan rendah maka nilai kecepatan
gelombangnya akan rendah.
4. Semakin besar kecepatan superfisial gas, maka
nilai liquid hold-up akan semakin rendah pula,
sedangkan untuk kecepatan gelombangnya akan
semakin besar.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dibiayai oleh hibah Program Studi S-1
dan Program Studi Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin
dan Industri FT UGM tahun anggaran 2015.
Daftar Pustaka
[1] Palsson H., Berghorsson, E.S. and Palsson, O.P.,
2006, Estimation and Validation, of Models Two
Phase Flow From Geothermal Wells, 10 th
International Sysposium on District Heating and
Cooling, University of Iceland, Reykjavyk.
[2] Fukano, T., Ousaka, A., 1988, Air-Water TwoPhase Annular Flow in near Horizontal Tube
JSME, Series 2, vol. 31, 477-483.
[3] Fukano, T., 1998, Measurement of Time Varying
Thickness of Liquid Film Flowing with High
Speed Gas Flow by a Constant Electric Current
Method (CECM), Nuclear Engineering and
Design, pp 363-377.

Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM

ISBN : XXXX

Anda mungkin juga menyukai