sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat
diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari
pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa
lama tonus otot kembali normal 5. Perubahan Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis
serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh
kandungannya turun setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor. 6. Simfisis Pubis Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis
yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab
ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan signifikan pada
pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan
simfisis dapat di palpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada
kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa
wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda. B. SISTEM ENDOKRIN 1.
Hormon Plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Penurunan hormon Human
Plasenta Lactogen(HPL), estrogen dan progesteron serta plasental enzyme insulinase membalik
efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa
nifas. Ibu diabetik biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama
beberapa hari. Karena perubahan hormon normal ini membuat masa nifas menjadi suatu periode
transisi untuk metebolisme karbohidrat, interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonadotropin(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke-7 postpartum dan sebagai onzet pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum. 2. Hormon
Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Pada
wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi
dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan merangsang produksi ASI. 3. Hormon
Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian
belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Prolaktin darah meningkat dengan cepat, hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam
ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam waktu 2 minggu atau 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang
kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen
dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi dan menstruasi. 4. Hipotalamik
Pituitary Ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15%
memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang
tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24
minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak
laktasi 50% siklus pertama anovulasi. 5. Hormon Estrogen dan Progesteron Kadar estrogen
menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum. Progesteron turun pada hari ketiga
postpartum. C. TANDA-TANDA VITAL Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas
adalah sebagai berikut: 1. Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah
partus dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80C. 24
jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada akan
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. Kita anggap
nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 380C pada dua hari berturut-turut pada 10 hari yang
pertama post partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari.
2. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang
tertunda. Sebagai wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal
bradycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam
setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50
detak per menit. Sudah banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab,
tetapi belum satupun yang sudah terbukti. bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau
indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan. 3. Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu
dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan. Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali
seperti keadaan semula. Bila ada respirasi cepat postpartum(>30x/menit)mungkin karena adanya
syok. 4. Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah
ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya pre-eklamsi postpartum. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang
telah kita buat dapat disimpulkan bahwasanya masa setelah persalinan disebut post partum atau
masa nifas. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Selama pemulihan akan terjadi perubahan
fisiologis diantaranya pada sistem musculoskeletal, sistem endokrin dan tanda-tanda vital. B.
Saran Seorang bidan harus mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada sistem
musculoskeletal, sistem endokrin, tanda-tanda vital. Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6 8
minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik
selama hamil atau sempurna berminggu minggu, berbulan bulan atau tahunan.
C. Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
D. PerubahanPerubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :
a.
Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil atau sering disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting
lain,yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik hormone dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar mammae.
b. Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai 1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah
1 minggu, TFU pstsymphisis, beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm.
Setelah 14 hari TFU tidak teraba, beratnya 350 gr, 5 cm
6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya 60 gr, diameter 2,5 cm.
c.
Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
d.
Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus,
setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat
penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis darah yang dapat mengakibatkan
thrombosis masa nifas.
Taking in Period
1) Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif dan sangat tergantung dan
fokus perhatian terhadap tubuhnya.
2) Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami
3)
Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu untuk mencegah efek kurang baik yaitu
kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan kesehatan.
4)
Tambahan makanan kaya gizi sangat penting dibutuhkan sebab nafsu makan biasanya akan
meningkat. Kurang nafsu makan memberi indikasi bahwa proses pemulihan kesehatan tidak
berlangsumg normal.
Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu menjadi berkonsentrasi pada
kemampuannya menjadi ibu yang sukses, dan menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayinya
2) Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya proses defekasi dan miks, kekuatan, dan
daya tahan tubuh ibu
3) Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti menggendong, memandikan,
menyusui bayinya dan mengganti popok
4)
Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin membutuhkan bimbingan dan
dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu
Letting go Period
1)
Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba dirumah dan secara penuh merupakan
waktu pengaturan
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.
c.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya
F. Perawatan Masa Puerperium
Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini
( early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya keuntungan :
a.
d.
Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran
sisa metabolisme.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
1.
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi
Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman
7.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonata.
Yayasan
Bidan
Pustaka
Sarwono
Ambarwati, 2008.
Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Prawirohardjo,
Jakarta
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
Sarwono,
1999.
Ilmu
Kebidanan,
Edisi
111,
Cetakan
4,
YBS
SP.
Lusa.web.id
http://www.medicalera.com/index.php?
option=com_kunena&Itemid=355&func=view&catid=92&id=723
http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/perawatan-masa-nifas.html
2.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI
2.4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 tahapan,yaitu:
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalanjalan.
b. Puerperium intermedial yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama ibu
bila selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
2.5 Respon Orang Tua Terhadap Bayi baru Lahir
a. Bonding Attachment
Bonding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonatus, sedangkan
attachment adalah sentuhan. Bonding attachment adalah istilah dalam kebidanan atau psikologi
kebidanan yang artinya ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian.
Pengertian dari bonding attachment/keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu proses
dimana sebagai hasil dari suatu reaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut :
a. Terkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya.
b. Keterikatan (bounding)
c. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu yang lain.
Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai berkut :
1. Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai
suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan
ujung jarinya.
2. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan
bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untk saling memandang.
3. Suara
Saling mendengarkan dan merespon suara antara orag tua dan bayinya juga penting. Bayi akan
menjadi tenang dan berpaling ke arah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan
suara bernada tinggi.
4. Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/ bau masingmasing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya.
5. Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka
menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendag-nendang kaki, seperti sedang berdansa
mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas
bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini
dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan
kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini
Saat ini, banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukan bahwa kontak dini setelah lahir merupkan
hal yang penting dalam hubungan antara orang tua-anak.
b. Respon ayah dan keluarga
Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan
kebersamaan dengan bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai saat mereka
saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah dengan bayi penting
bagi tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian Robert A. Veneziano dalam The Importance of
Father Love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat membantu mengembangkan
kemampuan sosial, kecerdasan emosi, dan perkembangan kognitif bayi.
c. Sibling Rivalry
Sibling dapat diartikan sebagi persaingan antara saudara kandung. Persaingan antara
saudara kandung merupakan respon yang normal seorang anak karena merasa ada ancaman
gangguan yang mengganggu kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru.
Anak-anak akan terus menerus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan
persaingan itu akan diperlihatkan oleh anak dengan berbagai cara. Pada anak biasanya yang
paling menonjol adalah rasa marah, kemarahan ini dapat ditujukan kepada orang yang dianggap
saingannya atau yang didambakan kasih sayangnya.
Idealnya saudara kandung yang usianya lebih tua harus dipersiapkan untuk menerima
kelahiran saudaranya, ini ditujukan untuk meyakinkan bahwa walau ada saudara baru namun dia
tetap mendapat kasih sayang yang sama. Pernyataan mengenai bayi dan rumah sakit serta
kelahiran sedapat mungkin dijawab berdasarkan fakta dan secara menyenangkan.
Jika anak yang lebih tua telah merasa aman dalam keluarga maka ia akan merasa bebas
untuk memberikan perhatian pada saudara barunya, sehingga persaingan atau rival tidak terjadi.
2.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjunan masa nifas:
Tabel 2.1 Program dan kebijakan tekhik masa nifas
Kunjungan Waktu
Asuhan
I
6-8 jam
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
post
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
partum
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II
6 hari post Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
partum
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda- tanda kesulitan menyusui
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
post
diberikan pada kunjungan 6 haru post partum
partum
IV
6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
post
Memberikan konseling KB secara dini.
partum
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan
pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a.
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b.
Melakukan pencegahan-pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c.
d.
Mendeteksi adanya kompliasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya
b.
c.
Sebagia areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk.
Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan rahim luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
c.
Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk pulih kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan
perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1)
Nafsu makan
Paska melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi
makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
2)
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesi dan anastesi bisa memperlambat pengembalian
tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3)
Pengosongan usus
Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun
selama proses persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid.
j.
Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap
penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah
bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penururnan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
k.
Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Perubahan terdiri dari volume
darah dan haemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik.
2. 12 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a.
Mobilisasi
b.
Nutrisi
c.
Eliminasi
d.
Defekasi
e.
Kebersihan diri
f.
Istirahat
g.
Seksual
h.
Keluarga berencana
i.
Senam hamil
2.13 Tanda-tanda bahaya masa nifas
Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada seseuatu yang tidak beres
atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang
bidan dengan segera:
a.
Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi biasa atau jika
perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b.
Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.
c.
Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d.
Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
e.
Pembengkakan pada wajah dan tangan
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan
Payudara yang memerah, panas dan atau sakit
Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan pada kaki
Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi
Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung
selama lebih kurang 6-8 minggu.
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan
adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran
Dalam proses laktasi ibu sangat membutuhkan makanan yang bergizi untuk kesempurnaan
produksi ASI. Jika ASI yang diproduksi ibu banyak maka bayi ibu akan tumbuh dengan sehat
dan berkembang seperti seharusnya atau normal.
Menyusui sangat banyak manfaatnya bagi ibu untuk proses pengembalian atau pemulihan
kembali kesehatan dan organ-organ ibu. Maka dari itu ibu membutuhkan makanan yang bergizi.
Belakangan ini ibu banyak yang tidak menyusui bayinya, banyak alasan yang diajukan, padahal
menyusui sangatlah banyak untungnya.
1. RUMUSAN MASALAH
2. Apakah yang mempengaruhi psikologis ibu nifas ?
3. Apakah yang mempengaruhi dalam kebutuhan dasar ibu masa nifas ?
1. TUJUAN MAKALAH
2. Umtuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi psikologis ibu nifas.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kebutuhan dasar ibu nifas.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
Selama ibu hamil, peran dan hubungan baru mulai berkembang antara ibu, ayah, saudara
kandung, keluarga besar dan bayi tersebut. Sebelum dan selama masa hamil, orang tua akan
membayangkan akan seperti siapa bayinya, bagaimana kehidupan mereka akan berubah, dan
akan seperti apa pengalaman melahirkan itu. Walaupun demikian, kenyataan pengalaman
kelahiran anak jarang sekali seperti yang di impikan dan diharapkan orang tua. Memiliki anak
laki-laki sementara mereka menginkan anak perempuan, bayi yang dilahirkan cacat, ibu
meninggal, atau bayi meninggal. Seluruh situasi ini memiliki denominator yang sama, mereka
kehilang yang mereka harapkan, impikan atau rencanakan.
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada
dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keaadaan normal mampu
diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh
tuntunan kehamilan serta persalinan. Keaadaan kuarang tidur, lingkungan yang kurang asing
baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lain. Tubuhnya mungkin
pula tidak memberikan respon yang baik terhadap obat-obatan yang asing baginya seperti
preparat analgesik narkotik yang diberikan pada ppersalinan.
Depresi ringan, yang dallam bahasa inggris dikenall dengan istila 4th day blues ( kemurungan
hari ke empat ) sering terjadi dan banyak ibu
Yang baru pertama kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, palin tidak satu kali,
hanya karena masalah yang sering sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang
singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan
bayinya tumbuh.
1. Adaptasi Psikologis ibu masa nifas
Proses masa nifas merupakan waktu unruk terjadinya stress terutama bagi ibu primipara sehingga
dapat membuat perubahan psikologis yang berat.
Faktor yang berpengaruh ntuk sukses dan lancarnya masa transisi untuk menjadi orang tua
termasuk :
1. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
2. Hubungan yang baik antara pengalaman hamil dan melahirkan dengan
harapan, keinginan dan aspirasi ibu.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu.
Periode ini dideskripsikan oleh REVA RUBIN yang terjadi dalam beberapa tahapan :
Taking On
Pada pase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya meniru tapi sudah
membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan
dengan masa lalu dirinya ( sebelum proses ) yang menenyakan, serta harapan untuk masa yang
akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya pada masa lalu.
Taking In
1. Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif dan
sangat tergantung, dengan fokus perhatian terhadap tubuhnya.
2. Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami.
3. Tidur yang terganngu sangat penting buat ibu untuk mencegah efek kurang
baik yaitu kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah dan gangguan proses
pemulihan kesehatan.
Taking Hold
1. Periode ini berlangsung pada hari ke 3-4 setelah persalinan, ibu menjadi lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya, sebagai ibu yang sukses, dan
menerima tanggungjawab, sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
2. Fokus perhatiaanya pada kontrol fungsi tubuh misalnya, proses defekasi dan
miksi, kekuatan dan daya tahan ibu.
3. Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti
menggendong, memandikan, menyusui bayinya dan mengganti popok ibu
menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin membutuhan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan support emosional pada ibu.
Letting Go
1. Periode ini umumnya dialami setelah ibu tiba dirumah dan secara penuh
merupakan waktu pengaturan bersama.
2. Ibu telah menerina tanggung jawab sebagai ibu dan ibu merasa dan
menyadari kebutuhan bayinya yang sangat tergantung dari kesiapannya
sendiri sebgai ibu, ketergantungannya pada orang lain,serta dipengaruhi oleh
interaksi sosial budaya keluarga.
3. Post patuum blues bisaa terjadi pada saat ini.
wanita mengalami banyak perubahan emoso / psiologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa
hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Post partum
blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor :
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami
kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
2. Rasa sakit masa nifas awal.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada
kebanyakan rumah sakit. Dirumah sakit itu biasanya diakibatkan oleh
kebiijakan kunjungan yang kaku, kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan
perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada ketetapan untuk berada
diruang.
4. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Pada sebagian besar kasus tidak diperlukan terapi yang efektif kecuali antisipasi, pemahaman
dan rasa aman.
Robinson dan stewart ( 1986 ) menekankan bahwa gangguan ringan ini hilang sendiri dan
biasanya membaik setelah 2 atau 3 hari, meskipun kadang kala menetap sampai 10 hari.
Terdapat dasar fisiologis penyebab terjadinya postpartum blues yaitu : adanya perubahan
hormonal yang berlangsung cepat ketika tubuh kembali ke status nonpregnant, dan adanya
hormon yang berhubungan dengan siklus laktasi. Emosi yang labil ditingkatkan oleh
ketidaknyamanan fisik ( contoh : sakit setelah melahirkan, sakit karena jahitan dan oleh
kekurangan tidur ). Postpartum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kkelima
postpartum.
Karena masa inap di rumah sakit biasanya singkat, orang tua meninggalkan lingkungan yang
profektif dirumah sakit paa masa bulan madu menjadi orang tua. Masa pemulihan dari
melahirkan dan peran menjadi perang orang tua segera harus dimulai, terutama bagi mereka yang
tidak mendapat bantuan di rumah. Ibu bisa salah duga tentang jumlah energi fisik dann emosi
yang sebenarnya ia miliki dan iya butuhkan untuk merawat bayi. Mereka mungkinn berharap
untuk segera mulai melakukan tugas dan kemudian merasa putus asa karena tidak mampu
melakukannya.
Banyak ibu yang mengalami postpartum blues merasa sedih dan depresi segera setelah
memasuki masa pascapartum. Gejala muncul 2 atau 3 hari setelah anak lahir dan biasanya
menghilang dalam satu atau dua minggu. Ibu merasa putus asa dan mudah marah. Kemungkinan
ibbu akan mudah marah,kehilangan nafsu makan, sukar tidur, dan merasa cemas. Ibu yang
memiliki bayi prematur ternyata lebih cepat cemas dan merasa depresi dan derajatnya lebih
tinggi psicosis depresi berat jarang terjadi.
2. Kesedihan Dan Duka Cita
Saat individu kehilangan suatu hubungan, harapan dan impian tentang masa depan hilang.
Pencapaian kembali kehidupan tanpa hubungan khusus itu melibatkan suatu proses yang disebut
proses kehilangan atau berkabung. Perasaan dan emosi selanjutnya disebut respon berduka.
Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah melahirkan dapat
mengakibatkan proses duka cita. Duka cita ini merupakan suatu istilah yang dibuat oleh
lindeman. Duka cita bersifat normal. Tiga tahap dalam duka cita :
1. Tahap pertama dukacita adalah shock yang merupakan respon awal
individual terhadap kehilangan. Menifestasi perilaku dan perasaan termasuk
diantaranya : ketidakpercayaan, keputusasaan, marah, takut, kesepian,
kebencian, keluhan kehilangan berat, tidur gelisah, keletihan, kurang
istirahat.
2. Tahap kedua duka cita adalah penekanan, fase realitas penerimaan fakta
kehilangan.
3. Tahap ketiga dukacita adalah tahap membuat hubungan baru yang
signifikant. Selama periode ini orrang yang berduka cita menerima
penyesuaian kehilangan dan individu kembali kepada keadaan normal seperti
biasanya.
Wonder ( 1991 ) mengidentifikasi empat tahap tugas individu yang berduka. Wanita dan keluarga
yang beradaptasi terhadap kehilangan seorang bayi atau orang yang dikasihi harus memenuhi
tugas-tugas berikut :
1. Menerima realitas kehilangan.
2. Menerima sakitnya rasa duka
3. Menyesuaikan diri ddengan lingkungan.
4. Melanjutkan kehidupan ( reorganisasi ).
kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan satu liter
dari kuah cairan yang ada pada sayur, buah dan makanan yang lain.
Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.
3. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan
tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi tergantung pada vitamin A yang terkandung dalam
ASI.
Zat makanan
Wanita Dewasa
tidak hamil (BB
47 Kg)
Wanita hamil 20
minggu terakhir
Wanita menyusuii
Kalori
2000 kalori
3000 kalori
800 kalori
Protein
47 gram
20 gram
40 gram
Calsium
0,6 gram
0,6 gram
0,6 gram
Ferrum
12 mg
5 mg
5 mg
Vitami A
4000 iu
1000 iu
2000 iu
Thamin
0,7 mg
0,2 mg
0,5 mg
Riboflavin
1,1 mg
0,2 mg
0.5 mg
Niacin
12,2 mg
2 mg
5 mg
Vitamin C
60 mg
30 mg
30 mg
4. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
menyentuh daerah kelamin.
5. Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomy dan laserasi.
6. Pada ibu post section caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan
kering, tiap hari diganti balutan.
7. Kebersihan Bayi
Hal-hal yang perlu dijelasan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga kebersihannya.
1. Memandikan bayi setelah 6 jam untuk menjaga hipotermi.
2. Memandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.
3. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor
karena BAB/BAK.
4. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.
5. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah tempat
tinggal bayi
6. Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.
3. ISTIRAHAT DAN TIDUR
4. SENAM NIFAS
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut
menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan
kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik
dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena
dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu
rahim untuk kembali kebentuk semula.
1. Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan ibu.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :
1. Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat
mengurangi sakit panggung.
2. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap,
misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
3. Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.
4. Tujuan Senam Nifas
Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung
setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen, memperbaiki
juga memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan.
1. Kapan Harus Dilakukan Senam Nifas?
Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetric atau
penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan umumnya tidak baik merupakan kontra indikasi
dilakukannya senam nifas misalnya hipertensi, pasca kejang demam. Untuk itu bila senam nifas
di damping oleh bidan/tenaga kesehatan sebelum dilakukan senam nifas sebaiknya diperiksa
dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa kondisi ibu baik dan bias melakukan gerakangerakan senam nifas. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan
senam nifas di rumah setelah kondisi ibu puluh.
Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah makan
membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaiknya jika dilakukan di saat
lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bias dilakukan pagi atau sore
hari.
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan dan manfaatnya sama.
Perkembangan dunia olh tubuh sudah menciptakan berbagai pilihan bagi ibu untuk berolahraga
seperti pilates, yoga, body language (BL). Yang terpenting dalam melakukan senam nifas ini
adalah lakukan sesuai petunjuk dan secara terukur. Senam nifas ini dapat dilakukan pada semua
ibu nifas bahkan pada ibu yang tidak terbiasa berolahraga karena gerakannya cukup sederhana
tapi terbukti mampu memulihkan segera kondisi ibu setelah bersalin dan menjaga stamina ibu.
Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit.
Sebaiknya lakukan secara bertahap dan terus menerus (continue). Setiap gerakan bias dilakukan
selama 8 kali setiap harinya dan boleh ditingkatkan setiap hari menurut kondisi ibu.
1. Persiapan Senam Nifas
Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut.
1. Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga.
2. Persiapkan minum, sebaiknya air putih.
3. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur.
4. Ibu yang melakukan senam nifas dirumah sebaiknya mengecek denyut nadi
kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal
adalah 60-90 kali per menit.
5. Boleh di iringi dengan music yang menyenangkan jika menginginkan.
6. Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk
melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-keluhan
yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindikasi dan periksa tanda vital
secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah,
suhu, pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan sebelum dan sesudah
senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama dan sesudah senam nifas.
Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk
minum air putih jika di perlukan.
Hari Pertama
Posisi tubuh telentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil
nafas melalui hidung, kemvbungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5 kemudian keluarkan
nafas pelan-pelan mealui mulut sambil mengkontrasikan otot perut. Ulangi sebanyak 8 kali.
Hari kedua
Sikap tubuh telentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus keatas sampai
kedua telapak tangan bertemu kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar
hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan
dan bahu terasa kencang. Ulangi sebanyak 8 kali.
Hari Ketiga
Berbaring relaks dengan posisi tangan di sampan badan dan lutut di tekuk. Angkat pantat
perlahan kemudian diturunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika menurunkan pantat.
Gerakan dilakukan 8 kali.
Hari Keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri disamping badan, tangan kanan diatas perut dan
lutut ditekuk. Angakat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar
anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan 8
kali.
Hari Kelima
Tubuh tidur telentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengagkat kepalasampai dagu
menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan
otot sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur
pernafasan saat melakukan gerakan. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali.
Hari Ketujuh
Tidur telentang kaki lurus kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan
dalam keadaan lurus sambil pernafasan. Lakukan sesuai kemampuan, tidak usah memaksakan
diri. Gerakan dapat dilakukan 8 kali.
Hari Kedelapan
Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus
dikerutkan ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengundurkan anus.
Lakukan sebanyak 8 kali.
Hari Kesembilan
Posisi berbaring kaki lurus kedua tangan di samping badan, angkat ke dua kaki dalam keadaan
lurus Smpai 90 derajat kemudian turunkan kembali pelan-pelan. Jangan menghentak ketika
menurunkan kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat diulangi
sebanyak 8 kali.
Hari kesepuluh
Tidur telentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan dibelakang kepala kemudian bangun
sampai posisi duduk kemudian perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Lakukan gerakan
sebanyak 8 kali.
Ingat, kekuatan bertumpuh pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang di tekuk di
belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan
nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.
5. HUBUNGAN SEKS DAN KELUARGA BERENCANA
6. Hubungan Seks
7. Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu dua
jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
1) Cara penggunaan.
2) Efek samping.
3) Kelebihan dan kekurangan.
4) Indikasi dan kontraindikasi.
5) Efektifitas.
1. Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen-progesteron)
bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui. Oleh karena itu janganlah
menganjurkannya kurang Dari 6 minggu pasca persalinan. Umumnya bagi ibu
menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu, karena dapat
mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya hormone steroid dalam
jumlah kecil di temukan dalam ASI.
6. ELIMINASI : BAB DAN BAK
7. Buang Air Kecil
8. Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah bias BAK spontan, kebanyakan ibu nifas
bias berkemih dalam waktu 8 jam.
9. Urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan.
10.ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dieresis sebagai akibat :
1. Pengaruh volume darah ibu.
2. Autolisis serabut otot uterus.
2. Buang Air Besar
3. BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diit cairan,
obat-obatan analgetik, dan perineum yang sangat sakit.
4. Bila lebih dari 3 hari belum BAB bias di berikan obat laktansia.
5. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB.
6. Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.
7. PEMBERIAN ASI/LAKTASI
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan
adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu : Periode taking in, periode
talking hold dan teori letting go. Adapun Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain : respon dan dukungan
keluarga dan teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirsasi,
pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu dan pengaruh budaya.
Berduka diartikan sebagai respon psikologis terhadap kehilangan Berduka dibagi menjadi 3
tahap, antara lain : tahap syok, tahap penderitaan (fase realitas), tahap resolusi (fase menentukan
hubungan yang bermakna).
2. SARAN
Masa nifas adalah masa yang sangat rentan bagi ibu, maka dari itu ibu harus sangat diperhatikan,
baik keluarga maupun bidan. Karena ibu pada masa ini akan banyak mengalami perubahan baik
fisik maupun pskologis.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, begitu juga dengan penulis. Bila dalam
pembuatan Makalah ini ada kekurangan, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca
guna penyempurnaan Makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suherni S.pd, APP, M.Kes. DKK. 2009, Perawatan Masa Nifas, Fitramaya,
Yogyakarta.
2. Ai Yeyeh Rukiyah, S.S1.T, MKM. DKK, 2013, Asuhan Kebidanan III (Nifas), Trans
Info Media, Jakarta.
3. Akademi Kebidanan Makassar, 2008, Asuhan kebidanan III (Nifas), Yayasan
Pendidikan Makassar, Makassar.
Ilmu Kebidanan
Rabu, 22 Mei 2013
Makalah Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada
sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of
Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum
dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak
wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi menjadi seorang ibu
adalah
proses
fisiologis
yang
normal.Namun
beberapa
studi
terbaru
standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi
morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan
dengannnya seperti obstetric, anestesi dan faktor social.
1.2 TUJUAN
a.
Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas ASKEB III ( Nifas )
Agar mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan kebidanan tentang fisiologis
masa nifas
Menjadikan mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan yang terampil dan
kompeten dalam bekerja
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 PENGERTIAN
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa Latin,yaitu dari kata
pueryang artinya bayi dan parious yang berakti melahirkan .
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali sebelum hamil.lama nifas yaitu 6-8 minggu
Periode masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan.proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai
akibat dari adannya perubahan fisiologis dan fsikologi karna proses persalinan
Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering
terdapat banyak masalah seperti pendarahan
2. Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)
Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada
pendarahan,lokea
2. Peurperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
yang reproduktif.
Uterus
Tempat plasenta
Ligmen
Serviks
Lochia
Vulva
Vagina
Perineum
Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/
proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan
uterus terhambat.
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran
yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya
(varneys midwifery)
jumlah
besar
kemudian
mengalami
atrofi
sebagai
reaksi
terhadap
penghentian
produksi
estrogen
yang
menyertai
pelepasan
plasenta.
Selain
perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi akan
terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru
3. Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra uerin
yang
sangat
besar.
Hormon
oksitosin
yang
dilepas
dari
kelenjar
hipofisis
c.
tidak
ada
perubahan
pada
konsistensi
lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya
postpartum,
Tanda dan gejala
1. Perdarahan tidak sesuai dengan fase
2. Darah berbau menyengat
3. Perdarahan
4. Demam, menggigil
Penyebab
1. Bekuan darah pada serviks
2. Uterus tidak berkontraksi
3. Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
4. Tidak mobilisasi
5. Robekan jalan lahir
6. Infeksi
f.
Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya bentuk dan konsistensi
2. Infeksi
3. Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
4. Ekstrasi kuman
g. Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari
persalinan
Tanda dan gejala
1. Perineum terlihat kemerahan
2. Konsistensi lembek
3. Oedem
Penyebab
1. Tonus otot perineum sudah lemah
2. kurangnya elastisitas perineum
3. infeksi
4. pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga jahitan
perineum putus.
merupakan
ekskresi
cairan
rahim
selama
masa
nifas.
Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena
proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta,
serosa dan alba.
Rubra
Waktu
1-3 hari
Warna
Ciri-ciri
Merah
kehitaman
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur
merah
Kekuningan/
Serosa
7-14 hari
kecoklatan
Putih
Alba
>14 hari
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas
saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri.
Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi.
5. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI),
yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi
setiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi si anak
akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tentram, hangat akan
kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak
selanjutnya.
6. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah
perenium juga dapat menghalangi keinginan ke belakang. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup.
7. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8. Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
9. Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonodotiopin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke3 PP
10.
Sistem kordiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat,yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan
banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama
kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc). Bila
kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan
terdiri
dari
volume
darah
(blood
volume)
dan
hemotokrit
Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat.Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen
dan
plasma
peningkatan
akan
sedikit
viskositas
menurun
sehingga
tetapi
darah
lebih
meningkatkan
mengental
faktor
dengan
pembekuan
darah.Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan masa
PP.Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000/30.000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.Jumlah
hemoglobine,hemorokit,dan eritrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
PP sebagai akibat volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah ubah.Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa PP terjadi kehilangan darah
sekitar 200-250 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 PP
dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu PP
12.
a. Suhu Badan satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit (37,5oC 38oC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan
dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada
menjadi bengkok, berwarna merah karena kebanyakan ASI. Bila suhu tidak menurun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau
sistem lain.
b.
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat.
c.
Tekanan,Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena perdarahan. Tekanan darah tinggi pada PP dapat menandakan
terjadinya preeklamsia post partum.
d.
Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan dnyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas.
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan
merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan
se4sekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.
dapat
menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat leluasa dan terbuka
mengemukan permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap
dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien
dan bidan
2. Periode taking hold
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b.
Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi
e.
Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut
f.
Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken bimbingan
cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik bimbinganya jangan
sampai menyingung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia
sangat sensitive. Hidari kata jangan begitu atau kalau kayak gitu salah pada ibu
karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa
untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
3. Periode Letting Go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun sangat
berpengaruh terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi
dengan
segala
kebutuhan
bayi
yang
sangat
tergantung
padanya.
Hal
ini
baru
melahirkan
anak
pertama.
Hanya
yang
membedakan
teknik
penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan aspirasi dan
keberhasialn dalam melewati saat-saat sulit pada persalinan yang lalu.
4. Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga
akan sedikit banyak
transisi ini. Apalagi ada yang tidak singkron antara arahan dari tenaga kesehatan
dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini bidan harus bijaksana menyikapi, namun
tidak mengurangi kuliatas asuhan yang diberikan. Keterlibtan kelurga dari awal
dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus diberikan kepada ibu
dan bayi yang akan memudahkan bidan dalam memberi asuhan.
2.6. POST PARTUM BLUES
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan seksual umum
melahirkan bayia biasanya terjadi pada 70% wanita . penyebabnya adalah
beberapa hal,antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung,
perubahan hormone yang cepat,dan keraguan terhadap peran yang baru. Pada
dasarnya, tidak satu pun dari ketiga hal tersebut termasuk penyebab konsisten .
factor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai factor, termasuk
adanya ganguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal
menjadi seorang ibu.
Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan
berakhir setelah 10-14 hari.
Karatistik post partum blus meliputi:
a.
Menangis
Gelisah
Menarik diri
Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga
Karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai puncak ibu baru mungkin
merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang
tepat, jika pengalaman melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia
mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluaranya tiba-tiba berfokus pada
bayi dilahirkannya
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan
perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia
adalah orang yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan
kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas
keberhasilan menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu
memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan
psikater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah
sakit. Seorang ibu nulipara
juga dukungan
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Masa nifas ( masa post partum / puerperium ) adalah massa atau waktu sejak
bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan ,
yang mengalami perubahan . pada masa ini sangatlah rentan dengan kondisi
pendarahan maka masa nifas merupakan masa yang sangat penting dan masa
dimana ibu memerlukan pemantauan yang baik.
3.2. SARAN
Saran saya kita sebagai bidan harus lebih ekstra dalam memantau masa nifas
sebab kita tahu pada masa ini dapat mengakibatkan kematian pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Flint carolone, 1994. Sensitif Midwifery.Oxford: Butterworth Heinemann
Henderson C, dan jone K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa
Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC
Pusdiknekes, 2001. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen
Dipolma III Kebidanan. Jakarta: pusdiknes. WHOJHPIEGO.
Varney H, et al.2007, Buku a Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan
Mambaul Ulum Surakarta
Wulanda,ayu febri.2012.Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika ( cetakan
ketiga )
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi Keempat. cetakan kedua.
Jakarta: pt bina pustaka sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, H .dkk. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta: yayasan
bina pustaka sarwono priwirohardjo
Kebidanan
Minggu, 10 Mei 2015
Makalah Perkembangan Pada Masa Nifas
MAKALAH
PERKEMBANGAN PADA MASA NIFAS
Disusun oleh :
1. Desty Octhavia Yulianthy
(14140067)
2. Nurfitasari
(14140069)
(14140077)
4. Zulia Jayanty
(14140081)
5. Endang Turmanah
(14140101)
(14140102)
7. Muliati
(14140105)
8. Karnila
(14140107)
(14140108)
(14140109)
(14140112)
1.
Pengertian
Masa nifas (puerperium) yaitu dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini
berlangsung selama kurang kebih 6 minggu. Puerperium berasal dari kata puer
yang artinya bayi dan dan parous yang berarti melahirkan.
2. Tujuan
Dalam masa nifas ini, ibu membutuhkan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah
sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati,
serta merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mempercepat involusi alat kandungan.
3.
teutama
apabila
ibu
selama
hamil
atau
persalinan
mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima, atau
bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan apabila ada gangguangangguan kesehatan lainnya.
a.
b.
c.
d.
e.
bersama-sama
uterus.
Setelah
persalinan,
ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
3.
Pengeluaran Lochea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan akan keluar
bersamaan dengan sisa cairan. Campuran antara darah dengan desidua tersebut
dinamakan lochea, yang biasanya berwarna merah muda dan putih pucat. Lochea
mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik lochea terdiri dari eritrosit,
peluruhan desidua, sel epitel dan bakteri. Lochea mengalami perubahan karena
proses involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,
a.
di antaranya:
Lochea rubra/merah
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa post partum. Sesuai
dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobeken/luka pada plasenta dan serabut dari desisua dan korion. Terdiri dari sel
b.
desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
Lochea serosa
Lochea ini muncuk pada hari kelima sampai hari kesembilan masa post parum.
Warnanya biasanya kekuningan/kecoklatan. Lochea ini terdiri dari lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
c.
plasenta.
Lochea alba
Lochea ini muncul lebih dari hari kesepuluh post partum. Warnanya lebih pucat,
putih kekuningan, dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender serviks
dan serabut jaringan yang mati.
b. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu
dan
laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diet/makanan
obat lain.
c. Sistem Perkemihan
Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari kelima setelah
persalinan. Jumlah
urin yang keluar dapat melebihi 3000 ml per harinya. Hal ini
juga didapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama
setelah
persalinan.
meningkatkan insiden
Perubahan
kandung
selama
masa
nifas
akan
kemih
d. Sistem Musculoskeletal
Ligament, fasia, dan diafragma pelvis secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
e. Sistem Endokrin
Selama masa nifas terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon
yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
1.
Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai persediaan dalam
2.
Hormon
prolaktin
berperan
dalam
pembesaran
payudara
untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler
pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosis berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
6
1.
f. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
Perubahan tekanan darah menjadi berubah pasca melahirkan dapat diakibatkan
oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan
2.
pembentukan
ASI,
kemungkinan
payudara
membengkak,
maupun
lain. Apalia kenaikan suhu diatas 38C, waspada terhadap infeksi post partum.
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
4.
post partum.
Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
g. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan
dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan pengamanan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
h. Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
factor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan
viskositas
sehingga
meningkatkan
factor
pembekuan
darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post
partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bias naik lagi sampai 25000 atau
30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan
lama.
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.
c. Fase Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hai ibu dalam kebebasan dan
berhubungan sosial.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
a.
b.
mineral.
Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori hari pada 6 bulan pertama, 6
c.
d.
dapat
meningkatkan
daya
tahan
tubuh
dan
meningkatkan
4.
5.
6.
BAB/BAK.
Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.
Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat.
Menjaga peralatan yang dipakai bayi agar selalu bersih.
4.
d.
e.
f.
g.
trombosia, dll.
bungan Seks dan KB
a. Hubungan Seks
Yang harus diperhatikan ibu nifas antara lain:
1. Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari
2.
3.
haid.
Meskipun setiap kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih
4.
aman.
Jelaskan pada ibu berbagai metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama
menyusui.
5. Jangan menganjurkan metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogenprogesteron) kurang dari 6 minggu pasca persalinan.
7. Eliminasi
a.
1.
2.
Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan.
Urin dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam setelah
3.
b.
1.
melahirkan.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Buang Air Besar (BAB)
BAB Biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena diet cairan, obat-obatan analgetik,
2.
3.
4.
a.
b.
Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit setelah bayi disusukan.
Ajarkan cara menyusu yang benar.
c. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eksklusif).
d. Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand).
e. Di luar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi berikan ASI
dengan sendok.
f. Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI.
DAFTAR PUSTAKA